• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh Nama : FITRAH CANDRAYANI Nim :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh Nama : FITRAH CANDRAYANI Nim :"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SISWA KELAS VII SMPMUHAMMADIYAH BUNGORO KAB.PANGKEP

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Nama : FITRAH CANDRAYANI Nim :10533 5682 09

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2014

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Nama : FITRAH CANDRAYANI Nim :10533 5682 09

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2014

(3)

viii

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah Subhana Wata’ala yang dengan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

”Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Learning Starts With A Question pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep” dapat terwujud. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wassallam yaitu nabi yang membawa risalah bagi kita semua yang patut diteladani. Skripsi ini diajukan utuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Banyak hikmah dan pengalaman berharga yang menjadi pelajaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Tapi tidak sedikit pula hambatan dan kesulitan yang didapatkan, namun berkat ketabahan, kesabaran, keiklasan, kerja keras, ketekunan serta kemauan keras yang disertai doa dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu patut kiranya dalam kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Nurdin dan Ibunda Hj. Najemiah tercinta dan keluarga besarku, yang memberikan motivasi dan pengorbanan mulia serta senantiasa berdoa yang menjadi penerang langkah penulis mencapai cita- cita. Hanya Allah Swt yang bisa memberi balasan yang setimpal.

Pada kesempatan ini pula penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

(4)

Dr. Irwan Akib, M.Pd. Rektor, atas segala kebijakan dan perjuangannya membangun Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, serta staf administrasi dan staf pengajar yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dra. Munirah, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, atas kesabaran dan ketabahannya mengarahkan penulis selama berada di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Semoga Allah Swt membalas jasa atas segala bantuan dan dorongan yang telah penulis dapatkan dari pihak-pihak tersebut diatas.

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat, khususnya bagi penulis selaku calon pendidik dan pembaca pada umumnya.

Semoga segala jerih payah serta kerja keras kita bernilai ibadah disisi Allah Swt.

Amin...

.

Makassar, 2014 Penulis

FITRAH CANDRAYANI

(5)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang………...1

B. Identifikasi Masalah ………...8

C. Rumusan Masalah………... 8

D. Cara Pemecahan Masalah……….8

E. Tujuan Penelitian ………... 8

F. Manfaat Penelitian ………... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS ... 10

A. Kajian Pustaka ……… .. 10

B. Kerangka Pikir ………. 24

C. Hipotesis ... 26

(6)

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Prosedur Penelitian ... 27

E. Instrument Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data……….. 34

H. Indikator Keberhasilan ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 35

A. Hasil Penelitian ………. 35

B. Pembahasan ………. 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……… 65

A. Simpulan ………..65

B. Saran ………...65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal,2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.

Arikunto S,dkk.2006.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara : jakarta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dimyati & Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Hamzah. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, 2004. Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi pengajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Ratumanan, 2004. Belajar dan pembelajaran. Surabaya : Unesa University Press.

Riyanto, 2010.Model-model Pembelajaran Inovativ Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan, Teori Praktis dan Implementasinya. Cetakan Pertama. Jakarta:

Prestasi Pustaka

Rosdiana. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia padapokok Bahasan paragraf deskriptif melalui model pembelajaran learning starts with a question padasiswa kelas VIII SMP Negeri 33 Makassar. Skripsi FKIP UMM Makassar. Tidak di terbitkan.

Sagala, Syaiful, 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saheriani. 2007. Penerapan Strategi Pembelajaran aktif LQS (Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar bahasa indonesia) pada siswa X SMA Muhammadiyah Limbung). Skripsi FKIP UMM Makassar. Tidak di Terbitkan.

Silberman Mel, Hidayat Komaruddin. 2009. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif”.Yogyakarta: Insan Madani.

Slameto. 2003. Bejajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana, 1991.Cara Belajar Siswa Aktif. Surabaya : Usah Nasional.

Sudjana, Nana 1989 dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru

(8)

Thobroni, Muhammad & Arif Mustopa. 2011.Belajar & Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

(9)

Fitrah Candrayani. 2014. Meningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Learning Starts With A Question Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep. Dibimbing oleh

H. Kamaruddin, dan H. M. Basri.

Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Learning Starts With A Question pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action) yang terdiri dari dua siklus dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep sebanyak 32 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep sebelum menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question (pada siklus I) berada pada kategori sedang, dengan rata-rata 64.07. Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa di SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep setelah digunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question (pada siklus II) berada pada kategori tinggi, dengan hasil rata-rata 75.78. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep melalui model pembelajaran Learning Starts With A Question meningkat. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada sikap siswa selama proses pembelajaran sesuai hasil observasi yaitu dengan adanya penerapan model pembelajaran Learning Starts With A Question dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta meningkatkan minat belajar siswa.

Kata kunci : Meningkatkan Hasil Belajar, Model Pembelajaran, Learning Starts With A Question.

(10)

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya. Pendidikan bertujuan mencapai kepribadian suatu individu yang lebih baik. Pendidikan mengembangkan tugas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia yang lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangannya. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang dihadapinya. Pendididkan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting katika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di

(11)

sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik), dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik/ lebih maju), tercapainya hal ini sangat ditentukan oleh model pembelajaran di sekolah.

Suatu pengajaran yang hanya mengutamakan prinsip individual tidak akan memberikan hasil yang maksimal dan tentunya tidak akan menguntungkan siswa.

Kehidupan dan keberhasilan pembelajaran sebagian besar siswa di pengaruhi oleh orang lain termasuk teman-temannya.

Pengetahuan tidak dapat di pindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuaanya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.

Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Piaget(dalam Dimyati,2006 :14) mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan malalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak tergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berintraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan

(12)

proses berkesinambungan tentang keadaan katidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan.

