• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Kualitas Air Kre ung Meureubo .1. Parameter Fisika Air

4.3.2. Parameter Kimia Air 1. pH

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7

0 20 40 60 80 100

stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3

K ec er ah an ( cm ) KECERAHAN titik 1 titik 2

0 2 4 6 8

stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3

pH Air

titik 1

titik 2

adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003)

Terlihat pada Gambar 5 adanya perbedaan nilai pH perairan pada stasiun pertama dengan stasiun pengamatan yang lain. Pada stasiun pertama kondisi nilai pH perairannya sebesar 7.5 dan 7,6 . Pada stasiun pengamatan yang ke dua 4,7 dan 4,8. Sedangkan stasiun ke tiga 5,0 dan 4,8, dapat dilihat pada Gambar 7.

Baku Mutu

Gambar 7. Hasil pengukuran pH tiap pengamatan

Berdasarkan hasil pengukuran nilai pH perairan selama tiga kali pengamatan di Perairan Hilir Krueng Meureubo menunjukkan nilai pH perairan kisaran nilai 4,7 - 7,6. Nilai terendah terletak pada stasiun 2 titik 1 sedangkan yang tertinggi pada stasiun 1 titik 2. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Hilir Krueng Meureubo cenderung bersifat asam. Hal ini disebabkan karena di Kebupaten Aceh Barat masih banyak terdapat daerah rawa yang memiliki derajat keasaman yang cukup tinggi. Semakin ke muara sungai semakin banyak daerah rawa, sehingga air yang masuk dari anak sungai ke sungai induk masih memiliki nilai derajat keasamaan yang cukup tinggi. Secara umum berdasarkan pengukuran pada setiap pengamatan dan berdasarkan perhitungan nilai derajat keasamannya

7,4 7,45 7,5 7,55 7,6 7,65 7,7 7,75

stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3

D O m et er ( M g/ l) DO titik 1 titik 2

maka perairan Hilir Krueng Meureubo tergolong pada kategori layak, baik bagi organisme perairan di dalamnya maupun untuk kegiatan sektor perikanan lainnya.

Berdasarkan kisaran nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa, kondisi perairan Hilir Krueng Meureubo berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 (Pemerintah Republik Indonesia, 2001) adalah sebesar 6-9. Kandungan pH di Kreung Meureubo daerah hilir memenuhi baku mutu.

4.3.2.2. DO (Dissolved Oxygen)

Nilai oksigen terlarut pada penelitian di Daerah Aliran Sungai (DAS) Hilir Meureubo sebagai berikut; Stasiun pertama titik pertama 7,7 mg/l dan titik kedua 7,6 mg/l, stasiun kedua titik pertama 7,5 mg/l dan titik kedua 7,5 mg/l, sedangkan stasiun ketiga titik pertama 7,6 mg/l dan kedua 7,6 mg/l, dapat dilihat pada Gambar 8.

Baku Mutu I

Gambar 8. Hasil pengukuran DO tiap pengamatan

Hasil pengukuran DO selama pengamatan menunjukkan kisaran nilai 7,7-7,5 ppm. N ilai konsentrasi DO tertinggi terjadi pada stasiun 1 titik 1 sedangkan nilai DO terendah di temukan pada stasiun 2. Rendahnya nilai konsentrasi DO pada stasiun 2 disebabkan oksigen dimanfaatkan untuk mengurai limbah yang

0 2 4 6 8 10

stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3

C O D ( m g/ l COD titik 1 titik 2

masuk ke perairan. Menurut Salmin (2005), perairan dapat dikatagorikan sebagai perairan yang baik dan tingkat pencemarannya rendah jika kadar oksigen terlarutnya > 5 ppm.

Selain tingginya beban limbah yang masuk perairan, proses pengadukan sedimen oleh arus menyebabkan perairan menjadi keruh diduga turut mempengaruhi sinar matahari tidak dapat menembus kolom perairan, sehingga proses fotosintesis tidak dapat berlangsung dengan baik.

Baku mutu kadar DO untuk kualitas air kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 (Pemerintah Republik Indonesia, 2001) adalah sebesar 6 ppm keatas. Kandungan DO di Kreung Meureubo daerah hilir memenuhi baku mutu.

4.3.2.3. COD (Chemical Oxygen Demand )

Nilai oksigen terlarut dalam penelitian di Daerah Aliran Sungai (DAS) Hilir Meureubo sebagai berikut; Stasiun pertama titik pertama 5.6 mg/l dan titik kedua 7.2 mg/l, stasiun kedua titik pertama 4.8 mg/l dan titik kedua 6.4 mg/l, sedangkan stasiun ketiga titik pertama 6.4 mg/l dan kedua 8 mg/l, dapat dilihat pada Gambar 9.

