• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN EMPAT PRINSIP PENDIDIKAN UNESCO DI SMA ISLAM PLUS BINA INSANI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN EMPAT PRINSIP PENDIDIKAN UNESCO DI SMA ISLAM PLUS BINA INSANI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENERAPAN EMPAT PRINSIP PENDIDIKAN UNESCO

DI SMA ISLAM PLUS BINA INSANI

KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ELFA RAHMAH AGUSTIN NIM. 11114101

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

سانلل مهعفنأ سانلا ريخ

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi

ini penulis persembahkan untuk :

1. Bapak dan ibuku tersayang, Ahmadi dan Siti Baroroh yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam

kehidupanku.

2. Saudara kandungku adik Anni Nadia Husna dan Kanza Aqila Azki atas

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah- Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana

beliau satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang seperti ini yakni dengan ajarannya agama Islam. Skripsi ini berjudul Penerapan Empat Prinsip Pendidikan

Unesco di SMA Islam Plus Bina Insani Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

Tahun 2018. Topik yang diangkat dalam penulisan skripsi ini bertujuan untuk

menerapkan konsep empat prinsip pendidikan dalam lembaga pendidikan islam berbasis pesantren.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Suwardi, M.Pd.

(9)

4. Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan dengan ikhlas dan kebijaksanaan meluangkan

waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Ibu Dra.Siti Farikhah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberi dukungan dan pengarahan selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

7. Kepada K. Muhsoni selaku Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insani Desa Baran Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

8. Kepada Muhammad Munzaini,S.Ag,M.Pd.I selaku kepala sekolah SMA Islam

Plus Bina Insani Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang beserta staf dan jajarannya.

9. Sahabat-sahabat seperjuanganku Alfi, Aulina, Ririn, Asalia, Lalas, Maimun, Rangga, Faizal, Gus Alip, Ahsin, Ulil, Latif, Burhan, Malika, Sinyo, Dany, Hikmah, Piah, Ariij yang selalu memberikan motivasi kepadaku, somoga

sukses serta diberi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi

10.Sahabat-sahabat rumah kedua ku Desi, Upik, Anik, Hana, Sholikhatul, Qisma,

Ambar, Desi yang selalu menemani dan senantiasa memotivasi dalam keadaan apapun, semoga selalu dalam lindungan Allah

(10)
(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Landasan Teori ... 15

(12)

2. Empat Prinsip Pendidikan UNESCO ... 15

3. Kajian Peneliti Terdahulu... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

C. Sumber Data ... 26

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 26

E. Analisis Data ... 28

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 30

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ... 33

A. Paparan Data ... 33

1. Gambaran Umum Obyek Penelitian SMA Islam Plus Bina Insani Susukan ... 33

a. Sejaran Singkat SMA Islam Plus Bina Insani Susukam ... 33

b. Identitas dan Data Tanah ... 37

c. Visi dan Misi SMA Islam Plus Bina Insani Susukan ... 37

d. Struktur Manajemen Sekolah ... 39

e. Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan ... 39

f. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 42

2. Hasil Penelitian ... 43

(13)

a. Faktor pendukung dan penghambat penerapan empat prinsip

pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani...46

B. Analisis Data ... 54

a. Penerapan Empat Prinsip Pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan ... 54

b. Faktor Penghambat Dan Faktor Pendukung Penerapan Empat Prinsip Pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani ... 58

BAB V PENUTUP ... 62

Kesimpulan ... 62

Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN

1. Tabel 4.1 Identitas Sekolah

2. Tabel 4.2 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2017/2018

3. Tabel 4.3 Daftar Guru SMA Islam Bina Insani 4. Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana

5. Lampiran Pedoman Wawancara

6. Lampiran Catatan Lapangan (Field Note)

7. Lampiran Dokumentasi

8. Lampiran Struktur Manajemen Sekolah 9. Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian 10.Lampiran Surat Keterangan Penelitian

11.Lampiran Surat Pembimbing Skripsi 12.Lampiran Lembar Konsultasi Penelitian

(15)

ABSTRAK

Agustin, Elfa Rahmah 2018. Penerapan Empat Prinsip Pendidikan Unesco di SMA Islam Plus Bina Insani Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.

Kata Kunci : Empat Prinsip Pendidikan UNESCO

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: Pertama, bagaimana penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan. Kedua, apa faktor pendukung dan penghambat penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah lembaga pendidikan SMA Islam Plus Bina Insani Susukan. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan klarifikasi data, penyaringan data dan penyimpulan.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah rangkaian kegiatan-kegiatan manusia tertuju

terhadap manusia muda sebagai sesama secara bertanggungjawab, dalam situasi pergaulan dan kebersamaan, tempat upaya memengaruhi dilakukan dengan penghargaan dan pendekatan pribadi. Dalam bahasa Inggris, untuk

istilah pendidikan menggunakan perkataan “education”. Itu adalah kata benda ataupun hal-aktif yang terkait erat dengan perkataan bahasa Latin “educere”, yang berarti “mengeluarkan atau melahirkan sesuatu kemampuan”; “education/educating” berarti membimbing dalam

pergaulan untuk mewujudkan suatu kemampuan yang terpendam atau

tersimpan dalam diri anak (Waini Rasyidin 2014:17). Dalam hal ini pendidikan sangat penting untuk dipelajari tidak hanya itu pendidikan juga

dapat diartikan sebagai sarana untuk mengasah kemampuan manusia yang secara fitrahnya sudah dianugerahkan oleh tuhan sebuah akal pikiran yang mana hal itu harus dikembangkan oleh pemiliknya yaitu manusia itu

sendiri.

Istilah pendidikan makin dihubungkan dengan pendikan secara

formal di lingkungan sekolah dengan alasan bahwa di kelembagaan sekolah tempatnya anak dididik oleh para pakar yang khusus terlebih

(17)

mendidik anak telah bermula sejak usia pasca dini awal) sehingga kegiatan-kegiatan pendidikan senantiasa mencangkup program yang lebih

luas daripada persekolahan (formal). Sedangkan persekolahan bagi pedagogik merupakan lingkungan khusus secara formal tempat terjadinya

pendidikan anak, pendidikan masa remaja dan andolens dengan berkesinambungan (di luar lingkungan keluarga, pendidikan pra sekolah, pendidikan nonformal, pendidikan orang dewasa dan pendidikan anak

dalam lingkungan masyarakat kecil/komunitas dan masyarakat luas). (Waini Raisyidin, 2014:18). Keluarga merupakan pendidikan pertama

yang diterima oleh anak sebelum menerima pendidikan lainnya melalui lembaga pendidikan sekolah. Dalam hal ini keluarga sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak bukan hanya dalam

biologisnya saja namun juga dalam hal psikologis. Pada usia dini anak akan dengan mudah menerima pembelajaran dari keluarga mereka dengan

baik, dalam hal ini anak akan mendapat pembelajaran berupa pendidikan karakter yang merupakan pendidikan mengenai nilai-nilai etika yang inti. Kemudian anak juga akan mendapat pembelajaran mengenai pendidikan

religi atau agama yang mana disini anak akan mengetahui apa paham yang mereka anut, di sini anak akan tahu siapa tuhan mereka.

