• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. paraconglomeratum KPD74 P vermicola KPA

B. cereus KPD6 P. aeruginosa KPA32 B. paraconglomeratum KPD74

a

b

37 vermicola KPA38 (pasangan nomer 14 pada Tabel 8) tidak terdapat zona bening pada pertemuan 2 spesies bakteri yang digoreskan. Pada Gambar 13 (b) memperlihatkan hasil pengujian kompatibilitas 3 spesies bakteri endofit yaitu Bacillus cereus KPD6, Pseudomonas aeruginosa KPA32, dan Brachybacterium paraconglomeratum LPD74 (pasangan nomer 16 pada Tabel 8) tidak terdapat zona bening pada pertemuan 3 spesies bakteri yang digoreskan.

Hal ini menunjukkan bahwa antara spesies bakteri tersebut saling bersesuaian (kompatibel) dan dapat digunakan sebagai kultur campuran. Hal ini seperti dinyatakan oleh Putra (2011) bahwa pembuatan formulasi yang mengandung lebih dari satu jenis mikrob, terlebih dahulu diperlukan adanya kajian mengenai kompatibilitas mikrob tersebut, hal ini untuk mengetahui mikrob yang digunakan tidak memiliki sifat antagonis antar keduanya.

Tabel 8 Pengujian kompatibilitas terhadap 5 bakteri endofit

No

Kode Campuran Bakteri Endofit

Uji Kompatibilitas 1 B. cereus 2 P. aureginosa 3 B. paraconglomeratum 4 Bacterium 5 P. vermicola 6 B. cereus P. aureginosa + 7 B. cereus B. paraconglomeratum + 8 B. cereus Bacterium + 9 B. cereus P. vermicola + 10 P. aureginosa B. paraconglomeratum + 11 P. aureginosa Bacterium + 12 P. aureginosa P. vermicola + 13 B. paraconglomeratum Bacterium + 14 B. paraconglomeratum P. vermicola + 15 Bacterium P. vermicola +

16 B. cereus P. aureginosa B. paraconglomeratum +

17 B. cereus P. aureginosa Bacterium +

18 B. cereus P. aureginosa P. vermicola +

19 B. cereus B. paraconglomeratum Bacterium +

20 B. cereus B. paraconglomeratum P. vermicola +

21 B. cereus Bacterium P. vermicola +

22 P. aureginosa B. paraconglomeratum Bacterium + 23 P. aureginosa B. paraconglomeratum P. vermicola +

24 P. aureginosa Bacterium P. vermicola +

25 B. paraconglomeratum Bacterium P. vermicola +

38

Selanjutnya 25 perlakuan bakteri baik tunggal, maupun kombinasi diuji terhadap peningkatan pertumbuhan bibit karet PB 260. Biji PB 260 direndam dengan suspensi bakteri sesuai perlakuan. Kemudian biji disemai pada tanah steril, setelah tumbuh sampai stadia pancing dipindahkan pada gelas plastik berisi tanah steril dan dipelihara selama 1 bulan. Bibit dipanen setelah 1 bulan dan diperoleh data rata-rata panjang tanaman trubus dan akar, bobot basah, serta bobot kering biomassa.

Tabel 9 Rata-rata panjang trubus dan akar, bobot basah dan bobot kering biomasa bibit karet, serta hasil skoring

Kode Rata- Skor Rata- Skor Rata- Skor Rata- Skor Jumlah Persentil rata (15%) rata (15%) rata (20%) rata (30%) Skor

