• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai: penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani dan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menenerapan kan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani

BAB V PENUTUP

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Penerapan

Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:1487). Adapun menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali, 1995:1044). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

b. Adanya program yang dilaksanakan

c. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

d. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut (Wahab, 1990:45).

2. Empat Prinsip Pendidikan UNESCO

Dalam kamus umum, prinsip adalah tiang penyangga suatu bangunan atau penguat dari beton dan sebagainya, juga sekaligus dipakai untuk keindahan atau keserasian, penunjang untuk kegiatan (Zainul Bahri, 1993:251).

Pendidikan adalah aset masa depan dalam membentuk SDM yang berkualitas. Peningkatan SDM perlu ditangani oleh sistem pendidikan yang baik, pengelola yang profesional, tenaga guru yang bermutu, sarana belajar dan anggaran pendidikan yang cukup. Pendidikan harus dibawa dalam rangka mengoptimalkan kemampuan peserta didik untuk memiliki sifat kreatif, kritis dan tanggap terhadap masalah kehidupan.

UNESCO sebagai lembaga yang mengurusi masalah pendidikan di bawah naungan PBB dalam (Sindhunata, 2001:116), mengemukakan keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar pengalaman belajar (empat buat sendi atau pilar pendidikan dalam rangka pelaksanaan pendidikan untuk masa sekarang dan masa depan) yang diorientasikan pada pencapaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni belajar mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar menjadi seseorang (learning to be) dan belajar hidup bersama (learning to live together).

Keempat prinsip tersebut secara sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia. Adapun empat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Learning to Know

Learning to know selalu mengajarkan tentang arti pentingnya sebuah pengetahuan, karena didalam learning to know terdapat

learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adalah proses belajar. Hal ini

sesuai pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 128) yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pada prinsip pertama ini anak diajarkan untuk belajar mengatahui, tidak hanya materi pembelajaran yang wajib ia ketahui tetapi hal-hal baik lain yang dapat mengembangkan kemampuannya juga. Hal ini mendorong anak untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya.

Learning to know merupakan landasan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan dapat berkembang dengan baik apabila murid dibekali dengan kemampuan dasar (membaca, menulis, berbicara, mendengarkan dan berhitung) dengan baik. Dalam hal ini learning to know merupakan suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati serta dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan, yang memungkinkan tertanamnya sikap ingin tahu dan selanjutnya menadi rasa mampu untuk mencari jawaban atas masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Learning to know dilakukan dengan cara memadukan penguasaan terhadap suatu pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja secara mendalam pada sejumlah

kecil mata pelajaran (Redja, 1998:518). learning to know ini mengandung prinsip berikut:

1)Diarahkan untuk mampu mengembangkan ilmu dan terobosan teknologi dan merespon sumber informasi baru

2)Memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran 3)Network society

4)Learning to learn dan life long education

b. Learning to do

Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan memang harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill.

Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut fisik, artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan kemampuan peserta didik. Penguasaan kemampuan hard skill dapat dilakukan dengan menerapkan apa yang dia dapatkan atau apa yang telah dipelajarinya di kehidupan sehari-hari, contohnya anak disekolah belajar tentang arti penting sikap disiplin, maka untuk memahami dan mengerti tentang disiplin itu, anak harus belajar untuk melakukan sikap

disiplin, baik dirumah, disekolah atau dimanapun. Dengan begitu anak menjadi tahu dan faham tentang pentingnya sikap disiplin.

Selanjutnya adalah soft skill, artinya keterampilan yang menuntut intelektual. Soft skill merupakan istilah yang mengacu pada ciri-ciri kepribadian, rahmat sosial, kemampuan berbahasa dan pengoptimalan derajat seseorang.

Learning to do yaitu proses pembelajaran dengan penekanan agar peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu

yang bermakna “Active Learning”. Peserta didik memperoleh kesempatan belajar dan berlatih untuk dapat menguasai dan memiliki standar kompetensi dasar yang dipersyaratkan dalam dirinya. Proses pembelajaran yang dilakukan menggali dan menemukan informasi (information searching and exploring), mengolah dan informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skill), serta memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill).

c. Learning to be

Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal: bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat

diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan.

