4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.5. Parameter fisika - kimia perairan
Kualitas air fisika dan kimia yang berpengaruh terhadap kehidupan udang mantis meliputi suhu, pH, salinitas, dan DO. Parameter-parameter tersebut merupakan faktor lingkungan yang erat kaitannya terhadap penyebaran atau distibusi udang mantis. Hasil pengukuran parameter kualitas air pada habitat udang mantis (Gambar 9).
Gambar 9. Nilai pengukuran kualitas air
Berdasarkan informasi yang terdapat pada Gambar 9 didapatkan bahwa dari ketiga stasiun suhu, pH, salinitas, dan DO tidak berbeda signifikan. Suhu rata-rata pada stasiun 1,2, dan 3 yaitu 30,1ºC; 31,4ºC dan 31,3 ºC. pH rata-rata stasiun 1, 2, dan 3 yaitu 7,7; 7,9 dan 7,7. Salinitas rata-rata pada stasiun 1, 2, dan 3 yaitu 24 psu, 22 psu dan 22 psu dan DO rata-rata pada stasiun 1,2, dan 3 yaitu 6,4 mg/l; 6,5 mg/l dan 6,4 mg/l.
4.2. Pembahasan
Habitat udang mantis cenderung berada di dasar perairan dengan jalan membenamkan diri ke dasar perairan untuk berlindung (Edyson, 1986 in Wardiatno et al. 2009). Substrat di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, masukan yang berasal dari sungai dan laut serta kecepatan arus. Perairan yang arusnya kuat lebih banyak ditemukan substrat pasir, karena partikel yang berukuran kecil akan terbawa ke tempat yang lebih jauh oleh aktivitas arus dan gelombang.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa udang mantis hidup di dasar perairan dengan tipe substrat pasir berlempung, lempung, lempung liat berpasir, liat berdebu, dan lempung liat berdebu. Hal ini sesuai dengan pendapat Aziz et al. (2001)
menyatakan bahwa udang ronggeng menyenangi dasar perairan yang terdiri dari pasir atau pasir campur lumpur dan udang ini juga hidup pada dasar perairan atau celah-celah batu-batuan, sehingga perairan yang dasarnya terdiri dari pasir dan berbatu merupakan habitat utama udang ronggeng. Udang ronggeng hidup terutama di pantai berlumpur dan juga kawasan terumbu karang. Harpiosquilla raphidea memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap tipe substrat. H. raphidea dapat hidup dasar perairan dengan tipe substrat lempung berpasir, lempung liat berpasir dan lempung. Sedangkan Oratosquillina gravieri lebih menyukai dasar perairan dengan tipe substrat lempung berpasir.
Tipe substrat yang diperoleh pada bulan Juli 2009 dan bulan Juni 2010 mengalami perbedaan. Hal ini diduga karena adanya ombak atau arus yang kuat sehingga akan memindahkan partikel-partikel halus dan hanya kan menyisakan partikel yang lebih berat seperti pasir. Hal ini sesuai dengan pendapat Faizah (2001) menyatakan bahwa perairan yang arusnya kuat lebih banyak ditemukan substrat pasir, karena partikel yang berukuran kecil akan terbawa ke tempat yang lebih jauh oleh aktivitas arus dan gelombang.
Berdasarkan gambar 6 didapatkan bahwa H. raphidea memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan O. gravieri. Hal ini diduga karena H. raphidea bersifat superior atau pemangsa, sedangkan O. gravieri bersifat inferior atau lebih pasif sehingga akan kalah bersaing dengan H. raphidea baik dalam kompetisi ruang maupun makan. Selain itu, juga dapat disebabkan karena O. gravieri memiliki kisaran toleransi yang lebih sempit dibandingkan H. raphidea sehingga lebih sulit beradaptasi terhadap lingkungan.
Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa di stasiun 1 udang yang berukuran 3,75 – 8,75 cm banyak ditemukan pada jarak 970 - 1170 meter. Jarak tersebut berada disekitar muara sungai dan berdekatan dengan mangrove. Hal ini menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan habitat yang cocok bagi udang mantis berukuran kecil. Hal ini diduga karena banyak menerima pasokan makanan dari daratan untuk kebutuhan pertumbuhannya. Setelah dewasa udang mantis akan bermigrasi menuju ke laut lepas dengan salinitas yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuda in Suwandi (1978) bahwa udang muda terdapat di daerah payau dekat pantai
kadar garam yang lebih tinggi untuk memijah. Pada stasiun 2, ukuran Harpiosquilla raphidea 3,75 cm – 8,75 cm lebih banyak ditemukan pada jarak 2860 m - 3060 m dan jarak 3160 m – 3460 m dibandingkan jarak 2560 m – 2760 m. Hal ini dapat diakibatkan adanya arus yang kuat sehingga udang yang berukuran kecil terbawa ke arah laut. Pada stasiun 3, ukuran udang 3,75 cm – 8,75 cm dan 8,75 cm – 13,75 cm paling banyak ditemukan. Jika dilihat dari keberadaan stasiun tersebut maka dapat diketahui penyebab dari tingginya jumlah udang yang berukuran udang 3,75 cm – 8,75 cm dan 8,75 cm – 13,75, yaitu disebabkan oleh kondisi habitatnya. Stasiun 3 terletak di sepanjang muara sungai. Muara sungai banyak mendapatkan pasokan makanan dari daratan dan merupakan habitat dari udang-udang kecil dan udang muda sebagai daerah pemijahan dan daerah mencari makan. Setelah dewasa udang akan menuju ke laut untuk mencari salinitas yang lebih tinggi untuk kebutuhan kehidupannya.
