A. Hasil Penelitian
2. Paparan Data Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini relatif sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Namun dalam pelaksanaan ini dilakukan perbaikan-perbaikan dari siklus I sehingga hasil belajar meningkat. Siklus ini dilakukan selama empat kali pertemuan (8 x 40 menit). Secara rinci prosedur tindakan siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini relatif sama dengan tahapan perencanaan pada siklus I yaitu peneliti melakukan diskusi awal dengan guru mata pelajaran untuk membahas permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini. Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan adapun standar kompetensi yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran Selanjutnya setelah menetapkan materi ajar peneliti kemudian membuat rencana kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question guna mendapatkan data yang objektif dalam proses penelitian sehingga mempermudah dalam mengambil kesimpulan. Selanjutnya peneliti juga menyiapkan bahan-bahan penunjang untuk kelancaran penelitian, antara lain pedoman observasi, alat evaluasi, serta referensi penunjang yang relevan dengan pendidikan. Selain itu peneliti juga merancang dan membuat LKS dan tes hasil belajar siklus II.
b. Tahap pelaksanaan tindakan Pertemuan V:
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan V yaitu pada kegiatan awal guru memberikan salam, berdoa, dan melakukan pengecekan siswa dengan mengabsen,
disamping itu peneliti akan memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku dan media lain yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Pada pertemuan pertama ini, guru hanya memberikan pertanyaan kemudian memberikan materi pengantar sebelum memasuki materi
.
Selain itu, guru membagikan bahan pelajaran yang akan dibagi menjadi beberapa bagian.Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberi penjelasan mengenai topik yang akan dibahas pada hari tersebut. Guru bisa menanyakan apa saja yang diketahui siswa mengenai topik tersebut. Kegiatan ini bertujuan mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru. guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setelah kelompok dibagikan maka guru meminta kepada siswa untuk menunjuk 1 atau 2 orang dalam tim mereka untuk melakukan pengecekan. Para siswa di suruh untuk membaca halaman panduan mereka dan meminta teman satu tim atau guru untuk membantu bila perlu. Selanjutnya Guru memberikan 3 soal pertama kepada siswa untuk dikerjakan dalam latihan kemampuannya sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya dengan halaman jawaban yang sudah tersedia. Guru dan siswa lainnya mengamati tingkat kebenaran dari jawaban yang diuraikan siswa. Guru merampung semua masalah yang dihadapi siswa selama diskusi berlangsung untuk diberikan penilaian. Guru menarik kesimpulan mengenai isi topik pembelajaran yang dipelajari siswa hari itu dan guru menyampaikan tugas kepada siswa untuk melengkapi catatan serta guru memberikan informasi mengenai pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam.
Pertemuan Ke VI :
Pada pertemuan ke 6 kegiatan yang dilakukan yaitu siswa diminta untuk menyiapkan kelas dan berdoa, kemudian guru mengabsen siswa dan mengingatkan materi minggu lalu. Kemudian guru memaparkan sedikit pertanyaan dan materi yang akan dibahas pada pertemuan ini. Setelah itu, guru membagikan bahan pelajaran yang akan dibagi menjadi beberapa bagian. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberi penjelasan mengenai topik yang akan dibahas pada hari tersebut. Guru bisa menanyakan apa saja yang diketahui siswa mengenai topik tersebut. Kegiatan ini bertujuan mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru.
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setelah kelompok dibagikan maka guru meminta kepada siswa untuk menunjuk 1 atau 2 orang dalam tim mereka untuk melakukan pengecekan. Para siswa di suruh untuk membaca halaman panduan mereka dan meminta teman satu tim atau guru untuk membantu bila perlu. Guru memberikan 3 soal pertama kepada siswa untuk dikerjakan dalam latihan kemampuannya sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya dengan halaman jawaban yang sudah tersedia. Guru dan siswa lainnya mengamati tingkat kebenaran dari jawaban yang diuraikan siswa. Guru merampung semua masalah yang dihadapi siswa selama diskusi berlangsung untuk diberikan penilaian. Guru menarik kesimpulan mengenai isi topik pembelajaran yang dipelajari siswa hari itu serta memberikan informasi mengenai pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam.