Prinsip ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih peserta didik agar menjadipribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan.

d. Learning to live together

Prinsip terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup bersama. Dalam uraiannya yang bertajuk Learning The Treasure Within

(Jacques Delors, 1996:37)

By developing an understanding of other people and an appreciation of interdependence - carrying out joint projects and learning to manage conflicts - in a spirit of respect for the values of pluralism, mutual understanding and peace.

Dengan mengembangkan pemahaman tentang orang lain dan terhadap orang lain - melaksanakan proyek-proye kerjasama dan belajar untuk mengelola konflik, dalam semangat untuk menghormati nilai-nilai pluralisme, saling pengertian dan damai.

Pada prinsip keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan di

sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

Dari beberapa uraian diatas dapat dipahami bahwa learning to know, ini berarti pendidikan berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional sehingga peserta didik berani menyatakan pendapat dan bersikap kritis serta memiliki semangat membaca yang tinggi. Learning to do, aspek yang ingin dicapai dalam visi ini adalah keterampilan seorang anak didik dalam menyelesaikan problem keseharian. Dengan kata lain pendidikan diarahkan pada how to solve the problem. Learning to live together, disini pendidikan diarahkan pada pembentukan seorang anak didik yang berkesadaran bahwa kita hidup dalam sebuah dunia global bersama banyak manusia dari berbagai bahasa dengan latar belakang etnik, agama, dan budaya. Pendidikan akan nilai-nilai semisal perdamaian, penghormatan HAM, pelestarian lingkungan hidup, dan toleransi, menjadi aspek utama yang mesti menginternal dalam kesadaran learner. Dan learning to be, mengembangkan kepribadian seseorang agar mampu untuk berbuat dengan otoritas yang lebih besar dengan penilaian dan tanggungjawab pribadi. Dengan demikian,

pendidikan tidak harus mengabaikan aspek apa pun dari potensi seseorang seperti aspek ingatan, logika, estetikia, kemampuan fisik dan keterampilan berkomunikasi.

Pendidikan Islam pun telah meng-cover semua prinsip-prinsip pendidikan rekomenasi UNESCO dalam pandangan al-Qur'an dan Hadits sebagai analisis, kesemua prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Al-Qur'an dan Hadits hanya saja tidak tergolong dalam satu kaidah bulat. Learning to know dengan penjelasan ciri ulul albab yang selalu menggunakan akalnya, learning to do dengan kesinambungan berkarya (berkerja) setelah usai mengerjakan satu tugas, learning to be

dengan akhlakul karimah dan learning to live together dengan anjuran

saling ta‟aruf (mengenal).

B. Kajian Penelitian Terdahulu

a. Skripsi yang disusun oleh Weni Novalanti Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2012. Dengan judul Penerapan Pendekatan Empat Pilar Pendidikan pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di MAN Rejosari Madiun. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan empat pilar pendidikan UNESCO pada mata pelajaran Fiqih kelas X 2 di MAN Rejosari Madiun dapat dikatakan baik, hal ini sesuai dengan observasi penulis di kelas X 2 dengan ikut langsung dalam pembelajaran, beberapa macam belajar di dalam pendekatan empat prinsip pendidikan UNESCO sudah diterapkan dengan baik. Di samping itu pula guru Fiqih dalam pembelajaran PAI juga menggunakan metode ceramah, diskusi,

drill, inkuiri, tanya jawab serta penugasan dan menggunakan pendekatan inkuiri, rasional, fungsional, emosional, pengalaman dan pembiasaan. b. Jurnal yang disusun oleh Sigit Dwi Laksana Fakultas Agama Islam

Universitas Muhamadiyah Ponorogo. Dengan judul Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) dan Tiga Pilar Pendidikan Islam. Hasil penellitian menyimpulkan bahwa empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO sangat berkaitan dengan tiga pilar utama pendidikan Islam yaitu pendidikan tauhid, pendidikan akhlak dan pendidikan ibadah. Kaitan antara kedua prinsip tersebut terletak pada isi kandungan dan makna dari setiap poin pilar dan juga peran dari pendidikan itu sendiri dalam menerapkan masing-masing pilar pendidikan. Dengan semakin kuatnya pilar pendidikan Islam diharapkan mampu mencetak generasi yang siap dan mampu menghadapi tantangan di zaman sekarang ini.

c. Jurnal yang disusun oleh Rohman dan Supari Muslim Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya tahun 2014. Dengan judul Studi Penerapan Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Standar Kompetisi Dasar Memasang Instalasi Penerangan Listrik Bangunan Sederhada di SMK Negeri 7 Surabaya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dinyatakan memiliki kualitas yang baik dan layak untuk diterapkan pada penelitian di SMK Negeri 7 Surabaya, aktivitas siswa selama pembelajaran penerapan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, adalah meningkat dan terkondisikan

dengan baik, penerapan empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO sangat layak diterapkan karena dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar.

