• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB)

Dalam dokumen Tinjauan terhadap 3 partai politik islam (Halaman 33-43)

1. Sejarah

Pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto lengser keprabon akibat desakan arus reformasi yang kuat, mulai yang mengalir dari diskusi terbatas, unjuk rasa, unjuk keprihatinan, sampai istighosah, dan lain sebagainya. Peristiwa ini menandai lahirnya era baru di Indonesia, yang kemudian disebut Era Reformasi.

Sehari setelah peristiwa bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok Tanah Air. Usulan yang masuk ke PBNU sangat beragam, ada yang hanya mengusulkan agar PBNU membentuk parpol, ada yang mengusulkan nama parpol. Tercatat ada 39 nama parpol yang diusulkan. Nama terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa. Ada juga yang mengusulkan lambang parpol. Unsur-unsur yang terbanyak diusulkan untuk lambang parpol adalah gambar bumi, bintang sembilan, dan warna hijau. Ada yang mengusulkan bentuk hubungan dengan NU, ada yang mengusulkan visi dan misi parpol, AD/ART parpol, nama-nama untuk menjadi pengurus parpol, ada juga yang mengusulkan semuanya.

Di antara usulan yang paling lengkap berasal dari Lajnah Sebelas Rembang yang diketuai KH M Cholil Bisri dan PWNU Jawa Barat. Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin, PBNU

menanggapinya secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis. Namun demikian, sikap yang ditunjukkan PBNU belum memuaskan keinginan warga NU.

Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak sabar bahkan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi politik warga NU setempat. Di antara yang sudah mendeklarasikan sebuah parpol adalah Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat

(Perkanu) di Cirebon. Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998. Forum ini menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH Ma'ruf Amin (Rais

Suriyah/Kordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr KH Said Aqil Siroj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.

Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring semakin derasnya usulan warga NU yang menginginkan adanya partai politik, maka Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima. Selain itu juga dibentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz, M.A., Drs. H Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Drs. Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi politik warga NU.

Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya. Tanggal 26 - 28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Pertemuan ini menghasilkan lima rancangan, yaitu: Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik, Mabda' Siyasi, Hubungan Partai Politik dengan NU, AD/ART dan Naskah Deklarasi.

Sang inisiator pembentukan parpol bagi warga NU, KH

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur prihatin bahwa kelompok-kelompok NU ingin mendirikan partai politik NU. Lantaran ini terkesan mengaitkan agama

dan politik partai. Medio akhir Juni 1998, sikapnya mengendur dan bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunah wal jamaah. Keinginan Gus Dur diperkuat dukungan deklarator lainnya, yaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri serta KH A. Muchith Muzadi. Proses selanjutnya, penentuan nama partai disahkan melalui hasil musyawarah Tim Asistensi Lajnah, Tim Lajnah, Tim NU, Tim Asistensi NU, Perwakilan Wilayah, para tokoh pesantren, dan tokoh masyarakat.

Usai pembentukan partai, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta pada 29 Rabiul Awal 1419 H atau 23 Juli 1998. Bunyi dalam isi deklarasi tersebut adalah:

“Bahwa cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur, serta untuk mewujudkan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Bahwa wujud dari bangsa yang dicita-citakan itu adalah masyarakat beradab dan sejahtera yang mengejawantahkan nilai-nilai kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang bersumber dari hati nurani, bisa dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu memecahkan masalah sosial yang bertumpu pada kekuatan sendiri, bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi, tolong menolong dalam kebajikan, serta konsisten menjalankan garis/ketentuan yang telah disepakati bersama. Maka dengan memohon rahmat, taufiq, hidayah dan inayah Allah SWT serta didorong oleh semangat keagamaan, kebangsaan dan demokrasi, kami warga

Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan ini menyatakan berdirinya partai politik yang bersifat kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis yang diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)”.25

. Pada akhirnya, partai baru itu dideklarasikan pada 23 Juli 1998 di rumah Gus Dur di Ciganjur, Jakarta dengan nama Partai Kebangkitan 25 DPP PKB, “Sejarah Pendirian”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari http://www.dpp-pkb.or.id/sejarah-pendirian

Bangsa (PKB). Sebagai Ketua Umum PBNU, Gus Dur tidak masuk dalam struktur awal kepengurusan PKB. Posisi-posisi kunci diduduki oleh

sebagian besar anggota Tim Lima dan Tim Asistensi. Namun tindakan dan kebijakan Gus Dur selaku Ketua Umum PBNU jelas terlihat membackup penuh partai baru itu. Dalam berbagai kesempatan Gus Dur selalu

menyatakan PKB sebagai satu-satunya partai yang didirikan oleh PBNU. Ia juga menegaskan pada saatnya akan cuti dari jabatan Ketua Umum PBNU untuk melakukan kampanye bagi PKB.26

Meskipun dilahirkan oleh kalangan NU, PKB tidak didesain sebagai partai yang menempatkan agama sebagai ideologi atau lebih khusus lagi sebagai partai Islam. PKB, sebagaimana dituangkan dalam Mabda Syiasi adalah partai terbuka dalam pengertian lintas agama, suku, ras dan lintas golongan yang dimanifestasikan dalam bentuk visi, misi, program

perjuangan, keanggotaan dan kepemimpinan. Keterbukaan PKB tidak hanya disimbolkan dalam kehadiran kepengurusan atau keanggotaan yang

pluralistik namun yang lebih subtansial lagi adalah keterbukaan dalam sikap dan perilaku politik serta rumusan cita-cita partai tersebut.

