• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah Inspektorat Provinsi Gorontalo. Penelitian ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah Inspektorat Provinsi Gorontalo. Penelitian ini"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Inspektorat Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2012.

3.2. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009: 23).

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 1998: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang memiliki Jabatan fungsional auditor di seluruh Inspektorat daerah pada Pemerintah daerah Provinsi Gorontalo. Alasan pemilihan populasi ini karena auditor tersebut benar-benar dapat memahami arti pentingnya tingkat pendidikan pengalaman dan profesionalisme auditor dalam kegiatan pemeriksaan. Oleh karena itu peneliti menjadikan seluruh elemen APIP (Aparat Pengawas Intern Pemerintah)

(2)

yang bekerja di lingkungan Inspektorat Provinsi Gorontalo sebagai populasi dalam penelitian ini. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan populasi maka penelitian ini adalah penelitian sampel. Maka yang menjadi keseluruhan populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 orang APIP yang terdiri dari 10 auditor yang telah terangkat dan yang memliki sertifikat JFA, 25 orang yang sudah memliki sertifikat JFA tetapi belum terangkat menjadi auditor dan sisanya sebanyak 40 orang P2UPD (Pejabat pengawas urusan pemerintah daerah). Adapun rincian populasi dan sampel dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2: Populasi dan Sampel

No. APIP Jumlah

1 APIP yang memiliki sertifikat JFA dan yang telah menjadi Auditor

10 orang

2 APIP yang memiliki sertifikat JFA tetapi belum menjadi Auditor

25 orang

3 Pejabat pengawasa urusan pemerintah daerah (P2UPD)

40 orang

Total 75 orang

Sumber: Inspektorat Provinsi

3.4. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu tingkat pendidikan (X1) dan pengalaman (X2) dan satu variabel dependen yaitu profesionalisme auditor. Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(3)

pendidikan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan jenjang pendidikan yang dimiliki, yang berasal dari disiplin ilmu yang diketahui, yang membentuk suatu wawasan pengetahuan yang komprehensif dalam membentuk sikap dan karakter dalam mencapai tujuan yang diinginkan (Djoyonegoro,2000).

2. Pengalaman (X2)

Pengalaman kerja auditor adalah tingkat penugasan dan pemahaman pekerjaan yang dimiliki auditor, lamanya bekerja sebagai auditor, penugasan terhadap tugas-tugas yang diberikan, pelatihan yang diperoleh sehubungan dengan audit serta keinginan untuk menambah wawasan dan pengetahuan akuntan seperti yang dituntut dalam Standar Pemerikasaan Akuntan Publik (SPAP) (Jayanti, 2011).

3. Profesionalisme auditor (Y)

Profesionalisme adalah unsur-unsur yang membentuk seorang auditor untuk bekerja lebih baik sesuai dengan bidang keilmuan dan keahlian yang berguna untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Profesionalisme merupakan sikap auditor untuk melaksanakan audit sesuai dengan pedoman audit, menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam pelaksanaan dan pelaporan auditnya. Profesionalisme auditor tercermin dalam lima hal yaitu dedikasi terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi, Jayanti (2011). Definisi operasional, variabel dan penyebaran indikator secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

(4)

Tabel 3: Definisi Operasional dan Indikator Variabel

Variabel Definisi operasional Indikator Skala

Independen

Tingkat Pendidikan

(X1)

pendidikan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan jenjang pendidikan yang dimiliki, yang berasal dari disiplin ilmu yang diketahui, yang membentuk suatu wawasan pengetahuan yang komprehensif dalam membentuk sikap dan karakter dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Sumber: Djoyonegoro (2000) 1. Tingkat pendidikan. 2. Pengembangan teknik dan metodologi pemeriksaan. 3. Pelatihan dievaluasi secara periodik. Sumber: Albar (2009), Rahim (2011) Ordinal Pengalaman (X2)

Pengalaman kerja auditor adalah tingkat penugasan dan pemahaman pekerjaan yang dimiliki auditor, lamanya bekerja sebagai auditor, penugasan terhadap tugas-tugas yang diberikan, pelatihan yang diperoleh sehubungan dengan audit serta keinginan untuk menambah wawasan dan pengetahuan akuntan seperti yang dituntut dalam Standar Pemerikasaan Akuntan Publik (SPAP)

Sumber: (Jayanti, 2011)

1. Lama masa kerja 2. Banyaknya kantor yang

diaudit 3. Pengalaman mengikuti latihan 4. Pengalaman mengaudit Sumber: Nataline (2007) Ordinal Dependen Profesionalisme auditor (Y)

Profesionalisme adalah unsur-unsur yang membentuk seorang auditor untuk bekerja lebih baik sesuai dengan bidang keilmuan dan keahlian yang berguna untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Profesionalisme merupakan sikap auditor untuk melaksanakan audit sesuai dengan pedoman audit, menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam pelaksanaan dan pelaporan auditnya. Profesionalisme auditor tercermin dalam lima hal yaitu dedikasi terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi

Sumber: Jayanti (2011)

