• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan terhadap 3 partai politik islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tinjauan terhadap 3 partai politik islam"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Tulisan ini adalah tugas ulangan akhir semester penulis yang diasuh oleh ibu hadiah Hanafi. Tulisan ini dibuat sewaktu penulis berada di

semester 1 jurusan ilmu politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentu saja tulisan ini jauh dari kesan sempurna dan masih ada kalimat atau kata yang mengambil dari dunia maya. Karena waktu itu penulis masih baru berstatus mahasiswa, jadi masih acuh tak acuh tentang kemurnian tulisan pikiran. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis adalah mahasiswa semester 2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bagi yang ingin berteman atau ingin berdiskusi dengan penulis, dapat dihubungi di facebook “Ekman Zudha” atau Line “Zudha87”. Terima kasih

(2)

PKS, PPP dan PKB

Nama

: Igman Yuda Pratama

Kelas

: Ilmu Politik B

NIM

: 11141120000036

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2014

(3)

I. Latar Belakang

Hiruk-pikuk pemilu 2014 telah usai. Meninggalkan sejumlah kenangan dan harapan. Kini pemandangan seperti saling cemooh dan pencitraan gencar-gencaran dalam media massa tak terlihat lagi. Berganti perebutan kekuasaan dan saling terkam dalam parlemen. Poros kekuasaan pun terbagi dalam 2 kubu, Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi

Indonesia Hebat (KIH). Mengutip perkataan Gus Dur “Perebutan kue kekuasaan di DPR menjadikan anggota DPR seperti anak TK”. Konstelasi politik sekarang ini memang membuat kita geleng-geleng kepala sekaligus bertanya-tanya. Ke mana gerangan para partai islam yang beralaskan ideologi islam? Dimana persatuan para partai islam? memang pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu mengusik sanubari umat muslim Indonesia.

Seperti kita tahu pada tahun 2014 partai yang mengatasnamakan partai islam berjumlah 5 partai, yaitu PKS, PPP, PKB, PBB dan PAN. Perolehan suara partai islam tersebut hanya mendulang sedikit suara, berkisar antara 6,7 persen hingga 9,13 persen. Berikut rinciannya Partai Kebangkitan Bangsa 11.298.957 (9,04 persen), Partai Keadilan Sejahtera 8.480.204 (6,79 persen), Partai Amanat Nasional 9.481.621 (7,59 persen), Partai Persatuan Pembangunan 8.157.488 (6,53 persen) dan Partai Bulan Bintang 1.825.750 (1,46 persen). Bahkan 1 partai islam yaitu PBB tidak lolos ke DPR. Ditambah lagi partai-partai islam yang lolos ke DPR pecah lagi menjadi dua kubu. PKB fusi ke dalam kubu KIH sedangkan yang lain menggabungkan diri ke kubu KMP. Ironis memang melihat kenyataan tersebut. Seharusnya partai-partai islam tersebut menyelaraskan gerakan dan bersatu dalam satu kubu.

(4)

Tentunya tidak semua partai islam akan diulas, hanya partai-partai yang menurut penulis besar dan patut untuk ditinjau, yaitu PKS, PKB dan PPP.

II. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah partai tersebut?

2. Apa ideologi/asas yang dipakai partai tersebut? 3. Bagaimana struktur organisasi partai tersebut?

4. Kekuasaan apa saja yang pernah diraih partai tersebut?

III. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejerah partai

2. Untuk mengetahui ideologi/asas yang dipakai partai 3. Untuk mengetahui struktur organisasi partai

4. Untuk mengetahui kekuasaan apa saja yang pernah diraih

(5)

PEMBAHASAN

IV. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/9c/Contoh_Logo_Baru_PKS.jpg /200px-Contoh_Logo_Baru_PKS.jpg

1. Sejarah

(6)

Lahirnya gerakan dakwah kampus yang merupakan cikal bakal kehadiran kader-kader PK di era reformasi berawal dari munculnya kelompok anak muda yang memiliki semangat tinggi dalam mempelajari dan mengkaji serta mengamalkan ajaran Islam, sebagai tanggapan atas tekanan politik yang dilakukan rezim represif orde baru terhadap umat Islam, serta juga adanya ruang publik yang relatif lapang yaitu masjid dan mushalla kampus, tempat idealisme kaum muda Islam itu mengalami persemaian ideal secara tepat. Sementara itu, masjid kampus ialah basis yang dijadikan benteng pertahanan sekaligus basis gerakan. Faktor di atas membuat anak-anak muda bersemangat dalam perjuangan dakwah Islam yang semuanya bermula dari masjid Salman ITB. Kelompok dakwah kampus inilah yang pertama kali membuat kelompok-kelompok kecil bercirikan Islam. Munculnya dakwah kampus itu sendiri dapat dimaknai sebagai reaksi terhadap ketidak ramahan dan tindakan represif rezim Soeharto terhadap kelompok “Islam politik” yang terlihat sejak menit pertama setelah Soeharto berada di tampuk kekuasaan. Beberapa mantan tokoh dan elite Masyumi yang dipelopori Muhammad Natsir lalu

mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada 1967. DDII ini kemudian mendorong tokoh-tokohnya untuk mengubah haluan strategi, lebih memilih jalur revitalisasi dakwah dengan membidani proses kelahiran gerakan sosial Islam yang lebih cair di kampus-kampus.