Panjang Panjang bobot bobot Trubus akar basah kering

(cm) (cm) (g) (g) 25 22.70 3.41 9.55 1.43 1.40 0.28 0.23 0.07 5.19 3.85% 17 30.75 4.61 5.65 0.85 2.03 0.41 0.38 0.11 5.98 7.69% 6 28.28 4.24 8.93 1.34 1.73 0.35 0.40 0.12 6.04 11.54% 26 27.95 4.19 9.45 1.42 2.35 0.47 0.55 0.16 6.24 15.38% 9 28.90 4.34 10.58 1.59 1.93 0.39 0.21 0.06 6.37 19.23% 3 34.08 5.11 5.48 0.82 2.30 0.46 0.56 0.17 6.56 23.08% 23 31.78 4.77 7.75 1.16 2.55 0.51 0.70 0.21 6.65 26.92% 24 32.78 4.92 8.03 1.20 2.17 0.43 0.43 0.13 6.68 30.77% 18 28.48 4.27 12.80 1.92 2.13 0.43 0.32 0.10 6.71 34.62% 21 31.80 4.77 10.23 1.53 2.22 0.44 0.48 0.14 6.89 38.46% 13 31.13 4.67 12.13 1.82 2.59 0.52 0.59 0.18 7.18 42.31% 20 33.65 5.05 10.80 1.62 2.29 0.46 0.37 0.11 7.23 46.15% 7 34.45 5.17 9.98 1.50 2.35 0.47 0.34 0.10 7.23 50.00% 12 31.43 4.71 12.48 1.87 2.98 0.60 0.45 0.14 7.32 53.85% 8 33.75 5.06 10.70 1.61 2.58 0.52 0.48 0.14 7.33 57.69% 10 34.93 5.24 10.45 1.57 2.52 0.50 0.57 0.17 7.48 61.54% 22 31.23 4.68 14.70 2.21 2.45 0.49 0.40 0.12 7.50 65.38% 11 33.83 5.07 11.20 1.68 2.81 0.56 0.73 0.22 7.53 69.23% 5 37.85 5.68 8.65 1.30 2.95 0.59 0.64 0.19 7.76 73.08% 4 34.83 5.22 12.38 1.86 2.50 0.50 0.66 0.20 7.78 76.92% 1 41.38 6.21 6.58 0.99 2.73 0.55 0.65 0.20 7.93 80.77% 15 37.40 5.61 15.63 2.34 3.08 0.62 0.60 0.18 8.75 84.62% 2 37.98 5.70 15.28 2.29 3.76 0.75 0.68 0.20 8.94 88.46% 19 40.73 6.11 13.48 2.02 3.29 0.66 1.05 0.32 9.10 92.31% 16 40.63 6.09 15.53 2.33 2.88 0.58 0.75 0.23 9.22 96.15% 14 35.90 5.39 20.95 3.14 2.90 0.58 0.69 0.21 9.32 100.00%

39 Kemudian dilakukan skoring dengan pebobotan, untuk panjang 15 %, bobot basah 20 %, dan bobot kering 30 %, selanjutnya skor yang ada dijumlahkan menjadi jumlah skor dan dihitung persentil dari setiap perlakuan. Kultur campuran yang terpilih adalah perlakuan yang memiliki persentil lebih dari 95 % (Tabel 9). Hasil persentil yang diatas 95% adalah kode 16 dengan 96.15 % dank ode 14 dengan 100 %. Hasil skoring tertinggi 9.32 diperoleh untuk kultur campuran yang terdiri dari dua bakteri endofit (no.14) yaitu B. paraconglomeratum LPD74 dan P. vermicola KPA38 dengan persentil 100%. Sedangkan kultur campuran yang terdiri 3 bakteri endofit (no.16) yaitu B. cereus KPD6, P. aeruginosa KPA32, dan B. paraconglomeratum LPD74 memiliki hasil skoring sebesar 9.22 dengan persentil 96.15 %.

Gambar 14 Bibit karet PB 260 dipelihara dalam botol plastik selama 1 bulan Bibit karet PB 260 dipelihara selama satu bulan untuk menentukan kultur campuran yang terbaik (Gambar 14). Perlakuan bakteri memberikan pengaruh pertumbuhan pada bibit tanaman karet, seperti diungkapkan oleh Malik et al. (1997) bahwa bakteri diketahui dapat mengubah morfologi akar dan meningkatkan biomassanya juga memungkinkan membantu akar dalam pengambilan nutrisi tanah.

