• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V IMPLEMENTASI

5.1 Paparan dan Analisis Data

5.1.2 Paparan dan Analisis Data Wawancara Guru

Wawancara dengan guru dilakukan pada tanggal 13 Juni 2006 dengan bentuk wawancara tertulis. Dari data yang diambil, didapatkan hasil seperti tabel berikut:

Tabel 5.1.2 Hasil Kuisioner Wawancara Guru

No. Jawaban

1. Porsi penyampaian pembelajaran sastra disampaikan bergantian dengan materi keterampilan membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan kebahasaan selama guru memegang mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V. Karena materi tersebut sudah mencakup semua keterampilan dalam berbahasa.

2. Jenis/genre sastra yang lebih banyak diberikan oleh guru pada waktu menyampaikan pembelajaran sastra di kelas V adalah puisi karena guru menginginkan agar siswa dapat membuat puisi yang baik dan benar.

3. Kesulitan yang dialami guru di dalam merancang pembelajaran sastra adalah menentukan kebutuhan siswa. Karena siswa adalah subjek yang dinamis sehingga perlu kiranya disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

4. Cara yang digunakan oleh guru untuk menentukan kebutuhan siswa dalam mempelajari sastra yaitu dengan melakukan penelitian. Dengan melakukan penelitian, maka materi yang digunakan tepat sasaran.

5. Dasar yang digunakan oleh guru dalam menentukan tujuan pembelajaran sastra, selain kurikulum adalah lebih berdasarkan analisis lapangan. Analisis lapangan dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan siswa dengan materi pembelajaran.

6. Cara penyajian materi yang paling sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran sastra adalah diskusi. Diskusi digunakan guru agar materi yang diterapkannya dapat lebih berkembang sehingga tidak statis.

7. Kesulitan yang dialami oleh guru dalam merancang pembelajaran cerita rakyat adalah cara mengarahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karena siswa adalah makhluk yang dinamis.

8. Kesulitan yang dialami oleh guru dalam mengembangkan materi pembelajaran sastra, khususnya cerita rakyat adalah mendesain materi yang menarik siswa. Hal ini diakui karena guru merasa siswa tidak begitu tertarik terhadap cerita rakyat.

9. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran sastra, khususnya cerita rakyat. Hal ini terjadi karena materi dari cerita rakyat didesain sedemikian mungkin agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencari bahan pembelajaran dari cerita tersebut.

10. Jenis tes yang digunakan oleh guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran sastra terhadap siswa yaitu perpaduan tes esai, tes jawab singkat, dan tes pilihan ditambah dengan pementasan kelompok. Bentuk-bentuk tersebut dipilih agar dapat diketahui sejauh mana siswa dapat memahami pembelajaran tersebut.

Hasil wawancara nomor 1 menyebutkan bahwa porsi penyampaian pembelajaran sastra yang diberikan guru kelas V yaitu secara bergantian dengan materi keterampilan membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan kebahasaan. Hal ini disebabkan materi tersebut sudah mencakup semua keterampilan dalam berbahasa. Proses penyampaian pembelajaran yang dilakukan guru, menurut peneliti sudah cukup sesuai. Peneliti mengusulkan agar dalam pembelajaran sastra keempat aspek bahasa diikutsertakan. Jadi, dalam belajar sastra, khususnya dalam cerita rakyat untuk kelas V dapat dilakukan dengan menyimak film cerita rakyat, berbicara tentang cerita rakyat yang telah disimaknya, menuliskan tokoh dan latar cerita rakyat, dan membaca hasil ringkasan cerita yang dibuatnya.

Hasil wawancara nomor 2, guru menyebutkan bahwa pembelajaran sastra yang diberikan guru menitikberatkan pembelajaran sastra pada pembelajaran puisi. Guru menginginkan agar siswa dapat membuat puisi yang baik dan benar. Kenyataan tersebut menunjukan bahwa pembelajaran puisi lebih banyak diberikan oleh guru.

Padahal, dari hasil kuisioner kedekatan siswa dengan tayangan film kartun, siswa tidak asing lagi dengan tayangan film kartun. Tayangan film kartun pun sebenarnya dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra cerita rakyat. Akan tetapi, guru belum menempuh cara tersebut karena alat peraga yang digunakan belum tersedia.

Guru juga mengalami kesulitan dalam merancang pembelajaran sastra. Hasil wawancara nomor 3 menyebutkan bahwa kesulitan yang dialami guru dalam merancang pembelajaran sastra adalah menentukan kebutuhan siswa. Karena siswa adalah subjek yang dinamis sehingga perlu kiranya disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dengan mendesain rancangan pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa maka hasil belajar yang diperoleh akan optimal. Dari hasil kuisioner ketertarikan siswa belajar cerita rakyat maka pembelajaran dengan menggunakan media VCD yang berbentuk film kartun dapat diterapkan kepada siswa. Karena sebagian besar siswa sangat menyenangi film kartun.