Tuhan dalam falsafah, atau dalam ide manusia, merupakan imaginasi manusia, karena Tuhan disifati sesuai dengan citra manusia. Hal

(18)

citra manusia, karena manusia adalah makhluk dan setiap makhluk adalah baru, sedangkan Allah bukan dzat yang baru, tapi kodim (mukhalafatul lil

hawadits). Dalam hal ini citra Tuhan yang dikhayalkan oleh manusia, cenderung akan dibumbui dan dicampuri oleh sifat-sifat yang didasarkan

kepada pengalaman dan akal manusia, sehingga Tuhan bersifat

antropomorfis, karena manusia itu sendiri antroposentris. Hal tersebut dilukiskan dalam peristiwa teguran Nabi Ibrahim AS kepada ayahnya yang

menjadikan berhala sebagai Tuhan, bahkan hal tersebut dilukiskan pula dalam berbagai peristiwa yang terjadi ketika Nabi Ibrahim AS mencari

Tuhan (Zakiah Darajat, 1987:18). Antropomosfis merupakan kiasan (mutasyabihat) dan dapat ditakwilkan secara rasional dengan penjelasan ynag kritis. Istilah mutasyabihat masalah yang bermakna ganda atau abigu

terdapat pada Q.S Ali Imran : 7, yang diperlawankan dengan istilah

muhkamat ayat-ayat yang jelas hukumnya. Di pihak lain Hadis

menghindari takwil dan mengatakan pomorfis “tanpa bertanya bagaimana

(bila kayfa) (Syah Waliyullah, 1996:271). Antroposentris (Human

Centered Approch) aliran ini berpendapat bahwa nilai-nilai lingkungan bukanlah hanya merupakan produk dari preferensi manusia atau merupakan bidang yang harus mengutamakan manusia di atas

pertimbangan alam dan lingkungan. Etika antroposentris yang lebih menitikberatkan pada peranan manusia sudah cukup untuk menyelesaikan

(19)

Pendidikan islam ialah satu proses penyampaian informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi

(internalisasi), sehingga menjiwai cara berfikir, bersikap dan bertindak (individuasi) baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan

Allah (ibadah) dan hubungannya dengan manusia lain atau masyarakat (sosiolisasi) serta makhluk lain dalam alam semesta maupun lingkkungannya (mu’amalah ma’al makhluk atau culturilisasi civiliasi) dalam kedudukannya sebagai:

1. Hamba Allah atau

2. Khalifah Allah di bumi atau

3. Cendekiawan, ulam pelanjut para Nabi.

Jadi pendidikan islam adalah suatu proses pembentukan pribadi

(akhlak -pribadi) maupun masyarakat muslim (culturalisasi-civilisasi). Usaha pendidikan adalah suatu proses penanaman benih baru atau

suatu tranformasi dan pengembangan bakat serta kemampuan seseorang memalui proses psikologis yaitu suatu proses yang dikembangkan dengan mengisi bagian-bagian dari otak (benak) manusia dengan

masukan-masukan atau rangsangan yang menimbulkan impulsi kognitif, afektif, dan motorik (Zakiah Darajat, 1987:126).

Usaha pendidikan yang telah berjalan berabad-abad selain telah memiliki hasil yang mana telah kita nikmati berbagai macamnya juga

(20)

seiring berjalannya waktu pendidikan juga perlu mengadakan penyesuaian terhadap tuntutan baru yang ada pada zaman itu.

Dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas mutu

pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pedidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang

dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah

yang diharapkan dapat bersama-sama turut berpartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki.

Sebagai usaha meningkatkan mutu pendidikan maka perlu adanya

suatu pondasi yang kuat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Fenomena pendidikan yang sering kita lihat baik melalui media elektronik

maupun media cetak, merupakan dampak dari diabaikannya pondasi-pondasi pendidikan. Sehingga sampai dengan sekarang Sumber Daya Manusia di negara kita sendiri belum bisa dikategorikan berkualitas.

Masalah demi masalah yang timbul membuat para orang tua khawatir dengan hasil akhir pendidikan. Salah satu pondasi yang digagas oleh

UNESCO yang sering kita sebut sebagai empat pilar pendidikan, yakni (1) Learning to know, bukan sekadar mempelajari materi pembelajaran, tetapi

(21)

kreativitas, produktivitas, ketangguhan, menguasai kompetensi secara profesional, dan siap menghadapi situasi yang senantiasa berubah; (3)

Learning to be, pengembangan potensi diri yang meliputi kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, kesadaran estetik, disiplin, dan

bertanggung jawab; serta (4) Learning to live together, pemahaman hidup selaas dan seimbang, baik secara nasional maupun internasional dengan menghormatinilai-nilai spiritual dan tradisi kebhinekaan. Kemudian dalam

hal ini pendidikan islam juga mempunyai peran yang penting dalam membentuk pondasi pendidikan yang ada di negara kita. Dalam hal ini

lembaga pendidikan berbasis pesanten seperti pada SMA Islam Plus Bina Insani secara tidak langsung mengandung prinsip-prinsip pendidikan tersebut dalam kegiatan belajar-mengajarnya serta dalam kegiatan

sehari-harinya karena SMA Islam Plus Bina Insani ini merupakan sekolah

boarding school yaitu sekolah berbasis pesantren.

Berdasarkan latar belakang diatas pilar merupakan sebuah dasar atau prinsip yang menjadikan penulis ingin mengeksplorasi lebih mendalam mengenai prinsip-prinsip pendidikan yang akan menjadikan

pendidikan di negara kita semakin berkualitas, yang akan dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “PENERAPAN EMPAT PRINSIP

PENDIDIKAN UNESCO DI SMA ISLAM PLUS BINA INSANI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

(22)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas penulis memfokuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan empat prinsip

pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendiskripsikan bagaimana penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan bagi pembaca tentang karya-karya sastra. b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana

pendidikan.

c. Bagi peminat sastra pada umumnya diharapkan akan lebih mudah

(23)

2. Manfaat Praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui

penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani.

b. Bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah.

c. Bagi pendidikan dapat menjadi inovasi dalam meningkatkan

kualitas proses pembelajaran selanjutnya meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Bagi siswa dapat menambah pengalaman baru dalam pembelajaran sehingga dapat menambah motivasi dan prestasi belajar siswa. E. Penegasan Istilah

Dalam pembahasan penelitian ini, penulis telaah pustaka dalam sejumlah penelitian sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan

tema tersebut. Serta untuk menghindari timbulnya berbagai interprestatasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi

diatas, yaitu: 1. Penerapan

Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:1487). Adapun

(24)

disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud

untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

a. Adanya program yang dilaksanakan

b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun

pengawasan dari proses penerapan tersebut (Wahab, 1990:45). 2. Empat Prinsip Pendidikan UNESCO

Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO (United

Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) yang bergerak dibidang pendidikan, pengetahuan dan budaya. Dalam

uraiannya yang bertajuk Learning: Treasure Within (1996:85-89) menetapkan The four pillars education (empat pilar pendidikan) sebagai landasan pendidikan pada era global, sebagai berikut: (1)

Learning to know, bukan sekadar mempelajari materi pembelajaran, tetapi lebih penting adalah mengenal cara memahami dan

mengkomunikasikannya; (2) Learning to do, menumbuhkan semangat kreativitas, produktivitas, ketangguhan, menguasai kompetensi secara

(25)

kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, kesadaran estetik, disiplin, dan bertanggung jawab; serta (4) Learning to live together,

pemahaman hidup selaras dan seimbang, baik secara nasional maupun internasional dengan menghormati nilai-nilai spiritual dan tradisi

kebhinekaan (Darmadi, 2018:9).

Keempat prinsip tersebut secara sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia. Adapun empat prinsip

tersebut adalah sebagai berikut: a. Learning to Know

Learning to know selalu mengajarkan tentang arti pentingnya sebuah pengetahuan, karena didalam learning to know terdapat

learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adalah proses belajar. Hal ini sesuai pendapat Abu Ahmadi dan Widodo

Supriyono (2004: 128) yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pada prinsip pertama ini anak diajarkan untuk belajar mengatahui, tidak

hanya materi pembelajaran yang wajib ia ketahui tetapi hal-hal baik lain yang dapat mengembangkan kemampuannya juga. Hal ini

(26)

b. Learning to do

Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan

soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan

merupakan bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil dari

produk pendidikan memang harus dituntut memiliki kemampuan

soft skill dan hard skill.

Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut fisik, artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan

dengan kemampuan peserta didik. Penguasaan kemampuan hard skill dapat dilakukan dengan menerapkan apa yang dia dapatkan

atau apa yang telah dipelajarinya di kehidupan sehari-hari, contohnya anak disekolah belajar tentang arti penting sikap disiplin, maka untuk memahami dan mengerti tentang disiplin itu,

anak harus belajar untuk melakukan sikap disiplin, baik dirumah, disekolah atau dimanapun. Dengan begitu anak menjadi tahu dan

faham tentang pentingnya sikap disiplin.

Selanjutnya adalah soft skill, artinya keterampilan yang

(27)

pada ciri-ciri kepribadian, rahmat sosial, kemampuan berbahasa dan pengoptimalan derajat seseorang.

c. Learning to be

Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat,

perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi

siswa yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal

ini sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih

manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan.

Prinsip ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan

melatih peserta didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan. d. Learning to live together

Prinsip terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok

masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan

(28)

Pada prinsip keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan

di sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai

bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain

dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

F. Sistematika Penelitian

Sitematika penulisan sekripsi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar

berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan

persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

Bagian inti dari penelitian ini, peneliti menyusun kedalam lima bab

dengan rincian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan terdiri dari: latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sitematika

(29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai empat prinsip

pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi dan waku penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai:

penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani dan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menenerapan kan empat prinsip

pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani

BAB V PENUTUP

(30)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Penerapan

Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:1487). Adapun menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali,

1995:1044). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara

individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

b. Adanya program yang dilaksanakan

c. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

d. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut (Wahab, 1990:45).

2. Empat Prinsip Pendidikan UNESCO

Dalam kamus umum, prinsip adalah tiang penyangga suatu

bangunan atau penguat dari beton dan sebagainya, juga sekaligus dipakai untuk keindahan atau keserasian, penunjang untuk kegiatan (Zainul Bahri,

(31)

Pendidikan adalah aset masa depan dalam membentuk SDM yang berkualitas. Peningkatan SDM perlu ditangani oleh sistem pendidikan

yang baik, pengelola yang profesional, tenaga guru yang bermutu, sarana belajar dan anggaran pendidikan yang cukup. Pendidikan harus dibawa

dalam rangka mengoptimalkan kemampuan peserta didik untuk memiliki sifat kreatif, kritis dan tanggap terhadap masalah kehidupan.

UNESCO sebagai lembaga yang mengurusi masalah pendidikan di

bawah naungan PBB dalam (Sindhunata, 2001:116), mengemukakan keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar pengalaman belajar

(empat buat sendi atau pilar pendidikan dalam rangka pelaksanaan pendidikan untuk masa sekarang dan masa depan) yang diorientasikan pada pencapaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni belajar

mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar menjadi seseorang (learning to be) dan belajar hidup bersama (learning to

live together).

Keempat prinsip tersebut secara sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia. Adapun empat prinsip tersebut adalah

sebagai berikut: a. Learning to Know

Learning to know selalu mengajarkan tentang arti pentingnya sebuah pengetahuan, karena didalam learning to know terdapat

(32)

sesuai pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 128) yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Pada prinsip pertama ini anak diajarkan untuk belajar mengatahui, tidak hanya materi pembelajaran yang wajib ia ketahui tetapi hal-hal baik lain yang dapat

mengembangkan kemampuannya juga. Hal ini mendorong anak untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya.

Learning to know merupakan landasan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan dapat berkembang dengan baik apabila murid dibekali dengan kemampuan

dasar (membaca, menulis, berbicara, mendengarkan dan berhitung) dengan baik. Dalam hal ini learning to know merupakan suatu proses

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati serta dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan, yang memungkinkan tertanamnya sikap ingin tahu dan selanjutnya menadi

rasa mampu untuk mencari jawaban atas masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Learning to know dilakukan dengan cara memadukan penguasaan terhadap suatu pengetahuan umum yang cukup luas

(33)

kecil mata pelajaran (Redja, 1998:518). learning to know ini mengandung prinsip berikut:

1)Diarahkan untuk mampu mengembangkan ilmu dan terobosan teknologi dan merespon sumber informasi baru

2)Memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran 3)Network society

4)Learning to learn dan life long education

b. Learning to do

Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft

skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang

berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan memang

harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill.

Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut fisik, artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan kemampuan peserta didik. Penguasaan kemampuan hard skill dapat

dilakukan dengan menerapkan apa yang dia dapatkan atau apa yang telah dipelajarinya di kehidupan sehari-hari, contohnya anak disekolah

(34)

disiplin, baik dirumah, disekolah atau dimanapun. Dengan begitu anak menjadi tahu dan faham tentang pentingnya sikap disiplin.

Selanjutnya adalah soft skill, artinya keterampilan yang menuntut intelektual. Soft skill merupakan istilah yang mengacu pada ciri-ciri

kepribadian, rahmat sosial, kemampuan berbahasa dan pengoptimalan derajat seseorang.