Kultur campuran dari 2 bakteri endofit dan 3 bakteri endofit, memiliki potensi memacu pertumbuhan lebih baik. Pasangan bakteri tersebut saling melengkapi kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan bibit karet. Kultur campuran 1 yaitu B. paraconglomeratum LPD74 dan P.vermicola KPA38 memiliki kemampuan menghasilkan IAA 119 μg/mL dan 114.83 μg/mL, paling tinggi diantara bakteri endofit yang lain. Kultur campuran 2 terdiri 3 spesies bakteri yaitu B. cereus KPD6, P. aeruginosa KPA32, dan B. paraconglomeratum LPD74 memiliki potensi penambatan N2, menghasilkan

hormon sitokinin, dan menghasilkan hormon IAA yang tinggi. Kultur campuran dengan kemampuan yang bagus akan saling mendukung untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Kemampuan Kolonisasi Bakteri Endofit dalam Jaringan Planlet Karet Pengamatan SEM (Scanning Electron Microscopy) dilakukan terhadap bakteri endofit B. paraconglomeratum LPD74 yang diinokulasikan pada planlet

40

bibit karet (Gambar 15). Terlihat bakteri endofit di dalam media cair NB memberikan bentuk yang sama dengan yang berada dalam jaringan planlet. Keberadaan bakteri endofit dalam jaringan korteks membuktikan bakteri endofit mengkolonisasi jaringan tersebut. Sedangkan kontrol tanpa perlakuan inokulasi bakteri endofit tidak terlihat adanya bakteri dalam jaringan tanaman.

Berdasarkan hasil pengamatan koloni bakteri endofit EAL15-Rif dalam jaringan tanaman pisang menggunakan Scanning Elelctron Microcopy (SEM) diketahui bahwa bakteri ini mengkolonisasi jaringan akar dan bonggol tanaman pisang. Bakteri endofit EAL15-Rif ditemukan pada jaringan epidermis akar dan jaringan bonggol (Husda 2012).

Gambar 15 Foto SEM B.paraconglomeratum LPD74 dengan tanda panah putih, (a) B paraconglomeratum LPD74 di dalam media NB (10,000 x), (b) Planlet karet tanpa inokulasi bakteri endofit (5,000 x) , (c) B paraconglomeratum LPD74 di dalam jaringan kortek batang planlet karet (750 x), dan (d) B paraconglomeratum LPD74 di dalam jaringan kortek pangkal batang planlet karet (7,500 x)

Bakteri endofit masuk ke jaringan tanaman melalui jaringan akar (Gagne et al. 1987). Hal ini membuktikan bahwa B. paraconglomeratum LPD74 yang diinokulasikan pada planlet karet, dapat masuk melalui jaringan pangkal batang kemudian masuk ke batang. Bakteri tersebut terlihat di jaringan kortek batang.

a

b

41 Kemampuan Bakteri Endofit untuk Meningkatkan Panjang Akar Planlet

Bibit tanaman karet selama ini berasal dari biji tanaman karet. Bibit batang bawah tanaman karet yang seragam hanya bisa diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif (Tistama dan Hamim 2007). Bibit batang bawah dari biji mengalami kendala pada pengadaan biji yang tergantung pada musim biji. Sehingga dilakukan alternatif lain untuk membuat bibit batang bawah tanaman karet dengan microcutting, yang menghasilkan planlet bibit karet. Planlet bibit karet ini tidak tergantung pada musim seperti biji tanaman karet.

Planlet bibit karet sudah dikembangkan untuk pengadaan bibit batang bawah tanaman karet. Pengadaan bibit menggunakan planlet masih mengalami kendala karena sulit membentuk akar. Penggunaan bakteri yang memiliki kemampuan menghasilkan hormon tumbuh dapat menjadi solusinya.

Planlet bibit karet yang telah diinokulasi B paraconglomeratum LPD74 mampu meningkatkan panjang akar 6 cm setelah 3 minggu (Gambar 16). Sedangkan planlet kontrol tidak mengalami pertumbuhan akar. Hal ini dapat menjadi solusi kendala yang dialami planlet hasil microcutting ini, dimana akar sulit tumbuh. Adanya akar pada planlet dapat membantu dalam proses aklimatisasi.

Gambar 16 Planlet bibit karet umur 3 minggu, (a) Planlet yang diinokulasi B paraconglomeratum LPD74 (Bp) dan kontrol (k), (b) Akar planlet bibit karet yang diinokulasi B paraconglomeratum LPD74 (Bp) dan kontrol (k)

a

b

k

k

Bp

Bp

42

Kemampuan Kultur Campuran Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Bibit Batang Bawah Tanaman Karet

Kultur campuran yang terpilih terdiri 2 pasang spesies bakteri yaitu kultur campuran 1 terdiri B. paraconglomeratum LPD74 dan P.vermicola KPA38 dan kultur campuran 2 terdiri 3 spesies bakteri yaitu B.cereus KPD6, P.aeruginosa KPA32, dan B.paraconglomeratum LPD74.

