• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Tiap Parameter

MUTU* METODE UJI APRIL AGUSTU

4. Parameter Logam Terlarut

Logam-logam yang terlarut dalam air laut berasal dari industri pengolahan logam atau industri yang dalam prosesnya menggunakan logam sebagai katalisator, dan juga berasal dari limbah benda-benda yang mengandung logam. Saat ini logam dan beberapa jenis logam berat ditengarai terdeteksi dalam perairan dalam jumlah yang telah melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia telah banyak

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-89 yang menggunakan jenis logam berat yang harus mendapatkan pengawasan yang lebih ketat, baik dalam penggunaan maupun pembuangan limbahnya. Logam berat memiliki densitas lebih dari 5 gram/cm3 dan bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi dalam perairan. Logam berat yang berada dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam tubuh manusia, logam berat dapat terakumulasi dan menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini akan diuraikan masing-masing logam berat di dalam perairan laut.

a. Logam Arsen (As)

Di dalam air laut bahari batas maksimum arsen yang diperkenankan sebesar 0,025 mg/L, sedangkan untuk air tanah lebih kecil lagi yaitu sebesar 0,01 mg/L.

Data pemantauan arsen dalam air laut di Kulonprogo masih berada di bawah ambang batas yang diperkenankan yaitu berkisar antara 0 – 0,001 mg/L. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.48. Kandungan Arsen dalam Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu April Agustus Pantai Glagah mg/L 0 0,001 0,025 Pantai Trisik mg/L 0 - 0,025

Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa kualitas air laut di Kulonprogo dalam kondisi baik, tidak tercemar logam Arsen yang bersifat toksik. Air limbah industry yang dibuang melalui sungai kemungkinan hanya mengandung sangat sedikit Arsen, sehingga melalui aliran sungai telah mengalami swapentahiran.

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-90 b. Logam Krom (Cr)

Kromium yang diukur dalam pemantauan air laut ini adalah krom dalam bentuk heksavalen. Kandungan krom pada pemantauan air laut dalam dua periode berkisar antara ≤0,0001 - 0,0097 mg/L. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa air laut telah tercemar logam berat Kromium karena telah melampaui ambang batas yang diperkenankan untuk laut wisata bahari, yaitu 0,002 mg/L. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.49. Kandungan Krom dalam Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu April Agustus Pantai Glagah mg/L 0,0097* ≤ 0,0001 0,002 Pantai Trisik mg/L 0,0097* - 0,002

Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu

c. Logam Tembaga (Cu)

Hasil pengukuran tembaga dalam air laut di Kulonprogo pada dua periode berkisar antara ≤ 0,0042 – 0,0083 mg/L yang semua titiknya masih berada dalam ambang batas normal (0,05 mg/L). Berarti kualitas air laut di Kulonprogo masih baik ditinjau dari kandungan tembaganya. Limbah yang industri yang dibuang telah ke sungai telah mengalami penetralan selama perjalanannya ke laut. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-91 Tabel 2.50. Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air Laut di Kulonprogo

Tahun 2014 Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu April Agustus Pantai Glagah mg/L 0,0042 0,0083 0,05 Pantai Trisik mg/L 0,0046 - 0,05

Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014

d. Logam Timbal (Pb)

Kandungan Timbal air laut pada dua periode di Kulonprogo berkisar antara 0,0287 – 0,0484 mg/L. Baku mutu yang diperkenankan untuk laut Bahari adalah 0,005 mg/L, sehingga kandungan Timbal di perairan laut di Kulonprogo telah melampaui batas pada semua titik. Kadar Timbal air laut pada periode April yang mewakili musim penghujan lebih rendah daripada periode Agustus yang mewakili musim kemarau. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut : Tabel 2.51. Kandungan Timbal (Pb) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu April Agustus Pantai Glagah mg/L 0,0445* 0,0287* 0,005 Pantai Trisik mg/L 0,0484* - 0,005

Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-92 Gambar 2.63. Grafik Kadar Pb Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014

Pencemaran timbal ke laut bisa berasal dari buangan di wilayah pesisir dari daratan dan dari atmosfer. Sumber timbal di pesisir Kulonprogo kemungkinan berasal dari limbah industri yang mempergunakan pewarna atau cat mengandung Pb, atau perusahaan percetakan dan pengolahan/penyepuhan logam. Limbah yang dibuang tersebut belum diolah dengan sempurna sehingga masih mengandung logam berat yang berbahaya.

e. Logam Kadmium (Cd)

Hasil pengukuran logam Kadmium pada air laut di Kulonprogo dalam dua periode menunjukkan hasil berkisar antara 0,016 – 0,0264 mg/L, dimana semuanya telah melampaui baku mutu untuk wisata bahari, yaitu 0,002 mg/L. Keadaan musim tahunan berpengaruh juga terhadap kandungan kadmium air laut, ketika musim penghujan terjadi pengenceran dan pada waktu musim kemarau lebih pekat karena penguapan yang tinggi. Pada tahun 2014, terjadi musim penghujan yang lebih panjang daripada musim kemarau, sehingga pada bulan April yang telah memasuki