Proses pembelajaran meliputi intraksi guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh, keaktifan antara guru dan siswa seimbang. Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama program pendidikan dilaksanakan di kelas yang pada kenyataannya, tidak pernah lepas dari masalah. Masalah pembelajaran pada umunya terjadi di kelas, kelas dalam hal ini dapat berarti segala kagiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan pembelajaran. Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya (Oemar Hamalik, 2001:24).

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan perkembangan peningkatan kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah selalu merevisi kurikulum yang sudah ada selaras dengan perkembangan jaman, demikian pula dengan model pembelajaran yang diterapkan selalu mengalami perkembangan. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, membuka kemungkinan peserta didik (siswa) tidak hanya belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh guru saja, akan tetapi peserta didik dapat belajar dari luar kelas seperti dari lingkungan masyarakat, pakar atau

(13)

ilmuwan, birokrat, media cetak maupun media elektronik, serta sarana-sarana lain yang ada di sekitar kita. Dengan belajar seperti itu, peserta didik akan lebih leluasa menuangkan gagasan mereka yang dibangun berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Suasana atau iklim belajar mengajar harus diciptakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Sebagaimana diketahui bahwa metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis, dan sifat materi pelajaran dengan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut.

Pembelajaran yang diterapkan di sekolah sering kali berkesan kurang menarik bahkan membosankan. Model serta teknik pengajarannya juga kurang menarik. Apa yang terjadi di kelas, biasanya guru memulai pelajaran bercerita, atau bahkan membacakan apa yang tertulis dalam buku ajar dan akhirnya langsung menutup pelajaran begitu bel akhir pelajaran berbunyi. Tidak mengherankan di pihak guru sering timbul kesan bahwa mengajar bahasa Indonesia itu mudah. Akibatnya materi-materi yang terkandung dalam Mata pelajaran bahasa Indonesia tidak dapat dipahami dan diamalkan kepada peserta didik.

Pembelajaran jika hanya disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan akan terasa membosankan. Dalam hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk mempertimbangkan model pembelajaran lain yang efektif dan tepat.

Pengalaman yang diperoleh oleh siswa dari hasil pemberitahuan orang lain seperti

(14)

hasil dari penuturan guru hanya akan mampir sesaat untuk diingat dan setelah itu dilupakan. Oleh karena itu, dalam konteks kurikulum yang berlaku saat ini di SMP, membelajarkan siswa tidak cukup hanya dengan memberitahukan akan tetapi mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi.

Dengan melihat kondisi yang ada di lingkungan sekolah SMP Muhammadiyah Bungoro Kab. Pangkep yang pada dasarnya tidak ada masalah dalam sarana belajar, namun dalam proses belajar mengajar terdapat masalah- masalah, masalah yang dimaksud antara lain, keadaan siswa yang kurang antusias dalam mengikuti palajaran Bahasa Indonesia, proses pembelajaran yang sifatnya monoton dengan siswa yang cendrung pasif dan gurunya yang aktif yakni melalui metode cerama saja tentu siswa sangat sulit untuk meningkatkan aktifitas, kreatifitas dan hasil belajar siswa.

Pada umumnya pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah khususnya di SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep sampai saat ini masih konvensional yaitu guru aktif menjelaskan materi pelajaran siswa hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.

Sehingga siswa dalam mengikuti pelajaran cenderung pasif, dan bahkan terlihat bosan dan jenuh dalam belajar Bahasa Indonesia.

Dari komplesitas permasalahan tersebut peneliti berusaha mencari pemecahan untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, peneliti berusaha mengadakan perbaikan pembelajaran untuk memperoleh hasil yang maksimal. Perbaikan yang dimaksud adalah penerapan

(15)

model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran yang tidak bersifat monoton dan siswa berperan serta dalam proses belajar mengajar.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah Model pembelajaran Learning Starts With A Question (belajar memulai dengan sebuah pertanyaan), secara teoritis sebenarnya dapat dipilih dari sekian banyak model pembelajaran yang tersedia. Para guru hendaknya mempunyai kemampuan di dalam memilih model yang tepat untuk setiap pokok bahasan. Paradigma baru pembelajaran bahasa indonesia menghendaki dilakukannya inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran.

Guru dituntut untu lebih kreatif dalam menyiapkan dan merancang model pembelajaran yang akan dilakukannya seiring dengan perkembangan Zaman dan kemajuan teknologi. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasioanl secara umum dan tujuan pendidikan pada khususnya, yang pada prinsipnya bertujuan mendidik dan membimbing siswa menjadi siwa yang cerdas. Salah satu model pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan tersebut adalah model pembelajaran

(16)

Learning Starts With a Question. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, pertisipatif, prosfektif dan tanggung jawab sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

Dalam model pembelajaran Learning Starts With a Quastion (Belajar Memulai Dengan Sebuah Pertanyaan). Dimana dalam pembelajaran ini memberi kebebasan kepada pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diterima dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro kabupaten Pangkep ditemukan aktivitas belajar siswa masih rendah atau kurang. Hal tersebut dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa yang renda. Kurang aktifnya siswa dalam belajar bahasa Indonesia disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa tentang manfaat belajar Bahasa Indonesia dan perannya terhadap kehidupan di masa mendatang. Hal ini menyebabkan murid hanya datang, duduk, diam, dan dengar sehingga hasil ujian semester ganjil (1) tahun 2013-2014 hanya rata-rata 65. Dari 32 siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep hanya 10 orang siswa yang hasil belajarnya memenuhi KKM sedangkan yang belum mencapai KKM 22 siswa dari 32 siswa. Rata-rata nilai siswa hanya dapat mencapai nilai 65, sedangkan standar KKM adalah 70.