Learning to do yaitu proses pembelajaran dengan penekanan agar peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu

yang bermakna “Active Learning”. Peserta didik memperoleh

kesempatan belajar dan berlatih untuk dapat menguasai dan memiliki standar kompetensi dasar yang dipersyaratkan dalam dirinya. Proses pembelajaran yang dilakukan menggali dan menemukan informasi

(information searching and exploring), mengolah dan informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making

skill), serta memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill).

c. Learning to be

Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal:

bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa

(35)

diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara

pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan.

Prinsip ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih peserta didik agar menjadipribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan.

d. Learning to live together

Prinsip terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para

peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup

bersama. Dalam uraiannya yang bertajuk Learning The Treasure Within

(Jacques Delors, 1996:37)

By developing an understanding of other people and an appreciation of interdependence - carrying out joint projects and learning to manage conflicts - in a spirit of respect for the values of pluralism, mutual understanding and peace.

Dengan mengembangkan pemahaman tentang orang lain dan terhadap orang lain - melaksanakan proyek-proye kerjasama dan

belajar untuk mengelola konflik, dalam semangat untuk menghormati nilai-nilai pluralisme, saling pengertian dan damai.

Pada prinsip keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling

(36)

sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk

mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya.

Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live

together).

Dari beberapa uraian diatas dapat dipahami bahwa learning to know, ini berarti pendidikan berorientasi pada pengetahuan logis dan

rasional sehingga peserta didik berani menyatakan pendapat dan bersikap kritis serta memiliki semangat membaca yang tinggi. Learning

to do, aspek yang ingin dicapai dalam visi ini adalah keterampilan seorang anak didik dalam menyelesaikan problem keseharian. Dengan kata lain pendidikan diarahkan pada how to solve the problem. Learning

to live together, disini pendidikan diarahkan pada pembentukan seorang anak didik yang berkesadaran bahwa kita hidup dalam sebuah dunia global bersama banyak manusia dari berbagai bahasa dengan latar

belakang etnik, agama, dan budaya. Pendidikan akan nilai-nilai semisal perdamaian, penghormatan HAM, pelestarian lingkungan hidup, dan

toleransi, menjadi aspek utama yang mesti menginternal dalam kesadaran learner. Dan learning to be, mengembangkan kepribadian

(37)

pendidikan tidak harus mengabaikan aspek apa pun dari potensi seseorang seperti aspek ingatan, logika, estetikia, kemampuan fisik dan

keterampilan berkomunikasi.

Pendidikan Islam pun telah meng-cover semua prinsip-prinsip

pendidikan rekomenasi UNESCO dalam pandangan al-Qur'an dan Hadits sebagai analisis, kesemua prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Al-Qur'an dan Hadits hanya saja tidak tergolong dalam satu

kaidah bulat. Learning to know dengan penjelasan ciri ulul albab yang selalu menggunakan akalnya, learning to do dengan kesinambungan

berkarya (berkerja) setelah usai mengerjakan satu tugas, learning to be

dengan akhlakul karimah dan learning to live together dengan anjuran

saling ta‟aruf (mengenal).

B. Kajian Penelitian Terdahulu

a. Skripsi yang disusun oleh Weni Novalanti Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan

Ampel Surabaya tahun 2012. Dengan judul Penerapan Pendekatan Empat Pilar Pendidikan pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas X di MAN Rejosari Madiun. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan

empat pilar pendidikan UNESCO pada mata pelajaran Fiqih kelas X 2 di MAN Rejosari Madiun dapat dikatakan baik, hal ini sesuai dengan

observasi penulis di kelas X 2 dengan ikut langsung dalam pembelajaran, beberapa macam belajar di dalam pendekatan empat prinsip pendidikan

(38)

drill, inkuiri, tanya jawab serta penugasan dan menggunakan pendekatan inkuiri, rasional, fungsional, emosional, pengalaman dan pembiasaan.

b. Jurnal yang disusun oleh Sigit Dwi Laksana Fakultas Agama Islam Universitas Muhamadiyah Ponorogo. Dengan judul Integrasi Empat Pilar

Pendidikan (UNESCO) dan Tiga Pilar Pendidikan Islam. Hasil penellitian menyimpulkan bahwa empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO sangat berkaitan dengan tiga pilar utama pendidikan Islam

yaitu pendidikan tauhid, pendidikan akhlak dan pendidikan ibadah. Kaitan antara kedua prinsip tersebut terletak pada isi kandungan dan makna dari

setiap poin pilar dan juga peran dari pendidikan itu sendiri dalam menerapkan masing-masing pilar pendidikan. Dengan semakin kuatnya pilar pendidikan Islam diharapkan mampu mencetak generasi yang siap

dan mampu menghadapi tantangan di zaman sekarang ini.

c. Jurnal yang disusun oleh Rohman dan Supari Muslim Fakultas Teknik

Universitas Negeri Surabaya tahun 2014. Dengan judul Studi Penerapan Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Standar Kompetisi Dasar

Memasang Instalasi Penerangan Listrik Bangunan Sederhada di SMK Negeri 7 Surabaya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perangkat

pembelajaran dinyatakan memiliki kualitas yang baik dan layak untuk diterapkan pada penelitian di SMK Negeri 7 Surabaya, aktivitas siswa

(39)

dengan baik, penerapan empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO sangat layak diterapkan karena dapat meningkatkan ketuntasan hasil

belajar.

Berdasarkan penelitian tersebut bahwa penelitian yang penulis

lakukan berbeda dengan penelitian tersebut. Penelitian pertama fokus pada materi pembelajaran yaitu dalam amta pelajaran fiqih di kelas X. Pada penelitian kedua fokus pada penggabungan antara konsep empat

prinsip pendidikan UNESCO dengan prinsip pendidikan islam. Penelitian ketiga fokus pada metode atau perangkat pembelajaran dengan

menggunakan empat prinsip pendidikan rekomendasi UNESCO sebagai model pembelajaran.

Persamaan secara keseluruhan yang peneliti lakukan adalah

terletak pada empat prinsip pendidikan UNESCO dan terletak pada sub materi yang sama yaitu membahas tentang pendidikan.

Perbedaan dengan peneliti lakukan ialah pada tempat yang akan ditelliti, dimana penulis akan meneliti mengenai penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO pada lembaga pendidikan tersebut yang tentunya

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian yang bersifat penelitian

kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 20005:4). Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan pada aspek suatu pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dariada melihat

permasalahan untuk penelitian generalisasi dengan menggunakan deskriptif analisis.

Adapun bentuk penelitiannya berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang

menggambarkan suatu obyek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian, pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami sebuah

fakta (understanding) bukan menjelaskan fakta (explaining) (Zaenal Arifin, 2010:15).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Islam Plus Bina Insani Kelurahan Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan

dalam rentang waktu bulan Agustus-September.

