• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 SALATIGA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.) Dalam Ilmu Tarbiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 SALATIGA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.) Dalam Ilmu Tarbiyah"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROBLEMATIKA GURU PAI

DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI

(STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 SALATIGA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:

FITRI WIJAYANTI NIM : 111 13 098

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

َع ٌمْلُظَل َك ْرِ شلا َّنِإ ِ َّللَّاِب ْك ِرْشُت َلِ َّيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُه َو ِهِنْب ِلِ ُناَمْقُل َلاَق ْذِإ َو

ٌممِظ

﴿ ٣١ ﴾

Artinya : “Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah

benar-benar kezaliman yang besar”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahan kepada:

1. Kedua orang tuaku, ayahanda tercinta Bapak Mugiran dan ibunda tercinta

Ibu Siti Mahmudah atas perjuangannya banting tulang, kalimah do’a dan

seluruh pengorbanannya telah mengukir segala asa, cinta dan harapan membimbing dan mendidik dengan penuh kesabaran serta memberikan segalanya baik moral maupun spiritual bagi kelancaran Studyku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

2. Kepada bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini. 3. Kepada Muhammad Farid Kurniawan, yang sudah senantiasa selalu setia

di samping saya hampir 3 tahun ini dan selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada sahabat-sahabatkutercinta Pina, Bukur, Putri, Nur, Galuh,Anggun F.S yang selalu ada memberikan semangat dan bantuan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

ِب

ْس

ِمم ِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِالله ِم

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiinatas segala karunia dari Allah SWT, tanpa sadar sampai detik ini kita masih diberi denyut nafas kehidupan dalam menempuh hidup memerankan diri sebagai khalifatullah dimuka bumi dan sebagai Abdullah (hamba Allah). Teriring Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai tauladan dalam mengangkat derajat kaum Mustad’affin

sehingga karena tauladan beliaulah saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS SMP NEGERI 2 SALATIGA).

Karena kemampuan penulis yang masih terbatas, maka di dalam penyusunan skripsi ini mungkin terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka akan menerima masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran, pertimbangan dan kritik dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya penyusunan skripsi ini penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga.

(8)

viii

4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian, kesabaran, dan keikhlasan.

5. Bapak Achmad Maimun, M.Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang dengan keikhlasan memberikan ilmu dan pengetahuan selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

7. Kepada Kepala SMP Negeri 2 Salatiga, yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian.

8. Kepada Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Salatiga yang sudah meluangkan waktunya sehingga terselesainya skripsi ini.

Kepada mereka semua, penulis tidak dapat mendaptkan balasan apapun. Hanya untaian atas terima kasih serta doa semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memohon petunjuk dan hidayah. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.

Salatiga, 31 Mei 2017 Penulis,

(9)

ix

ABSTRAK

Wijayanti, Fitri, 2017. Problematika Guru PAI Dalam Proses Belajar Mengajar PAI (Studi Kasus Di SMP Negeri 2 Salatiga). Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si. Kata Kunci : Problematika Guru, Proses Belajar Mengajar, PAI.

Proses belajar mengajar merupakan proses perubahan pengetahuan dan nilai yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di dalam hubungan tersebut pendidik dan peserta didik memiliki kedudukan dan perasaan yang berbeda. Tetapi, keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan yang diinginkan). Problematika sering terjadi manakala pembelajaran berlangsung, tidak hanya dari guru tetapi juga faktor dari siswa.Dalam penelitian ini, akan penulis fokuskan pada permasalahan : 1) Apa saja problematika Guru PAI di SMP N 2 Salatiga? 2) Bagaimanakah upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di SMP Negeri 2 Salatiga?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatifpendekatan fenomenologis. yang berlokasi di SMP Negeri 2 Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... 00

LEMBAR LOGO ... 0

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 6

(11)

xi

BAB II LANDASAN TEORI

A. Guru ... 11

B. PAI ... 14

C. Problematika Guru PAI ... 20

D. Belajar Mengajar ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 39

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 40

E. Analisis Data... 42

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 43

G. Tahap – Tahap Penelitian ... 44

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data ... 46

B. Analisis Data... 61

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 DATA GURU ... 54

TABEL 4.2 DATA SISWA ... 54

TABEL 4.3 DATA RUANG KELAS ... 55

TABEL 4.4 DATA SARANA PRASARANA ... 55

TABEL 4.5 KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 57

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah SMP Negeri 02 Salatiga. Gambar 2. SMP Negeri 02 Salatiga.

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3. Surat Pernyataan Telah Meneliti Lampiran 4. Lembar Konsultasi

Lampiran 5. Laporan SKK Lampiran 6. Hasil wawancara Lampiran 7. Dokumentasi

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan proses perubahan pengetahuan dan nilai yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di dalam hubungan tersebut pendidik dan peserta didik memiliki kedudukan dan persamaan yang berbeda. Tetapi, keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan yang diinginkan).

(16)

2

Pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks, banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut di antaranyaadalah guru. Guru merupakankomponenpengajaran yang memegangperananpentingdanutama, karenakeberhasilan proses belajarmengajarsangatditentukanoleh faktor guru. Tugas guru adalahmenyampaikanmateripelajarankepadasiswamelaluiinteraksikomunikasi dalam proses belajarmengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalammenyampaikanmaterisangattergantungpadakelancaraninteraksiantara guru

dengansiswanya.Ketidaklancarankomunikasimembawaakibatterhadappesan yang disampaikan guru (AsnawirdanUsman, 2002:1).

(17)

3

dilakukan seorang guru akan menjadi contoh bagi warga disekitarnya (Suparlan, 2005: 21-22).