Pola yang digunakan dalam pembinaan dakwah kampus ini

terinspirasi dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Pembinaan tersebut menggunakan pola Usrah yang cukup populer pada masa itu, dalam pola ini para anggota kelompok mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 10-20 orang. Penggunaan pola ini dipelopori oleh Ir. Imaduddin Abdul Rahim atau yang terkenal dengan sapaan Bang Imad. Pola ini berkembang dari masjid Salman ITB. Ketika itu sekitar awal 1970an Bang Imad menjabat sebagai ketua umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), sebuah lembaga otonom yang berada di bawah naungan organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), mencoba

(7)

Dalam kapasitasnya sebagai ketua umum LDMI, beliau juga terpilih sebagai sekjen IIFSO (International Islamic Federation of Student Organization). Dari sinilah ia mulai banyak bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran gerakan Islam internasional yang akhirnya membuat beliau tertarik dengan pemikiran yang dikembangkan oleh Ikhwanul Muslimin yang ketika itu pengaruhnya kuat di berbagai penjuru dunia, karena interaksi yang cukup intens dengan aktivis gerakan tersebut dalam forum IIFSO.1

Setelah dirasakan cukup mendapatkan banyak ide, beliau mulai menggagas sebuah bentuk perekrutan kader yang diberi nama Latihan Mujahid Dakwah (LMD). Hal ini dimulai pada tahun 1974 setelah ia tidak lagi menjabat ketua umum LDMI. Tindak lanjut dari program ini ialah para anggota diberikan kajian keislaman yang tematis dan sistematis dalam kelompok-kelompok kecil (Usrah). Tak hanya sistem pembinaannya saja yang disajikan dalam kajian keislaman, Masjid Salman ITB pun banyak mengadopsi pemikiran-pemikiran Ikhwanul Muslimin.2 Kegiatan

pengkajian Islam yang dilakukan para mahasiswa Masjid Salman ITB inilah yang kemudian menjadi contoh bagi berbagai kegiatan keislaman para mahasiswa di unversitas-universitas lain di Indonesia seperti UGM, UI, IPB, UNUD, dan lainnya,3 yang pada akhirnya diresmikan dalam sebuah

organisasi yang akrab dengan sebutan Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Melalui LDK inilah ide-ide dan pemikiran Ikhwanul Muslimin dikaji dan diimplementasikan, perkembangan pemikiran Ikhwanul Muslimin di kalangan aktivis dakwah kampus menjadi semakin semarak dan bergairah setelah kembalinya para intelektual muda yang menimba ilmu di Timur Tengah (khususnya Mesir), yang notabene banyak bersentuhan langsung dengan ide-ide Ikhwanul Muslimin. Para intelektual muda ini kemudian menjadi fasilitator transformasi pemikiran dan ideologi Ikhwanul Muslimin ke kalangan aktivis dakwah kampus. Mereka banyak menterjemahkan buku-buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Selain itu, mereka 1 Aziz. dkk.. Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 217.

2 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia (Jakarta: Teraju, 2002), h. 72-73.

(8)

banyak diundang untuk memberikan materi kajian keislaman di kampus-kampus. Hal ini terjadi di era akhir 1980an sampai sekarang yang berjalan cukup intens.

Pada akhir 1990an kondisi sosial politik Indonesia mulai berubah secara drastis, saat Soeharto mulai menempatkan para aktivis Islam sebagai sekutu. Sejak saat itulah, gerakan yang semula bernama Usroh ini berganti nama menjadi Ikhwan dan mereka menamai aktivitas mereka dengan sebutan Tarbiyah. Selanjutnya, gerakan Tarbiyah membangun banyak lembaga, seperti lembaga pendidikan Nurul Fikri, lembaga dakwah Khoiru Ummah, kelompok kesenian nasyid, dan majalah Sabili. Selain itu, gerakan Tarbiyah juga menyebarkan berbagai gagasan dan pemikiran mereka melalui buku-buku yang diterbitkan antara lain oleh penerbit Gema Insani Press (GIP), Pustaka Al-Kautsar, Era Intermedia, dan Asy-Syamiil.4

Gerakan-gerakan Islam yang tadinya ditekan oleh aparat pemerintah agar tak berkembang, malah sebaliknya berkembang pesat. Puncak dari

perubahan ini terjadi pada 21 Mei 1998 di mana Presiden Soeharto mundur dari jabatannya setelah mendapat tekanan yang sangat masif dari rakyat yang dimotori oleh para mahasiswa dan juga para tokoh nasional. Setelah mundurnya Soeharto, tampuk kepemimpinan beralih ke BJ Habibie yang sebelumnya menjadi wakil presiden. Pada masa inilah era demokrasi multipartai dimulai, setelah selama 32 tahun rakyat Indonesia dipaksa memilih di antara 3 pilihan partai saja.

Euforia politik pun terus berlangsung ditandai dengan berdirinya partai-partai baru. Para mantan aktivis dakwah kampus generasi pertama dan juga para intelektual lulusan Timur Tengah yang selama ini juga aktif di dunia dakwah pun mencoba memanfaatkan situasi yang sedang

berkembang. Akhirnya melalui sebuah proses panjang, para penggiat dakwah ini pun mendeklarasikan sebuah partai politik yang diberi nama Partai Keadilan (PK), yang dideklarasikan pada hari Ahad 15 Rabi’ul Tsani 1419 Hijriah yang bertepatan dengan 19 Agustus 1998, walaupun

(9)

sebenarnya PK didirikan pada 20 Juli 1998 dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) pertama partai ini adalah Nurmahmudi Isma'il.5