(17)

Berdasarkan uraian diatas peneliti termotivasi untuk melakukan panalitian dengan judul “ Meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Learning Starts With a Question pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah dengan menggunakan model pembelajran Learning Starts With a Question skor siswa rata-rata 65 dapat meningkat mencapai minimal 70 sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Learning Starts With a Question pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi belajar siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.

(18)

2. Manfaat Praktis

1. Bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

2. Bagi guru memberikan informasi mengenai manfaat pembelajaran Learning Starts With a Question dalam meningkatkan peran serta siswa dalam proses belajar-mengajar.

3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.

4. Peneliti dapat membarikan bekal, wawasan. Dan pengalaman bagi peneliti sebagai calon guru yang siap melaksanakan tugas lapangan serta mengetahui keefektifan dari model Learning Stars With A Question.

(19)

10

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hasil penelitian yang relevan

Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini sehubungan dengan masalah yang akan diteliti. Dengan adanya kajian pustaka ini penelitian seseorang dapat diketahui melalui hasil penelitian para peneliti sebelumya yang relevan, sehingga penulis dapat memberikan apa perbedaan dan persamaan dari model Learning Starts With A Question.

Tamsir (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ penerapan model pembelajaran aktif tipe LQS (Learning starts with a question) terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP muhammadiyah Limbung.

Saherani (2012) “ meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran LQS (Learning Starts With A Question) pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Limbung.

2. Pengertian Belajar

Pendidikan adalah suatu proses usaha manusia untuk memanusia-kan anak manusia. Hal ini dicirikan kepada adanya kemajuan di dalam proses usaha tersebut. Dunia pendidikan tidak akan lepas dari adanya proses belajar mengajar,

(20)

baik disengaja maupun tidak disengaja. Proses belajar mengajar ini akan memperoleh suatu hasil yang optimal, bilamana proses belajar dilakukan dengan model pembelajaran yang berprogram dengan baik.

suprijono (Thobroni & Mustofa, 2011:21) tujuan belajar yang eksplisit di usahakan untuk di capai dengan tindakan instruksional yang dinamakan instructional effecst, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan.

Sedangkan, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturaneffects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang berkaitan tidak dapat dipisahkan. Belajar menunjukkan pada apa yang dilakukan guru sebagai pengajar.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dipahami sebagai berusaha supaya mendapat suatu kepandaian.

Belajar merupakan sebuah proses yang dilandasi adanya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Definisi belajar yang di kemukakan oleh slameto (dalam Ilhamsyah, 2010) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi denganm lingkungannya.

Para ahli pisikolog dan guru-guru pada umumnya memandang belajar sebagai kelakuan yang berubah berkat pengalaman dan latihan.

(21)

Secara psikologis (Slameto, 2003: 2) Belajar merupan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dari hasil pengalaman individu itu sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya.

Gage (Sagala, 2010: 13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dan Henry E.

Garret (Syaiful Sagala, 2010: 13)juga berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya dan mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri.

Gege (Dalam Riyanto,2010:5) dinyatakan bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.

Dedeng (dalam Riyanto, 2010:5) menyatakan bahwa belajar merupakan.

Pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si pelajar.hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan baru.

Pendapat lain mengenai definisi belajar dikemukakan oleh Robert Heinich (2005:5), bahwa:

“...development of new knowledge, skills, or attituds as individual interact with learning recources.” Belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar.

Sudjana (1996: 53) mengemukakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang melalui proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.

(22)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang disadari dan mempunyai tujuan sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dan adanya latihan-latihan, aktivitas mental/ psikis, dan adanya pengaitan antara pengetahuan yang tersimpan dalam memori dengan pengetahuan baru, untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya.

Dengan demikan, inti dari belajar adalah perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.

Kemudian James O.Whittaker, (dalam Aunurrahman, 2009 : 35) mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah lakuditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam intraksi dengan lingkungannya.

Skinner (dalam Alwisol, 2010 : 322) adalah seseorang pakar teori belajar mengatakan bahwa belajar adalah bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan terus-menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, dan individu harus belajar merespon situasi baru itu. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan, artinya peralatan dan bahan pengajaran harus dapat berbuat lebih banyak dari pada sekedar memberi informasi, alat-alat dan bahan itu harus dikaitkan kepada perilaku siswa.

Skinner juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.

Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun. Jadi belajar adalah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Seorang anak belajar sungguh-sungguh dengan demikian pada waktu ulangan siswa tersebut dapat menjawab semua soal dengan benar. Atas hasil belajarnya yang

(23)

baik itu dia mendapatkan nilai yang baik, karena mendapatkan nilai yang baik ini, maka anak akan belajar lebih giat lagi.

Albert Bandura (dalam Alwisol, 2010: 283) berpendapat bahwa manusia dapat berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi obyek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Albert Bandura dengan teorinya belajar sosial, menggunakan pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan.

Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berpikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap sebagai hasil interaksi dengan lingkungann yang sifatnya relative permanen.

Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu atau anak didik. Karena apabila tidak ada anak didik maka siapa yang akan diajar. Pada dasarnya „mengajar‟ adalah membantu (mencoba membantu) seeorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu, tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang-orang yang belajar. Misalnya:

orang mengajari anjingnya untuk berjalan dengan tumitnya, mengajari temannya bermain gasing atau mengajari anaknya merangkai bunga membentuk rantai tanpa memikirkan kontribusinya pada pendidikan mereka.

Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi linkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar (Sudjana, 1991).

