• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

2.4 Identifikasi Parasit dan Analisis Data

3.1.3 Parameter Kualitas Air

Ikan gurame tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah, sehingga tidak akan produktif jika suhu tempat hidupnya lebih rendah dari kisaran suhu normal, gurame akan tumbuh optimal pada suhu lebih dari 24 ºC (Khairuman dan Amri, 2008).

Tabel 3. Data parameter kualitas air pada media budidaya ikan gurame di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Waktu Tempat Parameter

Suhu ( ºC ) pH Hari ke-1 (siang) Kolam I 29,5 6 Kolam II 29,5 6 Kolam III 30 5,5 Hari ke-2 (pagi) Kolam I 29,5 6 Kolam II 30 6 Kolam III 30 6,5 Hari ke-3 (sore) Kolam I 31,5 6 Kolam II 32 6 Kolam III 31,5 5,5

6 3.2 Pembahasan

3.2.1 Prevalensi dan Intensitas Parasit

Terdapat tingkat keseimbangan antara jumlah parasit, inang yang diserang dan lingkungan tempat ikan dan parasit tersebut hidup. Selama keseimbangan itu tetap terjaga, maka ikan tidak akan mengalami sakit atau terserang penyakit, baik yang disebabkan parasit atau non parasit. Namun apabila salah satunya tidak seimbang, sebagai contoh parasit yang menyerang melebihi batas toleransi yang dapat diatasi ikan, maka ikan akan terserang penyakit parasitik.

Ikan gurame yang dibudidaya di kolam terpal seharusnya bersih dari penyakit parasitik karena siklus hidupnya sudah diputus sewaktu tahap pengeringan kolam. Akan tetapi, dari hasil pengamatan, masih ditemukan bermacam-macam parasit. Hal ini diduga parasit yang teridentifikasi berasal dari ikan yang dipelihara, karena ikan didatangkan dari tempat lain. Kemudian parasit dapat juga berasal dari sumber air yang digunakan untuk budidaya, yaitu dari air sungai terdekat.

Jika inang memberikan respons terhadap parasit, parasit akan berkumpul di dalam jaringan atau inang tertentu. Tetapi bila tidak ada respons dari inang, maka serangan parasit akan terjadi secara acak pada jaringan atau spesies ikan yang ada (Olsen, 1947 dalam Jayakusuma, 2009).

Menurut Kabata (1985), jenis parsit Trichodina sp. dan Chilodonella sp. sangat banyak ditemukan pada ikan-ikan di daerah Asia Tenggara, salah satunya adalah ikan gurame. Kedua parasit ini memiliki kesamaan dalam karakteristik wilayah serangnya terhadap tubuh inang, yaitu sama-sama memiliki daerah serangan yang luas. Jika tidak segera diatasi, luka yang disebabkan kedua parasit ini akan menjalar ke seluruh tubuh, karena kedua parasit ini memiliki pergerakan yang cepat dan biasanya menyerang dalam jumlah yang banyak. Trichodina merupakan jenis parasit yang memiliki nilai toleransi atau kisaran suhu yang sangat tinggi, jadi walaupun suhu kolam tinggi Trichodina masih tetap bisa bertahan hidup. Hal ini juga yang menyebabkan kondisi dan beberapa kasus pada ikan yang terdapat banyak jenis parasit ini pada tubuhnya, namun ikan tersebut tidak sakit. Salah satu pencegahan terbaik untuk Trichodina sp adalah dengan meningkatkan kondisi lingkungan menjadi lebih baik. Woo (2006) juga

7 menyatakan bahwa dua jenis parasit ini merupakan parasit yang paling sering dan paling banyak kontak dengan ikan, terutama ikan yang dibudidayakan. Serangan dua parasit ini dalam jumlah besar bisa berakibat fatal bagi ikan inangnya, dan kasus ini sangat jarang terjadi pada ikan budidaya yang terjaga kondisi lingkungannya dengan baik, dengan kata lain, jika kita bisa mengontrol lingkungan atau tempat budidaya.