Dari hasil wawancara nomor 4 diperoleh data bahwa cara yang digunakan oleh guru untuk menentukan kebutuhan siswa dalam mempelajari sastra yaitu dengan melakukan penelitian. Dengan melakukan penelitian, materi dapat dikembangkan dan tepat sasaran. Hasil belajar pun dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dasar yang digunakan oleh guru dalam menentukan tujuan pembelajaran sastra, selain kurikulum adalah berdasarkan analisis lapangan. Analisis lapangan dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan siswa dengan materi pembelajaran. Hasil ini terungkap pada wawancara guru nomor 5. Dari hasil wawancara nomor 3 dan nomor 4, guru mengakui bahwa kesulitan dalam merancang pembelajaran sastra

adalah menganalisis kebutuhan siswa. Untuk dapat menganalisis kebutuhan siswa terhadap materi pembelajaran sastra, guru sudah berusaha untuk melakukan penelitian. Menurut guru, hal ini dilakukan karena siswa adalah subjek yang dinamis. Sehingga analisis kebutuhan siswa sangat penting digunakan untuk merancang materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Analisis lapangan yang dilakukan guru mempengaruhi tujuan pembelajaran sastra selain berdasarkan kurikulum. Dengan analisis lapangan guru berusaha menyesuaikan rancangan materi pembelajaran dengan kebutuhan siswa. Materi pembelajaran yang dirancang berdasarkan kebutuhan siswa digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra yang tepat sasaran.

Berbagai cara penyajian materi seperti tanya jawab, diskusi, permainan, dan penugasan dapat dilakukan dalam proses pembelajaran sastra. Dari berbagai cara tersebut, guru ternyata lebih sering menggunakan diskusi sebagai penyajian materi. Penyajian materi dengan diskusi dilakukan agar materi pembelajaran lebih berkembang. Hasil ini terungkap dari wawancara guru nomor 6.

Berbagai cara penyajian materi sebaiknya digunakan guru dalam proses pembelajaran. Penyajian materi yang guru berikan masih membatasi pada diskusi saja, menunjukan bahwa cara-cara lain belum diberikan secara merata. Dari hasil kuisioner ketertarikan siswa tentang proses pembelajaran cerita rakyat yang diharapkan siswa adalah siswa lebih memilih mendengarkan cerita rakyat dengan menonton film kartun dengan media VCD dibandingkan mendengarkan cerita rakyat dengan pembacaan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran sastra, dalam hal ini

cerita rakyat, guru perlu menyampaikan materi pembelajaran dengan berbagai cara yang menyenangkan bagi siswa.

Hasil wawancara nomor 7 menyebutkan bahwa kesulitan yang dilami guru dalam merancang pembelajaran cerita rakyat adalah cara mengarahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut guru, siswa adalah makhluk yang dinamis. Terkadang penyampaian materi sudah disajikan dengan baik, namun tujuan pembelajaran tidak tercapai. Selain itu, intelegensi atau cara menangkap pelajaran setiap siswa yang berbeda satu dengan yang lain juga ikut mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.

Guru juga mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi pembelajaran sastra, khususnya cerita rakyat. Kesulitan ini ada dalam cara mendesain materi yang menarik siswa. Hal ini terungkap dalam hasil wawancara di nomor 8. Guru memberi keterangan bahwa kesulitan ini dialaminya. Karena guru merasa siswa tidak tertarik terhadap cerita rakyat selama proses pembelajarannya. Guru memberikan materi pembelajaran cerita rakyat dengan pembacaan cerita rakyat yang terdapat di buku acuan yang digunakan guru dalam pembelajaran cerita rakyat selama ini. Sehingga siswa kurang tertarik pada pembelajaran cerita rakyat.

Dalam proses pembelajaran cerita rakyat siswa tidak mengalami kesulitan. Karena materi dari cerita rakyat telah di desain secara terencana oleh guru. Hal itu dilakukan agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencari bahan pembelajaran dari cerita tersebut. Kenyataan ini terungkap dari hasil wawancara nomor 9. Dengan adanya komunikasi dua arah, antara guru dan siswa maka proses pembelajaran cerita

rakyat dapat terlaksana dengan baik. Keaktifan dan keterlibatan siswa dapat membantu guru dalam menyampaikan materi. Penyampaian materi yang disampaikan guru dengan baik dapat membantu siswa memahami dan mengerti pembelajaran sastra yang disampaikan. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran bukan terletak pada hasil melainkan pada proses pembelajaran itu sendiri.

Untuk menambah keberhasilan dalam pembelajaran sastra. Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa memahami pembelajaran sastra. Dari hasil wawancara nomor 10 didapatkan bahwa tes yang digunakan guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran sastra adalah perpaduan tes esai, jawab singkat, tes pilihan, dan pementasan kelompok. Guru merasa perpaduan tes tersebut lebih menampakan keberhasilan dalam pembelajaran sastra.