Pengujian kultur campuran meningkatkan efisiensi pemupukan bibit batang bawah tanaman karet. Kegiatan penelitian ini dilakukan di rumah kaca dengan rancangan acak lengkap faktorial dengan menggunakan 5 ulangan, yaitu faktor pertama inokulasi bakteri (K) menggunakan 3 perlakuan yaitu (1) tanpa inokulasi kultur campuran (K0), (2) inokulasi kultur campuran 1 (K1), dan (3) inokulasi kultur campuran 2 (K2). Faktor kedua dosis pemupukan (P) menggunakan 5 perlakuan yaitu (1) tanpa pemupukan (P0), (2) pemupukan 25 % dari dosis rekomendasi (DR) (P1), (3) pemupukan 50 % DR (P2), (4) pemupukan 75 % DR (P3), dan (5) pemupukan 100 % DR(P4).

Biji karet PB 260 disemai sampai stadia jarum, kemudian ditanam di kantung plastik (polibeg) seperti Gambar 17. Bibit tanaman karet dipelihara selama 3 bulan seperti Gambar 18, kemudian dipanen dan diukur parameter diameter batang, panjang trubus dan panjang akar, serta bobot basah dan bobot kering biomassa.

Gambar 17 Panaman bibit batang bawah karet klon PB 260, (a) cara penanaman dalam kantung plastik, (b) bibit pada stadia jarum

b a

43

Gambar 18 Bibit batang bawah karet klon PB 260 berumur 3 bulan di rumah kaca Tabel 10 Pengaruh aplikasi kultur campuran dan pemupukan terhadap diameter

(mm) bibit batang bawah tanaman karet umur 3 bulan

Kultur Dosis pemupukan Rata

campuran P0 P1 P2 P3 P4 rata K0 3.62 4.18 3.96 4.37 4.71 4.17 p K1 4.08 4.92 4.50 3.99 4.30 4.36 p K2 4.39 4.79 4.38 3.71 4.24 4.30 p Rata-rata 4.03 4.63 4.28 4.02 4.42 (-) a a a a a Keterangan :

Rata-rata yang diikuti huruf yang sama baik dalam baris maupun kolom menunjukkan tidak beda nyata, berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0.05

Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan kultur campuran dan pemupukan K0 = tanpa kultur campuran

K1 = kultur campuran 1 (B paraconglomeratum dan P vermicola)

K2 = kultur campuran 2 (B cereus, P aeruginosa, dan B paraconglomeratum) P0 = tanpa pemupukan

P1 = pemupukan 25% dosis rekomendasi P2 = pemupukan 50% dosis rekomendasi P3 = pemupukan 75% dosis rekomendasi P4 = pemupukan 100% dosis rekomendasi

Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 13 - 17), semua perlakuan tidak menunjukkan beda nyata. Selain itu, juga tidak terdapat interaksi antara perlakuan aplikasi kultur campuran dan pemupukan. Kecuali untuk tinggi tanaman pada faktor pemupukan terdapat beda nyata, tetapi tidak ada beda nyata antara perlakuan pemupukan dengan kontrol. Berdasarkan analisis sidik ragam, diperoleh R kuadrat berkisar 0.2, sehingga pengaruh dari aplikasi kultur campuran

44

dan pemupukan hanya berpengaruh 20 % pada pertumbuhan bibit batang bawah tanaman karet. Hal ini kemungkinan karena bibit yang berasal dari biji karet memiliki keragaman genetis. Selain itu umur bibit hanya 3 bulan, dimana bibit ini untuk okulasi dini. Bibit karet membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terlihat efek beda nyata dari pemupukan.