Dilihat dari gambar 8 diperoleh informasi bahwa terdapat empat ukuran yaitu < 5,3 cm; 5,3cm - 7,8 cm; 7,9 cm - 10,3cm; dan > 10,3 cm. Ukuran yang paling banyak ditemukan yaitu 7,9 cm – 10,3 cm. Hal ini diduga karena ukuran ini merupakan ukuran yang sudah mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungannya. Sementara itu, ukuran yang paling sedikit ditemukan yaitu berukuran > 10,3 cm. Hal ini dapat disebabkan udang-udang yang berukuran besar sudah mengalami penangkapan oleh nelayan. Pada stasiun 1 dan 2 dapat dilihat bahwa ukuran udang < 5,3 cm banyak ditemukan pada jarak yang lebih jauh mengarah ke laut. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya arus yang menyebabkan udang-udang yang berukuran terbawa arus menuju ke arah laut.
Jumlah tangkapan udang terbanyak dari ketiga stasiun terdapat pada stasiun 3. Hal ini disebabkan karena di stasiun 3 merupakan habitat yang sesuai untuk udang mantis ini dan merupakan daerah yang selama ini jarang dilakukan penangkapan. Kepadatan (jumlah) dapat dijadikan petunjuk cocok tidaknya suatu habitat terhadap biota tersebut (Malau 2002). Hal ini juga diduga karena semua sapuan di stasiun 3 berdekatan dengan muara sungai dan dekat dengan daerah mangrove. Dimana daerah muara sungai dan mangrove memiliki ketersediaan makanan yang banyak. Selain itu, daerah muara sungai merupakan daerah asuhan bagi udang-udang yang umumnya berukuran kecil. Penyebaran udang dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah muara
sungai atau estuaria dan daerah lepas pantai. Pada perairan estuaria merupakan daerah pemijahan udang yang berada pada stadia pascalarva dan juvenil yang umunya berukuran kecil, sedangkan di lepas pantai udang berada pada stadia dewasa dan umunya berukuran besar (Gracia et al. 1981 in Aziz et al. 2001).
Pada stasiun 3, arusnya kecil sehingga udang mantis lebih dapat beradaptasi. Hal ini sesuai dengan Moore (1978) in Martanti (2001) menyatakan arus yang cepat akan membahayakan tempat hidup hewan yang biasanya hidup di dalam lumpur dan hewan perayap di dasar perairan. Aziz (1986) melaporkan distribusi dan kepadatan (jumlah) udang di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor lingkungan perairan, seperti arus, salinitas, pasang surut, serta tindakan manusia di sekitar perairan tersebut, seperti pembuangan sisa-sisa industri atau limbah rumah tangga yang dapat menimbulkan pencemaran perairan. Berdasarkan wawancara terhadap nelayan bahwa stasiun 3 belum mengalami penangkapan. Hal ini dikarenakan stasiun 3 berada pada lokasi yang sempit sehingga mengakibatkan nelayan tidak melakukan penangkapan di daerah tersebut.
Untuk mengetahui pola sebaran kedua jenis udang mantis H. gravieri dan O. gravieri digunakan Indeks Sebaran Morisita (Brower et al. 1990) kemudian dilakukan Uji Chi-Kuadrat. Kriteria pola sebaran morisita (Id) terbagi menjadi tiga yaitu Id < 1 dengan pola sebaran bersifat seragam sempurna, Id=1 dengan pola sebaran bersifat acak dan Id > 1dengan pola sebaran bersifat mengelompok sempurna.