Guru pendidikan Islam memegang peranan yang cukup penting dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi teladan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswanya. Selain, dalam berinteraksi dengan masyarakat guru juga dianggap sebagai orang yang serba bisa. Melalui Pendidikan Agama Islam, guru mampu menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat.

(18)

4

nilai-nilai agama tertentu, maka pendidikan keagamaan sifatnya sangat penting dan memiliki kedudukan yang tinggi.

Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-qur’an dan al-hadits (Maslikhah, 2004:199). Untuk kepentingan pendidikan, dengan melalui proses ijtihad para ulama mengembangkan materi Pendidikan Agama Islam pada tingkat yang lebih rinci. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan agama Islam merupakan progam pengajaran pada lembaga pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap siswa dalam memahami ,menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam. Sehingga siswa dapat menjadi manusia yang bertaqwa serta memiliki budi pekerti luhur, sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang dikatakan (Djamarah, 2004:29) pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam.

Secara substansial tujuan pendidikan agama Islam adalah mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, menumbuhkembangkan manusia takwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia bukan saja dihadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah.

(19)

5

dan merupakan suatu kondisi yang pencapaiannya membutuhkan upaya yang keras melewati dan melampaui tahap demi tahap. Pencapaiannya mempersyaratkan bukan saja dimilikinya sejumlah pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga penghayatan dan pengejawantahannya dalam perilaku nyata.

Tentunya dalam proses belajar mengajar PAI sering ditemui banyak problematika. Dari hal-hal itulah yang menginspirasi penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS DI SMP

NEGERI 02 SALATIGA)”. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan

ditemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar PAI sehingga muncul solusi pembelajaran yang efektif untuk murid-murid.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan maka rumusan masalah dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Apa sajakah problematika Guru PAI di SMP N 2 Salatiga?

2. Bagaimanakah upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di SMP Negeri 2 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(20)

6

2. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi problematika Guru PAI di SMP Negeri 2 Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Terdapat 2 manfaat yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu : 1. Manfaat teoritis

a. Dapat Mengetahui problematika yang dihadapi guru PAI dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga.

b. Dapat memecahkan problematika Guru PAI dalam belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru PAI, sebagai pembelajaran untuk lebih meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas setelah memecahkan problematika yang dihadapi.

b. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain di bidang terkait.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

(21)

7

yang tidak serius dan malas dalam belajar. Serta meningkatkan pengajaran terhadap siswa untuk lebih memahami ilmu pengetahuan agama Islam serta memberi tugas-tugas tambahan kepada siswa agar siswa selalu giat dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah.

Bob Zeussa, 2016, tentang Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-nida Salatiga. Penelitian merupakan penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan deskriptif menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis data bersifat deskriptif kualitatif dan menggunakan cara pentahapan secara berurutan serta interaksionis. Hasil penelitian ini berupa problematika

pembelajaran Tahfidzul Qur’an dan solusinya di SD PTQ An-Nida, yaitu : a) Faktor peserta didik : usia yang belum matang untuk dimasukkan ke sekolah dasar, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda, faktor kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al-Qur’an atau kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an, bahkan ada yang masih tahap

membaca buku Iqro’, sifat malas yang ada pada siswa, ketika dirumah

(22)

8

orang tua juga harus memotivasi anak, 4. Guru membimbing bacaan siswa sebelum menghafal dengan memperhatikan tajwid dan makhroj hurufnya

dan siswa hendaknya sering membaca Al Qur’an, 6. Guru dan orang tua

menumbuhkan cinta anak terhadap Al Qur’an dengan memberikan tauladan

yang baik, 7. Siswa dapat bergabung dengan kelompok penghafal Al Qur’an

supaya saling membantu dan memberi motivasi.

(23)

9

Memberikan sangsi berupa kredit point bagi siswa yang melanggarnya, mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar, serta mengarahkan untuk menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih teman yang baik.

Berdasarkan kajian penelitian di atas, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, persamaannya membahas tentang problematika Guru PAI, sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek penelitian yang di teliti merupakan guru PAI, sedangkan objek dalam penelitian ini ditujukan pada guru PAI di SMP Negeri 2 Salatiga.

F. Sitematika Penulisan

Skripsi ini peneliti susun dalam lima bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN.

Merupakan bab pendahuluan. Bab ini berfungsi untuk memberikan gambaran tentang penelitian yang akan dilakukan yang meliputi Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,kajian penelitian terdahulu, serta sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORI.

(24)

10

memuat tentang problematika Guru PAI dalam proses belajar mengajar.

BAB III: METODE PENELITIAN.

Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang meliputi : Pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS.

Merupakan temuan penelitian, berfungsi (1) mendiskripsikan gambaran lokasi penelitian, (2) hasil temuan tentang problematika Guru PAI dalam belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga meliputi gambaran umum dan deskriptif data di SMP Negeri 02 Salatiga. Dan juga memuat tentang pembahasan dari data yang telah di dapat yang meliputi apa saja problematika Guru PAI dalam belajar mengajar di SMP Negeri 02 Salatiga dan upaya apa sajakah yang dilakukan Guru PAI dalam mengatasi problematika di SMP Negeri 02 Salatiga.

BAB V: PENUTUP

(25)

11

BAB II KAJIAN TEORI A. Guru

Guru dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan “al mu’alim atau al ustadz” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis ta’lim (tempat memperoleh

ilmu). Dalam hal ini al mu’alim atau al ustadz juga mempunyai pengertian orang

yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia (Suparlan, 2005:12).

Dalam UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(26)

12

pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Diantara peran guru seperti yang dikutip dari (Mulyasa 2001:37-64) ialahsebagai berikut :

1. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi kokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

2. Guru sebagai pengajar

Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.

3. Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan mental,emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.

4. Guru sebagai pelatih

Protes pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.

5. Guru sebagai penasihat

Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat. Dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang.

6. Guru sebagai inovator

Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai pembaharuan yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar dapat menciptakan hal-hal baru guna peningkatan mutu pendidikan sehingga sejalan dengan perkembangan masyarakat.

7. Guru sebagai model dan teladan.

(27)

13

mengubah tingkah lakunya. Sebagai teladan bagi peserta didik dan orang-orang di sekitarnya, mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan yang menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan kepala sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan masyarakat pada umumnya.

8. Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Karena, seorang guru merupakan salah satu panutan bagi masyarakat. Guru dituntut untuk meningkatkan pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur dengan masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran agamanya.

9. Guru sebagai peneliti.

Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda. Manusia yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, mereka juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki yang lainnya. Demikian pula dengan peserta didik, mereka memiliki keunikan yang beraneka ragam dari waktu ke waktu. Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka dengan cara yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat perkembangan, serta kebutuhan peserta didik tersebut.

10.Guru sebagai pendorong kreativitas.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak memiliki motivasi belajar, apalagi menciptakan hal-hal baru yang dapat meningkatkan kompetensinya. Sebagai motivator , guru berkewajiban meningkatkan dorongan peserta didik untuk kreatif dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi.

11.Guru sebagai pembangkit pandangan.

Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang guru tentunya tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan memperbudak orang lain, melainkan menjadi orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sehingga terjadi kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

12.Guru sebagai pekerja rutin

Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.(Zakiah Daradjat, 2001: 99).

(28)

14

yang memiliki berbagai macam karakteristik dan juga dihadapkan pada problem pembelajaran yang terjadi. Seorang guru harus mau dan berusaha mencari penyelesaian berbagai kesulitan itu. (Zakiah Daradjat, 2001: 99).

B. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sisdiknas, 2009:3). Menurut Muhaimin bahwa pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorag atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis), maupun mental dan sosial. (Muhaimin, 2001:37).

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dalam rangka menanamkan, membina, dan mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia utama yang berakhlak mulia yang terwujud dalam berfikir, bertindak, bersikap dan mempunyai keterampilan yang berguna bagi nusa dan bangsa.

(29)

15

setiap lembaga pendidikan baik pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tingi baik negeri maupun swasta. Adapun tujuan diberikannya materi PAI adalah untuk memperkuat iman, ketakwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa sesuai yang dianut oleh peserta didik yang bertakwa.

Menurut Zakiah Daradjat (2011:86) pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai berikut :

1. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pendangan hidup.

2. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

3. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikannya sebagai suatu pandangan hidupnya, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan “usaha sadar yang dilakukan

(30)

16

Pendidikan agama Islam merupakan komponen yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam yang jangkauan serta sasarannya lebih luas, namun berfungsi sangat strategik untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam berbagai disiplin ilmu yang dipelajari oleh subjek didik.

Pendidikan agama Islam sebagai sebuah progam pembelajaran yang diarahkan untuk:

1. Menjaga akidah dan ketakwaan peserta didik,

2. Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama,

3. Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif, dan inovatif, 4. Menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat.

Dengan demikan bukan hanya mengerjakan pengetahuan secara teori semata tetapi juga untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari membangun etika sosial (Idi, 2010:59-60).

1. Peran guru Pendidikan Agama Islam

(31)

17

2. Syarat guru Pendidikan Agama Islam

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru.

Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya bertakwa kepada Allah, berilmu sehat jasmaniahnya, baik akhlaknya, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.

a. Takwa

(32)

18

b. Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

Gurupun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

c. Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu, Guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan

Mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat

(33)

19

d. Berkelakuan baik

Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suru teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan ialah membentuk akhalak baik pada anak dan ini hanya mungkin jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak baik dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persyaratan menjadi seorang guru memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi serta memiliki tanggung jawab yang besar. Akan tetapi dibalik itu semua terdapat nilai-nilai amalan yang akan menjadikan manfaat bagi seorang guru, baik manfaat didunia maupun di akhirat.

3. Tugas dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam

(34)

20

keilmuan. Maka tugas pendidik dalam proses pembelajaran secara berurutan adalah:

a. Menguasai mata pelajaran

b. Menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik mudah menerima dan memahami pelajaran

c. Melakukan evaluasi pendidikan yang dilakukan, dan d. Menindak lanjuti hasil evaluasinya (Roqib,2009:50). C. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam

Pada setiap kehidupan pasti selalu terdapat problematika, tidak terkecuali dalam proses pendidikan agama Islam. Setiap kendala yang ada, pasti memiliki solusinya masing-masing. Apabila bisa menemukan solusinya, maka akan mempermudah pembelajaran dan dapat menghasilkan hasil yang lebih maksimal. Beberapa kendala yang terdapat dalam proses pendidikan menurut Muhaimin adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatan dana yang tersedia (Muhaimin, 2002:150).

Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan masalah; permasalahan; situasi yang dapat didefinisikan sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan (Sutan Rajasa, 2002: 499).

Dalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia “Problematika” mempunyai

arti “masih menimbulkan masalah, masih belum dapat dipecahkan permasalahan”.

(35)

21

problematika dalam penelitian ini adalah suatu masalah yang memerlukan pemecahan masalah tersebut atau jalan keluar (KBBI, 2007:896).

Problematika adalah persoalan yang belum terungkap sampai diadakan penyelidikan ilmiah dan metode yang tepat. Sehingga problematika itu merupakan suatu masalah yang terjadi dan menuntut adanya perubahan dan perbaikan, serta belum dapat dipecahkan. Problematika bermakna sesuatu yang masih menimbulkan masalah; masih belum dapat terpecahkan; permasalahan. Sedangkan masalah dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian antara apa yang terlaksana.