(24)

Carl R. Rogers (dalam Alwisol, 2010: 31) pendidik harus berkelakuan wajar dan benar menurut apa yang terkandung dalam dirinya, pendidik harus menerima anak didik dengan segala aspek-aspek pribadinya, pendidik memiliki rasa empathy. Laurence D.Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon ( Hamzah, 2008:

15) mengatakan guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas. Menurut Jean D.Grambs dan C. Morris Mc Clare (Hamzah, 2008: 15) guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan.

Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui antara lain:

a. Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.

b. Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbaur, latihan dan ulangan.

c. Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.

d. Dalam banyak hal belajar itu merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan contoh conditioning atau kebiasaan.

e. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.

Selanjutnya arti belajar menurut S. Nasution (1986:39) bahwa:

“ Belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.

Belajar membawa suatu perubahan padaindividu yang belajar. Perubahan itu tidak

(25)

hanya mengenai jnumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkanbahwa belajar adalah proses alami yang dapat membawa perubahan pada tindakan dan perilaku yang relative menetappada diri seseorang.

Ciri-ciri belajar adalah (1) belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku, (2) belajar itu perubahan tingkah laku relatif permanen, (3) perubahan tingkah laku ini pada dasarnya diperolah kecakapan baru, (4) dalam belajar perubahan tingkah laku merupakan hasil pengalaman dan latihan, (5) jelas waktunya, yaitu kapan tingkah laku itu berlangsung dan tercapai, (6) jelas perubahan perilakunya, (7) jelas pengukurannya.

Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dalam mengajar.

Mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik. Tugas guru dalam kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembanganya mulai dari sebagai makhluk bermain, sebagai makhluk remaja/berkarya dan sebagai makhluk berpikir/dewasa. Ini berarti guru bekewajiban mencerdaskan bangsa indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.

Dengan itu diharapkan agar mengajar mengatur strategi pengajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak didik.

(26)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar pada hakekaktnya adalah proses penyampaian pengetahuan atau pengalaman kepada peserta didik sedemikian rupa sehingga mereka dapat mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Pengajar mencoba menolong, membimbing, dan memotivasi peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan belajarnya. Mengajar bukan hanya berupa pemberian materi kepada peserta didik, melainkan juga merupakan proses yang mengacu pada hasil belajar yang ingin dicapai oleh peserta didik.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya . Seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai dengan target kurikulum. Dalam kaitannya dengan belajar, hasil berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh guru melalui mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Suprijono (dalam Thobroni & Mustopa, 2011 : 22) hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian- pengertian, sikap- sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (dalam Thobroni & Mustopa, 2011 : 22) hasil belajar berupa hal-hal. Sebagai berikut:

1). Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengumkapkan pengatahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara sfesipik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

(27)

memerlukan manipulasi simbol , pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2). Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis- sintesis fakta- konsep, dan mengembangkan prinsip- prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kongnitif bersifat khas.

3) Strategi kongnitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kongnitufnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5). Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai- nila. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai- nilai sebagai standar perilaku.

defenisi belajar menurutMorgan (dalam Ratumanan, 2004:1) adalah belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan.

Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek dalam

(28)

belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru berpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru.

Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang di kemukakan oleh Sudjana.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1989:5). Sedangkan menurut Horwart Kingsley membagi tiga macam hasil belajar-mengajar:

a. Keterampilan dan kebiasaan b. Pengetahuan dan pengarahan c. Sikap dan cita-cita.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan kerampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

(29)

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menurut Saud dan Rukmana (2006:3), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Sedangkan pembelajaran manurut Hamalik dalam Taopik (2005:7), pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Jadi dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatau kegiatan yang disadari dan mempunyai tujuan sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku dan adanya latihan-latihan, aktivitas mental/ psisis, serta adanya pengaitan antara pengetahuan yang tersimpan dalam memori dengan pengetahuan baru, untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya.

Secara umum bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasar ujaran atau suatu ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Selain itu, bahasa juga dapat dimaknai sebagai alat komunikasi antar manusia (anggota masyarakat) berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi pembelajaran Bahasa indonesia adalah untuk mengarahkan supaya peserta didik dapat terampil berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik itu secara lisan maupun tulisan, serta baik dalam situasi formal maupun informal.Selain terampil berkomunikasi, peserta didik diharapkan memiliki sikap apresitif terhadap karya sastra Bahasa Indonesia.

(30)

4. Model pembelajaran Learning Starts With a Question

Menurut Sudirman (1992:119) model atau strategi LQS (Learning Starts With a Question) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang diawali dengan pernyataan yang harus dijawab, terutama dari pendidik terhadap peserta didik, akan tetapi dapat pula dari peserta didik kepada pendidik. Tetapi suatu hal yang perlu diingat dalam mengejar adalah bahwa pendidik jangan menunggu sampai peserta didik termotivasi dalam belajar. Pendidik hendaknya mampu membangun kainginan peserta didik untuk mempelajari apa yang akan diajarkan melalui pertanyaan.

Proses belajar terkadang lebih efektif ketika menggunakan sistem pembelajaran aktif. Salah satu jalannya untuk menempuh belajar aktif adalah menstimulasi peserta didik supaya berfikir sendiri tentang sesuatu (masalah) tanpa ada penjelasan dari seorang pendidik, model atau strategi ini biasanya dimulai dengan memberikan pertanyaan untuk menstimulasikan peserta didik, ini semua adalah kunci dari belajar. Agar dapat menjawab pertanyaan dari pendidik peserta didik harus belajar dan mendapatkan informasi sebelum pelajaran berlangsung.

Jadi dapat dilihat bahwa dengan memberikan pertanyaan secara langsung peserta didik dilatih untuk mengemukakan pendapatnya.

 Langkah-langkah penerapan model Learning starts with a question a. Jelaskan kepada peserta didik bahwa Anda akan memulai pelajaran dengan

aktivitas bertanya sebelum masuk pada materi yang lebih serius.

b. Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan.