Perlakuan aplikasi kultur campuran dan pemupukan pada beberapa taraf dosis menunjukkan tidak beda nyata untuk parameter diameter batang. Ukuran diameter batang menunjukkan suatu kecenderungan meningkat pada perlakuan pemupukan 25% DR (P1). Hasil pengukuran diameter batang seperti Tabel 10 dimana rata-rata diameter batang terbesar pada perlakuan pemupukan 25% DR (P1) yaitu 4.63 mm. Sedangkan pada perlakuan aplikasi kultur campuran 1 dan pemupukan 25% DR (K1P1) memiliki diameter batang terbesar 4.92 mm pada bibit berumur 3 bulan. Hal ini sudah termasuk bagus, karena kriteria minimal diameter batang bawah tanaman karet umur 4 bulan 5 mm dengan jarak pengukuran diameter batang pada ketinggian batang 5 cm dari permukaan tanah (PTP X, 1993). Kultur campuran 1 memiliki potensi menghasilkan hormon IAA yang tinggi. Selain itu juga kemampuan penambatan N2, sehingga membantu

peningkatan pertumbuhan bibit batang bawah tanaman karet.

Tabel 11 Pengaruh aplikasi kultur campuran dan pemupukan terhadap tinggi (cm) bibit batang bawah tanaman karet umur 3 bulan

Kultur Dosis pemupukan Rata

campuran P0 P1 P2 P3 P4 rata K0 59.2 80.2 69.2 59.6 58.2 65.28 p K1 65.4 65.2 62.2 59.0 54.2 61.20 p K2 64.0 67.6 64.2 53.0 64.6 62.68 p Rata-rata 62.87 71.00 65.20 57.20 59.00 (-) ab a ab b b Keterangan :

Rata-rata yang diikuti huruf yang sama baik dalam baris maupun kolom menunjukkan tidak beda nyata, berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0.05

Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan kultur campuran dan pemupukan K0 = tanpa kultur campuran

K1 = kultur campuran 1 (B paraconglomeratum dan P vermicola)

K2 = kultur campuran 2 (B cereus, P aeruginosa, dan B paraconglomeratum) P0 = tanpa pemupukan

P1 = pemupukan 25% dosis rekomendasi P2 = pemupukan 50% dosis rekomendasi P3 = pemupukan 75% dosis rekomendasi P4 = pemupukan 100% dosis rekomendasi

Perlakuan aplikasi kultur campuran dan pemupukan pada beberapa taraf dosis menunjukkan tidak beda nyata untuk parameter tinggi tanaman (Tabel 11). Sedangkan perlakuan pemupukan terdapat beda nyata pada P1 (25% dosis rekomendasi) memperlihatkan hasil paling tinggi, tetapi tidak beda nyata dengan kontrol dan P2 (50% dosis rekomendasi). Perlakuan P1 beda nyata dengan perlakuan P3 (75% dosis rekomendasi) dan P4 (100% dosis rekomendasi). Rata-

45 rata tinggi tanaman menunjukkan suatu kecenderungan meningkat pada perlakuan pemupukan 25% DR (P1).

Tabel 12 Pengaruh aplikasi kultur campuran dan pemupukan terhadap panjang akar (cm) bibit batang bawah tanaman karet umur 3 bulan

Kultur Dosis pemupukan Rata

campuran P0 P1 P2 P3 P4 rata K0 39.18 43.54 38.94 41.84 52.52 43.20 p K1 43.60 45.80 45.38 42.60 38.40 43.16 p K2 44.38 49.78 43.76 41.52 38.68 43.62 p Rata-rata 42.39 46.37 42.69 41.99 43.20 (-) a a a a a Keterangan :

Rata-rata yang diikuti huruf yang sama baik dalam baris maupun kolom menunjukkan tidak beda nyata, berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0.05

Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan kultur campuran dan pemupukan K0 = tanpa kultur campuran

K1 = kultur campuran 1 (B paraconglomeratum dan P vermicola)

K2 = kultur campuran 2 (B cereus, P aeruginosa, dan B paraconglomeratum) P0 = tanpa pemupukan

P1 = pemupukan 25% dosis rekomendasi P2 = pemupukan 50% dosis rekomendasi P3 = pemupukan 75% dosis rekomendasi P4 = pemupukan 100% dosis rekomendasi

Tabel 13 Pengaruh aplikasi kultur campuran dan pemupukan terhadap bobot basah trubus (g) bibit batang bawah tanaman karet umur 3 bulan