Baku Mutu

Hasil pengukuran COD selama pengamatan menunjukkan kisaran nilai 4,8-8 mg/l. N ilai konsentrasi COD tertinggi terjadi pada stasiun 3 titik 2 dengan nilai 8 mg/l sedangkan nilai COD terendah di temukan pada stasiun 2 titik 1 dengan nilai 4,8 mg/l. Warlina (2004) nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l. Hal ini berarti berdasarkan hasil pengukuran, bahwa perairan Hilir Krueng Meureubo kategori baik karena nilai COD nya di bawah 20 mg/l, perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak di inginkan bagi kepentingan pertanian maupun perikanan (Effendi, 2003).

Baku mutu kadar COD untuk kualitas air kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 (Pemerintah Republik Indonesia, 2001) adalah sebesar 10 mg/l kebawah. Kandungan COD di Kreung Meureubo daerah hilir memenuhi baku mutu.

4.3.2.4. BOD (Chemical Oxygen Demand)

Hasil pengukuran kandungan BO D pada DAS Hilir Keung Meureubo adalah sebagai berikut: Stasiun pertama titik pertama 5,3659 mg/l dan titik kedua 2,7642 mg/l stasiun kedua titik pertama 2,1138 mg/l dan titik kedua 4,7154 mg/l sedangkan stasiun tiga titik pertama 3,4146 mg/l dan titik kedua 6,0163 mg/l, dapat dilihat pada Gambar 10.

0 2 4 6 8

stasiun 1 stasiun 1 stasiun 3

B O D ( m g/ l) BOD titik 1 titik 2

Baku Mutu III

Baku Mutu I

Gambar 10. Hasil pengukuran BOD tiap pengamatan

Hasil pengukuran BOD selama pengamatan menunjukkan kisaran nilai 2,1138 - 6,0163 mg/l. N ilai konsentrasi BO D tertinggi terjadi pada stasiun 3 titik 2 dengan nilai 6,0163 mg/l sedangkan nilai BOD terendah di temukan pada stasiun 2 titik 1 dengan nilai 2,1138 mg/l. Menurut Salmin (2005), berdasarkan kadar oksigen biokimia (BOD) maka tingkat pencemaran Hilir Kreung Meureubo tergolong rendah dan termasuk kategori perairan yang baik (kadar BO D 1-10 mg/l). Bedasarkan baku mutu kadar BOD untuk kualitas air kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 (Pemerintah Republik Indonesia, 2001) adalah sebesar 2 mg/l dan 6 mg/l. Kandungan BOD di Hilir Kreung Meureubo tidak memenuhi baku mutu air kelas I, maka daerah tersebut tercemar.

4.3.2.5. NH3 (Amonia)

Amoniak berupa gas yang berbau tidak enak sehingga kadarnya harus rendah,

pada air minum kadarnya harus nol sedangkan air surgai kadarnya 0.5 mg/l. Hasil penelitian didaerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Hilir Kreung Meureubo bahwa NH3 tidak Nampak (0), karena pada saat pengambilan sampel diambi pada atas permukaan perairan tersebut tidak berbau sebab pada saat itu perairan agak deras sehingga NH3 tidak ada.

0 0,000005 0,00001 0,000015 0,00002 0,000025 0,00003

stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3

H g (m g/ l) Hg titik 1 titik 2 4.3.2.6. Hg (merkuri)

Hasil pengukuran kandungan Hg pada DAS Hilir Keung Meureubo adalah sebagai berikut: Stasiun pertama titik pertama 0,000022 mg/l dan titik kedua 0,000024 mg/l stasiun kedua titik pertama 0,000017 mg/l dan titik kedua 0,000025 mg/l sedangkan stasiun tiga titik pertama 0,000022 mg/l dan titik kedua 0,000026 mg/l. dapat dilihat pada gambar 11.

Baku Mutu

Gambar 11. Hasil pengukuran Hg tiap pengamatan

Hasil pengukuran Hg selama pengamatan menunjukkan kisaran nilai 0,000026 - 0,000017 mg/l. N ilai konsentrasi Hg tertinggi terjadi pada stasiun 3 titik 2 dengan nilai 0,000026 mg/l sedangkan nilai Hg terendah di temukan pada stasiun 2 titik 1 dengan nilai 0,000017 mg/l. Peraturan Pemerintah No. 82, 2001, keadaan perairan seperti ini dengan kandungan merkuri (Hg) tidak melebihi dari 0,001 mg/l - 0,005 mg/l. Suatu perairan dikategorikan tidak tercemar jika kadar Hg 2+ terlarut sekitar 0,020,1 mg/l untuk air tawar dan kurang dari 0,010,03 mg/l untuk air laut (Sanusi, 2006). sehingga perairan tersebut dianggap belum tecemar.

4.4 Persebaran Parameter Fisika dan Kimia berdasarkan Kriteria Baku

Dokumen terkait