Menurut Abdul Majid (2008:32) menjelaskan ada dua problem yang dihadapi yaitu:

1. Problematika yang dihadapi guru yang bersumber dari murid/siswa adalah: a. Tingkat kecerdasan rendah

b. Alat penglihatan dan pendengaran kurang baik c. Kesehatan sering terganggu

d. Gangguan alat perseptual

e. Tidak menguasai cara-cara belajar dengan baik

2. Problematika yang dihadapi siswa yang bersumber dari lingkungan sekolah/ guru.

a. Kurikulum kurang sesuai

b. Guru kurang menguasai bahan pelajaran c. Metode mengajar kurang sesuai

(36)

22

Secara umum problem yang dialami guru dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. (Iskandar Agung, 2010: 54). 1. Faktor Internal

Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetensi profesional yang dimilikinya, diantaranya:

a. Penguasaan bahan/materi

Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan sistematis. Seringkali sebelum pembelajaran dimulai guru belum menyiapkan rencana pembelajaran.

b. Mencintai profesi keguruan

Guru merupakan profesi seorang pendidik yang notabennya mendidik, membimbing dan mengasuh anak didik. Guru harus memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai dalam mengembangkan peserta didik secara utuh. Namun masih banyak guru yang punya anggapan bahwa mengajar hanyalah pekerjaan sambilan, padahal guru merupakan faktor dominan dalam pendidikan formal.

c. Keterampilan mengajar

(37)

23

mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, penggunaan media atau sumber, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip-prinsip, menafsirkan hasil penelitian pendidikan guru untuk keperluan pengajaran. (Mulyasa, 2006: 4-5).

d. Menilai hasil belajar siswa

Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah dicapai. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 20).

2. Faktor Eksternal

Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu sendiri, diantaranya;

a. Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.

(38)

24

D. Belajar Mengajar 1. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010: 2) pengertian belajar secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.”

Menurut Tohirin (2005: 151) Belajar merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan prestasi belajar adalah sebagai hasil apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

2. Teori-teori Belajar

(39)

25

a. Teori belajar menurut konsepsi ahli-ahli Ilmu Jiwa Daya

Disebut juga Vermogons-psychologie atau The Faculty Psychology dalam Slameto jiwa manusia mempunyai daya-daya, misalnya: daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi dan sebagainya. Daya-daya itu supaya menjadi tajam harus dilatih: daya berpikir meningkat kalau dilatih untuk memecahkan soal, daya ingatan lebih tinggi kalau digunakan untuk mengingat. Belajar hanyalah melatih daya-daya tersebut. Akibat teori ini untuk mendapatkan pengetahuan dengan hafalan saja seperti menghafal tahun, diberi soal-soal yang semuanya tidak bernilai praktis.

b. Teori Tanggapan

Yang mengemukakan teori ini ialah Herbart, yang menentang teori ilmu Jiwa Daya karena dianggap tidak ilmiah, sebab psikologi daya tak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Herbart menghendaki supaya psikologi mampu menerangkan kehidupan jiwa, untuk itu ia mengemukakan Teori Tanggapan, yaitu unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan. Menurut Herbart orang pandai adalah orang yang mempunyai banyak tanggapan yang tersimpan dalam otaknya. Jadi belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang dan sejelas-jelasnya. Maka inti belajar ialah juga ulangan.

c. Teori Thorndike

(40)

26

kalau melihat lampu warna merah. Dalam hal ini sinar merah stimulusnya

– dan air liur adalah response nya. Mengajar menurut Thorndike dengan mengadakan suatu perbuatan emosional menimbulkan response pada anak, jadi perbuatan ini kalau sering diulang menjadi suatu proses yang otomatis, belajar adalah dressure belaka.

d. Teori Medan dari Lewin

Seorang yang menghadapi masalah, kalau ingin memecahka, maka orang akan meletakkan persoalan itu pada suatu medan context sehingga dapat menghubungkan antara persoalan dengan contextnya sehingga terpecahkan masalahnya.

e. Teori Behaviorisme

Teori ini dikemukakan oleh Waston. Menurut pendapatnya: pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya harus dapat diamati, yaitu berupa tingkah laku. Tingkah laku ialah reaksi organisme sebagai keseluruhan terahadap perangsang dari luar. Belajar adalah melatih reaksi-reaksi itu terhadap prangsang yang sudah tertentu. Dalam hal ini reaksi-reaksi itu harus dapat diamati dan diukur.

f. Teori Gestalt

(41)

27

1) Belajar berdasarkan keseluruhan

Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.

2) Belajar adalah suatu proses perkembangan

Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi jufa perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman.

3) Siswa sebagai organisme keseluruhan

Siswa belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern guru di samping mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.

4) Terjadi transfer

(42)

28

5) Belajar harus dengan insight

Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seorang melihat pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.

3. Prinsip-prinsip belajar

Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan kegiatan belajar. Ada banyak sekali teori dan prinsip belajar yang dikemukaan para ahli yang satu dengan yang lain. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam meningkatkan cara mengajarnya. Perbuatan belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan reaksi atau hasil kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru. Siswa akan berhasil belajar jika guru mengajar secara efisien dan efektif. Itu sebabnya, guru perlu mengenal prinsip-prinsip belajar agar para siswa belajar aktif dan berhasil.Adapun prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:(Dimyati, 2002:68) a. Pengalaman dasar

(43)

29

b. Motivasi belajar

Siswa akan melakukan perbuatan belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Jika memilih motivasi belajar, dorongan motivasi ini berguna tidak hanya mendorong mereka belajar secara aktif, tetapi juga berfungsi sebagai pemberi arah dan penggerak dalam belajar. Motivasi belajar dapat tumbuh dari dalam diri sendiri, yang disebut motivasi intrinsik. Motivasi belajar juga dapat timbul berkat dorongan dari luar seperti pemberian angka, kerja kelompok, hadiah, atau teguran yang disebut motivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berguna bagi siswa untuk belajar secara aktif.

c. Penguatan (latihan dan ulangan) belajar.

Hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa perlu dimantapkan agar tercipta penguasaan tuntas. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang dan melatih hal-hal yang telah dipelajari oleh mereka. Caranya antara lain dengan resitasi dan aplikasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa penyusunan dan pelaksanaan program belajar-mengajar hendaknya memperhatikan beberapa prinsip belajar sehingga siswa belajar secara aktif. 4. Teori-teori Mengajar

a. Menurut Prof. Dr. DeQueliy dari buku (Slameto, 2010: 31)

(44)

30

siswa ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa dianggap sama kemampuan dan kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan pun akan sama pula. Hal itu bertentangan dengan kenyataan.

b. Menurut Kilpatrik dari buku (Slameto, 2010: 32)

Menunjukkan definisi mengajar yang tegas, dengan dasar pemikiran pada gambaran perjuangan hidup umat manusia. Definisi Kilpatrik

tersebut ialah dengan menggunakan metode “problem sloving” anak,

siswa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya. Disini mengajar ialah bagaimana usaha guru menempatkan anak/siswa untuk menghadapi kesulitan dan berusaha memecahkannya atau mencari jalan keluar.

c. Menurut Alvin W. Howard dari buku (Slameto, 2010:33)

Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, merubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowlegde. Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau berkecenderungan langsung untuk merubah tingkah laku siswanya.

d. Menurut A. Morrison D.Mc Intyre dari buku (Slameto, 2010: 34)

(45)

31

kelangsungannya teknik belajar yang tidak tepat untuk dijelaskan. Kemungkinan lain yang dapat diamati ialah memberikan model teori dan teknik assesmen yang sesuai, dan banyak aspek mengajar yang dilukiskan dengan cara yang di bimbing oleh hal-hal yang praktis, pribadi guru banyak berbicara.

e. Menurut John R. Pancella dari buku (Slameto, 2010: 34)

Mengajar adalah sebagai berikut : Mengajar dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision malking) dalam interaksi, dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa, kepada siapa guru berinteraksi.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran

Faktor pengajaran dalam proses kegiatan belajar-mengajar memang sangat berpengaruh sekali terhadap motivasi pembelajaran, meski memang ada juga siswa yang mandir, yang tidak berpengaruh terhadap faktor pengajar karena dia mau belajar sendiri. Akan tetapi menurut Slameto (2010: 56-72) dalam sebuah pembelajaran, secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi : a. Faktor Internal yaitu faktor intern terdiri dari :

1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh/Fisiologis)

(46)

32

mengakibatkan orang tersebut tidak dapat belajar secara maksimal. Misalnya, Pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah akan menghambat penyerapan informasi yang bersifat gambar dan citra. Akibatnya, proses pengaksesan informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut tidak dapat berjalan lancar. Berbeda dengan siswa yang pendengaran dan penglihatan sehat, ia akan mudah menyerap informasi yang bersifat gambar dan citra.

Rasulullah mengajak umatnya untuk selalu menjaga kesehatan, sebagaimana dalam hadits: Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata: andai kata tadinya aku melakukaan itu tentu berakibat begini dan begitu. Tetapi katakalah: ini takdir Allah dan apa yang dikehendakinya pasti dikerjakannya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya ucapan “andai kata” dan “jikalau” itu membuka peluang bagi setan”.(H.R. Muslim). ( Abi al Khusain, Libanon: 2052).

(47)

33

tercepat saat berangkat untuk menghadapi musuh dan mengejarnya. Ia juga akan menjadi orang yang kuat pendiriannya dalam melakukan amar

ma’ruf nahi munkar, sabar dalam menghadapi gangguan pada semua itu,

dan mampu menanggung beban berat di jalan Allah. Lebih dari itu, ia akan menjadi sosok yang menyenangi, bersemangat dan memelihara shalat, puasa, dzikir dan berbagai ibadah lainnya. (Imam An-Nawawi,2011: 160-161).

2) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, kematangan dan kesiapan)

a) Inteligensi

Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya mendefinisikan intelegensi sebagaimana yang dirumuskan oleh J.P Chaplin adalah:

(1) The ability to meet and adapt to novel situasions quikly and effectively

(2) The ability to utilize abstract concepts effectively (3) The ability to grasp relationships and to learn quickly.

Jadi inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.

(48)

34

bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan

“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. (Muhibbin Syah, 2009: 131).

Jadi, inteligensi merupakan suatu faktor yang paling penting dalam proses belajar siswa. Jika siswa mempunyai kecerdasan yang tinggi, maka akan dapat dengan mudah menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga peluang untuk meraih kesuksesan dalam belajar menjadi tinggi. Sebaliknya siswa yang inteligensinya rendah maka peluang untuk meraih kesuksesan dalam belajar sangat kecil.

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang di dalam maupun yang di luar individu. Perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. (Slameto, 2010:105).

c) Minat

(49)

35

196). Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap mata pelajaran matematika akan banyak memusatkan perhatiannya pada mata pelajaran matematika daripada mata pelajaran lainnya. d) Bakat

Bakat atau atitude menurut Hilgard adalah “the capacity to learn”. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Menurut Syatha Al-Dimyathi yang dikutip oleh Mahmud dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan,

Setiap orang memiliki bakat (maziyyah) masing-masing yang tidak dimiliki oleh orang lain. Manusia berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. (Mahmud, 2010: 97).