Sesuai dengan latar belakang pembinaan ideologis yang selama ini mereka dapat dan terapkan, maka ketika gerakan dakwah ini menggunakan partai politik sebagai payungnya ide-ide dan pemikiran Ikhwanul Muslimin tetap melekat kental ke dalam tubuh partai ini, PK yang pada pemilu 1999 mendapatkan menempati urutan ke-7 dari 48 kontestan peserta Pemilu dengan meraih 1,4 juta suara atau 1,36 % ini berhasil mendudukkan 7 orang wakilnya di Senayan. PK menempati 7 besar partai pemenang pemilu 1999. Karena terganjal UU Pemilu mengenai Electoral Treshold yaitu ketentuan bahwa untuk pemilihan legislatif setiap partai harus meraih minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat. Untuk pemilihan presiden dan wakil presiden, partai politik harus memperoleh minimal 3% jumlah kursi dalam badan yang bersangkutan atau 5% dari perolehan suara sah secara nasional. Artinya bahwa partai yang tidak berhasil memenuhi syarat tidak diperkenankan mengikuti pemilihan umum berikutnya, akan tapi untuk keperluan tersebut partai boleh berganti nama atau bergabung dengan partai lain.6 Maka karena terganjal Electoral Treshold tersebut PK mengubah

namanya menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), setelah sebelumnya harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pendeklarasian PKS ini dilakukan di lapangan Monas Jakarta pada Ahad 18 Shafar 1424 Hijriah yang bertepatan dengan 20 April 2003.

2. Ideologi/Asas

Ideologi Partai Keadilan Sejahtera berasal dari pemikiran Ikhwanul Muslimin yang memandang Islam sebagai agama sekaligus negara yang menolak gagasan sekularisme. Islam dipandang sebagai ajaran yang mengandung keseluruhan aturan hidup yang harus diwujudkan dalam

5 Partai Keadilan Sejahtera, “Sejerah Ringkas”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari http://pks.or.id/content/sejarah-ringkas

(10)

masyarakat dengan melakukan jihad sebagai bentuk perjuangan untuk merubah situasi yang dipandang belum Islami menjadi Islami.

Pemikiran-pemikiran Ikhwanul Muslimin diambil oleh Partai Keadilan Sejahtera sebagai metode dakwah yang mempunyai karakteristik berbeda dengan jama’ah islamiyah lain. Karakteristik yang membedakan antara lain :7

a. Rabbaniyah: Tujuan dari seluruh kegiatan adalah terwujudnya kedekatan dengan Allah SWT.

b. Universal: Dakwah diarahkan keseluruh umat manusia, karena umat manusia adalah saudara dari Bapak yang sama.

c. Islamiah: Islam sebagai karakteristik utama.

d. Komprehensif: Mencakup seluruh aliran kontemporer yang menjadi fikrah untuk mencakup seluruh aspek perbaikan yang meliputi atas :

 Dakwah Salafiyah: Menyerukan gerakan kembali kepada Islam yang bersumber pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.

 Thariqah Sunniyah: Mewajibkan diri mereka mengamalkan Sunnah yang suci dalam segala hal.

 Haqiqah Shufiyah: Asas kebaikan adalah kesucian jiwa.

 Lembaga politik: Menuntut perbaikan pemerintahan dan menegakkan khilafah.

 Organisasi olah raga: Mu’min yang kuat lebih baik dengan mu’min yang lemah, dan seluruh beban yang diberikan Islam tidak mungkin dapat dilaksanakan secara sempurna kecuali dengan tubuh yang kuat.

 Organisasi Ilmiah dan Budaya: Islam menjadikan mencari ilmu sebagai kewajiban atas setiap muslim dan muslimah.

 Lembaga ekonomi: Islam sanggat memperhatikan pengelolaan harta benda dan upaya mendapatkannya

 Pemikiran sosial: Berusaha untuk mendapatkan solusi bagi segala persoalan masyarakat Islam.

(11)

e. Membebaskan loyalitasnya dari setiap pemerintahan dan partai-partai yang tidak berpijak atas dasar Islam.

f. Menjauhi wilayah perselisihan Fiqih, sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa perbedaan dalam hal furu’ merupakan persoalan yang tidak dapat dielakkan akibat perbedaan akal manusia dalam memahami nash..

g. Menjauhkan diri dari kooptasi para tokoh dan elit, karena dakwah harus independen sehingga tidak dimanfaatkan atau diarahkan oleh seseorang diantara mereka.

h. Menjauhi partai-partai politik sebab antar partai politik terdapat pertentangan dan saling bermusuhan.

i. Mengutamakan aspek amaliyah.

j. Sambutan luas para pemuda atas dakwah.

k. Dakwah Ikhwanul Muslimin sangat cepat menyebar.

PKS menjadikan beberapa prinsip dalam partainya yang kemudian menjadi sebuah identitas dan ideologi yang membedakan PKS dengan partai Islam lainnya dalam bergerak, khususnya di Indonesia.8 Diantarnya adalah:

1. Syumuliyah (Komprehensif)

Maksudnya adalah lengkap dan integral; yaitu kebijakan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, perspektif dan sinkronisasi. Peletakan prinsip Syumuliyah sebagai prinsip kebijakan dasar partai sangat sesuai dengan asas atau ideologi yang dimiliki PKS yang menjadikan Islam sebagai sistem yang universal, mencakup seluruh aspek kehidupan.