Peneliti memilih lokasi SMA Islam Plus Bina Insani karena di sekolah

(41)

pendidikan tersebut tidak hanya mempelajari mengenai pelajaran formal saja tetapi juga menerima pelajaran diniyah atau keagamaan.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi :

1. Data utama yakni data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tidakan (Moleong, 2011:157). Kata-kata dan tindakan dapat didapat dari

wawancara atau pengamatan untuk mengetahui penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO dalam lembaga pendidikan tersebut. data utama

penelitian penulis dapatkan dari kepala sekolah, guru-guru, siswa, dan pegawai di SMA Islam Plus Bina Insani.

2. Data kedua atau sekunder yaitu data tambahan yang berasal dari sumber

tertulis yang berkaitan dengan SMA Islam Plus Bina Insani yang berfungsi sebagai penguat data utama. Dalam penelitian ini data sekunder

diperoleh dari sumber-sumber buku, majalah, artikel, serta data-data lain yang relevan dengan penelitian ini.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1.Wawancara

Yaitu suatu bentuk komunikasi verbal yang berarti semacam

(42)

19996:113). Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks.

Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai fakta, perilaku, pandangan seseorang, dan tindakan yang akan diambil seseorang mengenai suatu

hal. 2.Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan (Arikunto, 1998:234).

Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti luas, observasi tidak

hanya sebatas pada pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Konsep-konsep penting dalam observasi meliputi dimensi situasi sosial, memperoleh akses masuk, diterima oleh komunitas

partisipasi, asas timbal balik, informasi kunci, jangka waktu studi lapangan, peralatan, dan catatan lapangan. hal tersebut merupakan

sesuatu yang harus dipersiapkan oleh peneliti selama penelitian. 3.Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah laporan tertulis tentang suatu

peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa tersebut (Burhan Bungin, 2001:133). Pemberian atau

(43)

Dokumen yang digunakan meliputi denah lokasi sekolah, profil sekolah, sejarah sekolah, brosur sekolah, foto yang diperoleh oleh

peneliti ketika penelitian berlangsung. E. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif menggunakan analisa logika induktif abstraktif yaitu suatu logika yang

bertitik tolak dari khusus ke umum, konseptualisasi, kategorisasi dan deskripsi dikembangkan atas dasar kejadian yang diperoleh ketika kegiatan

lapangan berlangsung. Pertanyaan khusus tidak lain adalah gejala, fakta, data, informasi dari lapangan dan buku teori (Burhan Bungin, 2001:17). Analisis data merupakan suatu langkah yang penting seletah data terkumpul. Untuk

menganalisis data yang terkumpul peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis data yang telah diperoleh melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penemuan kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik.

Seperti telah disebutkan diatas, penelitian kualitatif tidak terlepas dari penemuan data kuantitatif. Oleh Karena itu dalam penelitian kualitatif, data

yang diperoleh dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Menganalisis data lapangan, yaitu analisis yang dikerjakan selama

(44)

merupakan hasil wawancara terpimpin dengan guru mata pelajaran fiqih dan kepala sekolah, dipilah-pilah dan difokuskan sesuai dengan fokus

penelitian data tersebut, peneliti mencari data baru.

2. Menganalisis data yang telah terkumpul atau data yang baru diperoleh,

data ini dianalisis dengan cara membandingkan dengan data-data yang terdahulu. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analisis

b. Merencanakan tahapan pengumpulan data dengan hasil pengamatan sebelumnya.

c. Menggali sumber-sumber perpustakaan yang relevan selama penelitian berlangsung.

3. Setelah proses pengumpulan data selesai, maka penelitian membuat

laporan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan membuat gambaran (deskripsi) mengenai

situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Adapun tujuan dari metode deskriptif ini adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan

gejala-gejala yang ada.

b. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang

memperlihatkan kondisi.

c. Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi selain

(45)

1) Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan data

dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik.

2) Penyajian data, yaitu mengumpulkan data atau informasi secara

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3) Menarik kesimpulan (Saifudin Azwar, 2004:126). F. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (1990:320) yang dimaksud dengan keabsahan data

adalah setiap keadaan harus memenuhi: 1. Mendemonstrasikan nilai yang benar

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan

3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan

keputusan-keputusannya.

Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data menggunakan

teknik sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong yaitu: 1. Ketekunan pengamatan

(46)

penelitian sehingga data yang diperlukan dapat diidentifikasikan. Selanjutnya, dapat diperoleh deskripsi-deskripsi yang akurat dalam

proses perincian maupun penyimpulan. 2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sumber yang lain di luar data sebagai pengecekan atau pembanding data. Jadi triangulasi berarti cara terbaaik untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu pengumpulan data tentang berbagai

kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain triangulasi peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori. Dalam

kaitan ini ada dua metode triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan data, yaitu:

a. Triangulasi metode dan teknik pengumpulan data. Dalam hal ini, metode dan teknik pengambilan data tidak hanya digunakan untuk sekedar mendapatkan data atau menilai keberdaan data, tetapi

juga untuk menentukan keabsahan data.

b. Triangulasi data dengan pengecekan yang dibantu oleh teman

(47)

3. Kecukupan referensial

Penyajian data dengan kecukupan referensi dilakukan dengan

membaca dan menelaah sumber-sumber data dan sumber pustaka yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar dapat

(48)

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1.Gambaran Umum Obyek Penelitian SMA Islam Plus Bina Insani Susukan

a. Sejarah Singkat SMA Islam Plus Bina Insani Susukan

Berdasarkan dokumen sekolah diporoleh data mengenai sejarah SMA Islam Plus Bina Insani. SMA Islam Plus BINA

INSANI dibuka pada tahun 2002/2003. Penambahan kata „Plus‟

sejalan dengan program yang disel enggarakan, di samping

menggunakan kurikulum SMA yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional yang dimodifikasi ditambah dengan paket kesekolahan dan kepesantrenan.

Pondok Pesantren Modern (selanjutnya disingkat PPM) Bina Insani awalnya adalah sebuah pengajian Al-Qur‟an secara

musafahah dilaksanakan setelah shalat maghrib yang diselenggarakan di Masjid Al-Huda Baran. Pengajian itu tadinya diselenggarakan di rumah alm. Bapak Kamsu, sekitar tahun 1965,

karena tidak tertampung lagi, maka dipindahkan ke masjid. Peserta didiknya adalah anak-anak dari lingkungan masjid dan anak-anak

dari warga dusun tetangga. Pengasuhnya, imam dan takmir masjid seperti Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlison, Bapak Uri

(49)

Pada tahun 1992 pengajian ini dikembangkan menjadi TPA, Madrasah Diniyah Manarul Huda, dikelola oleh remaja masjid

dengan sistem klasikal. Materi pelajaran dikembangkan dalam kurikulum TKA-TPA, dan kurikulum Madrasah Diniyyah dengan

kegiatan ektrakurikuler, seperti rabana, seni baca Al-Qur‟an,

muchadloroh, dan drum band. Tahun demi tahun menunjukkan peningkatan, baik dari kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas

pada tahun 1997 pernah juara umum lomba Festival Anak Shalih (FASI) tingkat Kab. Semarang dan Kota Salatiga. Dari segi

kuantitas menunujukkan adanya peningkatan dan jumlah santri yang awalnya sekitar 20-an anak hingga mencapai 300 anak. Adapun dari fasilitas sarana dan prasarana lembaga ini menempati

gedung yang dibangun di atas tanah waqaf dari almarhum Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlison dan Bapak Uri Abdul

Rasyid. Pembangunan gedung fisiknya dibangun oleh Haji Umar (sesepuh desa), sedangkan mebelernya dari Bapak Haji Suwandi (tokoh masyarakat) dan keluarga Haji Ahmad Tamin Said Jakarta.

