• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disajikan, maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran-saran yang kiranya dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait atas hasil penelitian ini. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

68

1. UntukKepala Sekolah

a. Agar menambah sarana prasarana untuk meningkatkan proses belajar mengajar

b. Memberikan tambahan jam diluar kegiatan belajar mengajar untuk pendidikan agama Islam, ataupun memberikan kegiatan ekstrakurikuler.

c. Menaruh jadwal pembelajaran pendidikan Agama Islam diawal jam pelajaran.

2. Bagi guru

a. Agar senantiasa meningkatkan profesinya dan mengefektifkan penggunaan metode mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Guru harus menggunakan media atau metode pembelajaran yang sederhana agar mudah dipahami siswa.

c. Guru harus memanfaatkan IT untuk mengenalkan huruf-huruf Arab agar mudah dipahami siswa.

3. Bagi siswa

a. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler agar dapat membaca tulisan Arabdengan baik.

b. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh pelajaran yang disampaikan guru.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar, 2010. Meningkatkan kreativitas pembelajaran bagi guru, Jakarta: Bestari Buana Murni.

AL-‘Aliyy.2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : Diponegoro An-Nawawi, Imam. 2011. Syarah Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Azzam. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Daradjat, Zakiah. 2001. Metodolodi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan anak didik. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah,Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam

Keluarga. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosda Karya.

Hamalik, Oemar. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Khajjaj, Abi al Khusain Muslim bin al. Shahih Muslim. Libanon: Beirut. t.t. Juz.

4.

Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kopetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Maslikhah. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Multikulturalisme. Attarbiyah, No. 2 Tahun XV/ Juli- Desember.

Moleong , Lexy J. 2015. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidika Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda karya.

Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2006. Menjadi guru profesional, Bandung: PT. Rosda Karya.

Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik, dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras.

Nurdin,Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR.Ruzz Media Group.

Rahmah, Noer. 2012. Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

Rajasa, Sutan. 2002. Kamus ilmiah populer. Surabaya: Karya Utama.

RI, Departemen Agama. 2006. Al Qur’an al Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia. Kudus: Menara Kudus.

Rumidi, Sukandar. 2004. Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Gajah Mada University prees.

Sentana, Septiawan. 2010. Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 1998. Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Suparlan. 2005. Manjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publising. Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : AR-RUZZ. Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Pedoman Wawancara

1. Bagaimana kedisiplinan siswa dalam mengikuti belajar mengajar PAI? Mohon jelaskan!

2. Bagaimana sikap dan pemahaman siswa saat pembelajaran PAI yang anda berikan? Mohon jelaskan

3. Adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang anda lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!

4. Jika ada problematika yang anda hadapi mohon klasifikasikan problem itu secara jelas!

5. Solusi apa yang anda temukan dan dapat menjawab sekaligus menyelesaikan dari problema yang anda hadapi dalam proses bealajar mengajar PAI?

6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan menerapkan solusi atas problem yang anda hadapi?

v Hasil Wawancara

Responden : Donny Tangguh.P S.Pd.i

Jabatan : Guru PAI SMP Negeri 2 Salatiga

Waktu : Kamis, 27 April 2017, Pukul 13.30 WIB Tempat : SMP Negeri 2 Salatiga

1. Menurut Bapak bagaimana kedisiplinan siswa saat mengikuti belajar mengajar PAI? Mohon Jelaskan!

“Kedisplinan dalam arti misalnya sikap kedisiplinan sini bagus dari 8 kelas yang saya ajar itu setiap saya ngasih tugas dan sebaginya, atau besok harus membawa apa gitu, jalan paling dari 8 kelas ada 2 kelas yang agak kurang yaitu kelas F dan H, menurut saya kalau perintah harus diulang berkali-kali, masuknya juga telat kan jamnya habis istirahat, saya masuk siswa belum ada, kalau kelas yang lain bisa tertib, saya masuk siswanya sudah di kelas”

2. Menurut Bapak bagaimana sikap dan pemahaman siswa terhaadap pembelajaran PAI yang Bapak berikan? Mohon jelaskan!

“Pemahaman kalau dilihat dari nilai itu bagus karena setiap ulangan UTS dan UAS rata-rata nilainya di atas 7 semua, palingh hanya 1 atau 2 yang dapat nilai