2. Al-Ishlah (Perbaikan)

Dalam hal ini, kebijakan yang ditempuh berorientasi pada perbaikan individu, masyarakat, pemerintah dan negara. Kebijakan ini dibuktikan dari

(12)

adanya karakteristik reformis yang dimiliki PKS yang konsisten menjauhi segala bentuk karakter dan sifat-sifat yang menimbulkan kerusakan. 3. Al-Syari’ah (Konstitusional)

Kebijakan ini selalu mempertimbangkan aspek fleksibilitas dan legalitas formal yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Kitab suci menjadi dasar konstitusi bagi seluruh kebijakan, program dan perilaku politik.

4. Al-Wasath (Moderat)

Dalam hal ini kebijakan, program, sikap dan perilaku sejalan dengan masyarakat Muslim yang “pertengahan” (Ummatan Wasathan), jauh dari kesan ekstrimitas dan eksageritas.

5. Al-Istiqamah (Komitmen dan Konsisten)

Dalam hal ini, kebijakan, program dan langkah operasional harus istiqamah (taat asas) konsisten dan istimrar (kontinu).

6. Al-Numuw Wa Al-Tathawwur (Tumbuh dan Berkembang)

Ini dimaksudkan agar kebijakan, program dan langkah operasional harus concern dengan pengembangan SDM, akselerasi dan ekspansi potensi. 7. Al-Tadarruj Wa Al-Tawazun (Bertahap, Seimbang dan Proporsional)

Dalam hal ini kiprah partai baik individu maupun kolektif lengkap dengan kebertahapan dan keseimbangan yang sesuai dengan sunnatullah. 8. Al-Awlawiyat Wa Al-Mashlahah (Skala Prioritas dan Prioritas

Kemanfaatan)

(13)

Adalah kebijakan dan program yang selalu dikaitkan dengan dimensi waktu (masa lalu, kini dan akan datang) sehingga melahirkan sifat optimis dan penuh perhitungan.

10. Al-Alamiyah (Bagian dari Dakwah Sedunia)

Kebijakan yang diambil dan program yang dicanangkan selaras dengan kebijakan dakwah yang bersifat ‘alami dan tunduk pada sunnah dakwah serta tidak mengabaikan persoalan khas wilayah negaranya.

Keuniversalan ajaran Islam yang diyakini oleh para pendiri dan pendukung PKS menjadikan PKS sebagai salah satu partai Islam di Indonesia yang mempunyai ideologi yang khas (berbeda) dengan partai Islam lainnya yang ada di Indonesia. Keyakinan tersebut justru menjadikan PKS sangat mirip dengan pergerakan Islam lainnya di dunia, terutama Ikhwanul Muslimin. Sampai seorang pemikir Ikhwan kontemporer Prof. DR. Yusuf al-Qordhowi mengidentikkan PKS sebagai kepanjangan tangan dari Ikhwanul Muslimin. H. Anis Matta, Lc (saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jendral Partai Keadilan) tidak menampik pengaruh Ikhwanul Muslimin, tapi ia menegaskan, bahwa pengaruhnya hanya sebatas pemikiran dan wacana saja.9

Ideologi Partai Keadilan Sejahtera lebih mengarah pada

“fundamentalisme” dengan maksud bahwa Ideologi yang digunakan oleh Partai Keadilan Sejahtera sebagai partai politik berkaitan dengan persoalan keagamaan yang mampu mendukung adanya kebenaran dan kejujuran. Partai Keadilan Sejahtera dengan ideologi ini akan melakukan tindakan non-konvensional apabila tindakannya dipandang tidak baik. Penggunaan ideologi yang berdasarkan pada agama Islam yang digunakan oleh Partai Keadilan Sejahtera dapat diidentifikasi melalui penggunaan bahasa secara umum atau melalui penggunaan kata-kata khusus. Seperti yang ada dalam partai keadilan sejahtera yang mendeklarasikan Partai Keadilan Sejahtera sebagai partai yang mempunyai asas “Islam”.

(14)

Ideologi yang digunakan oleh Partai Keadilan Sejahtera secara fungsional dapat diartikan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama, atau tentang masyarakat dan negara yang dapat dicapai dengan dasar agama Islam. Partai Keadilan Sejahtera meyakini bahwa agama Islam dapat menyelesaikan berbagai masalah, baik yang bersifat mental-spiritual maupun fisik-material. Oleh karena itu agama Islam selalu dilibatkan Partai Keadilan Sejahtera secara organisatoris dan para penganutnya untuk

merespon berbagai masalah aktual yang dihadapinya sehingga kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan. Sedangkan secara struktural diartikan sebagai suatu sistem pembenaran seperti gagasan dan formula politik ataupun kebijakan yang diambil oleh Partai Keadilan Sejahtera sebagai partai politik.

Dalam anggaran dasar disebutkan bahwa PKS adalah partai

berasaskan Islam partai ini bertujuan untuk mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 dan mewujudkan masyarakat madani yang adil dan sejahtera yang diridhai Allah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.10

PKS, sebagai entitas politik nasional, secara subyektif berjuang dengan dasar/aqidah, asas dan moralitas Islam untuk mencapai tujuan terwujudnya. Masyarakat madani yang adil, sejahtera dan bermartabat. Bersama-sama dengan entitas politik lainnya secara eksternal adalah bentuk diferensiasi dan sekaligus positioning PKS sebagai entitas politik nasional berhadapan dengan entitas politik lainnya. Di sisi lain dengan menjadikan Islam sebagai aqidah, asas dan basis moral, maka PKS berkeyakinan dan ingin menegaskan bahwa internal subyektif aktivitas politik adalah “ibadah”, yang apabila ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT, dan dilaksanakan dengan cara-cara yang baik dengan akhlak terpuji, maka aktivitas ini menjadi ibadah yang bernilai “amal shalih”.11

3. Struktur

10 Anggaran Dasar PKS pasal 5

(15)

http://www.kabarpks.com/2013/03/struktur-organisasi-pusat-pks.html

Susunan Pengurus Tingkat Pusat PKS Periode 2010-201512

KETUA MAJELIS SYURA : K.H. Hilmi Aminuddin DEWAN SYARI’AH PUSAT

Ketua : K.H. DR. Surahman Hidayat Sekretaris : KH. Bakrun Syafei, Lc.

