Dalam menganalisa penelitian ini penulis menggunakan disiplin ilmu sosiologi. Dalam sosiologi ada tiga paradigma yang umum digunakan dalam penelitian suatu kasus, yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Sedangkan paradigma sendiri dapat diartikan sebagai suatu pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma definisi sosial, yang mana dalam hal ini paradigma definisi sosial juga memandang hal tersebut sebagai pokok bahasan.
Max Weber mengartikan tindakan sosial adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain.(Ritzer, 1992:45). Di dalam bertindak pelaku
commit to user
mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai. Entah tindakan itu bersifat lahiriah atau batiniah yang berupa perenungan, perencanaan, pengambilan keputusan atau kelakuan.
Memandang makna dari sebuah tindakan-tindakan, Weber membedakan tindakan atas dasar rasionalitas tindakan sosial ke dalam 4 tipe yaitu :
a. Zwerk Rational
Yaitu tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini, aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dari Zwerk Rational tidak absolut. Ia dapat juga menjadi cara yang paling rasional, maka mudah memahami tindakan itu. b. Werk Rational Action
Dalam tindakan tipe ini, aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan pilihan yang tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Dalam tindakan ini, tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan. Tindakan tipe kedua ini masih rasional sehingga dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami.
c. Affectual Action
Affectual Action merupakan tindak yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami dan kurang rasional.
commit to user
d. Traditional Action
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja. (Ritzer, 1992: 47-48)
Bertolak dari adanya pemaknaan terhadap tindakan sosial secara rasional seperti tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin rotan disini merupakan tindakan zwerk rational, dimana dalam memilih strategi yang digunakan untuk kelangsungan usahanya merupakan salah satu wujud konkret dari tindakan tersebut.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori aksi yang dikemukakan oleh Talcot Parsons, yang juga merupakan pengikut Weber. Ada beberapa asumsi fundamental Teori Aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znanieki dan Parsons sebagai berikut:
1) Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
2) Sebagai subyek manusia bertindak/berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
3) Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4) Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya.
commit to user
5) Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan telah dilakukannya.
6) Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan pada saat pengambilan keputusan.
7) Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi, sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri vicarious experience. ( Ritzer,2003:46)
Pengrajin rotan adalah individu ataupun sekelompok individu yang mempunyai status sebagai pengrajin. Mereka beraktivitas sesuai dengan status yang dimilikinya yaitu mencari bahan baku, membuat dan memasarkan hasil produksi kerajinannya dengan cara-caranya sendiri. Tujuan utama dari penetapan cara atau strategi usaha adalah untuk menjaga kelangsungan usaha dengan hasil perolehan keuntungan.
Pekerjaan adalah suatu bentuk kebutuhan guna mengekspresikan eksistensi manusia terhadap manusia yang lain. Bentuk pekerjaan itupun bermacam-macam sesuai dengan keahlian dan keinginan dari masing-masing individu. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain, dengan bekerja maka manusia telah melakukan tindakan sosial. Yaitu untuk mengekspresikan eksistensi dirinya melalui hasil karya yang mana itu adalah hasil dari pilihannya sendiri. Sehingga ketika manusia bekerja sesuai
commit to user
dengan apa yang dikehendakinya, maka manusia itu akan mampu memaknai arti dari sebuah pekerjaan yang dilakukannya.
Dilihat secara ekonomis dikenal tindakan rasional yang melihat tindakan aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan dan keuntungan dari hasil pekerjaan yang dipilihnya. Menurut Beker (dalam Damsar,1997) perilaku rasional berarti memaksimalkan keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan membawa imbalan atau hasil dimasa yang akan datang.
Dalam hal ini rasional berarti:
a. Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaaan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.
b. Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
c. Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu. (Damsar, 1997:39)
Tindakan untuk menjaga kelangsungan usaha yang dilakukan oleh para pengrajin rotan merupakan tindakan rasional. Dimana mereka melakukan atau menerapkan strategi dalam usaha mereka tersebut. Strategi di sini berupa strategi produksi dan pemasaran.
Parsons dalam Teori aksinya juga menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Adanya individu selaku aktor.
commit to user
3. Aktor mempunyai alternatif, cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannnya.
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu, misalnya jenis kelamin dan tradisi.
5. Aktor berada dibawah kendala dan nilai-nilai dasar, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan. Contohnya kendala kebudayaan. (Ritzer dalam Alimanan 2003:48-49)
Di dalam industri kerajinan rotan di Desa Trangsan ini, aktor (dalam hal ini pengrajin) akan megggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mengejar, mencapai tujuan dalam situasi dimana norma- norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan arah. Norma- norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarism. Singkatnya voluntarism adalah kemampuan individu untuk melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya.
Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan Teori Aksi ke dalam paradigma definisi sosial. Dalam konsep ini aktor merupakan pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif
commit to user
tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan aktor.
Terkait dengan adanya penjelasan dari Teori Aksi tersebut diatas, maka pengrajin rotan di sini berlaku sebagai aktor yang aktif dan kreatif dalam melakukan suatu tindakannya, di mana dia senantiasa melakukan sesuatu yang dianggapnya baik. Dalam mempertahankan kelangsungan usaha industri kerajinan rotan yang dimilikinya, aktor akan menggunakan strategi atau cara untuk mencapai tujuannya.
Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa tindakan manusia itu muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. Disini berarti bahwa pengrajin yang berlaku sebagai aktor akan melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut merupakan suatu tuntutan dari situasi eksternal yang ada. Adapun contoh dari situasi eksternal tersebut misalnya kelangkaan bahan baku ataupun kondisi pasar yang sepi yang dapat menjadi hambatan dari usaha industri kerajinan rotan ini untuk tetap bertahan. Sehingga kemudian para pengrajin rotan dituntut untuk dapat bertahan dengan menggunakan berbagai cara atau strategi yang dianggapnya baik untuk dapat mencapai tujuannya. Jadi tindakan yang dilakukan oleh si aktor, dalam hal ini adalah pengrajin rotan tidak lain adalah berupa strategi yang sengaja dipilih dengan harapan untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya.
commit to user
Dalam dunia sosial, perjuangan kompetitif itu mungkin antara individu- individu atau antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat atau antara penduduk yang berbeda ras dan etnisnya, masing-masing dengan pola budayanya tersendiri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hasil dari kompetitif ini adalah bahwa mereka yang paling bisa menyesuaikan diri atau yang paling sehatlah yang dapat hidup terus (survival of the fittest). Mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan hasil yang saling memuaskan pasti berhasil dalam perjuangan kompetitif dan untuk menghasilkan lebih banyak lagi dari pada saingannya, dan untuk menjadi dominan. Sebaliknya mereka yang tidak mampu menyesuaikan dirinya secara berhasil akan dirundung malapetaka atau tunduk. Jadi proses evolusi meliputi suatu seleksi bertahap atas banyak generasi manusia atau kelompok yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Terkait dalam hal ini para pengrajin rotan di Desa Trangsan yang mampu mempertahankan usahanya yaitu mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan memenangkan persaingan dengan para pengrajin lainnnya.