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-93 musim kemarau masih turun hujan walaupun sedikit. Jarak pengambilan sampel yang pendek juga turut berpengaruh terhadap hasil.Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut :

Tabel 2.52. Kandungan Kadmium (Cd) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu April Agustus Pantai Glagah mg/L 0,016* 0,0117* 0,002 Pantai Trisik mg/L 0,0264* - 0,002

Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu

Gambar 2.64. Grafik Kadar Kadmium Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Tingginya cadmium pada air laut di Kulonprogo kemungkinan disebabkan oleh limbah dari beberapa industri tersebut diatas, yang dibuang melalui sungai atau langsung ke laut. Dapat pula berasal dari sampah baterei bekas, pembuangan cat ke badan air dan sampah lain yang mengandung Cd.

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-94 f. Logam Nikel (Ni)

Hasil pengukuran Nikel air laut pada dua periode menunjukkan kandungan nikel yang melampaui ambang batas (0,075mg/L), yaitu berkisar antara 0,0408 – 0,1273 mg/L. Konsentrasi nikel pada periode April lebih rendah daripada bulan Agustus. Hal ini menunjukkan bahwa kadar nikel air laut terpengaruh oleh musim. Pada musim kemarau tidak ada hujan sehingga tidak terjadi pengenceran air laut, akibatnya air laut bertambah pekat. Kadar nikel yang melampaui ambang batas pada air laut di Kulonprogo kemungkinan bersumber dari limbah industri, pembakaran sampah dan bahan bakar minyak. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar grafik berikut :

Tabel 2.53. Kandungan Nikel (Ni) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu April Agustus Pantai Glagah mg/L 0,0408 0,1273* 0,075 Pantai Trisik mg/L 0,0493 - 0,075

Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-95 g. Logam Seng (Zn)

Hasil pengukuran Seng air laut pada dua periode menunjukkan kandungan seng yang masih berada di bawah ambang batas (0,095 mg/L), yaitu antara 0,0097 – 0,0292 mg/L. Kandungan seng pada periode Agustus relatif lebih tinggi daripada periode April. Kemungkinan hal ini disebabkan pada musim kemarau banyak terjadi penguapan air laut, sehingga kadar air laut menjadi lebih pekat. Fluktuasi kadar seng dapat dilihat dalam gambar berikut :

Tabel 2.54. Kandungan Seng (Zn) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu April Agustus Pantai Glagah mg/L 0,0097 0,0292 0,095 Pantai Trisik mg/L 0,0145 - 0,095

Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014

h. Logam Air Raksa (Hg)

Kandungan air raksa dalam air laut di Kulonprogo dalam dua periode pemantauan adalah antara ≤ 0,00003 – 0,3 mg/L, dimana sebagian besar telah melampaui baku mutu (0,002 mg/L). Data lebih lengkap dalam tabel berikut :

Tabel 2.55. Kandungan Air Raksa (Hg) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu April Agustus Pantai Glagah mg/L 0,24* ≤ 0,00003 0,002 Pantai Trisik mg/L 0,3* - 0,002

Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-96 Kadar air raksa melampaui baku mutu terukur pada periode pemantauan April. Rata-rata kadar Hg pada pemantauan bulan April lebih tinggi daripada bulan Agustus. Seperti diketahui bahwa deposit air raksa tertinggi adalah di dalam tanah, sehingga kadar air raksa tinggi pada musim penghujan berasal dari sungai yang membawa material darat hingga berakhir di laut. Hal ini menunjukkan bahwa laju sedimentasi di sungai tinggi atau kurangnya tutupan vegetasi di daerah aliran sungai. Fluktuasi konsentrasi Hg air laut di Kulonprogo dapat dilihat dalam grafik berikut :

Gambar 2.66. Grafik Konsentrasi Hg Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Laut merupakan badan air terakhir yang menampung pelepasan Hg, baik yang berasal dari proses pelepasan batu-batuan, maupun aktivitas industri dan pertanian.

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-97 Terumbu Karang, Padang Lamun dan Mangrove

Gambar 2.67. Tanaman Mangrove di Sempadan Sungai Jangkaran Temon

Pada perairan laut di wilayah Kabupaten Kulonprogo tidak terdapat terumbu karang dan padang lamun. Sedangkan untuk mangrove terdapat di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon sebagai berikut :

Tabel 2.56. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove

No. Lokasi Luas Persentase Kerapatan

1. Pasir Mendit, Jangkaran 6 60 10000

2. Pasir Kadilangu,

Jangkaran 1,5 50 10000

3. Nglawang, Jangkaran 0,57 40 10000

Jumlah 8,4

Catatan : Total terdapat 8.4 (data dari penelitian Yayasan Kanopi – ekspose hasil kegiatan 2014, dasar Citra Landsat 2013). Data persentase dan kerapatan mengacu pada data 2013. Penambahan 1 ha cenderung di Pasir Mendit seiring dengan penanaman yang meningkat di Pasir Mendit.