(16)

Ketua Tanfiziyah : KH. Bukhori Yusuf, MA. MAJELIS PERTIMBANGAN PUSAT

Ketua : Untung Wahono

Sekretaris : Mardani Ali Sera Arifinto DEWAN PENGURUS PUSAT

Presiden : Luthfi Hasan Ishaaq

Sekretaris Jenderal : Muhammad Anis Matta

1. Wakil Bidang Koordinasi Lembaga Tinggi : Ade Barkah 2. Wakil Bidang Administrasi : Budi Hermawan 3. Wakil Bidang Organisasi : Ahmad Chudori 4. Wakil Bidang Komunikasi Politik : Fahri Hamzah

5. Wakil Bidang Media : Mahfudz Sidik

6. Wakil Bidang Arsip Dan Sejarah : Sitaresmi Soekanto 7. Wakil Bidang Data Dan Informasi : Riko Desendra 8. Wakil Bidang Perencanaa : Gunawan

9. Wakil Bidang Protokoler : Budi Dharmawan

Bendahara Umum : Mahfudz Abdurrahman

Ketua-Ketua Dewan Pengurus Pusat: 1. Bidang Wilayah Dakwah Sumatra Ketua : Chairul Anwar

Wakil Ketua : Muhammad Idris Luthfi

(17)

3. Bidang Wilayah Dakwah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur Ketua : Zuber Safawi

Wakil Ketua : Rofi’ Munawar

4. Bidang Wilayah Dakwah Bali Dan Nusa Tenggara Ketua : Oktan Hidayat

5. Bidang Wilayah Dakwah Kalimantan Ketua : Hadi Mulyadi

Wakil Ketua : Riswandi

6. Bidang Wilayah Dakwah Sulawesi Ketua : Najamuddin

7. Bidang Wilayah Dakwah Indonesia Timur Ketua : M.K. Renwarin

Wakil Ketua : Aidil Heryana 8. Bidang Bidang Kaderisasi Ketua : Musyafa Ahmad Rahim

9. Bidang Bidang Pembangunan Keummatan Ketua : Ahmad Zainuddin

10. Bidang Bidang Kepanduan Dan Olah Raga Ketua : Asep Saefullah

11. Bidang Generasi Muda Dan Profesi Ketua : Taufik Ridho

12. Bidang Politik, Pemerintahan, Hukum Dan Keamanan Ketua : Mustafa Kamal

Wakil Ketua : Agus Purnomo

(18)

Ketua : Deni Tresnahadi

14. Bidang Pengembangan Ekonomi Dan Kewirausahaan Ketua : Jazuli Juwaini

15. Bidang Kewanitaan Ketua : Anis Byarwati Sekretaris : Sarah Handayani

Ketua-Ketua Badan:

1. Badan Penegak Disiplin Organisasi Ketua : Aus Hidayat

2. Badan Pengembangan Kepemimpinan Ketua : Dwi Triyono

3. Badan Pemenangan Pilkada Ketua : Muhammad Syahfan Badri 4. Badan Hubungan Luar Negeri Ketua : Budiyanto

4. Kekuasaan

Jika ditinjau dari sejarah PKS yang berdiri pada tahun 1998, maka PKS baru mengikuti 4 kali pemilihan umum, yaitu pada tahun 1999, 2004, 2009 dan 2014. Oleh sebab itu, jika ingin mengetahui kekuasaan apa saja yang pernah diraih oleh PKS, maka dapat dilakukan dengan kategorisasi kekuasaan menjadi 4 kategori.

1. Pemilihan Umum 1999

(19)

tawaran kursi Kementrian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam Kabinet Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, dan menunjuk

Nurmahmudi Isma’il (saat itu presiden partai) sebagai calon menteri. 2. Pemilihan Umum 2004.

Pada Pemilu 2004, PKS memperoleh suara sebanyak 7,34% (8.325.020) dari jumlah total dan mendapatkan 45 kursi di DPR dari total 550 kursi di DPR. Pada tahun itu Hidayat Nur Wahid terpilih menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk masa bakti 2004-2009. Dan pada masa itu 3 anggota PKS mendapatkan jatah menteri dalam Kabinet

Indonesia Bersatu, yaitu Anton Apriantono Menteri (Pertanian: 2004-2009), Adhyaksa Dault (Menteri Pemuda dan Olahraga: 2004-2009) dan

Muhammad Yusuf Asy'ari (Menteri Perumahan Rakyat: 2004-2009). Dalam rentang waktu ini pada tahun 2008, Ahmad Heryawan terpilih dan menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat untuk periode 2008-2013. PKS juga

mendapatkan 2 walikota pada tahun 2005 yaitu Sukmajaya menjadi

walikota Sukabumi periode 2005-2010 dan Nur Mahmudi Ismail menjabat sebagai wali kota Depok periode 2005-2010.