Hasil perhitungan yang terdapat pada Tabel dan Tabel 5 menunjukkan bahwa Indeks Sebaran Morisita yang diperoleh lebih besar dari 1 (Id > 1) dan χ2 perhitungan lebih besar dari χ2 Tabel (berbeda nyata secara acak) sehingga pola sebarannya bersifat mengelompok sempurna. Udang mantis hidup mengelompok sesuai dengan jenisnya. Pola sebaran bersifat mengelompok diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, dan tipe substrat. Ketersediaan makanan yang tinggi pada suatu tempat memungkinkan suatu jenis organisme akan mengelompok pada tempat tersebut. Tipe substrat berpengaruh terhadap pola sebaran karena udang mantis akan berkumpul pada tipe substrat yang disukainya.
fisik terpenting yang bereaksi pada komunitas dasar adlah turbulensi atau gerakan ombak (Nybakken 1988). Pada perairan yang dangkal interaksi ombak, arus, up welling akan menimbulkan gerakan turbulensi. Pada dasar yang lunak, ombak ini dapat menimbulkan gerakan bergelombang besar di dasar perairan yang sangat berpengaruh terhadap stabilitas subsrat. Hewan infauna yang hidup di dasar substrat sangat dipengaruhi oleh partikel substrat yang teraduk. Selain itu, pergerakan ombak juga dapat menentukan tipe partikel yang terkandung dan apabila pergerakan ombak tersebut kuat maka akan memindahkan partikel halus sebagai suspensi dan menyisakan pasir.
Pola sebaran mengelompok berkaitan erat dengan kemampuan larva hewan bentik untuk memilih daerah yang akan ditempatinya. Kebanyakan hewan larva lebih senang menetap di tempat yang terdapat spesies dewasanya. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut cocok unyuk habitat hidupnya. Kemampuan larva memilih daerah untuk menetap serta kemampuannya untuk menunda metamorfosis membuat penyebarannya tidak acak. Penyebaran secara acak relatif jarang terjadi di alam (Nybakken 1988).
Oksigen terlarut merupakan salah parameter yang sangat penting bagi organisme perairan termasuk untuk kehidupan udang mantis. Oksigen terlarut adalah besarnya konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Udang mantis hidup pada dasar perairan berupa lumpur yang merupakan daerah dengan kondisi oksigen minimal. Kandungan oksigen dapat meningkat apabila sirkulasi pasang surutnya lancar dan teratur serta selisih antara pasang tertinggi dan surut terendah besar. Kisaran oksigen terlarut pada pengamatan menunjukkan nilai yang baik. Rata-rata oksigen terlarut yang diperoleh selama penelitian pada stasiun 1,2, dan 3 yaitu berkisar 6,4 mg/l; 6,5 mg/l dan 6,4 mg/l. Hasil pengukuran ini sesuai baku mutu. Konsentrasi oksigen terlarut yang baik bagi kehidupan dan pertumbuhan udang antara 4 – 8 mg/l (Poernomo 1989 in Malau 2002).
Suhu merupakan parameter fisika perairan yang mempunyai peranan penting dalam pengaturan aktivitas-aktivitas hewan air termasuk udang mantis misalnya pemijahan, kecepatan renang, dan kecepatan metabolisme. Perubahan suhu dapat menjadi petunjuk bagi organisme untuk mengawali dan mengakihiri berbagai aktivitas organisme tersebut misalnya reproduksi (Nybakken 1988). Peningkatan
suhu dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air yang akan selanjutnya akan meningkatkan konsumsi oksigen. Suhu rata-rata pada stasiun 1, 2, dan 3 yaitu 30,1ºC; 31,4ºC dan 31,3 ºC. Suhu tertinggi selama pengamatan terdapat pada stasiun 2 hal ini karena kan pengamatan pada stasiun 2 dilakukan sekitar pukul 12.00 WIB. Kisaran suhu ini menunjukkan nilai yang baik untuk pertumbuhan udang mantis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tricahyo (1995) in Wardiatno (2009) yaitu suhu yang sesuai untuk pertumbuhan udang secara umum dilihat dari pertumbuhan dan ketahanan hidup udang yaitu 26⁰C - 32⁰C.
Derajat keasaman (pH) menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan (Effendi 2000). Nybakken (1988) menyatakan bahwa pH di lingkungan perairan laut relatif lebih stabil dan berada pada kisaran yang sempit, biasanya berada pada kisaran 7,7-8,4. Selain itu, Effendi (2000) menyatakan bahwa sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5. pH rata-rata yang terukur pada stasiun 1, 2, dan 3 yaitu 7,7; 7,9 dan 7,7.
Salinitas merupakan parameter yang berperan penting dalam kehidupan udang. Salinitas dapat berubah-ubah tergantung ruang dan waktu. Perubahan salinitas secara alamiah di daerah pasang surut disebabkan oleh dua hal, yaitu penguapan yang besar dan hujan yang lebat. Salinitas rata-rata yang terukur pada stasiun 1, 2, dan 3 yaitu 24 psu, 22 psu dan 22 psu. Daerah penelitian udang mantis ini terdapat pada daerah pasang surut yang nilai salinitasnya tidak sebesar salinitas pada daerah laut lepas.