Berdasarkan penelitian tersebut bahwa penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian tersebut. Penelitian pertama fokus pada materi pembelajaran yaitu dalam amta pelajaran fiqih di kelas X. Pada penelitian kedua fokus pada penggabungan antara konsep empat prinsip pendidikan UNESCO dengan prinsip pendidikan islam. Penelitian ketiga fokus pada metode atau perangkat pembelajaran dengan menggunakan empat prinsip pendidikan rekomendasi UNESCO sebagai model pembelajaran.

Persamaan secara keseluruhan yang peneliti lakukan adalah terletak pada empat prinsip pendidikan UNESCO dan terletak pada sub materi yang sama yaitu membahas tentang pendidikan.

Perbedaan dengan peneliti lakukan ialah pada tempat yang akan ditelliti, dimana penulis akan meneliti mengenai penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO pada lembaga pendidikan tersebut yang tentunya pada setiap lembaga pendidikan memiliki perbedaan dalam berbagai aspek.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian yang bersifat penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 20005:4). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan pada aspek suatu pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dariada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi dengan menggunakan deskriptif analisis.

Adapun bentuk penelitiannya berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu obyek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian, pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta (understanding) bukan menjelaskan fakta (explaining) (Zaenal Arifin, 2010:15).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Islam Plus Bina Insani Kelurahan Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu bulan Agustus-September.

Peneliti memilih lokasi SMA Islam Plus Bina Insani karena di sekolah tersebut menerapkan konsep empat prinsip pendidikan yang merupakan lembaga pendidikan berbasis pesantren. Siswa-siswi pada lembaga

pendidikan tersebut tidak hanya mempelajari mengenai pelajaran formal saja tetapi juga menerima pelajaran diniyah atau keagamaan.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi :

1. Data utama yakni data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tidakan (Moleong, 2011:157). Kata-kata dan tindakan dapat didapat dari wawancara atau pengamatan untuk mengetahui penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO dalam lembaga pendidikan tersebut. data utama penelitian penulis dapatkan dari kepala sekolah, guru-guru, siswa, dan pegawai di SMA Islam Plus Bina Insani.

2. Data kedua atau sekunder yaitu data tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang berkaitan dengan SMA Islam Plus Bina Insani yang berfungsi sebagai penguat data utama. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari sumber-sumber buku, majalah, artikel, serta data-data lain yang relevan dengan penelitian ini.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1.Wawancara

Yaitu suatu bentuk komunikasi verbal yang berarti semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution,

19996:113). Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks. Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai fakta, perilaku, pandangan seseorang, dan tindakan yang akan diambil seseorang mengenai suatu hal.

2.Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan (Arikunto, 1998:234). Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti luas, observasi tidak hanya sebatas pada pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Konsep-konsep penting dalam observasi meliputi dimensi situasi sosial, memperoleh akses masuk, diterima oleh komunitas partisipasi, asas timbal balik, informasi kunci, jangka waktu studi lapangan, peralatan, dan catatan lapangan. hal tersebut merupakan sesuatu yang harus dipersiapkan oleh peneliti selama penelitian.

3.Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah laporan tertulis tentang suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa tersebut (Burhan Bungin, 2001:133). Pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, potongan koran, dan bahan referensi lain).

Dokumen yang digunakan meliputi denah lokasi sekolah, profil sekolah, sejarah sekolah, brosur sekolah, foto yang diperoleh oleh peneliti ketika penelitian berlangsung.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif menggunakan analisa logika induktif abstraktif yaitu suatu logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum, konseptualisasi, kategorisasi dan deskripsi dikembangkan atas dasar kejadian yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung. Pertanyaan khusus tidak lain adalah gejala, fakta, data, informasi dari lapangan dan buku teori (Burhan Bungin, 2001:17). Analisis data merupakan suatu langkah yang penting seletah data terkumpul. Untuk menganalisis data yang terkumpul peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis data yang telah diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penemuan kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik.