2. Ideologi/Asas

Ideologi PKB terdiri dari asas, prinsip perjuangan, dan dasar politik (mabda’ siyasiy), yaitu:

1) Menjadikan Pancasila sebagai asas partai

2) Menjadikan partai sebagai sarana pengabdian kepada Allah SWT 3) Partai memiliki prinsip menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran,

menegakkan keadilan, menjaga persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan persaudaraan dan kebersamaan dalam wadah NKRI 4) Menjadikan nilai-nilai ahl al-sunnah wa al-jama’ah sebagai spirit

perjuangan partai, yaitu moderat (tawassuth), toleran (tasamuh) keseimbangan (tawazun), keteguhan hati (i’tidal) dan bertindak seperlunya (iqtishad).

26 Ichwan Arifin, “Kiai dan Politik,” (TESIS, S2 Program Studi Magister Ilmu Politik Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2008), h. 59-60.

5) Menegakkan nilai-nilai kejujuran, dapat dipercaya, bertindak adil, tolong menolong dalam kebajikan serta konsisten musyawarah dalam

menyelesaikan persoalan sosial, persamaan kedudukan setiap warga negara di depan hukum.

6) Memperjuangkan hak mendapatkan keselamatan, terpeliharanya agama dan larangan adanya pemaksaan agama, kebebasan berekspresi serta berpendapat, perlindungan masa depan generasi penerus dan

terpeliharanya harta benda.

7) Mengembangkan tak persaudaraan dengan ikatan keagamaan, ikatan kebangsaan dan ikatan kemanusiaan.

8) Bercirikan humanisme religius dan terbuka.27

3. Struktur

Struktur Organisasi PKB terdiri dari:

a. Organisasi Tingkat Pusat, dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP;

b. Organisasi Daerah Propinsi, dipimpin oleh Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;

c. Organisasi Daerah Kabupaten/Kota, dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang, disingkat DPC;

d. Organisasi Tingkat Kecamatan, dipimpin oleh Dewan Pengurus Anak Cabang, disingkat DPAC;

e. Organisasi Tingkat Desa/ Kelurahan atau yang setingkat, dipimpin oleh Dewan Pengurus Ranting, disingkat DPRT;

f. Organisasi Tingkat Dusun/ Lingkungan/ Kawasan Pemukiman, dipimpin oleh Dewan Pengurus Anak Ranting, disingkat DPART;

Untuk Perwakilan Partai di luar negeri, dapat dibentuk struktur organisasi Partai setingkat Dewan Pengurus Cabang, yaitu Dewan Pengurus Cabang Perwakilan, disingkat DPCP.

27 Abdul Halim, Ahlus Sunnah Wal Jamaah Politisi Nahdlatul Ulama: Perspektif Hermeneutika Gadamer (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2014) h. 93-94.

Kelengkapan Partai terdiri dari:

a. Kelengkapan Partai di tingkat Pusat disebut Departemen; b. Kelengkapan Partai di Daerah Propinsi disebut Biro;

c. Kelengkapan Partai di Daerah Kabupaten/ Kota disebut Divisi;

d. Kelengkapan Partai di tingkat Kecamatan dan Desa/ Kelurahan disebut Seksi;

Susunan Kepengurusan Partai pada masing-masing tingkatan organisasi Partai terdiri dari Dewan Syura dan Dewan Tanfidz.

(1) Dewan Syura Dewan Pengurus Pusat (DPP) adalah pimpinan tertinggi Partai yang membuat dan menetapkan pedoman umum kebijakan utama Partai;

(2) Dewan Syura Dewan Pengurus Wilayah (DPW) sampai Dewan Pengurus Anak Ranting (DPART) adalah pimpinan tertinggi Partai yang menjadi rujukan utama atas pedoman umum kebijakan-kebijakan utama Partai pada tingkatannya;

(3) Dewan Tanfidz adalah pimpinan eksekutif Partai yang membuat dan menjalankan kebijakan-kebijakan strategis Partai.

Ketua Dewan Syuro: KH. Abdul Aziz Mansyur Sekretaris Dewan Syuro: Saiful Bahri Ansori Ketua Umum: H. A. Muhaimin Iskandar Sekretaris Jenderal: H. Muh. Hanif Dhakhiri Bendahara : H. Bachrudin Nasori

Kekuasaan yang pernah diraih PKB bisa dikatakan baru seumur jagung, karena PKB baru mengikuti pemilu pada tahun 1999. Berikut rinciannya dari pemilu 1999-2014:

1. Pemilu 1999 PKB meraih suara 13.336.982 atau 12,61% dari keseluruhan dan berhasil mendapatkan 51 kursi di DPR. Pada tahun ini prestasi gemilang ditorehkan PKB yaitu Abdurrahman Wahid (Gusdur) Menjabat menjadi Presiden dari tanggal 20 oktober 1999 sampai 23 juli 2001.