1. Keahlian melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya.

2. Melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku dibidang profesi yang bersangkutan

3. Menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi. Sumber: Herawati (2009), Kirana (2010)

Ordinal

Sumber: Data olahan 2012

Berdasarkan tabel 3 di atas, maka pengukuran dan ukuran skala yang digunakan untuk pembuatan item kuesioner adalah mengunakan skala likert

(5)

terhadap pernyataan itu. Sedangkan menurut Sugiono (2004: 19) bahwa skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial yang ditetapkan oleh peneliti sebagai variabel penelitian. Adapun yang dipakai sebagai kuisioner atau angket dengan menggunakan 5 (lima) pilihan yaitu Selalu (A), Sering (B), Kadang-kadang (C), Jarang (D), dan Tidak pernah (E). setiap pilihan akan diberikan skor/bobot nilai yang berbeda seperti tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 4: Pernyataan dengan skala likert

Pilihan Skor/Bobot Keterangan

A B C D E 5 4 3 2 1 Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

3.5. Teknik Pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dengan metode sampel yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada auditor, yang berisikan berbagai pernyataan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti dan diperoleh melalui studi dokumenter terhadap hal-hal yang berkaitan dengan subyek penelitian. Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner langsung, yaitu daftar pertanyaan dikirim atau diserahkan langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinannya atau diminta menceritakan tentang

(6)

dirinya sendiri. Kuesioner penelitian diantar langsung ke Kantor Inspektorat Provinsi Gorontalo yang menjadi subyek penelitian, dan diberi waktu tenggang selama dua minggu. Jika ada responden yang belum mengumpulkan kuesioner maka kepada mereka diberikan waktu satu minggu. Jika kuesioner tersebut belum juga diserahkan, maka kuesioner dikategorikan tidak kembali.

3.5.1.Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data ini diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer ini berupa jawaban atas kuesioner yang diberikan.

3.5.2.Prosedur Pengujian Instrumen

Untuk dapat mengumpulkan data dengan teliti, maka penelitian perlu menggunakan instrumen penelitian (alat ukur), instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data pada waktu peneliti menggunakan suatu metode (Sugiyono, 2009: 18). Penggunaan instrumen data penelitian, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur pertanyaan atau persyaratan yang ada dalam kuesioner atau pernyataan dianggap valid jika pernyataan tersebut

(7)

mampu mengungkap apa yang ingin diukur. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2011: 121). Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dengan skor untuk masing-masing-masing-masing variabel. Validitas menunjukan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ditanyakan atau apa yang diukur dalam penelitian. Tingkat validitas kuesioner diukur berdasarkan koefisien validitas yang dalam hal ini menggunakan koefisien korelasi pearson. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16 dan Microsoft excel 2007.

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan korelasi

product moment (Sugiyono, 2011: 183) yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Rxy : Koefisien Korelasi x : Skor item ke-1 y : Skor total variabel n : Jumlah responden

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau

(8)

handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten. Reliabilitas instrumen penelitian dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan koefisien

cronbach’s Alpha. Jika nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,6 maka

disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut handal atau reliabel (Ghozali, 2006) dalam Nurcahyani (2010). Koefisien korelasi antara dua kelompok tersebut menunjukan kehandalan internal alat ukur yang digunakan. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16 dan Microsoft

excel 2007.

Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, penulis menggunakan koefisien reliabitas Alpha cronbach (Arikunto, 2006: 196) yaitu:

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑σb2

: Jumlah varians butir σt2

: Varians total

(9)

Untuk mengukur variabel-variabel akan dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden. Data yang terkumpul adalah data yang berskala ordinal, sedangkan untuk menganalisa dalam penelitian ini diperlukan data dengan syarat data untuk dapat digunakannya statistik inferensial (analisa regresi) sebagai analisis utama dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah sekurang-kurangnya data yang berskala interval. Oleh karena itu seluruh variabel yang berskala ordinal terlebih dahulu dikonversi untuk selanjutnya dinaikkan ketinggian pengukuran interval.

Teknik yang digunakan dalam konversi data ini adalah metode interval berurutan (method successive intervals) (Hays, 1976) dalam Waryanto dan Millafati (2006).

Keterangan:

Density at lower limit : Kepadatan batas bawah

Density at upper limit : Kepadatan batas atas

Area under upper limit : Daerah dibawah atas

(10)

3.6 Motode dan Tehnik Analisis Data

Dalam penilitian ini model dan teknik analisis data menggunakan pendekatan regresi berganda. Sebelum menganalisa regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen penelitian, uji normalitas data dan uji asumsi klasik, yang menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social

Scienci). Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka model analisa regresi

berganda dalam penilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a+ β1X1 + β2X2 + e Dimana: Y = Profesionalisme auditor a = Konstanta β1,β2 = Koefisien regresi X1 = Tingkat Pendidikan X2 = Pengalaman e = Error

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi berganda, data tersebut harus sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki dalam analisis regeresi yaitu sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen dan independen berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi

(11)

yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Sebelum diolah lebih lanjut, dilakukan pengujian asumsi normalitas dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis sebagai berikut:

Ho: Data variabel dependen berdistribusi normal. Hi : Data variabel dependen tidak berdistribusi normal. α : 5%

Kriteria uji: Tolak Ho jika nilai signifikansi yang diperoleh kecil dari α, terima Hi dalam hal lainya.