(31)

c. Bagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil. Beri masing-masing kelompok kecil itu satu tugas untuk membuat pertanyaan dari topik, konsep, atau isu dari materi yang anda ajarkan, sebagai contoh dapat dimisalkan hal- hal sebagai berikut:

 Cerpen : buatlah pertanyaan yang berkaitan dengan cerpen

 Matematika; Buatlah suatu cara menghitung yang paling tidak efisien.

 Ilmu Kesehatan; Buatlah menu makanan yang sama sekali tidak bergizi.

 Grammar; Tulislah kalimat yang memuat kesalahan-kesalaha grammar sebanyak mungkin.

Teknik; Buatlah satu jembatan yang nampak akan jatuh.

d. Minta kelompok-kelompok tadi untuk mempresentasikan kreasi mereka.

Hargai setiap kreasi.

e. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya.

f. Tanyakan, “Apa yang mereka pelajari tentang materi kita dari latihan ini?”

g. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang di ajukan h. Melempar pertanyaan yang trlah diajukan

i. Guru memberi penjelasan atau melanjutkan pelajaran dengan materi lain.

Dalam strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate (Mengurangi Suasana Belajar Formal) ini guru dapat melakukan beberapa variasi teknik pengelompokan. Salah satu cara untuk memberikan variasi dalam pola pengelompokan tersebut adalah dengan menggunakan tiga jenis kelompok berikut ini:

(32)

a. Kelompok Informal

Kelompok informal adalah kelompok yang bersifat sementara.

Pengelompokan ini hanya digunakan dalam suatu periode pengajaran. Kelompok ini biasanya hanya terdiri dari dua orang peserta didik. Tujuan kelompok informal adalah untuk menjelaskan harapan akan hasil yang ingin dicapai, membantu peserta didik untuk lebih bisa fokus pada materi pembelajaran, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bisa lebih dalam memproses informasi yang diajarkan atau menyediakan waktu untuk melakukan pengulangan dan menjangkarkan informasi.

b. Kelompok Formal

Kelompok formal digunakan untuk memastikan bahwa peserta didik mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan suatu tugas dengan baik.Lamanya kelompok ini berkerja bisa selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tergantung pada tugas atau proyek yang diberikan pada mereka.

c. Kelompok Pendukung

Kelompok pendukung adalah pengelompokan dengan tenggang waktu yang lebih panjang (misalnya selama satu semester atau satu tahun).Tujuan adalah memberi suatu dukungan yang berkelanjutan kepada peserta didik.

 Kelebihan model Learning starts with a question ialah sebagai berikut:

a. Peserta didik yang lebih aktif dalam memberikan berbagai umpan balik.

b. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

c. Meningkatkan motivasi dan suasana belajar.

d. Mengajak peserta didik untuk menghargai hasil dari kreasi materinya.

(33)

e. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif sejak dimulainya pembelajaran.

f. Melatih rasa peduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi.

g. Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.

h. Meningkatkan kecerdasan emosional.

i. Mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi.

j. Melatih kemapuan berkerjasama (team work).

k. Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.

l. Peserta didik tidak malu bertanya kepada temannya sendiri.

 Kelemahan model pembelajaran Learning starts with a questions ialah:

a. Pelaksanan model harus dilakukan oleh pendidikyang kreatif dan vokal, sedangkan tidak semua pendidik di Indonesia memilikikarakter tersebut.

b. Menjadi hambatan dengan berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yang yang berbeda-beda.

c. Peserta didikdi tuntut respon dengan proses pembelajaran.

d. Peserta didik akan terpancing untuk berfikifikir

e. Peserta didik harus melakukan komunikasi agar mendapatkan respon dari peserta didik yang lain. Menyediakan fasilitas yang sesuai dengan pokok kajian.

B. Kerangka Pikir

Mengajar merupakan suatu proses pemberian informasi berdasarkan fakta ke dalam pikiran, sedangkan belajar merupakan proses penyerapan informasi yang kemudian membangun pola pikir yang menjadi pengetahuan baru yang dapat terlihat dalam perubahan tingkah laku.

(34)

Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat dilihat ketika mereka mampu memperoleh pengetahuan baru berdasarkan informasi yang didapat.

Dalam mengolah informasi tersebut setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda.Seiring dengan hal itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang memperhatikan perbedaan indiviu dalam menerima pelajaran.

Dilihat dari sisi pengembangan model pendekatan Learning starts with a question dapat menjadi suatu inovasi baru dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik / hasil belajar khususnya dan perbaikan kualitas pembelajaran pada umumnya.

Model pembelajaran Learning starts with a question menggunakan beberapa medel mengajar yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Guru harus memastikan bahwa setiap anggota kelompok mendapatkan tugas mengerjakan masing-masing bagian dari tugas yang diberikan. Jika tugas tersebut ternyata tidak bisa dibagi-bagi, setidaknya mereka mendapatkan peran yang berbeda-beda (misalnya, ada yang berperan sebagai penulis, presentator, dan pencari bahan). Tidak boleh ada satu atau beberapa orang anggota yang sendirian memikul beban tugas/proyek tersebut sepenuhnya, sementara anggota- anggotanya yang lain hanya hitchhiking (ikut-ikutan).

Dengan penerapan model pendekatan Learning starts with a question diharapkan siswa mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Dan guru dapat memilih metode mengajar yang cocok bagi setiap tingkat kemampuan siswa.

(35)

Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pendekatan learning starts with a question skor rata-rata ulangan harian sebesar 65 dapat meningkat menjadi minimal 70, pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro.