2. Pemilu 2004 suara PKB melonjak turun yakni memperoleh 11.989.564 suara atau 10,57% dan mendudukan anggota sebanyak 52 orang di DPR. Sofyan Djalil menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika selama 3 tahun (Oktober 2004-Mei 2007).

3. Pemilu 2009 PKB hanya meraih suara sebanyak 5.146.122 atau 4,94% dan hanya mendapatkan kursi 27 di DPR. Pada tahun ini PKB mendapatkan 2 jatah menteri yaitu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Muhaimin Iskandar) dan Menneg Pembangunan Daerah Tertinggal (Helmy Faisal Zaini).

4. Pemilu 2014 PKB mendapatkan 11.198.957 suara 9,04% dari keseluruhan dan memperoleh 47 kursi di DPR. Pada tahun ini PKB mendapatkan 4 jatah menteri dari kabinet kerja yaitu Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dakhiri; Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir; Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi; dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Ja'far.

BAB V

V. Kesimpulan

Perkembangan dinamika partai-partai islam memang selalu diwarnai oleh beragam peristiwa. Kesemuanya bergerak dan berdiri atas dasar ingin tegaknya agama islam di bumi Indonesia. Ketiga partai islam yakni PKS, PKB dan PPP mulai bergejolak dan tumbuh atas reaksi keras terhadap rezim

orde baru yang bersifat represif terhadap umat islam. Sebagaimana kita lihat sejarah partai keadilan sejahtera (PKS) yang berawal dari aktivitas remaja-remaja masjid dan dakwah-dakwah kampus akibat dari tindakan represif penguasa orde baru, juga PPP terbentuk dari hasil fusi 4 partai karena kebijakan orde baru untuk mengelompokkan partai politik berdasarkan garis agama (Islam).

Partai-partai islam tersebut dari tahun ke tahun perolehan jumlah suara mengalami ketidak-tentuan. Sehingga sulit ditebak apakah partai islam tersebut menang ataupun kalah.

VI. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah ini disajikan, apa bila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kritik dan saran sangat saya harapkan. Tiada gading yang tak retak, tiada manusia tanpa ada kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz. dkk.. Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

Damanik, Ali Said. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju, 2002.

NU, “Menyingkap Ideologi PKS”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari http://nu.or.id/

Partai Keadilan Sejahtera, “Sejerah Ringkas”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari http://pks.or.id/content/sejarah-ringkas

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2008. Jabir, Hussain bin Muhammad bin Ali. Menuju Jama’atul Muslimin; Telaah Sistem Jama’ah dalam Gerakan Islam, Penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tahmid. Jakarta: Robbani Press, 1999.

Burhanuddin, Nandang. Penegakkan Syari’at Islam Menurut PKS. Jakarta: Al-Jannah Pustaka, 2004.

MPP PKS. Memperjuangkan Masyarakat Madani. Jakarta: MPP, 2000. Admin, “Inilah Susunan Pengurus Tingkat Pusat PKS”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari http://pk-sejahtera.nl/inilah-susunan-pengurus-tingkat-pusat-pks/

Admin, “PPP dalam Lintas Sejarah”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari http://ppp.or.id/page/ppp-dalam-lintasan-sejarah/index/

Tim Litbang Kompas. Partai-Partai Politik Indonesia; Ideologi dan Program 2004 –2009. Jakarta: Kompas, 2004).

Erlyana, Lia. “Negara Orde Baru dan Pengendalian Partai Politik.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan, 2011.

Mukti, H.A. Kurdi. Bersama PPP Membangun Bangsa. Bandung: T.pn., 2004.

Lukman Hakim Syaifudin, “PPP Rumah Besar Umat”, artikel diakses pada 23 Desember 2014 dari http://www.lukmansaifuddin.com/

Lukman Hakim Syaifudin, “Enam Prinsip Perjuangan”, artikel diakses pada 23 Desember 2014 dari http://www.lukmansaifuddin.com/

Arfi Bambani Amri, “Susunan Pengurus PPP Periode 2011-2015”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari http://politik.news.viva.co.id/

DPP PKB, “Sejarah Pendirian”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari http://www.dpp-pkb.or.id/sejarah-pendirian

Arifin, Ichwan. “Kiai dan Politik.” TESIS, S2 Program Studi Magister Ilmu Politik Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2008. Halim, Abdul. Ahlus Sunnah Wal Jamaah Politisi Nahdlatul Ulama: Perspektif Hermeneutika Gadamer. Jakarta: Pustaka LP3ES, 2014.

Dalam dokumen Tinjauan terhadap 3 partai politik islam (Halaman 33-43)

Dokumen terkait