• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paparan pendapat guru

Dalam dokumen s pgsd kelas 1101492 chapter4 (Halaman 39-45)

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru 1.Paparan pendapat siswa

2. Paparan pendapat guru

Pembelajaran yang dilakukan peneliti mendapat respon positif. Guru mengakui melalui penerapan model discovery learning siwa lebih aktif belajar.Dengan pembelajaran tersebut siswa lebih terlihat antusias.Penguasaan materi oleh siswa lebih dipahami karena mereka menemukan sendiri konsep, adapun hal-hal yang tidak mereka pahami dapat saling bertanya dengan temannya yang lebih pandai dan saling bekerjasama dalam memecahkan masalah.

D. Pembahasan

Penelitian ini mengenai penerapan model discovery learning pada materi sifat fisik tanah di kelas V SDN Cinangsi Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang. Di bawah ini akan dipaparkan hasil penelitian sebagai berikut.

1. Perencanaan

Pembelajaran IPA pada materi sifat fisik tanah ini memakai model pembelajaran yang merupakan rancangan, pola, kerangka berlandaskan landasan filosofis dan pedagogis berisi muatan mata pelajaran dengan susunan prosedur yang sistematis. Penggunaan model pembelajaran ini supaya pengembangan kurikulum, pedoman pembelajaran, penempatan bahan-bahan pembelajaran lebih terstruktur sehingga lingkungan belajar menjadi kondusif dan nyaman serta penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah

discovery learning yang menuntut siswa untuk berpikir kritis serta aktif dalam pembelajaran. Rumusan umum model discovery learning memiliki potensi yang baik untuk digunakan pada pembelajaran sifat fisik tanah.

Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti adalah pengkajian standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Selanjutnya bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan model discovery learning,membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), mempersiapkan alat evaluasi, mempersiapkan instrumen yang akan digunakan kepada pihak ahli (expert), menyiapkan media pembelajaran yang menunjang pada pembelajaran

sifat fisik tanah, mempersiapkan materi pembelajaran yakni materi sifat fisik tanah dimana materi sifat fisik tanah ini termasuk dalam ruang lingkup IPA, serta melakukan diskusi dengan observer.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari siklus I,II dan III pada perencanaan yang dirancang guru terdapat peningkatan yang lebih baik dari tiap siklusnya dimana persentase perencanaan siklus I adalah 71℅, siklus II 78,6 ℅ dan pada siklus III 96℅. Gambaran lebih jelasnya terdapat pada Diagram berikut.

Diagram 4.4

Perbandingan Persentase Kinerja Guru Pada Tahap Perencanaan Tiap Siklus

Pada perencanaan siklus I temuan peneliti adalah redaksi kesimpulan pada LKS kurang dipahami siswa. Kemudian untuk siklus II redaksi kesimpulan pada LKS masih kurang spesifik petunjuknya.Pada siklus III peneliti terus memperbaiki LKS, sehingga upaya perbaikan tersebut memperoleh perubahan yang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai dari pada kegiatan awal pembelajaran mengkondisikan siswa pada situasi belajar mengajar yang kondusif dengan meminta siswa duduk rapi. Kemudian menginstruksikan berdoa dengan dipimpin

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

KM dan mengecek kehadiran siswa. Setelah itu, guru menyampaikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai secara lisan. Selanjutnya guru melaksanakan apersepsi. Selanjutnya tahap pelaksanaan model discovery learning

menurut Syah (dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) adalah: b. Penyajian peristiwa atau fenomena berupa pertanyaan yang menggiring siswa

menemukan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2012, hlm. 167) bahwa “IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam”.

c. Perumusan hipotesis.

d. Melakukan percobaan dan pengamatan dimana guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan (kerja ilmiah). Dalam hal ini guru menampilkan salah satu karakteristik IPA menurut Sujana (dalam Djuanda & Maulana, 2010) yakni, menuntut guru untuk mampu melakukan kerja ilmiah. Percobaan yang dilakukan siswa untuk mengidentifikasi tanah yang ada di lingkungan siswa serta mudah ditemui oleh siswa agar konsep tentang tanah tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa. Seperti tanah berhumus merupakan tanah baik untuk menanam tumbuhan, maka siswa tidak akan menanam tumbuhan di tanah berpasir atau tanah liat. Dalam percobaan siswa mengidentifikasi warnat tanah, struktur tanah yakni susunan atau gumpaan tanah, tekstur tanah yakni kasar halusnya tanah, penggunaan tanah, pencemaran tanah, serta penanggulangan dari pencemaran tanah.

Karena model discovery learning menuntu siswa untuk mampu mengkonstruksikan temuan-temuannya, maka untuk siswa yang asor perlu bimbingan untuk melakukan percobaan untuk itu percoban dilakukan secara berkelompok dengan bimbingan guru.

e. Menganalisis dan mengolah data hasil percobaan, memverifikasi hipotesis yang dibuat dengan hasil analisis percobaan, kemudian menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Dengan melalui tahap model discovery learning tersebut siswa mengkonstruksikan pengetahuannya sesuai dengan teori konstruktivisme menurut (Suyono dan Hariyanto, 2011) bahwa pengalaman belajar semata-mata sebagai suatu proses pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi pengalam-pengalaman baru.