4 atau 5 tapi KKM disini tinggi yaitu 80 jadi meskipun yang dapet 7 itu ya tetap masuknya remidi gitu, Cuma menurut saya selama ini nilainya di atas 7 itu bagus dan habis dijelaskan ada pertanyaan yang banyak itu malah kadang mereka suka mengandai-andaikan membuat guru jadi pusing. Jadi misalnya habis menjelaskan halal dan hara, belum sampai keciri-ciri mereka sudah tanya “Pak ini halal atau

2

haram?”. Cuma disini pemahamannya kan agamanya di SMP tidak sedalam MTS jadi kalau dibandingkan dengan mereka kan kalah jauh kendalanya tu Cuma di sini, tiap kelas pasti ada beberapa anak yang belum bisa baca Al-Qur’an baca, baca ayat itu tersendat di situ.”

3. Menurut Bapak adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang Bapak lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!

“Ya problemnya itu ada satu dua anak di tiap kelas yang tidak bisa baca Qur’an, kalau nulis itu banyak kalau baca Qur’an ada beberapa sehingga ketika penilaian lisan itu anaknya pasti nggak bisa, apalagi menghafal, problem utamanya itu disitu.”

4. Menurut Bapak jika ada problrmatika yang Bapak hadapi mohon kasifikasikan problem itu secara jelas!

“Nggak bisa baca, kan kita nggak boleh memakai buku, LKS sekarang nggak boleh, akibatnya anak nggak punya buku, hanya buku paket, buku paket penjelasannya kurang dan itu membuat kita itu lebih keras untuk menambahi tapi ya tidak bisa maksimal jadi pemahamannya itu saja kendalanya, dan soal-soal kurang sekali jadi guru sudah buat tapi tidak sebanyak LKS gitu lo. Yang pertama tidak bisa baca. Yang kedua, karena tidak diperbolehkan

3

membeli buku jadi untuk latihan soal berkurang, buku paket dari pemerintah itu paling kalau ada 1-5 latihan soalnya”

5. Solusi apa yang Bapak temukan dan dapat menjawab sekaligus menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar PAI?

“Yang tidak bisa baca Qur’an itu yang pertama dari sekolah sudah di fasilitasi untuk ikut ekskul BTA biasanya hanya belajar membaca dan metode khusus nahh.. itu sama bu Midah, tetapi anak terkadang sudah seperti itu tidak mau ikut, alasannya mau cari sendiri di rumah, berarti sudah kita percaya, jadi kalau dari sekolah kita berusaha menyediakan itu kemudian memberi waktu misalnya di kelas 8 kok belum bisa berarti nanti naik kelas 8 harus bisa, entah itu belajar dari sekolah atau dia cari Guru sendiri gitu, itu untuk yang tidak bisa baca, kadang orang tua ambil raport itu tak sampaikan ke orang tuanya. Terus untuk yang kedua tadi yang nggak boleh tetapi yaa secara diam-diam ya saya meminta mereka untuk membeli, kalau dulu kan dibagikan dari sekolah, sekarang buku itu saya minta penerbitnya untuk di taruh di foto copyan di sekitar sini di SMP Negeri 2 dari situ nanti, anak saya persilahkan kalau mau beli saya persilahkan kalau enggak ya gapapa. Biasanya anak minta beli, jadi otomatis akan datang kesana sendiri, gitu paling sekarang yang nggak punya buku paling 5, 3 anak jadi gitu caranya saya”

6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan menerapkan solusi atas problem yang Bapak hadapi?

4

“Faktor pendukung karena anak di sini boleh bawa Hp dan laptop, ada wifi juga, maka kalau seandainya sumber belajar itu kurang, langsung pada buka laptop itu mempermudah.

Faktor penghambat, karena Hp itu juga punya sisi negatif kadang di kelas palah fokus sama Hpnya, jadi tidak mencari informasi tetapi mungkin buka Facebook, Watshaap atau BBM, ya itu aja di sini masih mempermasalahkan Hp yang sekolah mengijinkan tapi banya Guru merasa itu yang jadi penghambat tapi sampai hari ini peraturan itu belum di hapus, jadi masih diperbolehkan, sehingga ya Gurunya harus lebih tegas kepada siswa yang main-main pake’ hp aja.”