Pertemuan ke VII :
Pada pertemuan ke-7 kegiatan yang dilakukan yaitu, siswa diminta untuk menyiapkan kelas dan berdoa kemudian guru mengabsen siswa, dan mengingatkan materi minggu lalu. Kemudian guru bertanya dan memaparkan sedikit materi yang akan dibahas pada pertemuan ini. Setelah itu, guru membagikan bahan pelajaran yang akan dibagi menjadi beberapa bagian. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberi penjelasan mengenai topik yang akan dibahas pada hari tersebut. Guru bisa menanyakan apa saja yang diketahui siswa mengenai topik tersebut. Kegiatan ini bertujuan mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru.
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setelah kelompok dibagikan maka guru meminta kepada siswa untuk menunjuk 1 atau 2 orang dalam tim mereka untuk melakukan pengecekan. Para siswa di suruh untuk membaca halaman panduan mereka dan meminta teman satu tim atau guru untuk membantu bila perlu. Selanjutnya Guru memberikan 3 soal pertama kepada siswa untuk dikerjakan dalam latihan kemampuannya sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya dengan halaman jawaban yang sudah tersedia. Guru dan siswa lainnya mengamati tingkat kebenaran dari jawaban yang diuraikan siswa. Guru merampung semua masalah yang dihadapi siswa selama diskusi berlangsung untuk diberikan penilaian. Guru menarik kesimpulan mengenai isi topik pembelajaran yang dipelajari siswa hari itu dan guru memberikan informasi mengenai pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam.
Pertemuan ke VIII :
Pada pertemuan ke-8 dilaksanakan evaluasi siklus II. kegiatan yang dilakukan yaitu siswa diminta untuk menyiapkan kelas, guru mengabsen siswa dan kemudian menjelaskan secara singkat mengenai tata tertib selama ulangan/evaluasi. Guru membagikan lembar soal ulangan dan lembar jawaban kepada siswa dan siswa mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru kemudian guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan soal yang telah diberikan. Setelah hasil pekerjaan siswa dikumpulkan maka guru mengingatkan kepada siswa untuk mempersiapkan diri dalam mempelajari materi selanjutnya, kemudian mengakhiri pertemuan terakhir pada siklus II dengan mengucapkan salam.
Pada pertemuan kali ini dilaksanakan evaluasi siklus ke II. Hal ini semakin terlihat meningkatnya siswa yang membuat catatan kecil dari pertanyaan yang mereka telah ajukan. Begitupula dalam membimbing siswa untuk memecahkan masalah-masalahnya melalui diskusi dengan masing-masing anggota pasangannya serta mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan membuat rangkuman dari seluruh pembahasan juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan penutup peneliti berada dalam kategori sangat baik dalam membimbing siswa untuk memahami isi bacaan dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya serta membuat rangkuman jawaban mengenai pertanyaan yang diajukan.
c. Tahap observasi
Pada siklus II ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan setelah selesai penyajian materi untuk siklus II. Adapun analisis deskriptif skor perolehan siswa diterapkan model pembelajaran Learning starts with A Question dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Statistik Hasil Belajar bahasa Indonesia Siswa siklus II Statistik Nilai Statistik
Subjek 32
Nilai ideal 100
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 60
Rentang skor 35
Rata-rata 75.78
Standar deviasi 8.6233
(Sumber: Hasil Penelitian)
Berdasarkan tabel 4.5 dideskripsikan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada Kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep setelah dilakukan tindakan pada siklus II berada dalam kategori sedang dengan rata-rata 75.78 dengan standar deviasi 8.6233. Perolehan nilai untuk siklus II adalah 95 untuk nilai tertinggi dan 60 untuk nilai terendah dari nilai ideal yang mungkin dicapai yaitu 100%.
