• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pareto Diagram

Dalam dokumen 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 34-41)

2.3 Simbol dan Rumus Peta Kendali Atribut 2.10 Diagram Kualitas

2.10.1 Pareto Diagram

2.3 Simbol dan Rumus Peta Kendali Atribut 2.10 Diagram Kualitas

2.10.1 Pareto Diagram

Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto (1848-1923). Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang

mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut ukuran rangking tertinggi hingga terendah.

Analisa pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe-tipe yang tidak sesuai. Diagram Pareto adalah suatu grafikmbatang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditampilkan oleh grafik batang yang pertama dan yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi yang paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling pendek ditempatkan pada sisi paling kanan.

Diagram Pareto sangat tepat digunakan jika kita menginginkan hal-hal berikut ini :

1. Menentukan prioritas karena keterbatasan sumberdaya 2. Menggunakan kearifan tim secara kolektif

3. Menghasilkan konsesnsus atas keputusan akhir 4. Menempatkan keputusan pada data kuantitatif

Diagram Pareto adalah suatu metode untuk mengidentifikasi hal-hal atau kejadiankejadian penting, maka pada dasarnya diagram Pareto terdiri dari 2(dua) jenis yaitu :

1. Diagram Pareto mengenai fenomena. Diagram ini berkaitan dengan hasil-hasil termasuk yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui masalah apa yang paling utama.

2. Diagram pareto mengenai penyebab. Diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa saja peyebab masalah yang paling utama.

Langkah-langkah yang digunakan dalam proses penyusunan diagram pareto terdiri dari enam langkah, menurut Mitra (1993) dan Berterfield (1998) adalah :

1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data,

misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis

ketidaksesuaian, dan sebagainya.

2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi unit, dan sebagainya.

3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil.

5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentasi kumulatif yang digunakan

6. Menggambar diagram batang, menunjukkan kepentingan relatif masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.

Gambar 2.5 merupakan suatu contoh diagram pareto yang memperlihatkan sebab-sebab kesalahan dalam menangani pesanan pelanggan dalam suatu perusahaan.

Gambar 2.5 Contoh Diagram Pareto 2.10.2 Fishbone Diagram

Instrumen dasar dalam peningkatan kualitas yang lain adalah diagram Ishikawa. Dinamakan Ishikawa karena sesuai dengan nama penemunya yang berasal dari Negara Jepang yang bernama Kaaru Ishikawa pada tahun 1943. Diagram Ishikawa juga dikenal sebagai diagram sebab akibat atau Fishbone.Fungsi dasarnya adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.

Diagram fishbone terdiri dari 2(dua) macam, yaitu :

1. Standar Fishbone : mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mungkin dari suatu masalah yang tidak diinginkan dan bersifat spesifik.

2. Diagram fishbone terbalik : mengidentifikasi tindakan yang harus dilakukan untuk menghasilkan efek atau hasil yang diinginkan.

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Hr12 Hr6 Hr2 Hr8 Hr9 Hr3 Hr7 Hr5 Hr11 Hr1 Hr10 Hr4

Pareto

Cacat (f) %fk

Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab akibat atau fishbone adalah sebagai berikut :

1. Definisikan masalah yang ada, langkah ini dapat menggunakan hasil dari diagram pareto

2. Gambarkan kotak masalah (kepala ikan) dan panah utama serta garis-garis samping (tulang ikan)

3. Tuliskan pernyataan masalah tersebut kepada kepala ikan yang merupakan akibat

4. Spesifikasi kategori utama yang merupakan sumber-sumber penyebab timbulnya masalah dan tuliskan pada tulang ikan,

5. Identifikasi penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab utama dan tuliskan pada tulang ikan yang lebih kecil

6. Analisis sebab-sebab timbulnya permasalahan dan kemudian diambil tindakan korektifnya untuk perbaikan

Berikut ini manfaat fishbone diagram :

1. Merupakan alat yang luar biasa untuk mengumpulkan ide dan input-input kelompok, merupakan metode dasar dari brainstorming terstruktur.

2. Dengan mengelompokkan penyebab-penyebab yang mungkin, maka kelompok dapat memikirkan banyak kemungkinan ketimbang hanya memfokuskan pada area-area tipikal

3. Membantu dimulainya fase Analyze. Dengan menggunakan fishbone diagram, maka dapat digunakan untuk mengidentifikasi beberapa penyebab dengan kebih fokus untuk memulai analisis proses dan data. Fishbone diagram juga membawa kita kembali ke isu variasi. Kita oerhatikan bahwa sebuah proses memiliki dua tipe variasi.

Upstream dari pelanggan (pada input atau proses) yang disebut faktor-faktor variasi “X”. Tipe lainnya, down stream atau variasi output yang merupakan hasil perubahan dalam X yang disebut “Y”. Kita dapat menerapkan prinsip X dan Y tersebut ke dalam model fishbone diagram. Masalah asdalah Y dan akar masalah yang mungkin adalah X yang disimpan di tulang-tulang diagram tersebut (Pande, P.S., 2008:281). Selanjutnya akar-akar penyebab masalah yang ditemukan dimasukkan ke dalam fishbone diagram yang telah mengkategorikan sumber-sumber penyebab berdasarkan prinsip 7M, yaitu :

1. Manpower (tenaga kerja), yaitu berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan, kekurangan dalam keterampilan dasar yang berkaitan

dengan mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian, dan lain-lain.

2. Machines (mesin-mesin dan peralatan), yaitu berkaitan dengan tidak ada system perawatan preventif terhadap mesin-mesin produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain, tidak sesuai dengan spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi dan lain-lain.

3. Methods (metode kerja), yaitu berkaitan dengan tidak ada prosedur atau metode kerja yang benar, tidak jelas, tida diketahui, tidak terstandarisasi, tidak cocok dan lain-lain.

4. Materials (bahan baku dan bahan pendukung), yaitu berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan pendukung yang digunakan, ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan bahan pendukung tersebut dan lain-lain.

5. Media, yaitu berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperlihatkan aspek-aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan kerja, kekurangan lampu penerangan, ventilasi yang buruk, dan lain-lain.

6. Motivation (motivasi), yaitu berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan professional, yang dalam hal ini disebabkan system balas jasa dan penghargaan yang tidak adil kepada tenaga kerja.

7. Money ( Keuangan ), yaitu berkaitan dengan ketiadaan dukungan financial (keuangan) yang cukup guna memperlancar proses pembuatan produk yang berkualitas (Gaspersz, 2002:241)

Ketika melangkah lebih jauh ke dalam analisis akar masalah, kita akan menyelidiki semua penyebab potensial dari variasi untuk menargetkan apa yang disebut penyebab fital atau kritis, yang memiliki kontribusi paling besar terhadap masalah.

Dalam dokumen 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 34-41)

Dokumen terkait