Untuk pengujian ini digunakan aplikasi komputer software dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science) for windows version 16.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006) dalam Nurcahyani (2010).

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (variance

inflation factor) dan korelasi diantara variabel independen. Jika nilai VIF lebih

(12)

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamataan ke pengamatan yang lain. Jika variansnya berbeda maka dikatakan heteroskedastisitas, namun jika variansnya sama disebut homokedatisitas. Suatu model regresi yang baik adalah homokedatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006) dalam Nurcahyani (2010).

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis penilitian ini di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda.

1. Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan, yaitu uji statistik bagi koefisien regresi yang serentak atau bersama-sama mempengaruhi Y. Uji ini menggunakan uji F yaitu:

Keterangan:

n : Jumlah subyek

k : Jumlah variabel bebas R2: koefisien determinasi

(13)

H0: Pyx1,Pyx2 = 0, artinya tingkat pendidikan dan pengalaman tidak berpengaruh secara simultan terhadap profesionalisme auditor Inspektorat Provinsi Gorontalo. H1: Pyx1,Pyx2 ≠ 0, artinya tingkat pendidikan dan pengalaman berpengaruh secara simultan terhadap profesionalisme auditor Inspektorat Provinsi Gorontalo.

Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel-variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercay`aan 5% dan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel. Criteria pengujian yang digunakan adalah:

Jika Fhitung > Ftabel (n-k-1) maka H0 ditolak dan H1 diterima, arti secara statistic data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen (X1 dan X2) berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).

Selain itu uji F pula dapat dilihat dari besarnya probabilitas value (p value) dibandingkan dengan 0,05 (taraf signifikan α = 5%). Adapun kriteria pengujian yang digunakan adalah:

Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak Jika p value > 0,05 maka H1 diterima

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan dari variabel independen X1, X2 secara bersama-sama terhadap profesionalisme auditor sebagai variabel dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R2). Dimana R2 menjelaskan seberapa besar variabel independen yang digunakan dalam penilitian ini menjelaskan variabel dependen.

(14)

2. Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (uji t), bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Secara parsial hipotesis penilitian yang akan di uji dirumuskan menjadi hipotesis sebagai berikut:

H1: Pyx1,Pyx2 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

H0: Pyx1,Pyx2 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t. uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel. Untuk menentukan nilai ttabel ditentukan dengan tingkat signifikan 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumalah variabel. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel (n-k-1) maka H0 ditolak Jika thitung < ttabel (n-k-1) maka H0 diterima

Selain uji t, dapat pula dilihat dari segi besarnya probabilitas value (p value) dibandingkan dengan 0,05 (taraf signifikan α = 5%). Adapun kriteria pengujian yang digunakan adalah:

Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak Jika p value > 0,05 maka H0 diterima

(15)

Untuk dapat mengetahui seberapa besar presentase sumbangan dari variabel independen X1, X2 secara bersama-sama terhadap profesionalisme auditor sebagai variabel dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (r2). Dimana r2 menjelaskan seberapa besar variabel independen yang digunakan dalam penilitian ini menjelaskan variabel dependen.

3.Koefisien Determinasi R2

Untuk mengukur besarnya proporsi atau presentasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka dilakukan pengujian koefisien determinan. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti R2

= 0 menunjukan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1, menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Gambar

Tabel 2: Populasi dan Sampel
Tabel 3:  Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Tabel 4:   Pernyataan dengan skala likert

Referensi

Dokumen terkait

1 ) Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti

Peristiwa kematian dan kehidupan, oleh al-Qur’an dinilai sebagai bentuk penciptaan yang patut diperhatikan secara seksama; dan bahkan perhatian kepada kedua kata ini (mati

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Teknik pengumpulan data dalam bentuk wawancara mendalam guna untuk memperoleh data yang jelas mengenai

Oleh karena itu, para pemilik usaha online shop harus memiliki dan melakukan strategi yang tepat, supaya bisa membuat pengguna internet yang belum melakukan pembelian melalui media

Dari masalah diatas, kami tertarik untuk membuat usaha plakat custom yang saat ini pesaingnya tidak terlalu banyak dan pasar untuk produk ini masih terbuka secara luas... 4 BAB II

a) Kecekatan adalah kemampuan untuk mengubah arah gerak tubuh dengan cepat dan tepat. b) Kelincahan ialah kemampuan seseorang mengubah posisi diarea tertentu, dari

Louis de Broglie then wrote a paper with the title “ Recherches sur la theorie des quanta ” (Researches on quantum theory) and submitting it to the Faculty of

Pembahasan terhadap temuan- temuan dalam penelitian yang diuraikan di bab IV dengan menunjukkan tujuan penelitian yang dicapai, menafsirkan data temuan penting