Pada pelaksanaan siklus I kinerja guru kurang maksimal terlihat dari aktivitas siswa yang kurang kondusif serta kurang aktif sedangkan, pada pembelajaran discovery learning yang merupakan pembelajaran bermakna haruslah menjadikan siswa menjadi aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Flewelling & Higginson (dalam Suyono & Hariyanto, 2011) bahwa indikasi pembelajaran bermakna (meaningful learning) adalah salah satunya murid aktif. Keadaan yang kurang kondusif juga dikarenakan guru yang kurang baik melakukan pengelolaan kelas. Sesuai dengan pendapat Sujana (dalam Djuanda & Maulana, 2010) bahwa karakteristik IPA salah satunya adalah menuntut guru untuk mampu melakukan pengelolaan di kelas dan di laboratorium.

Selain itu, penyajian peristiwa-peritiwa agar dapat merumuskan masalah kurang menyeluruh serta guru yang lebih terlibat dalam melakukan perumusan masalah. Di mana seharusnya siswa yang merumuskan masalah, dengan penyajian peristiwa yang memunculkan keinginan pada siswa untuk merumuskan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah (dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) bahwa guru menghadapkan siswa pada suatu keadaan dimana siswa akan memulai menemukan masalah, dan memunculkan keinginan pada siswa untuk menemukan sendiri masalahnya.

Bentuk perbaikan untuk siklus I dilaksanakan pada sikllus II yaitu, guru memberikan beberapa pertanyaan apersepsi tentang berbagai jenis tanah dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa. Guru harus menjelaskan cara mengerjakan LKS dengan jelas. Guru membuat format perumusan masalah dan hipotesis agar siswa dapat aktif berdiskusi dengan anggota kelompoknya merumuskan masalah dan hipotesis. Guru sering mengontrol tiap kelompok secara merata untuk membantu kelompok yang kesulitan serta melakukan observasi aktivitas siwa.

Pada pelaksanaan siklus III beberapa hal yang diperbaiki yakni pada tahap

generalization dimana siswa masih kesulitan dalam melakukan kesimpulan. Dimana ada kelompok siswa yang konten kesimpulannya bukan merupakan konsep yng harus ditemukan melainkan narasi dari proses pembelajaran yang telah mereka laksanakan. Sedangkan menurut Syah (dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) pada tahap generalization ini siswa menarik

kesimpulan untuk menegaskan konsep yang ditemukan setelah melewati tahap

verification. 3. Hasil Belajar

Berdasarkan hasil data awal yang diperoleh dari tes hasil belajar materi sifat fisik tanah hanya 3 orang yang tuntas mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 75 dengan kata lain hanya 12,5% kemudian setelah dilakukan tindakan melalui penerpana model discovery learning pada siklus I terjadi peningkatan, siswa yang tuntas mencapai nilai KKM yaitu bertambah menjadi 10 siswa kemudian di siklus II menjadi 16 siswa dan pada siklus III bertambah menjadi 21orang, artinya hanya 3 siswaatau sekitar 12,5% yang tidak tuntas hasil belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa model discovery learning mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sifat fisik tanah. Model ini tidak hanya membuat siswa aktif dengan kata lain menciptakan pembelajaran

student centered juga siswa dapat menemukan suatu konsep lebih baik dengan caranya sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat kecakapanya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan(2013) bahwa salah satu kelebihan model discovery learning adalah dengan siswa menemukan sendiri, maka

akan terhindar dari keragu-raguan dalam memahami suatu konsep dan siswa akan mengerti konsep lebih baik.

Peningkatan kinerja guru pada materi sifat fisik tanah tiap siklusnya tergambar pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 4.13

Perbandingan Hasil Observasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Sifat Fisik Tanah Kelas V SDN Cinangsi

Siklus Jumlah Kriteria Jumlah persentase

Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Tahap perencanaan Tahap Pelaksanaan Tahap Penilaian I 0 3 0 0 0 71 62 75 II 0 3 0 0 0 79 67 75 III 3 0 0 0 0 96 95 100

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat digambarkan perbandingan hasil observasi kinerja guru pada pembelajaran sifat fisik tanah kelas V SDN Cinangsi dalam Diagram 4.5 berikut.

Diagram 4.5

Perbandingan Persentase Kinerja Guru pada Pembelajaran Sifat Fisik Tanah Kelas V SDN Cinangsi Tiap Siklus

Peningkatan aktivitas siswa pada materi sifat fisik tanahtiap siklusnya tergambar pada tabel dan Diagram berikut.

Tabel 4.14

Perbandingan Nilai Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Sifat Fisik Tanah Kelas V SDN Cinangsi

Kegiatan

Jumlah persentase Sangat

Baik Baik Cukup Kurang

Kurang Sekali

Siklus I 2 7 15 0 0

Siklus II 6 7 11 0 0

Siklus III 24 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat digambarkan perbandingan hasil aktivitas siswa pada pembelajaran sifat fisik tanah kelas V SDN Cinangsi dalam Diagram 4.5 berikut. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Diagram 4.6

Perbandingan Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Sifat Fisik Tanah Kelas V SDN Cinangsi Tiap Siklus

Peningkatan hasil belajar siswa pada materi sifat fisik tanah tiap siklusnya tergambar pada tabel dan Diagram berikut.

Tabel 4.15

Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Sifat Fisik Tanah

Dalam dokumen s pgsd kelas 1101492 chapter4 (Halaman 39-45)

Dokumen terkait