(50)

36

Al Qur’an menyebut bakat dengan istilah Syakilah terdapat

dalam Q.S Al Isra’ ayat 84:

﴿ ًلَمِبَس ىَدْهَأ َوُه ْنَمِب ُمَلْعَأ ْمُك بَرَف ِهِتَلِكاَش ىَلَع ُلَمْعَي ٌّلُك ْلُق

٤٨

Artinya: “Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.” (Q.S Al Isra’/17:84)

(Departemen Agama RI, 2006:290). e) Kematangan dan kesiapan

Kematangan adalah tingkat perkembangan pada individu atau organ-organnya sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Proses pembentukannya melewati setiap fase perkembangan, yang didukung oleh faktor eksternal maupun faktor internal individu.

b. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari: 1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

(51)

37

2) Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standart belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Keadaan sekolah tempat belajar turut memengaruhi tingkat keberhasilan mengajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, semua ini turut memengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah

(52)

38

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban dengan ungkapan lain metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris: research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.

(53)

39

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian problematika Guru PAI dalam belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 02 Salatiga, yang terletak di Jl.Kartini No.26 Salatiga, Jawa Tengah.

C. Sumber Data

Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

1. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari Guru PAI SMP Negeri 02 Salatiga.

2. Data Sekunder

(54)

40

D. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah a. Metode Wawancara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wawancaradimaknai sebagai tanya jawab peneliti dengan nara sumber (2007:1270). Menurut Mulyana (2008:180) Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang ,melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Sedangkan Supranto menguraikan (2003:85) bahwa wawancara adalah tanya jawab antara petugas dengan responden yang berupa percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

(55)

41

mana siswa dalam memahami Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 02 Salatiga.

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan berstruktur karena informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Adapun sumber data yang akan penulis jadikan sebagai sumber wawancara adalah :

1. Guru Agama SMP Negeri 02 Salatiga. 2. Kesiswaan SMP Negeri 02 Salatiga. b. Metode Observasi

Metode Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki (Sukandarrumidi, 2004:67). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono (2011:144) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Jadi metode observasi yang dimaksud adalah suatu proses pengamatan secara langsung dengan panca indera sendiri. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan :

1. Letak dan keadaan geografis.

(56)

42

3. Proses belajar mengajar bidang studi PAI. c. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi sekarang ini lebih banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Ada dua kategori foto atau dokumentasi yang dapat di manfaatkan dalam penelitian kualitatif yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri (Moleong, 2015:160).

Dalam hal ini peneliti akan mengambil sumber dokumentasi meliputi :

1. Foto dengan Guru PAI SMP Negeri 02 Salatiga. 2. Foto dengan Waka kesiswaan SMP Negeri 02 Salatiga. 3. Foto gedung bangunan SMP Negeri 02 Salatiga. E. Analisis Data.

Analisis data dapat diartikan sebagai proses yang menghubungkan, memisahkan-memisahkan dan mengelompokkan data yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif analitik, analisis yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.

(57)

43

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi-organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan dan atau penyimpulan data.

c. Conclusion Drawing/Verification (Penyimpulan data)

Verifikasi data merupakan penjelasan tentang mujahadah keliling dan ukhuwah Islamiyah. Mujahadah keliling memiliki peran dalam peningkatan ukhuwah Islamiyah karena dengan adanya mujahadah keliling jamaah akan merasakan kebersamaan dan tumbuh rasa solidaritas antar sesama serta ukhuwah akan tertanam pada jamaah yang mengikutinya (Sugiyono, 2008:246-252).

F. Pengecekan keabsahan data.

(58)

44

pengamatan,dan triangulasi. Sedangkan kriteria kebergantungan dan kepastian menggunakan teknik auditing.

G. Tahap-tahap Penelitian.

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut :

a. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan pola pendidikan agama Islam dalam keluarga nelayan. Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. c. Tahap Analisa Data

Menurut Miles dan hubermen yang dikutip Sugiyono (2007:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1) Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

(59)

45

3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada.

d. Tahap Penulisan Laporan

(60)

46

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data

Hasil penelitian yang peneliti lakukan di lokasi obyek penelitian, yaitu SMP Negeri 2 Salatiga tentang problematika guru PAI dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Salatiga.

1. Sejarah Sekolah

SMP Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu sekolah yang telah berlangsung cukup lama. Dibangun pada tahun 1917, SMP Negeri 2 Salatiga mulai beroperasi mulai tanggal 25 Mei 1960. Dengan luas tanah 25.200 m2 serta masih banyaknya pepohonan yang rindang, menjadikan SMP Negeri 2 Salatiga tampak begitu asri.

SMP Negeri 02 Salatiga, terletak di Jl.Kartini No.26 Salatiga, Jawa Tengah. Status tanah dan bangunan SMP Negeri 2 Salatiga ini merupakan milik pemerintah.

2. Letak Geografis

(61)

47

baik di tingkat Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Hasil Ujian Nasional juga cukup membanggakan, sebagaimana yang telah dicapai pada tahun pelajaran 2015/2016 mampu meluluskan 100 %.

SMP Negeri 2 Salatiga optimis masa yang akan datang akan lebih cerah dan mampu bersaing dibidang prestasi. Untuk itu semua kekurangan akan diupayakan dipenuhi sedikit demi sedikit baik sarana prasarana, kesejahteraan, kerja sama lingkungan dan promosi akademik / pendidikan. Hal tersebut sebagai upaya agar SMP Negeri 2 Salatiga menjadi salah satu sekolah yang dapat memberikan pelayanan masyarakat yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan( SNP ).

Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Salatiga terletak di kawasan strategis di kota Salatiga. Dengan lokasi yang berdampingan dengan SD Negeri Salatiga 06), SMP Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, TK Darma Wanita dan SD Negeri Salatiga 05, sangatlah tepat jika dikatakan SMP Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan pendidikan kota Salatiga. Bahkan di jalan Kartini juga terdapat salah satu sekolah jenjang pendidikan tinggi, yakni Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing (STIBA) Satya Wacana.

(62)

48

Dalam urusan kedinasan pun SMP Negeri 2 Salatiga cukup diuntungkan. Jarak sekolah dengan kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Salatiga yang hanya berjarak kurang lebih 800 meter, membuat urusan kedinasan bertambah lancar. Bahkan jarak yang cukup dekat dengan berbagai kantor urusan yang terkait seperti Badan Kepegawaian Daerah, Kantor Walikota dan Wakil Walikota Salatiga, serta gedung DPRD kota Salatiga, membuat SMP Negeri 2 Salatiga mendapatkan keuntungan tambahan.

Lebih lanjut lagi, letak SMP Negeri 2 Salatiga yang berada di kaki Gunung Merbabu menjadikan sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang masih diselimuti udara yang sejuk baik pagi maupun di siang hari. Implikasinya, kondisi yang ideal ini sangat mendukung dalam terciptanya proses pembelajaran yang kondusif. Bahkan dengan bangunan tuanya yang masih tampak kokoh menjadikan sirkulasi udara di dalam kelas juga baik serta mendukung dalam kegiatan pembelajaran.

(63)

49

sumber-sumber yang lain, memberikan dukungan yang positif bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Salatiga.

Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informatika saat ini berpengaruh pula terhadap perkembangan dunia pendidikan. Secara langsung atau tidak langsung perkembangan teknologi informatika harus diadopsi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, guna meningkatkan daya serap dalam proses pembelajaran, SMP Negeri 2 Salatiga perlu menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Dengan diterapkannya Pembelajaran berbasis multi media (ICT) diharapkan siswa lebih memahami materi yang diajarkan karena dengan menggunakan media tersebut materi yang disampaikan oleh guru bersifat nyata sesuai dengan kondisi yang semestinya. Dengan demikian pembelajaran lebih kontektual dan mudah dipahami sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Muaranya adalah tercapainya kompetensi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar di Sekolah yang berujung pada peningkatan prestasi secara nasional. 3. Profil Sekolah

a. Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Salatiga Alamat : Jl. Kartini No. 26 Salatiga

Kecamatan : Sidorejo

Kab./Kota : Salatiga

No. Telp. : ( 0298 ) 326864

b. NSS : 201036204002

(64)

50

d. Tahun Didirikan : 1917 e. Tahun Beroperasi : 1960

f. Kepemilikan Tanah/Bangunan : MilikPemerintah

Status Tanah : Hak Pakai

Luas Tanah : 25.200 m2

g. Status Bangunan : Milik Pemerintah h. Luas Seluruh Bangunan : 8.827 m2

i. Nomor Rekening Sekolah : 0081-01-018364-50-7Bank BRI Cabang Salatiga.

4. Visi dan Misi Sekolah a. Visi Sekolah

Slogan:

“PRIMA BERKARAKTER”

(Pinter, Rigen, Imani, Mandiri, Akhlak Mulia, Bersih,

Komunikatif,Aman, Rindang, Aktif, Kreatif, dan Tertib)

Visi:

“Terciptanya generasi prima yang berpegang pada iman dan takwa,

unggul dalam prestasi, berpijak pada karakter bangsa dan nasionalisme, serta bersikap komunikatif, kreatif, santun, berbudaya, dan berwawasan

(65)

51

Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah dengan indikator:

1) Terwujudnya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Terwujudnya siswa yang cerdas dan berprestasi.

3) Terwujudnya siswa yanag berkarakter dan menjujung prinsip-prinsip nasionalisme.

4) Terwujudnya siswa yang aktif, komunikatif, dan kreatif. 5) Terwujudnya siswa yang santun dan berbudaya.

6) Terwujudnya siswa yang berwawasan lingkungan. b. Misi Sekolah

1) Membentuk siswa yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa.

2) Membentuk siswa yang cerdas dan berprestasi.

3) Mewujudkan siswa yang berkarakter dan menjunjung prinsip-prinsip nasionalisme.

4) Melatih siswa untuk menjadi aktif, komunkatif, dan kreatif. 5) Membentuk siswa yang santun berbudaya.

6) Membentuk siswa yang berwawasan lingkungan. 5. Tujuan Sekolah dalam 5 Tahun Mendatang

(66)

52

a. Meningkatnya nilai Ujian Nasional ( UN ) mencapai 8,50. b. Nilai terendah ketuntasan belajar siswa = 75 (tujuh puluh lima). c. Memiliki kelas Multi Media dalam rangka pembelajaran CTL.

d. Menjadi juara I lomba siswa berprestasi tingkat kota maupun Propinsi Jawa Tengah.

e. Menjadi juara lomba LCC tingkat Propinsi.

f. Menjadi juara I lomba Karya Ilmiah Remaja ( KIR ) / Sinopsis tingkat propinsi.

g. Tim MTQ menjadi juara I tingkat propinsi. h. Tim olahraga menjadi juara tingkat propinsi. i. Tim seni masuk 2 besar di tingkat propinsi.

j. Regu PMR dan Pramuka menjadi juara I tingkat kota.

k. 95 % siswa melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut. l. 100 % siswa memiliki akhlak dan perilaku yang terpuji, misalnya :

1) Kebiasaan jajan di kantin sekolah.