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-98 Jika dibandingkan dengan Kriteria Baku Kerusakan Mangrove sesuai Kep.Men LH No. 201 Tahun 2004, kondisi tutupan mangrove di Kabupaten Kulon Progo dalam kriteria baik – sedang.

Gambar 2.68. Peta Penggunaan Lahan Desa`Jangkaran Temon

Selain itu Pemerintah Kabupaten Kulonprogo juga membentuk Forum DAS Serang untuk memudahkan koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai serta membentuk Kelompok Kerja Pengelolaan Mangrove dan Sempadan Pantai. Pembentukan forum dan kelompok kerja tersebut ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Kulonprogo. Dengan demikian pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut dapat ditingkatkan.

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-99 F. Iklim

Suhu Udara

Data suhu udara diambil dari 2 stasiun, yaitu Stasiun Pengamatan Cuaca Wates (50 m dpal) yang berada pada koordinat 7°51’ 23” LS dan 110° 9’ 26” BT, mempresentasikan kondisi suhu di DAS Serang, dan Stasiun Pengamatan Cuaca Tegal (180 m dpal) yang terletak pada koordinat 7° 40’ 40” LS dan 110° 14’ 30” BT, Kecamatan Kalibawang, untuk mempresentasikan kondisi suhu di DAS Progo. Data yang diambil berasal dari pengumpulan data yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (Balai PSDA), Dinas PUP- ESDM DIY.

Tabel 2.57.

Data Suhu Bulanan di Kulonprogo Tahun 2014 Nama

Stasiun

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Wates 28,23 27,59 27,95 27,63 26,89 27,52 27,6 27,56 27,35 27,47 27,45 27,35

Tegal 24,75 24,77 24,85 25,15 25,54 25,28 24,81 24,14 25,04 25,35 25,17 25,28

Variasi suhu pada stasiun yang sama dengan waktu yang berbeda nampak tidak terlalu berbeda jauh, baik itu pada data suhu maksimum, suhu minumum ataupun rerata. Akan terdapat perbedaan yang cukup menyolok jika dilihat dari masing-masing stasiun. Suhu di Stasiun Wates, cenderung lebih tinggi, daripada suhu pada Stasiun Tegal. Hal ini sekaligus mengindikasikan adanya variasi suhu jika dibandingkan dengan tinggi permukaan tanah. Stasiun Wates berada pada lokasi yang lebih rendah daripada Stasiun Tegal.

Curah Hujan

Di Kabupaten Kulonprogo curah hujan rata-rata per tahunnya mencapai 1.998,66 mm, dengan rata-rata hari hujan (hh) sebanyak 105 hari hujan per tahun. Pola hujan ini tidak terdistribusi secara merata sepanjang tahun. Curah hujan tinggi terjadi pada awal-awal tahun, yaitu pada Bulan Januari sampai April. Di pertengahan tahun, mulai pada Bulan Juni

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-100 sampai Oktober terjadi penurunan curah hujan dan juga jumlah hari hujan dalam sebulan, bahkan pada Bulan September tidak terjadi hujan sama sekali. Akan tetapi pola ini berubah menjelang akhir tahun, yaitu bulan November dan Desember, curah hujan kembali meningkat sampai pergantian tahun, bahkan curah hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di Bulan Desember, yaitu sebesar 4752,3 mm. Data rata-rata curah hujan setiap bulan pada tahun 2013 dan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut :

Tabel 2.58. Curah Hujan Rata-rata di Kulonprogo Tahun 2014

Tahun

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des 2013 490 245 222 142 183 138 67 1 1 30 52 0

2014 276 230 160 179 50 52 103 5 0 13 286 438

Gambar 2.69. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2013-2014

Pola curah hujan di Kabupaten Kulonprogo berdasarkan peta isohyet didapat bahwa nilai curah hujan wilayah akan meningkat seiring meningkatnya ketinggian lokasi (hujan orografis). Peta Pola Curah Hujan (isohyet) di selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 45 berikut :

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-101 Gambar 2.70.