3. Pemilihan Umum 2009

Pada Pemilu 2009, PKS memperoleh 7,88 persen suara atau sekitar 8.206.955 suara dan berhasil mendapatkan 57 kursi di DPR. Pada tahun ini PKS mendapatkan jatah 4 menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, yaitu Tifatul Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informatika: 2009-2014), Salim Segaf Al-Jufri (Menteri Sosial: 2009-2014), Suswono (Menteri Pertanian: 2014) dan Suharna Surapranata (Menteri Riset dan Teknologi: 2009-2011). Pada tahun ini juga Anis Matta terpilih menjadi wakil ketua DPR periode 2009-2013, lalu digantikan Sohibul Iman untuk periode 2013-2014.

Dan pada jenjang periode ini PKS berhasil menempatkan 3

(20)

2013-2014 PKS juga telah berhasil menaikkan 11 kader intinya sebagai bupati/walikota ataupun wakil bupati/walikota. Mereka terdiri dari 1 bupati, 1 walikota, 4 wakil bupati, dan 5 wakil walikota.

4. Pemilihan Umum 2014

Pada Pemilu 2014, PKS berhasil mendapatkan perolehan suara 8,480,204 atau 6.79% dari jumlah perolehan suara dan berhasil mendudukan 40 anggotanya di kursi panas DPR. Pada tahun ini pula Hidayat Nur Wahid terpilih menjadi wakil ketua majelis permusyawaratan rakyat periode 2014-sekarang dan Fahri Hamzah Wakil Ketua DPR periode 2014-2014-sekarang. PKS berhasil pula mendapatkan posisi Gubernur Maluku Utara yang dijabat oleh Abdul Ghani Kasuba periode 2014-sekarang.

BAB III

(21)

http://koalisimerahputih.or.id/wp-content/uploads/2014/10/logoppp.jpg

1. Sejarah

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lahir dalam suatu masa ketika kebebasan berserikat dan berkumpul terdistorsi secara sistemik oleh

kekuasaan Orde Baru. Ketika PPP lahir, jangkar otoritarianisme dan

korporatisme negara begitu kuat mencengkeram setiap organisasi politik dan organisasi massa. PPP adalah cermin persatuan melalui penggabungan atau fusi dari empat partai politik Islam peserta Pemilu 1971, yaitu Partai

Nahdlatul Ulama (NU), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan Partai Muslimin Indonesia

(22)

kelompok dalam Islam. Untuk itulah wajar jika PPP kini memproklamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam”.13

Adapun untuk memudahkan identifikasi sebagai partai Islam, PPP menggunakan gambar Ka’bah yang diyakini sebagai kiblatnya umat Islam sebagai lambang partai.14 Akan tetapi dalam perjalanannya, akibat tekanan

politik kekuasaan Orde Baru, PPP pernah menanggalkan asas Islam dan menggunakan asas Negara Pancasila sesuai dengan sistem politik dan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahun 1984. Pada Muktamar I PPP tahun 1984 PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dan lambang partai berupa bintang dalam segi lima. Setelah tumbangnya Orde Baru yang ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998 dan dia digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie, PPP kembali menggunakan asas Islam dan lambang Ka'bah. Secara resmi hal itu dilakukan melalui Muktamar IV akhir tahun 1998. Walau PPP kembali menjadikan Islam sebagai asas, PPP tetap berkomitmen untuk mendukung keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 AD PPP yang ditetapkan dalam Muktamar VII Bandung 2011 bahwa: “Tujuan PPP adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah Subhanahu Wata’ala.”15

Ketua Umum DPP PPP yang pertama adalah H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH yang menjabat sejak tanggal 5 Januari 1973 sampai tahun 1978. Selain jabatan Ketua Umum pada awal berdirinya PPP juga mengenal presidium partai yang terdiri dari KH. Idham Chalid sebagai Presiden Partai, H. Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Drs. H. Th.M.Gobel, Haji Rusli Halil dan Haji Masykur, masing-masing sebagai Wakil Presiden.16

Dalam naskah deklarasi pembentukan PPP yang ditandatangani oleh K.H. Idham Khalid (NU), H.M.S. Mintaredja (Parmusi), H. Anwar

13 Admin, “PPP dalam Lintas Sejarah”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari http://ppp.or.id/page/ppp-dalam-lintasan-sejarah/index/

14 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia; Ideologi dan Program 2004 – 2009 (Jakarta: Kompas, 2004), h. 85.

(23)

Tjokroaminoto (PSII), Rusli Halil (Perti), dan K.H. Masykur (NU),

dikatakan bahwa kelahiran PPP merupakan wadah penyelamat aspirasi umat Islam dan cermin kesadaran serta tanggung jawab tokoh-tokoh umat dan pemimpin partai untuk bersatu, bahu membahu, serta membina masyarakat agar dapat lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, melalui perjuangan partai politik.17

Jika ditelusuri secara mendalam, keempat partai yang berfusi itu sesungguhnya sudah memiliki pengalaman dan jam terbang politik yang cukup lama. NU didirikan pada 31 Januari 1952 dan menjadi Partai Nahdlatul Ulama pada 15 April 1952. Partai Syarikat Islam Indonesia merupakan kelanjutan dari Sarekat Islam (SI) yang dibentuk H.O.S. Tjokroaminoto pada tahun 1912. Adapun SI sendiri merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang sudah dibentuk H. Samanhudi pada tahun 1911. Partai Islam Perti cikal bakalnya berawal dari Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang didirikan pada 5 Mei 1928 di Bukit Tinggi, Sumatera Tengah, dan berdasarkan rapat pleno pengurus besarnya pada tangal 22 November 1945, disepakati untuk dijadikan sebagai partai politik dengan nama Partai Islam Perti (PI Perti). Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) secara formal didirikan pada tahun 1968 yang diprakarsai oleh berbagai oleh organisasi sosial dan pendidikan Islam yang sebagian besar pemukanya berasal dari anggota-anggota Masyumi.18

Tidak dapat dipungkiri bahwa gagasan fusi pada dasarnya lahir dari campur tangan kekuasaan untuk meredam dinamika politik di luar haluan partai pemerintah. Fusi dijadikan kerangkeng untuk pencapaian

kemaslahatan bangsa dan Negara. Fusi juga sekaligus digunakan untuk memperlemah kekuatan partai-partai Islam dalam mendulang perolehan suara dan pembentukan koalisi antar partai Islam.19

17 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia; Ideologi dan Program 2004 – 2009, h. 88.