Parasit berikutnya adalah Ichthyophthirius multifiliis. Data pada Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai prevalensi dan intensitasnya paling rendah. Berdasarkan Hadiroseyani (2010), jenis parasit ini dapat dikendalikan dengan mempertahankan suhu kolam 29-30º C. Hal ini sesuai dengan parameter kualitas air yang menunjukkan suhu air di kolam terpal berada di atas 29º C (Tabel 3). Pernyataan senada juga dikemukakan oleh Wagiran dan Harianto (2010),. Penyakit yang disebabkan parasit ini, yaitu bintik putih (white spot) sebenarnya tidak terlalu sering menyerang ikan gurame yang dibudidayakan di kolam terpal, karena pada budidaya kolam terpal digunakan sekam sebagai alas kolam sehingga suhu kolam relatif stabil. Penyakit bintik putih ini muncul akibat suhu kolam yang terlalu rendah, yaitu kurang dari 22 ºC. Ichthyophthirius multifiliis yang ditemukan pada ikan contoh berada pada fase tomont (dewasa) (Gambar 1).

Gambar 1. Siklus hidup Ichthyophthirius sp.

8 Sebagai perbandingan mengenai pengaruh media atau tempat pemeliharaan ikan gurame terhadap serangan penyakit parasitik, Tabel 4 dan 5 merupakan nilai prevalensi parasit yang menyerang ikan gurame pada masa pendederan benih yang dilakukan oleh Rokhmani (2009) di dua Desa dan Kabupaten dengan ukuran ikan yang sama, yaitu ukuran silet (3-4 cm).

Tabel 4. Nilai prevalensi ektoparasit pada gurame pendederan pertama

Lokasi Jenis Parasit Prevalensi (%) Jenis Kolam Desa Luwung, Kec.

Rakit, Kab. Banjarnegara Trichodina sp. 92,5 Kolam Tanah Ichthyophtirius sp. 92,5

Desa Beji, Kec. Kedungbanteng, Kab. Banyumas Trichodina sp. 100 Ichthyophtirius sp. 100 Epistylis sp. 100 Chilodonella sp. 100 Henneguya sp. 100 Dactylogyrus sp. 100 Gyrodactylus sp. 100 (Rokhmani, 2009) Tabel 5. Nilai prevalensi parasit pada ikan gurame contoh ukuran “silet”(3-4cm) yang dipelihara pada kolam terpal di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Lokasi Jenis Parasit Prevalensi (%) Jenis Kolam

Kec. Pengasih, Kab. Kulon Progo

Trichodina sp. 86,7 Kolam Terpal Chilodonella sp. - Dactylogyrus sp. 53,3 Gyrodactylus sp. 13,3 Ichthyophtirius sp. 3,3

Nilai prevalensi parasit 100% artinya pada setiap ikan contoh yang diperiksa, maka parasit tersebut ditemukan. Pada ikan gurame kolam tanah yang diperiksa di Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, semua ikan yang diperiksa terdapat parasit jenis Trichodina sp., Ichthyophtirius sp.,

9 Epistylis sp., Chilodonella sp., Henneguya sp., Dactylogyrus sp., dan Gyrodactylus sp..

Berdasarkan Tabel 4 dan 5, terlihat bahwa nilai prevalensi parasit yang menyerang benih ikan gurame pada kolam tanah masih lebih tinggi dibandingkan ikan gurame yang dipelihara di kolam terpal. Hal tersebut dikarenakan pada kolam terpal memiliki beberapa keunggulan di antaranya : kolam mudah dibersihkan dan dikeringkan sehingga mata rantai penyakit bisa diputus; lebih mudah dalam mengelola kualitas air karena air pada bagian bawah kolam bisa disifon (dibersihkan); memiliki suhu yang stabil dan optimal untuk ikan karena menggunakan sekam di bagian bawah kolam; dan pada media kolam terpal, kontak dengan lingkungan luar sangat minim, sehingga parasit-parasit yang biasanya dibawa oleh ikan-ikan atau organisme air lainnya sangat kecil kemungkinannya untuk masuk ke dalam kolam terpal.

3.2.2 Identifikasi Parasit

Dokumen terkait