Seperti telah disebutkan diatas, penelitian kualitatif tidak terlepas dari penemuan data kuantitatif. Oleh Karena itu dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Menganalisis data lapangan, yaitu analisis yang dikerjakan selama pengumpulan data berlangsung dan dikerjakan terus menerus hingga penyusunan laporan penelitian selesai. Sebagai langkah awal, data yang

merupakan hasil wawancara terpimpin dengan guru mata pelajaran fiqih dan kepala sekolah, dipilah-pilah dan difokuskan sesuai dengan fokus penelitian data tersebut, peneliti mencari data baru.

2. Menganalisis data yang telah terkumpul atau data yang baru diperoleh, data ini dianalisis dengan cara membandingkan dengan data-data yang terdahulu. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analisis

b. Merencanakan tahapan pengumpulan data dengan hasil pengamatan sebelumnya.

c. Menggali sumber-sumber perpustakaan yang relevan selama penelitian berlangsung.

3. Setelah proses pengumpulan data selesai, maka penelitian membuat laporan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan membuat gambaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Adapun tujuan dari metode deskriptif ini adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada.

b. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang memperlihatkan kondisi.

c. Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi selain itu proses analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik.

2) Penyajian data, yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3) Menarik kesimpulan (Saifudin Azwar, 2004:126). F. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (1990:320) yang dimaksud dengan keabsahan data adalah setiap keadaan harus memenuhi:

1. Mendemonstrasikan nilai yang benar

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan

3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data menggunakan teknik sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong yaitu:

1. Ketekunan pengamatan

Penyajian keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data

penelitian sehingga data yang diperlukan dapat diidentifikasikan. Selanjutnya, dapat diperoleh deskripsi-deskripsi yang akurat dalam proses perincian maupun penyimpulan.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sumber yang lain di luar data sebagai pengecekan atau pembanding data. Jadi triangulasi berarti cara terbaaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu pengumpulan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain triangulasi peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori. Dalam kaitan ini ada dua metode triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan data, yaitu:

a. Triangulasi metode dan teknik pengumpulan data. Dalam hal ini, metode dan teknik pengambilan data tidak hanya digunakan untuk sekedar mendapatkan data atau menilai keberdaan data, tetapi juga untuk menentukan keabsahan data.

b. Triangulasi data dengan pengecekan yang dibantu oleh teman sejawat, serta pihak-pihak lain yang telah memahami penelitian ini.

3. Kecukupan referensial

Penyajian data dengan kecukupan referensi dilakukan dengan membaca dan menelaah sumber-sumber data dan sumber pustaka yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar dapat diperoleh melalui pemahaman yang memadai (Moleong, 2001:175-178).

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data

1.Gambaran Umum Obyek Penelitian SMA Islam Plus Bina Insani Susukan a. Sejarah Singkat SMA Islam Plus Bina Insani Susukan

Berdasarkan dokumen sekolah diporoleh data mengenai sejarah SMA Islam Plus Bina Insani. SMA Islam Plus BINA

INSANI dibuka pada tahun 2002/2003. Penambahan kata „Plus‟

sejalan dengan program yang disel enggarakan, di samping menggunakan kurikulum SMA yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional yang dimodifikasi ditambah dengan paket kesekolahan dan kepesantrenan.

Pondok Pesantren Modern (selanjutnya disingkat PPM) Bina Insani awalnya adalah sebuah pengajian Al-Qur‟an secara musafahah dilaksanakan setelah shalat maghrib yang diselenggarakan di Masjid Al-Huda Baran. Pengajian itu tadinya diselenggarakan di rumah alm. Bapak Kamsu, sekitar tahun 1965, karena tidak tertampung lagi, maka dipindahkan ke masjid. Peserta didiknya adalah anak-anak dari lingkungan masjid dan anak-anak dari warga dusun tetangga. Pengasuhnya, imam dan takmir masjid seperti Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlison, Bapak Uri Abdul Rasyid, Bapak Muhri, Bapak Sarman, dan lainnya.

Dokumen terkait