18 Lia Erlyana, “Negara Orde Baru dan Pengendalian Partai Politik,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan, 2011), bab. II.

(24)

Sejarah mencatat pada awal Soeharto berkuasa, hubungan

pemerintah dengan partai-partai politik masih berlangsung dengan baik. Hal itu terlihat ketika pemerintahan Soeharto mengadakan Pemilu pada tahun 1971. Dengan mengakomodasi semua partai yang ada. Suasana pada awal-awal Orde Baru memang penuh dengan euphoria. Untuk sementara, keran kebebasan berpendapat dibuka. Diskursus tentang identitas Indonesia dan bagaimana membangun masa depan bangsa juga kerap dilangsungkan di mesjid dan kampus-kampus.

Sayang, hubungan baik tersebut tidak berlanjut karena dua tahun setelah Pemilu, Soeharto melakukan penciutan jumlah partai politik sebagaimana halnya yang dilakukan Soekarno pada tahun 1960. Hasilnya adalah pengelompokan partai politik berdasarkan garis agama (Islam), yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Serta garis nasionalis dan Kristen, yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Suasana historis seperti ini memang tidak menguntungkan bagi perjuangan partai pada masa

selanjutnya. Akan tetapi, kendati penyederhanaan partai ini penuh dengan nuansa paksaan, secara internal hubungan antar unsur di dalam tubuh partai penerus estafet perjuangan empat partai Islam tersebut, tetap menunjukkan suasana persaudaraan yang solid.20

Fusi seakan-akan menjelma menjadi motivasi dan inspirasi sekaligus kesadaran untuk mengakumulasikan segenap potensi umat Islam yang tercerai-berai. Selain itu, fusi juga dijadikan arah bagi keberlangsungan partai dalam memperjuangkan aspirasi umat sehingga dapat memperbaiki kesejahteraan umat. Setelah meleburkan diri ke dalam PPP, berarti segala aktivitas politik dari keempat partai Islam tersebut dikonsenterasikan untuk PPP demi kemenangan PPP, sedangkan segala kegiatan yang bukan kegiatan politik dikembalikan kepada organisasi masing-masing sebagaimana sedia kala. Partai NU lalu berganti baju menjadi organisasi kemasyarakatan keagamaan NU, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) menjadi Muslimin

(25)

Indonesia (MI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) menjadi Syarikat Islam (SI), dan Partai Islam Perti menjadi Perti.

Selanjutnya, basis masa dari keempat partai pembentuknya itu cukup memberikan kekuatan besar bagi perjuangan PPP. Sebagai wadah baru dari kekuatan-kekuatan yang sudah lama berkiprah dalam politik, reputasi PPP pada masa-masa awal berdirinya memang sangat dipengaruhi oleh basis massa dan penampilan para tokoh dari keempat partai berfusi tersebut. Sebut saja peristiwa penolakan RUU Perkawinan yang diajukan oleh pemerintah tahun 1973. Dari semua anggota DPR hanya PPP yang berani menyatakan sikap menolak RUU tersebut karena bertentangan dengan syariat Islam. Penolakan yang diikuti dengan aksi walkout itu berhasil mengurungkan niat pemerintah untuk melanjutkan gagasannya dalam RUU tersebut.

PPP memang terbentuk dari partai-partai yang sudah memiliki basis massa yang jelas sehingga kekuatan PPP untuk menghadapi Pemilu 1977 masih banyak mendapat sokongan dari partai-partai tersebut. Jika dilihat dari perolehan suara pada Pemilu 1971 dari masing-masing partai yang kemudian berfusi, dapat dikatakan bahwa ketika akan menghadapi Pemilu 1971 partai yang dipimpin oleh H.M.S Mintaredja ini sudah dimodali 94 kursi.

Melihat sejarah berdirinya, PPP memang diharapkan dapat menjadi penyelamat aspirasi umat Islam. Dengan demikian, semangat fusi sejati harus mampu menjadi perekat berbagai kelompok kepentingan sekaligus menjadi wadah dalam memperjuangkan problem keumatan dan kebangsaan. Untuk itu, PPP harus membuka diri dan menyambut dengan tangan terbuka berbagai komponen bangsa yang berbeda untuk bersama-sama kembali berjuang melalui wadah Partai Persatuan Pembangunan. Tentunya dengan kesiapan dan persiapan matang, terencana, dan berkesinambungan sehingga tidak memunculkan persoalan baru di kemudian hari.21

(26)

2. Ideologi/Asas

PPP merupakan partai Islam yang memiliki perjalanan panjang. Partai yang resminya berideologi “Islam” ini (Pasal 2 AD PPP). Latar belakang massa PPP sekarang adalah kebanyakan dari kalangan Nahdliyin yang masih berideologi Islam. PPP pernah mengalami pahitnya rezim junta militer Suharto, menjadi partai yang ditekan dan dijadikan ‘penggembira’ pemilu orde Suharto. Setelah memasuki reformasi, PPP mulai beridentitas Islam lagi, meski masih terpengaruh sisa-sisa kooptasi Suharto. Tokoh-tokoh sentral PPP, meski tidak menonjol dalam perpolitikan nasional, mereka masih eksis diantara tokoh Nasionalis lainnya. Meski kini menjadi partai terbuka dan tidak mengangkat Syari’at sebagai platform perjuangan PPP, masih ada kader-kader dalam tubuh partai yang mencoba mengangkat isu Syari’at sebagai wacana politiknya.