Kultur Dosis pemupukan Rata

campuran P0 P1 P2 P3 P4 rata K0 3.02 3.61 3.49 3.42 3.55 3.42 p K1 2.83 3.37 3.05 2.31 1.11 2.53 p K2 3.04 3.68 3.03 1.64 2.45 2.77 p Rata-rata 2.97 3.55 3.19 2.46 2.37 (-) a a a a a Keterangan :

Rata-rata yang diikuti huruf yang sama baik dalam baris maupun kolom menunjukkan tidak beda nyata, berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0.05

Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan kultur campuran dan pemupukan K0 = tanpa kultur campuran

K1 = kultur campuran 1 (B paraconglomeratum dan P vermicola)

K2 = kultur campuran 2 (B cereus, P aeruginosa, dan B paraconglomeratum) P0 = tanpa pemupukan

P1 = pemupukan 25% dosis rekomendasi P2 = pemupukan 50% dosis rekomendasi P3 = pemupukan 75% dosis rekomendasi P4 = pemupukan 100% dosis rekomendasi

46

Perlakuan aplikasi kultur campuran dan pemupukan pada beberapa taraf dosis menunjukkan tidak beda nyata untuk parameter panjang akar (Tabel 12). Panjang akar menunjukkan suatu kecenderungan meningkat pada perlakuan pemupukan 25% DR (P1).

Perlakuan aplikasi kultur campuran dan pemupukan pada beberapa taraf dosis menunjukkan tidak beda nyata untuk parameter bobot kering trubus (Tabel 13). Rata-rata bobot kering trubus menunjukkan suatu kecenderungan meningkat pada perlakuan pemupukan 25% DR (P1). Bobot kering mencerminkan hasil metabolisme dari tanaman.

Tabel 14 Pengaruh aplikasi kultur campuran dan pemupukan terhadap bobot kering akar (g) bibit batang bawah tanaman karet umur 3 bulan

Kultur Dosis pemupukan Rata

campuran P0 P1 P2 P3 P4 rata K0 1.26 1.59 1.76 1.91 2.01 1.70 p K1 1.63 1.89 1.38 1.45 1.42 1.55 p K2 1.49 2.10 1.47 1.86 1.38 1.66 p Rata-rata 1.46 1.86 1.53 1.74 1.60 (-) a a a a a Keterangan :

Rata-rata yang diikuti huruf yang sama baik dalam baris maupun kolom menunjukkan tidak beda nyata, berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0.05

Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan kultur campuran dan pemupukan K0 = tanpa kultur campuran

K1 = kultur campuran 1 (B paraconglomeratum dan P vermicola)

K2 = kultur campuran 2 (B cereus, P aeruginosa, dan B paraconglomeratum) P0 = tanpa pemupukan

P1 = pemupukan 25% dosis rekomendasi P2 = pemupukan 50% dosis rekomendasi P3 = pemupukan 75% dosis rekomendasi P4 = pemupukan 100% dosis rekomendasi

Perlakuan aplikasi kultur campuran dan pemupukan pada beberapa taraf dosis menunjukkan tidak beda nyata untuk parameter bobot kering akar (Tabel 14). Rata-rata bobot kering akar menunjukkan suatu kecenderungan meningkat pada perlakuan pemupukan 25% DR (P1). Bobot kering mencerminkan hasil metabolisme dari tanaman.

Hasil pengukuran diameter, tinggi tanaman, dan panjang akar, serta bobot kering trubus dan akar, memperlihatkan kecenderungan perlakuan pemupukan 25% DR (P1) yang tertinggi. Hal ini kemungkinan telah terjadi kecukupan hara. Seperti hasil penelitian Hidayati dan Wijaya (2009), bahwa peningkatan dosis pupuk dari level 50% ke 75% pemupukan dosis rekomendasi tidak menunjukkan beda nyata. Hal ini berarti telah ada kecukupan hara pada level 50% dosis rekomendasi sehingga penambahan dosis pupuk pada level 75% dosis rekomendasi tidak memberikan respon. Selain itu, bibit karet membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terlihat efek nyata dari pemupukan.