Pada perkembangan berikutnya atas masukan dari para kiai dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mendirikan pondok pesantren yang

di dalamnya ada pendidikan formalnya, maka pada tahun 1999 disusun tim perumus dan pendiri pondok pesantren sekaligus

(50)

Ide besar pendirian pondok pesantren modern bertujuan untuk membangun dan mencetak insan seutuhnya, calon ilmuwan, dan

ulama` kepesantrenan, keterampilan serta penanaman akhlak Islami, memadukan sistem pendidikan tradisional dan modern

dengan spesialisasi yang jelas dan terarah. PPM Bina Insani didirikan oleh Yayasan Pendidikan Islam Haji Ahmad Tamin Said tahun 1999, diambil dari nama pewakaf (wakif) utama Alm Haji

Ahmad Tamin Said, warga Jakarta, disingkat YPI AHMADINA, yang kemudian didaftarkan pada pejabat pembuat akte Notaris

Hendrati Prasetyosiwi, SH., dengan nomor: 1 tanggal 02 Juni 1999. Di awal rencana pendiriannya, untuk menyusun kurikulum, rencana, serta program kerja pondok, para penggagas dan pendiri

membentuk Tim Sembilan atau yang kami istilahkan dengan Tim Kopeng yang berjumlah sepuluh orang untuk merumuskannya,

yaitu:

1) Dr. H. Zuhroni, M.A., alumnus PTIQ Jakarta, pendidikan terakhir S-3 UIN Jakarta, aktivitas sehari-hari sebagai dosen

tetap Universitas YARSI Jakarta, sebagai penggagas awal, jabatan di PPM Bina Insani menjadi Ketua Umum Yayasan.

2) Drs. KH. Muntaha Azhari, M.A. (alm), alumnus PTIQ Jakarta, jabatan terakhir sebagai Wakil Rektor PTIQ Jakarta, selain

(51)

3) K. Muhsoni, praktisi pendidikan pesantren, alumni Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, selanjutnya sebagai

Pengasuh PPM Bina Insani.

4) Muhammad Munzaini, M.Pd.I., praktisi pendidikan, alumnus

IAIN Walisanga Salatiga dan UNU Surakarta. Selanjutnya sebagai Kepala Sekolah.

5) KH. Sholih Mubin, S.Ag., praktisi pendidikan, mubaligh, dan

tokoh masyarakat.

6) Drs. Mustofa, alumnus IAIN Walisanga Salatiga, praktisi

pendidikan dan LSM.

7) Trijono, S.Pd. tokoh masyarakat dan praktisi pendidikan. 8) M. Islam, praktisi pendidikan.

9) Munjazinul Arif, S.Ag, alumni IAIN Walisongo Salatiga, dan aktivis LSM.

10)Drs. H. Imam Baihaqi, M.A., Dosen IAIN Walisongo Salatiga. Setelah berhasil merumuskan garis besar rencana pendirian pondok dengan ciri dan model yang ditentukan, kami

mengsosialisasikannya kepada berbagai pihak kalangan masyarakat, di antaranya mengundang tokoh-tokoh masyarakat,

para kiai, perangkat desa, dan tokoh-tokoh pendidikan di sekitar lokasi untuk mendapatkan restu dan masukan-masukan konstruktif

(52)

Thalibin Jetis: KH Mubarak Thaha, K. Anis Thaha, Kepala Desa Ketapang, kepala-kepala SDN dan MI sekitar, dan lain-lain. Pada

awal berdirinya, jumlah santri hanya 22 orang, tetapi kini telah mengalami kemajuan pesat.

b. Identitas dan Data Tanah SMA Islam Plus Bina Insani Susukan 1) Identitas Sekolah

Nomor Telepon 0298 615145

Email ppmbinsa_99@yahoo.com

Tabel 4.1 jumlah identitas sekolah 2) Data Tanah SMA Islam Plus Bina Insani

Keadaan tanah SMA Islam Plus Bina Insani sepenuhnya milik Yayasan Pendidikan Haji Ahmad Tamin Said seluas 7025 m2. c. Visi dan Misi SMA Islam Plus Bina Insani Susukan

1) Visi

Mewujudkan Insan yang shalih-shalihah, berprestasi,

mandiri, dan berwawasan lingkungan. 2) Misi

a) Mengkaji, menghayati, dan mengamalkan syariat Islam

(53)

b) Memantapkan keimanan dan ketakwaan santri kepada Allah Azza wa Jalla, dan kewajiban membiasakan

menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sekolah dan Pondok pesantren.

c) Mengembangkan sumberdaya manusia yang handal, religius, (tafaqquh fid dīn) mencakup semua aspek kecerdasan.

d) Meningkatkan pelayanan maksimal pada kegiatan pembelajaran dan pengembangan diri.

e) Meningkatkan profesionalisme guru untuk menciptakan budaya mutu secara inovatif dan kreatif.

f) Menerapkan kedisiplinan dalam semua aspek kepada

seluruh warga sekolah/Pondok.

g) Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat guna

melestarikan sekolah yang bersih dan sehat.

h) Menjalin kerjasama antara stakeholder untuk mendapatkan dukungan terhadap program sekolah.

i) Menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan sebagai wahana bersosialisasi warga

Pondok dengan masyarakat.

j) Menyelenggarakan sistem pendidikan efektif,

(54)

k) Mengupayakan pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan fasilitas pendidikan secara optimal.

l) Melaksanakan kegiatan pencapaian ketuntasan dan kompetensi terhadap lulusan, baik keterampilan, sikap

maupun perilaku.

m) Melaksanakan Panca Jiwa Pondok Pesantren: (1) Keikhlasan.

(2) Kesederhanaan. (3) Berdikari.

(4) Ukhuwwah Islamiyyah. (5) Berjiwa Bebas.

d. Struktur Manajemen Sekolah SMA Islam Plus Bina Insani Susukan

Struktur manajemen sekolah merupakan suatu badan yang didalamnya memuat tugas dan tanggung jawab sekelompuk orang,

dan adanya kerja sama antara satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun struktur manajemen sekolah SMA Islam Plus bina Inani sebagaimana terlampir (lihat

pada lampiran)

e. Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan SMA Islam Plus Bina Insani

Susukan

(55)

Jumlah siswa SMA Islam Plus Bina Insani Susukan pada tahun pelajaran 2017/2018 seluruhnya berjumlah 211 orang

siswa.

Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merasa,

siswa kelas 10 ada 4 rombongan belajar, yaitu kelas X IIS 1 ada 23 anak, X IIS 2 ada 26 anak, X MIA 1 ada 23 anak, X MIA 2 ada 23 anak. Untuk kelas XI terdiri dari 3 rombongan

belajar yang terdiri dari XI IPA, XI IPS 1, XI IPS 2. Kelas XII terdiri dari 2 rombongan belajar, XII IPA dan XII IPS.

No Kelas Jumlah

Tabel 4.2 jumlah siswa tahun pelajaran 2017/2018 2) Keadaan guru dan karyawan

SMA Islam Bina Insani Susukan merupakan sekolah berbasis pesantren atau Boarding School yang memiliki 29 orang guru

yang berijazah sarjana dan 6 orang guru mata pelajaran keagamaan, dan 3 orang tenaga administrasi.

No Nama Jabatan Mata Pelajaran Jenjang 1. Achmat Soleh Guru Mapel Fisika S1

(56)

Sekolah

3. Ahmad Munif Guru Mapel Seni Budaya S1 4. Asriningrum Guru Mapel Biologi S1 5. Fauzan Ibad Guru Mapel Bahasa Arab S1

8. Kastijah Guru Mapel Pendidikan Kewarganegaraa n (Pkn)

S1

9. Khoirun Ni'mah Guru Mapel Bahasa Inggris S1 10. Lina Rohaeni Guru Mapel Pendidikan

Agama Islam

S1

11. Maskunah Guru Mapel Pendidikan Agama Islam

14. Muh Mujib Guru Mapel Pendidikan Agama Islam

18. Muhdlor Guru Mapel Bahasa Inggris S1

19. Muhsoni Guru Mapel Lainnya Sma /

Sederajat 20. Mustofa Guru Mapel Pendidikan

Agama Islam

S1

21. Musyafak Guru Mapel Pendidikan Agama Islam

S1

22. Nur Iman Guru Mapel Matematika S1 23. Rifqi Lutfi Guru Mapel Pendidikan

Agama Islam

S1

24. Rita Indriyani Tenaga Administrasi Sekolah

Lainnya D3

25. Rizma Rofida Guru Mapel Matematika S1

26. Salimi Guru Mapel Geografi S1

(57)

28. Sholihin Guru Mapel Pendidikan Agama Islam

Sma / Sederajat 29. Siti Maesaroh Tenaga

Administrasi Sekolah

Lainnya D3

30. Siti Murtafiah Guru Mapel Pendidikan Agama Islam

34. Sutanto Guru Mapel Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

S1

35. Totok Haryanto Guru Mapel Bahasa Indonesia

S1

36. Tri Wahyuni Guru Mapel Matematika S1 37. Triyono Guru Mapel Pendidikan

Agama Islam

Tabel 4.3 Daftar Guru SMA Islam Bina Insani

f. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Islam Plus Bina Insani

Susukan

Adapun sarana dan prasarana yang berada di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan yaitu berupa bangunan sekolah yang

digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar seluruhnya dalam keadaan baik, dan jumlah lokalnya juga memadai sesuai

degan jumlah ruangan belajar.

Keadaan gedung SMA Islam Plus Bina Insani Susukan bisa

dilihat pada tabel dibawah ini:

(58)

2. Asrama putri 2 Baik

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana 2.Hasil Penelitian

a. Penerapan Empat Prinsip Pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus

Bina Insani

SMA Islam Bina Insani Susukan merupakan boarding

school yaitu sekolah asrama yang menerapkan konsep empat prinsip pendidikan, meskipun tidak secara teori tetapi secara praktiknya lembaga pendidikan ini telah menerapkan konsep ini.

seperti yang diungkapkan oleh ibu Siti Taqwimah.

“Berkaitan dengan prinsip ini sud ah ada, walaupun belum tertulis tapi pelaksanaannya ada meskipun belum maksimal, ngoten kan.

Bisa melihat maksimal tidaknya kan dengan melihat hasil juga”. (Wawancara hari Rabu, 5 September 2018, pukul 13.26 WIB)

Maka dari itu konsep empat prinsip pendidikan di SMA Islam Bina Insani sudah diterapkan. Yang mana empat prinsip

(59)

pendidikan ini merupakan boarding school jadi tidak hanya pelajaran formal saja yang diterima oleh peserta didik, tetapi juga

pelajaran diniyah atau keagamaan yang didapatkan ketika setiap pagi dan sore. Setelah mencari tahu dan mempelajari kemudian

Learning to do, siswa mempraktikkan apa yang telah ia pelajari sebelumnya. Learning to be, dalam hal ini siswa menjadikan ilmu yang dipraktikkannya tadi menjadi sebuah kebiasaan yang baik.

Dengan ini siswa sudah menjadi seseorang yang baik dalam pandangan islam. Kemudian yang terakhir learning to live together

yaitu belajar untuk hidup bersama, pada akhirnya siswa ketika le mbaga pendidikan ini merupakan lembaga berbasis pesantren akan terjun di masyarakat untuk mempraktikkan apa yang telah ia

dapatkan selama belajar pada lembaga tersebut. dalam hal ini siswa akan menjadi orang yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan di

masyarakat tentunya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Rifqi Luthfi.

“Kalo disana kan sistemnya jadi kaya’ semacam sekolah tapi ada

(60)

Empat prinsip pendidikan dapat dikaitkan dengan pendidikan islam yaitu dalam pandangan al-Qur'an dan Hadits

sebagai analisis, kesemua prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Al-Qur'an dan Hadits hanya saja tidak tergolong dalam satu

kaidah bulat. Learning to know dengan penjelasan ciri ulul albab yang selalu menggunakan akalnya, learning to do dengan kesinambungan berkarya (berkerja) setelah usai mengerjakan satu

tugas, learning to be dengan akhlakul karimah dan learning to live together dengan anjuran saling ta‟aruf (mengenal). Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Asriningrum

“Berbuat sesuatu secara mandiri, kalau di rumah kan

mereka masih dibimbing oleh orang tua jadi mereka betul-betul melakukan oleh sendiri, kemudia belajar untuk menjadi seseorang dengan belajar dari lingkungan yang ada di sekitarnya, kemudian belajar bersama masyarakat di dalam satu pondok ini mereka berarti sudah belajar di bermasyarakat karena mereka sudah hidup dalam satu asrama, satu rombongan, satu kelompok belajar, berarti sudah belajar bermasyarakat, belajar menyesuaikan dengan banyak sifat yang berbeda-beda”. (wawancara pada Rabu, 5 September 2018, pukul 13.57 WIB)