6

Responden : Dra. Sumidah

Jabatan : Guru PAI SMP Negeri 2 Salatiga

Waktu : Kamis, 27 April 2017, Pukul 13.30 WIB Tempat : SMP Negeri 2 Salatiga

1. Menurut Ibuk bagaimana kedisiplinan siswa saat mengikuti belajar mengajar PAI? Mohon Jelaskan!

“Anak-anak di dalam mengikuti belajar mengajar mulai dari masuk kelas terus berdo’a bersama, membaca surat-surat pendek, itu di siplin mbak, kecuali manakala ada hafalan surat yang belum hafal itu dia diam tapi tetap di siplin namun diam, yang sudah hafal semuanya membaca”

2. Menurut Ibuk bagaimana sikap dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran PAI yang Ibuk berikan? Mohon jelaskan!

“Anak-anak itu kan memang ada 3 model dalam belajar ada yang hanya dengan auditori, siswa sudah bisa menangkap pembelajaran itu, bisa menyimpulkan bisa menemukan konsep, tapi anak ada yang harus visual harus melihat, maka bu Midah juga di samping anak-anak itu sudah melihat tayangan-tayangan materi itu, juga anak-anak harus mendengarkan penjelasan atau pun hasil presentasi anak dan hasil diskusi, di samping itu ada anak yang belum keluar semua potensinya ,manakala anak itu belum bergerak atau menyampaikan emosinya dengan kinestetik, maka kalau seperti tadi waktu pembelajaran materi tentang akhlak sebenarnya mbak,

tapi karna kita harus belajar tentang ayat al-Qur’an sebagai dasar akhlak itu, surat An-Nisa : 146, Al-Baqarah:153, Al-Imran: 134, nah itu pertama kali kan harus bisa mengenal bagaimana bisa membaca ayat itu dengan baik dan benar, materi yaitu ilmu tajwid tentang nun mati atau tanwin bila mana bertemu dengan huruf Hijaiyah yang 5 hukum. Bacaan itu di situ harus ada kinestetiknya, anak saya suruh maju, “Ayo siapa yang menemukan bacaan Idzhar! Siapa yang bisa menemukan bacaan Idgham bighunnah, siapa menemukan Idgham bilagunnah, siapa yang menemukan Iqlab, siapa yang menemukan Ikhfa’.” Dengan kinestetik karena tanpa kinestetik anak-anak tidak mau mempelajari semuanya, jadi memang cara belajarnya auditori, visual dan kinestetik.

3. Menurut Ibuk adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang Ibuk lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!

“Problematika itu misalnya seperti ini kalau memang anak-anak itu harus praktik memang sebaiknya di sekolah itu harus praktik, harus mempunyai LAB PAI, tapi di SMP N 2 belum punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi di masjid itu belum lengkap semuanya, belum ada alat-alatnya mendukung kan kalau di masjid kan hanya untuk ibadah saja, sebenarnya kalau anak-anak misalnya ingin mempelajari tentang ilmu tajwid ya.. sebenarnya harus ada Lab, ada ruangannya, ada LCD nya. Yang kedua anak-anak itu menerima pembelajaran karna kelasnya itu kelas besar hanya 1,2 anak tidak tau persis materi yang di ajarkan seperti tadi ilmu tajwid yang belum mengenal Ilmu

Tajwid itu memang tidak merasa tidak tertarik, nahh.. sebagai Guru harus memperhatikan perbedaan dari anak-anak itu kenapa anak itu kok bicara sendiri, nahh Guru mendekatinya. “Apasih ilmu tajwid, ya saya suruh tadi dia nggak mau bergerak, kinestetiknya tidak sampai karena ternyata dia tidak mudeng dan tidak mau bertanya, bilamana ada anak yang mencurigakan memang saya suruh segera mendekatinya masalah apa yang di hadapinya.

4. Menurut Ibuk jika ada problrmatika yang Ibuk hadapi mohon kasifikasikan problem itu secara jelas!

“Bu midah tadi sudah menyampaikan manakala bahwa ada anak yang suruh maju saya beri kebebasan biasanya kalau saya tidak langsung tunjuk dia itu kan di perintah, saya yang bisa menemukan bacaan Idgham kalau itu anak-anak yang sudah tau sudah mudeng kan akan langsung bergerak, sebutkan nama dan nomer kan langsung mencatat, itu langsung saya beri centangan dalam keaktrifan siswa. Tapi, kalau sudah hampir semuanya sudah maju, tapi ada anak 3 atau 4 anak yang tidak maju itu sebagai Guru sebagai pendidik harus mengetahui permasalahannya apa itu di klarifikasi.. Oh anak ini ternyata yang belum kenal trus mengenalkan, menjelaskan, sambil anak-anak yang lain yang ini di bimbing., klasifikasinya seperti itu, manak-anakala ada anak yang diam harus dilayani atau mungkin kalau kamu belum mengenal huruf arab ada tindak lanjutnya diberi ekstra pembimbingan BTA.