Hasil analisa hara tanaman karet setelah 3 bulan ditanam seperti Tabel 15. Berdasarkan kriteria hara tanaman karet (Lampiran 6) memperlihatkan kandungan

47 hara tanaman karet secara umum bagus. Kandungan hara Nitrogen tanaman karet pada skor -3 sampai +5 dengan kadar Nitrogen tanaman karet berkisar dari 2.7 – 5.66 %. Kandungan hara Fosfor tanaman karet pada skor -5 sampai +5 dengan kadar Fosfor tanaman karet berkisar dari 0.169 – 0.291 %. Kandungan hara Kalium tanaman karet pada skor -4 sampai +3 dengan kadar Kalium tanaman karet berkisar dari 0.9 - 1.7 % . Kandungan hara Magnesium tanaman karet memberikan hasil pada skor -3 sampai +5 dengan kadar Kalium tanaman karet berkisar dari 0.19 – 0.33 %. Secara umum kondisi kandungan hara Nitrogen Fosfor, dan Magnesium relatif tinggi. Sedangkan kandungan hara Kalium termasuk sedang. Hal ini memperlihatkan tanaman memiliki kandungan hara yang relatif baik. Jika dikaitkan dengan hara tanaman yang memiliki nilai yang tinggi, maka pemupukan yang dilakukan dapat diserap oleh bibit tanaman karet.

Tabel 15 Kandungan hara nitrogen, fosfor, kalium, dan magnesium tanaman karet setelah 3 bulan penanaman dan skoring

Perlakuan N Skor P Skor K Skor Mg Skor

(%) hara (%) hara (%) hara (%) hara

K0P0 4.81 5 0.11 -5 1.70 3 0.19 -3 K0P1 3.37 0 0.27 3 1.09 -3 0.23 1 K0P2 4.81 5 0.38 5 1.26 -1 0.23 1 K0P3 5.08 5 0.37 5 1.44 1 0.23 1 K0P4 4.78 5 0.35 5 1.45 1 0.23 1 K1P0 4.09 3 0.21 -1 1.02 -3 0.20 -2 K1P1 4.92 5 0.29 4 1.26 -1 0.26 5 K1P2 5.45 5 0.23 -1 1.57 2 0.32 5 K1P3 2.75 -3 0.34 5 1.38 0 0.33 5 K1P4 4.84 5 0.27 3 1.61 3 0.33 5 K2P0 4.86 5 0.29 4 1.42 1 0.27 5 K2P1 4.88 5 0.27 3 1.30 -1 0.27 5 K2P2 5.66 5 0.37 5 1.37 0 0.29 5 K2P3 3.69 1 0.34 5 1.54 2 0.29 5 K2P4 4.28 4 0.37 5 0.92 -4 0.28 5 Keterangan :

K0 = tanpa kultur campuran

K1 = kultur campuran 1 (B paraconglomeratum dan P vermicola)

K2 = kultur campuran 2 (B cereus, P aeruginosa, dan B paraconglomeratum) P0 = tanpa pemupukan

P1 = pemupukan 25% dosis rekomendasi P2 = pemupukan 50% dosis rekomendasi P3 = pemupukan 75% dosis rekomendasi P4 = pemupukan 100% dosis rekomendasi

Berdasarkan Tabel 15, secara umum memperlihatkan kondisi hara tanaman yang baik terutama untuk kandungan hara Nitrogen. Nitrogen memiliki peranan penting untuk mendukung pertumbuhan bibit batang bawah tanaman karet. Nitrogen memiliki peranan dalam pembentukan klorofil daun dan protein

48

(Karthikakuttyamma et al. 2000). Kandungan hara tanaman yang tinggi berarti tanaman mampu menyerap hara dari pupuk yang diberikan. Sedangkan pada perlakuan tanpa pemupukan dan tanpa aplikasi kultur campuran (K0P0) juga terlihat kandungan hara tanaman yang tinggi, kemungkinan sudah terpenuhi dari tanah, mengingat tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas (topsoil). Pada aplikasi kultur campuran 2 tanpa pemupukan (K2P0) terlihat kandungan hara Nitrogen yang tinggi. Hal ini kemungkinan peran kultur campuran dalam penambatan N2. Bakteri endofit akan berperan aktif dalam kondisi tanpa aplikasi

hara. Ddd D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D S S S S S S

49

Dokumen terkait