Siklus I Siklus II Kondisi awal siswa

Guru menggunakan

pembelajaran konvensional nilai hasil belajar bahasa Indonesia rendah

Tindakan yang dilakukan Untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia

Menerapkan model

pembelajaran learning starts with a question

Hasil akhir

Hasil belajar bahasa Indonesia meningkat

(36)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach). Penelitian terdiri atas serangkaian siklus, Setiap siklus meliputi 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian iniakan dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Bungoro, tahun ajaran 2013/2014.

C. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah SMP Muhammadiyah Bungoro kelas VII pada semester genap tahun ajaran 2013 / 2014 dengan jumlah siswanya yaitu 32 orang dan komposisi 19 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

D. Prosedur pelaksanaan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas beberapa siklus.Penelitian ini direncanakan, dilaksanakan dengan dua siklus yang terdiri dari empat tahap atau fase yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Setelah dilakukan refleksi berupa analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru sehingga perlu dilaksanakan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta observasi ulang.

(37)

Untuk lebih jelasnya secara sistematis keterkaitan antara setiap komponen dengan komponen lainnya dalam satu siklus dan antara siklus awal dan lanjutan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

siklus I cx

siklus II

Skema Penelitian tindakan kelas (Suharsimi Arikunto, dkk; 2006: 74) Permasalahan

Permasalahan baru hasil

refleksi

Perencanaan tindakan 1

Pelaksanaan tindakan 1

Refleksi 1 Pengamatan/pengu

mpulan data 1

Perencanaan tindakan II

Pelaksanaan tindakan II

Refleksi II Pengamatan/pengu

mpulan data II

Dilanjutkan ke silus berikutnya Apabila masalah

belum terselesaikan

(38)

Berdasarkan skema di atas, maka prosedur kerja penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Siklus I

a. Tahap perencanaan

1. Menelaah kurikulum SMP Kelas VII untuk bidang studi bahasa Indonesia.

2. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni, berupa rencana pelaksanaan pembelajaran.

3. Mempersiapkan tes pengetahuan awal untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.

4. Mempersiapkan lembar observasi kegiatan siswa pada saat penelitian berlangsung.

5. Mempersiapkan tes hasil belajar berupa tes hasil belajar bahasa indonesia untuk melihat peningkatan hasil belajar bahasa indonesia siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran learning stars with a question.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

2. Mengelompokkan siswa, masing-masing tingkatan dibagi menjadi empat kelompok.

3. Memberikan perlakuan kepada siswa yang berkemampuan rendah.

c. Tahap observasi dan evaluasi

1. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat tindakan berlangsung.

(39)

2. Peneliti dan observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat dan mencatat hal-hal yang menyangkut aktivitas belajar siswa baik yang berkemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah.

3. Pelaksanaan observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Perilaku yang diamati dan dicatat dalam pengamatan ini adalah suasana kelas pada saat penyampaian pembelajaran dan tingkat pemahaman siswa.

d. Refleksi

Pada tahap ini akan dilakukan refleksi terhadap hasil-hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap tiap-tiap kelompok dikumpulkan serta dianalisis baik berupa hasil evaluasi maupun data hasil observasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan kegiatan pengajaran sebagai acuan bagi untuk melaksanakan siklus berikutnya. Pada tahap ini diketahui bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan kemampuan belajar masih rendah diantaranya banyak siswa yang pada saat disuruh berdiskusi mereka malah membahas masalah lain yang menyimpang dari materi pelajaran. Karena itu peneliti melakukan perubahan jumlah anggota kelompok pada siklus II, jika pada siklus I anggota kelompok masing-masing 5 orang maka pada siklus II diubah menjadi 4 orang tiap kelompok, sehingga jumlah kelompok berubah.

(40)

Siklus II

a. Tahap perencanaan

Rencana kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II relative sama dengan siklus I, yaitu:

1. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, yakni berupa rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum atau bahan lain yang sesuai dengan materi yang diajarkan

3. Mempersiapkan lembar observasi kegiatan siswa pada saat penelitian berlangsung

4. Mempersiapkan tes hasil belajar bahasa Indonesia untuk melihat peningkatan hasil belajar bahasa indonesia siswa setelah mengikuti pembelajaran model dengan model pembelajaran Learning stars with a question.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1. Mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya masing- masing menjadi lima kelompok.

2. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

3. Menyampaikan pelajaran dengan memberikan perlakuan kepada siswa yang berkemampuan rendah sama seperti siklus I

4. Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

1. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat tindakan berlangsung.

(41)

2. Peneliti dan observer melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan tingkat kemampuan siswa.

3. Pelaksanaan observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Perilaku yang diamati dan dicatat dalam pengamatan ini adalah , suasana kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan partisipasi siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

d. Refleksi

Hasil yang didapatkan pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis sehingga guru dapat merefleksikan diri apakah tindakan yang telah dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah data-data dianalisis peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro sudah mengalami peningkatan dan masalah-masalah yang mengganggu lacarnya aktivitas belajar mengajar sudah dapat diminimalisir.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Data tentang kondisi proses belajar mengajar selama tindakan dilakukan diambil dengan menggunakan observasi baik secara langsung dan tidak langsung dengan beberapa indikator yang diamati.

(42)

2. Data tes hasil belajar

Tes digunakan untuk mengambil data pada siklus I dan siklus II yaitu untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa selama proses pembelajaran baik kognitif maupun afektif.

F. Instrumen Penelitian

1. Pedoman Observasi : Berupa check List tentang aktivitas siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan.

2. Tes berupa pemberian soal.

3. Lembar observasi untuk guru.

G. Teknik Analisis Data

Data hasil belajar siswa berupa tes akan dianalisis dengan menggunakan skor yang berdasarkan penilaian acuan patokan, dihitung berdasarkan skor maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa. Nilai yang diperoleh dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar bahasa Indonesia adalah berdasarkan teknik kategorisasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional yang dinyatakan sebagai berikut:

(43)

Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan DEPDIKNAS (Tifah, 2008: 34).