Dengan pernyataan tersebut konsep empat prinsip pendidikan UNESCO jika diterapkan pada lembaga pendidikan

islam dapat berjalan dengan baik karena konsepnya sesuai dengan sistemya. Meskipun belum banyak yang mengetahui konsep empat prinsip pendidikan UNESCO secara teori, namun dalam

(61)

Islam mengharuskan setiap umatnya untuk mencari ilmu. Dalam hal ini peserta didik belajar untuk mengetahui atau

menggali ilmu yang diberikan oleh pendidik dengan menggunakan metode-metode tertentu yang sesuai dengan mata pelajaran dan

karakteristik dari setiap peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Oktavita Sari

“Metodenya ya seperti halaqah misalkan dalam suatu

perkumpulan atau di dalam suatu majlis, itu salah satunya seperti penerapan dalam kegiatan belajar untuk berbicara di depan

umum, seperti extrakurikuler sekolah, latihan berpidato”. (wawancara pada rabu, 5 September 2018, Pukul 12.46 WIB)

Dengan adanya ekstrakurikuler sekolah peserta didik memiliki bekal lebih untuk dapat menjadi output yang lebih

berkualitas yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

b. Faktor pendukung dan penghambat penerapan empat prinsip

pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani

1) Faktor pendukung penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan

Setelah melakukan wawancara penulis menggali data mengenai faktor pendukung dalam prosesnya yaitu karena

SMA Islam Plus Bina Insani Susukan merupakan lembaga pendidikan yang berbasis pesantren, dimana peserta didik di lembaga tersebut juga merupakan santri di Pondok Pesantren

(62)

pelajaran diniyah atau keagamaan tetap harus mengikuti. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Rifqi Luthfi:

“Ada asramanya, ada pondoknya itu dimanapun berada

itu tujuannya bukan biar pinter, tapi lebih ke akhlaknya, jadi teori-teori itu kan ilmu kemudian dipraktekkan menjadi

kebiasaan, menjadi sifatnya membentuk karakter”. (wawancara pada hari Rabu, 5 September 2018, pukul 17.03 WIB)

Penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan juga bercermin pada sejarah

Bina Insani yang mana dulu merupakan taman belajar

Al-Qur‟an yang kemudian berkembang menjadi Pondok Pesantren

yang di dalamnya terdapat lembaga pendidikan formal dan di

dalamnya tidak hanya terdapat pengetahuan umum saja, tetapi juga pengetahuan mengenai keagamaan.

“Insya allah udah terpenuhi semua apalagi yang prinsip learning to live together, Apalagi sini pondok pesantren dah punya bekal lah bekal untuk bermasyarakat kayak contoh mungkin memandikan mayat, menyolatkan, dsb adatnya sama yang lebih tua, pasti ada lah bedanya yang keluaran dari

pesantren sama yang umum, pasti ada bedanya”. (wawancara pada Rabu, 5 September 2018, Pukul 12.46 WIB)

Dari ungkapat Ibu Oktavita Sari tersebut dapat dikatakan bahwa di Pondok Pesantren Bina Insani Susukan menerapkan

empat prinsip pendidikan UNESCO dengan baik yang akan menjadikan peserta didik menjadi output yang berkuallitas dan

(63)

2) Faktor penghambat penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan

Penerapan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan dalam prosesnya tidak luput

dari hambatan atau kendala. Adapun faktor penghambat dalam penerapkan empat prinsip pendidikan UNESCO di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan adalah:

a) Beragamnya peserta didik

Setiap peserta didik memiliki karakteristiknya

masing-masing begitu juga dengan peserta didik di SMA Islam Plus Bina Insani dimana peserta didik ada yang memiliki pemahaman yang baik dan ada pula yang

memiliki pemahaman yang kurang baik dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti ungkapan Bapak Rifqi Lutfi: “Inputnya tidak tebang pilih jadi yang mau cari ilmu

selama cocok dengan peraturan di bina insani SMA maupun pondoknya, ya jadi ya namanya kemampuan manusia berbeda-beda. Kadang ada yang bisa istilahnya di geber mau diajak lari cepat, kadang ada yang harus nuntun dari awal, ditarik-tarik pun kadang anak-anak belum

mau”. (Wawancara pada Rabu, 5 September 2018, pukul 17.03 WIB)

Setiap peserta didik memiliki sifat dan karakter masing-masing, kecerdasan dan kemampuan yang

(64)

kegiatan belajar mengajar mereka cenderung tidak aktif dalam kelas. Dalam hal ini lembaga pendidikan berperan

penting dalam mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Oleh karenanya di SMA Islam Plus Bina Insani

Susukan memiliki beberapa ekstrakurikuler sekolah yang dapat menyalurkan bakat dan minat siswa.

Menghadapi kendala dalam sebuah lembaga

pendidikan memerlukan penanganan khusus terlebih SMA Islam Plus Bina Insani merupakan lembaga pendidikan

berbasis pesantren yang tentu saja memiliki kendala yang dapat dikatakan tidak seperti pada lembaga pendidikan formal pada umumya. Terkait penanganan dalam

menghadapi kendala Ibu Asriningrum memaparkan

“Menangani hal hal seperti itu memang harus ada

penanganan khusus bagi anak-anak yang melakukan. Tidak langsung menutup dengan orang luar, itu tidak. Tapi anaknya yang harus di bina dulu. Menjaga pergaulan dg lingkungan luar. Untuk anak-anak yang kurang baik kita

lakukan pembinaan”. (Wawancara pada Rabu. 5 September 2018, pukul 13.43 WIB)

Seperti yang telah dijelaskan di atas setiap peserta

didik memiliki karakternya masing-masing karenanya ketika peserta didik memiliki masalah atau sejenisnya maka pendidik harus menanganinya dengan penganganan khusus.

Gambar

Tabel 4.1 jumlah identitas sekolah
Tabel 4.2 jumlah siswa tahun pelajaran 2017/2018
Tabel 4.3 Daftar Guru SMA Islam Bina Insani
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk merancang suatu program aplikasi pengolah data untuk ANCOVA yang dapat melakukan uji asumsi, melakukan perhitungan analisis peragam dengan

Dari definisi operasional variabel partisipasi diatas maka dapat dilihat kisi-kisi instrumen partisipasi anggota dibawah ini yang akan diujicobakan dan diseleksi menjadi

Profil kemampuan komunikasi siswa dalam pemecahan masalah verbal, subjek PBT: (a) Tahap memahami masalah terdiri dari mencermati/menerjemahkan masalah dari

[r]

dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri. dengan

Tenaga medis dan tenaga Keperawatan yang telah diatur dengan Undang-Undang masing-masing, diharapkan dapat memberikan kepastian hukum pada pelaksanaan praktik profesinya

Allah SWT, atas segala rahmat kemudahan dan kelancaran serta hidayah yang dicurahkan kepada hamba, sehingga dengan tepat waktu skripsi ini dapat terselesaikan5. Kedua orang