Apabila nilai hasil belajar siswa dikelompokkan kedalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.6. berikut:
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar bahasa indonesia siswa pada siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase
0-54 Sangat rendah 0 0%
55-64 Rendah 3 9.37%
65-69 Sedang 5 15.62%
70-89 Tinggi 22 68.75%
90 – 100 Sangat tinggi 2 6.25%
Jumlah 32 100%
(Sumber: Hasil Penelitian)
Berdasarkan pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa dari 32 siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah 0 atau 0%, siswa masuk dalam kategori rendah 3 atau 9.37%, siswa masuk dalam kategori sedang 5 atau 15.62%, siswa masuk dalam kategori tinggi 22 atau 68.75% sedangkan siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi adalah 2 atau 6.25%
Apabila hasil belajar siswa pada siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase
0-69 Tidak tuntas 8 25 %
70-100 Tuntas 24 75 %
Jumlah 32 100 %
(Sumber: Hasil Penelitian)
Dari tabel 4.7 menunjukkan persentase ketuntasan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep sebesar 75% atau 24 dari 32 siswa termasuk dalam kategori tuntas dan 25%
atau 8 dari 3 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas.
d. Tahap refleksi
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa siklus II berlangsung selama 4 kali pertemuan (3 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk ulangan harian). Langkah-langkah pada siklus II ini pada dasarnya sama saja dengan yang ada pada siklus I, langkah-langkah dengan model pembelajaran Learning Starts With A Question tetap dilaksanakan dengan melakukan beberapa pengembangan dan perbaikan masalah yang ditemukan. Setelah diperbaiki hasil tindakan pada proses belajar mengajar pada siklus I maka dilakukan beberapa perbaikan yaitu:
1. Guru memulai pelajaran setelah suasana kelas benar-benar kondusif dan siswa telah siap belajar sehingga siswa lebih fokus terhadap terhadap materi yang akan dipelajari. Guru memberikan arahan agar semua aktivitas di luar pembelajaran Bahasa Indonesia dihentikan terlebih dahulu dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada materi yang akan dipelajari.
2. Guru lebih memotivasi siswa untuk berani mengajukan pertanyaan, serta berani tampil di depan kelas mempresentasekan hasil pembelajaran. Guru menginformasikan bahwa keberanian dan kerajinan siswa merupakan salah satu aspek yang dinilai oleh guru.
3. Guru lebih mengontrol aktivitas siswa dalam pembelajaran dan berusaha semaksimal mungkin.
4. Guru memperbanyak latihan soal dan pekerjaan rumah agar lebih memperdalam pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Memasuki siklus II proses belajar mengajar yang berlangsung pada awal pertemuan masih tidak jauh berbeda dengan pertemuan ketiga pada siklus I, tetapi karena siswa terus diberi motivasi akhirnya siswa mulai aktif pada setiap materi pelajaran yang diberikan.
Pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, siswa yang aktif dalam proses pembelajaran terus bertambah demikian pula siswa yang aktif dalam mempresentasekan hasil pembelajaran untuk menjawab pertanyaan dari soal latihan yang diberikan untuk dibaca di depan kelas. Sedangkan mengerjakan soal latihan yang diberikan umumnya siswa sudah mengerjakan sendiri bahkan sudah ada beberapa siswa aktif untuk mengajukan pendapatnya mengenai materi pembelajarannya. Mereka mulai sadar bahwa penelitian guru bukan hanya pada ujian akhir, melainkan juga pada aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Secara umum, siswa sudah terbiasa dan semakin menyukai proses belajar mengajar melalui model pembelajaran Learning Starts With A Question. Berikut data yang diperoleh selama siklus II berlasung (3 kali pertemuan).
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
1. Banyaknya siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran
3. Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pembelajaran.
3 3 2 2.66 8.31
4. Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I, maka diperoleh beberapa informasi yaitu:
a) Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I sebanyak 75% dan pada siklus II sebanyak 86.43% .
b) Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I sebanyak 57.28% dan pada siklus II sebanyak 70.81%.
c) Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pembelajaran pada siklus I sebanyak 11.43% dan pada siklus II sebanyak 8.31%.
d) Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran pada siklus I sebanyak 46.87%
dan pada siklus II sebanyak 67.68%.
e) Siswa yang aktif dalam mempresentasekan hasil pembelajaran pada siklus I sebanyak 37.5% dan pada siklus II sebanyak 40.62% .
f) Siswa mengajukan pendapat pada siklus I sebannyak 22.90% dan pada siklus II sebanyak 33.31%.
g) Siswa yang masih butuh bimbingan pada siklus I sebanyak 20.81% dan pada siklus II sebanyak 10,40%
h) Siswa yang masih pasif pada siklus I sebanyak atau 20,81% dan pada siklus II sebanyak 10.40%.