Tabel 3.1 Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional

No Persentase Tingkat Penguasaan Kategori Kategori

1 0-54 Sangat rendah

2 55-64 Rendah

3 65-79 Sedang

4 80-89 Tinggi

5 90-100 Sangat tinggi

Sumber: Nana Sudjana (Tifah, 2008: 34) H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa mencapai minimal sebesar KKM 70 setelah diterapkan model pembelajaran learning starts with a question. Indikator lain yang digunakan adalah kriteria ketuntasan belajar yaitu siswa dinyatakan tuntas belajar secara klasikal apabila mencapai skor rata-rata minimal 75% dari 32 = 24 siswa dalam kelas tersebut dinyatakan tuntas belajar.

(44)

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Learning Starts With A Question pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu data tentang hasil pengamatan, sedangkan data tentang hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata, standar deviasi, frekuensi, dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap siklus .

Peneliti meneliti peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Learning Starts With A Question pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep dengan menerapkan penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini melalui dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari 4 kali pertemuan, waktu pada setiap kali pertemuan yaitu 2 x 40 menit. Adapun pembahasan setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Paparan Data Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama empat kali pertemuan yaitu 8 x 40 menit.

Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

(45)

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi awal dengan guru mata pelajaran untuk membahas permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini setelah itu menelaah kurikulum Bahasa Indonesia SMP kelas VII. Selanjutnya setelah menerapkan materi ajar peneliti kemudian membuat rencana kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Qustion Selanjutnya peneliti juga menyiapkan referensi-referensi yang relevan demi kelancaran dalam penelitian antara lain, lembar observasi dan alat evaluasi.

Selain itu peneliti juga merancang dan membuat tes hasil belajar siklus I.

b. Tahap pelaksanaan tindakan Pertemuan 1 :

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan I yaitu pada kegiatan awal guru memberikan salam, berdoa, dan melakukan pengecekan siswa dengan mengabsen dan berkenalan dengan siswa serta menyampaikan tujuan dilaksanakannya penelitian di SMP Muhammadiyah Bungoro kabupaten pangkep dan juga tujuan pembelajaran pada hari itu, disamping itu peneliti juga akan memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku dan media lain yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Pada pertemuan pertama ini, guru hanya memberikan pertanyaan pengantar sebelum memasuki materi yang lebih serius. Selain itu, guru membagikan bahan pelajaran yang akan dibagi menjadi beberapa bagian. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberi penjelasan mengenai topik yang akan dibahas pada hari tersebut. Guru bisa menanyakan apa saja yang diketahui siswa mengenai topik tersebut. Kegiatan ini

(46)

bertujuan mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru.

Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setelah kelompok dibagikan maka guru meminta kepada siswa untuk menunjuk 1 atau 2 orang teman dalam tim mereka untuk membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas. Selanjutnya.

Guru memberikan 3 soal pertama kepada siswa untuk dikerjakan dalam latihan kemampuannya sendiri. Guru dan siswa lainnya mengamati tingkat kebenaran dari jawaban yang diuraikan siswa. Guru merampung semua masalah yang dihadapi siswa selama diskusi berlangsung untuk diberikan penilaian. Guru menarik kesimpulan mengenai isi topik pembelajaran yang dipelajari siswa hari itu dan guru memberikan informasi mengenai pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam.

Pertemuan Ke 2 :

Pada pertemuan ke 2 kegiatan yang dilakukan yaitu siswa diminta untuk menyiapkan kelas dan berdoa, kemudian guru mengabsen siswa dan menyabyakan (mengingatkan) materi minggu lalu. Kemudian guru memberikan pertanyaan dan memaparkan sedikit materi yang akan dibahas pada pertemuan ini.

Setelah itu, guru membagikan bahan pelajaran yang akan dibagi menjadi beberapa bagian. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberi penjelasan mengenai topik yang akan dibahas pada hari tersebut. Guru bisa menanyakan apa saja yang diketahui siswa mengenai topik tersebut. Kegiatan ini bertujuan mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru.

Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setelah kelompok dibagikan maka guru meminta kepada siswa untuk menunjuk 1 atau 2 orang dalam tim

(47)

mereka untuk memaparkan hasil kerja kelompok mereka. Para siswa di suruh untuk membaca halaman panduan mereka dan meminta teman satu tim atau guru untuk membantu bila perlu. Selanjutnya. Guru memberikan 3 soal pertama kepada siswa untuk dikerjakan dalam latihan kemampuannya sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya dengan halaman jawaban yang sudah tersedia. Guru dan siswa lainnya mengamati tingkat kebenaran dari jawaban yang diuraikan siswa. Guru merampung semua masalah yang dihadapi siswa selama diskusi berlangsung untuk diberikan penilaian. Guru menarik kesimpulan mengenai isi topik pembelajaran yang dipelajari siswa hari itu dan guru memberikan tugas rumah kepada siswa serta memberikan informasi mengenai pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam.

Pertemuan ke 3 :

Pada pertemuan ke-3 kegiatan yang dilakukan yaitu, siswa diminta untuk menyiapkan kelas dan berdoa kemudian guru mengabsen siswa, mengumpulkan tugas rumah dan mengingatkan materi minggu lalu. Kemudian guru memaparkan sedikit pertanyaan materi yang akan dibahas pada pertemuan ini. Setelah itu, guru membagikan bahan pelajaran yang akan dibagi menjadi beberapa bagian. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberi penjelasan mengenai topik yang akan dibahas pada hari tersebut. Guru bisa menanyakan apa saja yang diketahui siswa mengenai topik tersebut. Kegiatan ini bertujuan mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru.

Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setelah kelompok dibagikan maka guru meminta kepada siswa untuk menunjuk 1 atau 2 orang dalam tim

(48)

mereka untuk melakukan pengecekan. Para siswa di suruh untuk membaca halaman panduan mereka dan meminta teman satu tim atau guru untuk membantu bila perlu. Selanjutnya. Guru memberikan 3 soal kepada siswa untuk dikerjakan dalam latihan kemampuannya sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh teman satu timnya dengan halaman jawaban yang sudah tersedia. Guru dan siswa lainnya mengamati tingkat kebenaran dari jawaban yang diuraikan siswa. Guru merampung semua masalah yang dihadapi siswa selama diskusi berlangsung untuk diberikan penilaian. Guru menarik kesimpulan mengenai isi topik pembelajaran yang dipelajari siswa hari itu dan guru memberikan informasi mengenai pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam.

Pertemuan ke 4 :

Pada pertemuan ke-4 dilaksanakan evaluasi siklus I. kegiatan yang dilakukan yaitu siswa diminta untuk menyiapkan kelas, guru mengabsen siswa dan kemudian menjelaskan secara singkat mengenai tata tertib selama ulangan/evaluasi. Guru membagikan lembar soal ulangan dan lembar jawaban kepada siswa dan siswa mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru kemudian guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan soal yang telah diberikan. Setelah hasil pekerjaan siswa dikumpulkan maka guru mengingatkan kepada siswa untuk mempersiapkan diri dalam mempelajari materi selanjutnya, kemudian mengakhiri pertemuan terakhir pada siklus I dengan mengucapkan salam.

Evaluasi ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru.

(49)

Hasil dari evaluasi tersebut kemudian dianalisis dan direfleksi. Berdasarkan hasil evaluasi siklus I, dimana belum mencapai hasil yang maksimal maka perlu diadakan tindakan lanjut yaitu pada siklus II.

c. Tahap Observasi

Pada Siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan harian setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun analisis deskriptif skor perolehan siswa diterapkan model pembelajaran Learning Starts With A Question pokok bahasan cerpen dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Statistik Nilai statistic

Subjek 32

Nilai Ideal 100

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 50

Rentang Skor 30

Rata-rata 64.06

Standar deviasi 8.175

(Sumber: Hasil Penelitian)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia setelah diterapkan model pembelajaran Learning Starts With A Question pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro XI adalah 64.06 dari skor ideal yang dicapai adalah 100. Sedangkan secara individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini tersebar dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 50 dari skor tertinggi yang mungkin

(50)

dicapai 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 30.

Apabila nilai hasil belajar siswa dikelompokkan kedalam 5 kategori pada pembelajaran siklus I, maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.2.berikut:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0-54 Sangat rendah 4 12.5%

55-64 Rendah 7 21.87 %

65-69 Sedang 11 34.37 %

70-89 Tinggi 10 31.25 %

90 – 100 Sangat tinggi 0 0%

Jumlah 32 100%

(Sumber: Hasil Penelitian)

Apabila hasil tes akhir siswa pada siklus I dianalisis, maka presentase ketuntasan belajar siswa tes akhir siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar pada Siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0-69 Tidak tuntas 22 68.75%

70-100 Tuntas 10 31.25%

Jumlah 32 100%

(Sumber: Hasil Penelitian)

Dari tabel 4.3 menunjukkan persentase ketuntasan belajar siswa VII SMP Muhammadiyah Bungoro Kabupaten Pangkep sebesar 22 dari 32 siswa termasuk

Gambar

Tabel 3.1 Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen  Pendidikan Nasional
Tabel  4.1  menunjukkan  bahwa  skor  rata-rata  hasil  belajar  Bahasa  Indonesia setelah diterapkan  model pembelajaran Learning Starts With A  Question  pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Bungoro XI  adalah  64.06  dari  skor  ideal  yang  dicapai  a
Tabel  4.2  Distribusi  frekuensi  dan  persentase  skor  hasil  belajar  bahasa  Indonesia  pada siklus I
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I
+4

Referensi

Dokumen terkait

Specifically, contractile RFD and rapid neural activation during various time windows, evoked peak twitch force, voluntary activation and normalized EMG activity, and V-wave

Apabila ada mahasiswa yang tidak melaksanakan daftar ulang sampai dengan berakhirnya masa daftar ulang, maka status yang bersangkutan akan langsung dinyatakan cuti akademik selama

Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan, industri ini tidak layak untuk dilaksanakan pada peningkatan harga bahan baku sampai 20% dan pada penurunan harga jual

Pipin Farida Ariyani, S.Kom., M.T.I Arsanto Narendro, S.Kom, M.M Arsanto Narendro, S.Kom, M.M Arsanto Narendro, S.Kom, M.M Hestya Patrie, S.Kom., MSSE., M.Kom Dian Anubhakti,

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen dakwah pada kelompok usia sekolah TK/TPA Nurul Yaqin Desa Erelembang, Kecamatan Tombolo Pao.

Ibu MW adalah salah satu pelanggan tetap bapak BN, beliau mengaku sudah berlangganan selama 3 tahun sehingga sudah tahu bagaimana sikap pelayanan dan hasil

Hasil Analisa proyek tersebut memiliki masalah cash flow dengan kondisi BCWP < ACWP akibat terlalu besarnya pengeluaran, kinerja proyek tidak sesuai dengan

1. Pengguna mempunyai harapan yang besar atas kualitas layanan pada Call Center 108, berdasarkan analisis berjenjang secara keseluruhan berada dalam kategori sangat penting