2) Menempatkan dan atau membetulkan kembali segala sesuatuyang dilihat tidak pada tempatnya.

3) Menggunakan sapaan dan ungkapan-ungkapan agamis dalam percakapan sehari- sehari hari.

m. Siswa dapat menjadi penyelenggara dalam kegiatan sekolah, misalnya

sholat Jum’at, beston, Wasana Warsa, lomba antar kelas dll.

(67)

53

o. 100 % pemerintah dan masyarakat percaya akan bentuk-bentuk pelayanan sekolah.

p. Memiliki beberapa ruang laboratorium yang representatif dan pemanfaatannya optimal.

q. Memiliki laboratorium bahasa yang representatif dengan pemanfaatannya secara optimal.

r. Memiliki laboratorium IPA ( Fisika dan Biologi ) yang representatif dan pemanfaatannya optimal.

s. Memiliki laboratorium IPS, Matematika dan ruang keterampilan yang representatif dan pemanfaatannya optimal.

t. Memiliki ruang kantor Tata Usaha yang rapi, sejuk, lengkap dan tertata sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal.

u. Memiliki ruang arsip abadi yang tertata, terawat dan lengkap dengan dokumen-dokumen sekolah.

v. Memiliki Masjid dan Kapel yang memadahi sebagai tempat ibadah dan tempat pembelajaran agama.

w. Memiliki perpustakaan yang representatif dengan pelayanan yang optimal.

x. Memiliki pagar sekolah yang baik guna menciptakan situasi belajar yang aman.

y. Memiliki mesin pencacah sampah guna menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.

(68)

54

6. Data Guru dan Data Siswa

a. Data Guru

Tabel 4.1

Data Guru SMP Negeri 2 Salatiga

Tenaga Pendidik / Tk Jumlah Keterangan

Guru Tetap 48 PNS

Guru Kontrak -

Guru Honorer 3

Tenaga kependidikan 17 7 PNS, 10 Honorer ( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )

b. Data Siswa dalam 4 ( empat ) tahun terakhir : Tabel 4.2

Data Siswa SMP Negeri 2 Salatiga

Th.

(69)

55

7. Data Ruang Kelas dan Sarana Prasarana

a. Data Ruang Kelas

Tabel 4.3

Data Ruang Kelas SMP Negeri 2 Salatiga

Jumlah Ruang Kelas Asli (d) Jmlh Ruang Lain

( Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 2 Salatiga )

b. Data Sarana Prasarana

Tabel 4.4

Data Sarana Prasarana

No. Jenis prasarana Ketersediaan* Kondisi* Ada Tidak Baik Rusak

(70)

56

No. Jenis prasarana Ketersediaan* Kondisi*

7 Ruang Studio Musik  

(71)

57

c. Kegiatan Pembelajaran dan Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Kegiatan Pembelajaran

Tabel 4.5

Kegiatan Pembelajaran SMP Negeri 2 Salatiga

No. Komponen Muatan Kurikulum

2). Keterampilan Elektronika / Hasta Karya 3. Kegiatan pengembangan diri:

1). Layanan Bimbingan dan Konseling

2). Kegiatan Ekstrakurikuler 4. Pengaturan beban belajar* : Kalender Pendidikan dan SK pembagian

tugas mengajar. 5. Ketuntasan belajar (KKM)**:

(72)

58

1. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun.

2. Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila yang bersangkutan telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

3. Peserta didik dinyatakan harus mengulang di kelas yang sama bila: a. Jika peserta didik tidak menuntaskan standar kompetensi dan

kompetensi dasar lebih dari tiga mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun pelajaran, dan

b. Peserta didik karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.

c. Ketidak hadiran mencapai lebih dari 15 % hari efektif sekolah. 4. Ketika mengulang dikelas yang sama, nilai peserta didik untuk semua

indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ketuntasan belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama dengan yang dicapai pada tahun sebelumnya.

Kriteria kelulusan:

1). Menyelesaikan seluruh program pembelajaran

2). Memperoleh minimal baik, pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

3). Lulus Ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

Gambar

Tabel 4.1 Data Guru SMP Negeri 2 Salatiga
Tabel 4.3 Data Ruang Kelas SMP Negeri 2 Salatiga
Tabel  4.5 Kegiatan Pembelajaran SMP Negeri 2 Salatiga
Tabel 4.6

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit busuk buah pada nanas (fruit collapse) masuk ke Indonesia diduga berasal dari bibit yang diimpor dari Filipina tetapi penyebab penyakit busuk buah pada nanas di

Maharani C Putri (2015) dalam penelitiannya menyatakan, sistem keuangan merupakan sebuah sistem yang berperan utama dalam menjembatani mobilisasi dana antara pihak

Hal ini dapat kita lihat pada kompleks makam Manuba dimana makam-makam yang terdapat pada kompleks tersebut yang menggunakan nisan arca adalah makam para raja yang mempunyai

Jawa Barat Kota Sukabumi SMKN 1 Sukalarang Siti Syifa Fajar Tirta Lestari, S.Pd.. Jawa Barat Kota Tasikmalaya SMKN 1 Kota Tasikmalaya Osep Muhammad Yanto,

(1) Dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada setiap daerah irigasi dilaksanakan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan

Pada analisis ini dapat ditetapkan parameter laju resesi aliran bawah per- mukaan (IRC) dan aliran air bawah tanah (GWRC) serta komponen aliran sungai yang meliputi

Kriteria Baku Kerusakan Ekosistem Gambut adalah material organik yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan

Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu kajian tentang kualitas pelayanan penyuluh pertanian dan kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluhan tersebut serta kaitannya dengan