Berdasarkan hasil di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa kegiatan pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar dibanding dengan pada siklus I. pada akhir siklus II siswa diberi tes atau ujian untuk menguji kemampuan siswa, dengan tetap memperketat pengawasan sebagaimana telah diuraikan pada analisis kuantitatif dan analisis kualitatif, hasil yang diperoleh siswa pada siklus II mengalami peningkatan daripada siklus I.
Dari hasil analisis kuantitatif dan analisis kualitatif di atas dapat disimpulkan bahwa setelah pelaksanaan proses pembelajaran melalui model pembelajaran Learning Starts With A Question terjadi peningkatan hasil belajar seperti siswa aktif dalam kelas, rajin, percaya diri tampil di depan kelas, dan motivasi belajar siswa.
B. Pembahasan
Dari hasil analisis kualitatif dan kuantitatif terlihat bahwa pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question dapat memberikan perubahan kepada siswa.
Menurut Sudirman (1992:119) model atau strategi LQS (Learning Starts With a Question) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang diawali dengan pernyataan yang harus dijawab, terutama dari pendidik terhadap peserta didik, akan tetapi dapat pula dari peserta didik kepada pendidik. Tetapi suatu hal yang perlu diingat dalam mengejar adalah bahwa pendidik jangan menunggu sampai peserta didik termotivasi dalam belajar. Pendidik hendaknya mampu membangun kainginan peserta didik untuk mempelajari apa yang akan diajarkan melalui pertanyaan.
Learning Starts With A Question, merupakan salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam kelompok. Model Pembelajran Learning Starts With A Question, merupakan model pembelajaran individual dibantu kelompok atau tim.
Karena dalam bekerja sama sabagai usaha untk menyelesaikan masalah, memberi dorongan untuk maju dan menanamkan pada siswa bahwa kita sebagai makhluk
sosial sudah selayaknya untuk saling tolong menolong. Menurut Lie ( 2004:43) kelompok heterogen disukai oleh para guru yang telah menerapkan model pembelajaran Learning Starts With A Question karena beberapa alasan, yaitu (1) kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung, (2) kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender, serta (3) kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga sampai empat anak.
Tujuan model pembelajaran Learning Starts With A Question adalah:
1. Meminimalkan keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
2. Guru setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
3. Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat.
Dengan membuat para siswa bekeja dalam kelompok, dengan status yang sejajar, akan terbentuknya sikap positif terhadap siswa-siswa yang kurang pandai.
Adapun manfaat model pembelajaran Learning Starts With A Question adalah: (1) Kesulitan yang dialami siswa dapat dipecahkan bersama dengan ketua kelompok serta bimbingan guru ,(2) Siswa yang memiliki kekurangan secara akademis di bantu oleh siswa yang memiliki kemampuan akademis lebih, (3) Tejadi interaksi antar kelompok, dengan adanya keja sama tiap anggota kelompok siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,(4) Pembelajaran Learning Starts
With A Question, membuat para siswa mengejakan sebagian tugasnya sehingga meringankan beban guru.
Adapun Keuntungan dari model pembelajaran Learning Starts With A Question yaitu siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang dibagi dalam dua siklus setiap siklus meliputi tahapan-tahapan pelaksanaan: 1.) Tahap perencanaan, 2.) Tahap tindakan, 3.) Tahap observasi, dan 4.) Tahap refleksi.
Pada siklus I selama kegiatan pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa siswa sedikit termotivasi untuk mengikuti pembelajaran karena model pembelajaran yang diberikan tergolong baru dan unik menurut pandangan mereka, meski siswa merasa canggung dengan model pembelajaran yang diberikan.