5. Solusi apa yang Bapak temukan dan dapat menjawab sekaligus menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar PAI?

“Pertama, memperhatikan keaktifan siswa. Kedua, manakala ada anak yang mencurigakan tidak mau menegerjakan yaa... harus didekati, kalau memang perlu di bimbing ya di bimbing di arahkan, mungkin perlu penjelasan lagi, ya di jelaskan yang jelas di layani lagi sesuai kebutuhan. Tapi, manakala pada tes tidak mengerjakan, diadakan remidial, kalau yang tidak bisa 1 kelas harus ada remidila teaching, tapi kalau hanya ada beberapa anak cuma remidial tes saja.”

6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan menerapkan solusi atas problem yang Bapak hadapi?

“Kalau ada anak-anak yang belum bisa membaca huruf arab ya khususnya untuk ayat Al-Qur’an, itu kalau memang dari rumah, memang belum pernah mengikuti BTA/TPA, itu adalah suatu penghambatan yang sangat berat. Tetapi untuk faktor pendukungnya kami sebagai guru agama itu selalu mengambil sikap untuk memberikan ekstra. Tetapi, yang namanya ekstra itu kadang anak terhambat dengan kegiatan yang lain ada ekrtakulikuler yang lain, kadang anak tidak bisa rajin, mengikuti ekstra itu juga menjadi masalah. Jadi, Guru sudah memberikan kesempatan, “koe melu ekstra ya le dino sebtu” tapi dia hari sabtu mengikuti ekstra yang lain mengikuyi les di luar pasti anak itu nggak ikut, berarti kan permasalahannya tidak

terpecahkan. Karena, setiap kelas sekitar 3-4 anak itu anak yang belum bisa baca tulis Al-Qur’an dan itu yang menjadi kendala, sehingga di dalam memahami dalil mereka kurang baik, nilai jeleknya pasti ada di situ.Solusi tadi yang pendekatan ke anak seperti itu, tapi yang paling berat ya itu anak yang belum bisa baca tulis walaupun hanya beberapa siswa.”

2

Responden : Dra. Sumidah

Jabatan : Guru PAI SMP Negeri 2 Salatiga

Waktu : Kamis, 27 April 2017, Pukul 13.30 WIB Tempat : SMP Negeri 2 Salatiga

7. Menurut Ibuk bagaimana kedisiplinan siswa saat mengikuti belajar mengajar PAI? Mohon Jelaskan!

“Anak-anak di dalam mengikuti belajar mengajar mulai dari masuk kelas terus berdo’a bersama, membaca surat-surat pendek, itu di siplin mbak, kecuali manakala ada hafalan surat yang belum hafal itu dia diam tapi tetap di siplin namun diam, yang sudah hafal semuanya membaca”

8. Menurut Ibuk bagaimana sikap dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran PAI yang Ibuk berikan? Mohon jelaskan!

“Anak-anak itu kan memang ada 3 model dalam belajar ada yang hanya dengan auditori, siswa sudah bisa menangkap pembelajaran itu, bisa menyimpulkan bisa menemukan konsep, tapi anak ada yang harus visual harus melihat, maka bu Midah juga di samping anak-anak itu sudah melihat tayangan-tayangan materi itu, juga anak-anak harus mendengarkan penjelasan atau pun hasil presentasi anak dan hasil diskusi, di samping itu ada anak yang belum keluar semua potensinya ,manakala anak itu belum bergerak atau menyampaikan emosinya dengan kinestetik, maka kalau seperti tadi waktu pembelajaran materi tentang akhlak sebenarnya mbak,

tapi karna kita harus belajar tentang ayat al-Qur’an sebagai dasar akhlak itu, surat An-Nisa : 146, Al-Baqarah:153, Al-Imran: 134, nah itu pertama SSkali kan harus bisa mengenal bagaimana bisa membaca ayat itu dengan baik dan benar, materi yaitu ilmu tajwid tentang nun mati atau tanwin bila mana bertemu dengan huruf Hijaiyah yang 5 hukum. Bacaan itu di situ harus ada kinestetiknya, anak saya suruh maju, “Ayo siapa yang menemukan bacaan Idzhar! Siapa yang bisa menemukan bacaan Idgham bighunnah, siapa menemukan Idgham bilagunnah, siapa yang menemukan Iqlab, siapa yang menemukan Ikhfa’.” Dengan kinestetik karena tanpa kinestetik anak -anak tidak mau mempelajari semuanya, jadi memang cara belajarnya auditori, visual dan kinestetik.