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-102 G. Bencana Alam

Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 masih didominasi oleh jenis bencana yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, antara lain tanah longsor, kekeringan, dan banjir. Karakter kejadian bencana alamnya tidak terkonsentrasi di satu tempat, melainkan menyebar di daerah-daerah rawan. Data kejadian bencana tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dan 2012-2014 pada grafik berikut :

Tabel. 2.59. Kejadian Bencana di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

No. Kecamatan Kejadian Bencana Banjir Tanah Longsor Kekeringan Kebakaran Hutan 1. Temon 0 3 0 0 2. Wates 0 2 0 0 3. Panjatan 0 0 2 0 4. Galur 2 4 0 0 5. Lendah 0 17 0 0 6. Sentolo 0 0 3 0 7. Pengasih 1 7 2 0 8. Kokap 0 39 13 0 9. Girimulyo 1 29 21 0 10. Nanggulan 0 3 0 0 11. Samigaluh 0 29 46 0 12. Kalibawang 0 9 15 0 Jumlah 4 142 102 (25 desa) 0

Sumber data : BPBD Kabupaten Kulonprogo (dalam LKPJ Bupati Kulonprogo, 2014)

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-103 Banjir

Menurut hasil kajian Pusat Vulkanologi Badan Geologi Kementerian ESDM RI daerah selatan (Temon, Panjatan, Galur) berdasarkan peta ancaman banjir merupakan daerah zona merah yang berarti memiliki tingkat ancaman banjir tinggi.

Dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0-2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir.

Bencana banjir di Kabupaten Kulonprogo secara umum dirasakan oleh sebagian masyarakat pada wilayah pesisir dan wilayah yang berada di dekat bantaran sungai, yaitu di Kecamatan Pengasih, Panjatan, Wates, Galur, dan Temon. Banjir terjadi disamping karena faktor alam yaitu antara lain kondisi geografis yang merupakan dataran rendah, juga disebabkan kemampuan tanah untuk menyerap air sangat kurang. Banjir juga bertambah parah karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan sungai. Selain itu tumbuhnya enceng gondok yang menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal sehingga aliran air terhambat dan menjadi meluap dan menggenang. Kurangnya daya serap tanah terhadap air, karena tanah telah tertutup oleh aspal jalan raya dan bangunan–bangunan.

Untuk tahun 2014 terdapat 4 kejadian banjir di Kecamatan Temon, Wates dan Lendah. Menurun dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi 16 kejadian banjir, banjir genangan dan banjir arus. Wilayah ancaman banjir di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada gambar berikut :

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-104 Gambar 2.72.

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-105 Kekeringan dan Kebakaran Hutan

Potensi bencana yang sering terjadi juga diakibatkan oleh kekurangan sumber daya air (kekeringan). Bencana kekeringan terutama terjadi pada musim kemarau, di wilayah perbukitan Menoreh terutama diakibatkan air hujan yang seharusnya menjadi air tanah tidak dapat diserap, atau langsung mengalir menuju ke hilir sungai. Bencana yang memerlukan perhatian serius yaitu bencana kekeringan Tahun 2014 kejadian kekeringan terjadi tersebar di 7 kecamatan, mencapai 25 desa (dengan 102 kejadian), dan menyebabkan 6550 KK warga Kabupaten Kulonprogo kesulitan mengakses air bersih.Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan, karena pada tahun 2013 dan 2012 kekeringan tersebar pada 5 kecamatan, yang terdiri atas 17 desa dan 3.360 KK.

Sedangkan untuk bencana kebakaran hutan, di Kabupaten Kulon Progo tidak kebakaran hutan. Sejak tahun 2012 tidak pernah terjadi bencana kebakaran hutan. Ancaman bencana kekeringan dapat dilihat pada gambar berikut :

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-106 Gambar 2.73.

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-107 Tanah Longsor dan Gempa Bumi

Kulon Progo mempunyai wilayah dataran tinggi/ perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500-1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh sebagian Nanggulan dan sebagian Pengasih.

Menurut hasil kajian Pusat Vulkanologi Badan Geologi Kementerian ESDM RI daerah Pegunungan Menoreh (Samigaluh, Girimulyo, Kalibawang) merupakan daerah dengan kerentanan gerakan tanah tinggi. Hal ini terjadi akibat adanya kandungan tanah yang berupa pelapukan batuan gunung berapi; tufa, breksi andesit dan tuf lapili yang bersifat gembur.

Untuk tahun 2014 di wilayah Kabupaten Kulonprogo terjadi 142 kejadian bencana tanah longsor yang tersebar di 10 kecamatan. Dibandingkan dengan bencana tanah longsor yang terjadi pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang sangat besar, tetapi masih lebih rendah dibandingkan kejadian pada tahun 2012. Hal ini tentu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain curah hujan dan juga perilaku manusia dalam mengelola alam sekitarnya. Sedangkan untuk gempa bumi, tidak ada kejadian bencana tersebut di Kabupaten Kulonprogo. Resiko bencana tanah longsor dapat dilihat pada berikut :

Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014

Bab II-108 Gambar 2.74.

Dokumen terkait