Sehingga seolah-olah siklus I ini orientasinya siswa mengenali model pembelajaran yang diterapkan dan guru mengenal karakter individu dan karakter kelas siswa.Setelah diadakan refleksi pada siklus I, maka dilakukan kegiatan perbaikan demi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II, terlihat bahwa motivasi siswa sudah meningkat. Disamping terjadinya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa selama berlangsungnya penelitian dari siklus I sampai siklus II, tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada sikap siswa. Perubahan
tersebut merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat guru selama penelitian. Perubahan-perubahan yang dimaksud adalah:
1) Banyaknya siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I sebesar 75% pada siklus II meningkat menjadi 86.43%.
2) Siswa yang memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar 57,28% pada siklus II meningkat menjadi 70,81%.
3) Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pembelajaran pada siklus I sebesar 11,43% pada siklus II menurun menjadi 8,31%.
4) Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran pada siklus I sebesar 46,87%
pada siklus II meningkat menjadi 67,68%.
5) Siswa yang aktif dalam mempresentasekan hasil pembelajaran pada siklus I sebesar 37,5% pada siklus II meningkat menjadi 40,62%.
6) Siswa yang mengajukan tanggapan pada siklus I sebesar 22,90% pada siklus II meningkat menjadi 33,31%.
7) Siswa yang masih perlu bimbingan guru pada siklus I sebesar 20.81% pada siklus II menurun menjadi 10.40%.
8) Siswa yang pasif pada siklus I sebesar 20.81% pada siklus II menurun menjadi 10.40%.
Hal ini juga sempat diamati oleh peneliti pada siklus II adalah suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran
denga lebih baik, dan siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu oleh siswa lain. Peningkatan baik keaktifan, kehadiran maupun hasil belajar siswa pada siklus II, terjadi setelah diadakan perbaikan-perbaikan yang dianggap tidak terlaksana secara maksimal pada siklus sebelumnya yang diperoleh pada hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun perbaikan yang sempat terlaksana adalah jika pada siklus I hanya siswa tingkat kecerdasan di atas rata-rata yang aktif dalam proses pembelajaran maka pada siklus II dilakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa yang tingkat kecerdasan di bawah rata-rata untuk mendapatkan bimbingan secara langsung agar mereka lebih aktif dan dapat melibatkan diri dalam proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pada siklus II pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question berjalan lebih baik lagi dibandingkan dengan siklus sebelumnya, ini menunjukkan bahwa perubahan sikap siswa dari siklus I ke siklus II selalu mengarah pada hal-hal yang telah direncanakan sesuai dengan langkah yang telah disiapkan pada prosedur penelitian.
Peningkatan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara individual dari 32 siswa hanya 10 siswa atau 31.25 % yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau berada pada kategori rendah. Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata di peroleh sebesar 64.06%.
Sedangkan pada siklus II di mana dari 32 siswa terdapat 24 siswa atau 75 % telah memenuhi Krireria Ketuntasan Minimal (KKM) dan secara klasikal sudah
terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang di peroleh sebesar 75.78 atau berada pada kategori tinggi.
Berdasarkan hasil pebelitian tersebut di atas, dapat di simpulkan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep dengan penerapan model pembelajaran Learning Starts With A Question mengalami peningkatan.
1. Analisis refleksi siswa
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lembar respon siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Tanggapan siswa tentang pelajaran Bahasa Indonesia.
Sebagian besar siswa senang pelajaran bahasa Indonesia, sehingga siswa merasa bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sangat penting untuk dikuasai karena berguna bagi kehidupan sehari-hari. Adapun siswa yang beranggapan bahwa belajar Bahasa Indonesia dapat mengasah otak dan melatih siswa untuk berpikir memecahkan masalah dan berkarya.
b. Tanggapan siswa tentang model Learning Starts With A Question Untuk hal ini siswa menanggapi secara positif, mereka menganggap bahwa pembelajaran model Learning Starts With A Question selain mengajarkan mereka untuk bersosialisasi dengan teman kelompoknya masing-masing mereka juga diajarkan untuk saling membantu dan bekerja sama dengan teman kelompoknya, dan mereka juga lebih bersemangat dalam belajar agar kelompok mereka menjadi yang terbaik. dengan model penbelajaran Learning
Starts With A Question dapat menjalin kekompakan antara anggota kelompokya masing-masing di dalam berdiskusi atau memecahkan masalah yang diberikan.
64
SIMPULAN DAN SARAN