9. Menurut Ibuk adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang Ibuk lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!

“Problematika itu misalnya seperti ini kalau memang anak-anak itu harus praktik memang sebaiknya di sekolah itu harus praktik, harus mempunyai LAB PAI, tapi di SMP N 2 belum punya Lab PAI, kalau masjid ada, tapi di masjid itu belum lengkap semuanya, belum ada alat-alatnya mendukung kan kalau di masjid kan hanya untuk ibadah saja, sebenarnya kalau anak-anak misalnya ingin mempelajari tentang ilmu tajwid ya.. sebenarnya harus ada Lab, ada ruangannya, ada LCD nya. Yang kedua anak-anak itu menerima pembelajaran karna kelasnya itu kelas besar hanya 1,2 anak tidak tau persis materi yang di ajarkan seperti tadi ilmu tajwid yang belum mengenal Ilmu

Tajwid itu memang tidak merasa tidak tertarik, nahh.. sebagai Guru harus memperhatikan perbedaan dari anak-anak itu kenapa anak itu kok bicara sendiri, nahh Guru mendekatinya. “Apasih ilmu tajwid, ya saya suruh tadi dia nggak mau bergerak, kinestetiknya tidak sampai karena ternyata dia tidak mudeng dan tidak mau bertanya, bilamana ada anak yang mencurigakan memang saya suruh segera mendekatinya masalah apa yang di hadapinya.

10. Menurut Ibuk jika ada problrmatika yang Ibuk hadapi mohon kasifikasikan problem itu secara jelas!

“Bu midah tadi sudah menyampaikan manakala bahwa ada anak yang suruh maju saya beri kebebasan biasanya kalau saya tidak langsung tunjuk dia itu kan di perintah, saya yang bisa menemukan bacaan Idgham kalau itu anak-anak yang sudah tau sudah mudeng kan akan langsung bergerak, sebutkan nama dan nomer kan langsung mencatat, itu langsung saya beri centangan dalam keaktrifan siswa. Tapi, kalau sudah hampir semuanya sudah maju, tapi ada anak 3 atau 4 anak yang tidak maju itu sebagai Guru sebagai pendidik harus mengetahui permasalahannya apa itu di klarifikasi.. Oh anak ini ternyata yang belum kenal trus mengenalkan, menjelaskan, sambil anak-anak yang lain yang ini di bimbing., klasifikasinya seperti itu, manak-anakala ada anak yang diam harus dilayani atau mungkin kalau kamu belum mengenal huruf arab ada tindak lanjutnya diberi ekstra pembimbingan BTA.

11. Solusi apa yang Bapak temukan dan dapat menjawab sekaligus menyelesaikan dari problema yang Ibu hadapi dalam proses belajar mengajar PAI?

“Pertama, memperhatikan keaktifan siswa. Kedua, manakala ada anak yang mencurigakan tidak mau menegerjakan yaa... harus didekati, kalau memang perlu di bimbing ya di bimbing di arahkan, mungkin perlu penjelasan lagi, ya di jelaskan yang jelas di layani lagi sesuai kebutuhan. Tapi, manakala pada tes tidak mengerjakan, diadakan remidial, kalau yang tidak bisa 1 kelas harus ada remidila teaching, tapi kalau hanya ada beberapa anak cuma remidial tes saja.”

12. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari menemukan dan menerapkan solusi atas problem yang Bapak hadapi?

“Kalau ada anak-anak yang belum bisa membaca huruf arab ya khususnya untuk ayat Al-Qur’an, itu kalau memang dari rumah, memang belum pernah mengikuti BTA/TPA, itu adalah suatu penghambatan yang sangat berat. Tetapi untuk faktor pendukungnya kami sebagai guru agama itu selalu mengambil sikap untuk memberikan ekstra. Tetapi, yang namanya ekstra itu kadang anak terhambat dengan kegiatan yang lain ada ekrtakulikuler yang lain, kadang anak tidak bisa rajin, mengikuti ekstra itu juga menjadi masalah. Jadi, Guru sudah memberikan kesempatan, “koe melu ekstra ya le

Dokumen terkait