PPP menegaskan diri sebagai Rumah Besar Umat Islam. Tekad mengukuhkan diri sebagai Rumah Besar Umat Islam ini bisa dipahami dalam dua pengertian, yaitu pengertian konkret dan pengertian substansial. Dalam pengertian konkret, Rumah Besar Umat Islam adalah berupa ka’bah, masjid, mushalla, atau surau, dan tentu juga pesantren. Oleh karena itu, PPP mengajak segenap umat Islam untuk kembali ke rumah-rumah ini. Adapun Rumah Besar Umat Islam dalam pengertian substansial bisa dipahami sebagai arti kiasan tentang makna kebersamaan. Bersama membangun Rumah Besar PPP hakikatnya adalah membangun Rumah Besar Umat Islam untuk bangsa dan negara Indonesia yang sejahtera dan mandiri. Rumah Besar PPP diartikan sama dengan Rumah Besar Umat Islam ini dengan "satu kata kunci", yaitu: kebersamaan.22

Dalam memperjuangkan cita-cita politiknya, PPP senantiasa memegang prinsip-prinsip dasar perjuangan, yang sekaligus merupakan kerangka nilai yang membingkai setiap langkah dan gerakan Partai. Enam prinsip perjuangan PPP sebagai berikut:23

22 Lukman Hakim Syaifudin, “PPP Rumah Besar Umat”, artikel diakses pada 23 Desember 2014 dari http://www.lukmansaifuddin.com/

(27)

1. Prinsip Ibadah

PPP dalam perjuangannya selalu berupaya mendasarinya dengan prinsip ibadah. Perjuangan yang didasarkan pada prinsip beribadah dalam arti yang seluas-luasnya adalah untuk mencapai keridhaan Allah Subhanahu wata’ala. Dengan demikian, kegiatan berpolitik seluruh jajaran Partai seyogyanya merupakan keterpanggilan untuk beribadah.

2. Prinsip Istiqamah

PPP menjadikan prinsip istiqamah atau konsistensi menjadi prinsip perjuangan. Karena, atas dasar istiqamah sebagai nilai-nilai dasar

perjuangan Partai, maka keberhasilan perjuangan akan dapat dicapai. Prinsip istiqamah itu akan terus ditegakkan dan dimantapkan dalam perjuangan Partai dalam konteks perjuangan bangsa untuk mencapai cita-cita nasional.

3. Prinsip Kebenaran, Kejujuran, dan Keadilan

Perjuangan PPP selalu didasarkan pada penegakan dan pembelaan prinsip kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Dengan prinsip kebenaran ini, perjuangan Partai mengarah pada perlawanan terhadap kebatilan, karena kebenaran berhadapan secara diametral dengan kebatilan. Meskipun begitu, kebenaran yang menjadi prinsip Perjuangan Partai bukanlah kebenaran yang mutlak. Hanya Allah Subhanahu wata’ala yang Maha Benar. Karena itu, sepanjang kebenaran itu masih bersifat manusiawi, kebenaran itu bukanlah monopoli siapapun.

Prinsip kejujuran atau amanah ini bersifat sentral dan esensial dalam perjuangan PPP. Dengan prinsip kejujuran ini, perjuangan dalam bentuk apa pun, akan menjamin tegaknya saling pengertian, keharmonisan, keserasian, dan ketenteraman. Prinsip kejujuran ini merupakan syarat utama penunaian amanah dan kepercayaan rakyat yang perlu terus dijaga, sehingga terhindar dari perbuatan yang mengkhianati amanah rakyat.

(28)

adalah esensial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan prinsip keadilan maka segala aturan dapat terlaksana dan berjalan baik, sehingga dapat menimbulkan keharmonisan, keserasian,

keseimbangan, ketenteraman, dan sekaligus akan menghilangkan kedzaliman, kesenjangan, keresahan, dan konflik.

4. Prinsip Musyawarah

PPP berpendirian bahwa musyawarah untuk mencapai mufakat merupakan prinsip dasar dalam proses pengambilan keputusan kolektif yang mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa yang perlu terus

ditumbuhkembangkan. Dengan musyawarah dapat dipelihara sikap saling pengertian, saling menghargai, dan menjamin kemantapan hasilnya serta menumbuhkan tanggungjawab bersama, sehingga demokrasi yang sejati dapat terwujud dengan baik dan nyata. Di samping itu, keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila dengan musyawarah tidak dapat dicapai mufakat, maka tidak tertutup kemungkinan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak, namun harus dicegah adanya diktator mayoritas.

5. Prinsip Persamaan, Kebersamaan, dan Persatuan.

PPP mendasarkan perjuangannya atas dasar prinsip persamaan derajat manusia di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Ini adalah keyakinan yang mendasar, yang dapat memberikan motivasi perjuangan kepada

seluruh jajaran Partai, sehingga terhindar dari bahaya kultus individu dan neo-feodalisme yang dapat memerosotkan kualitas kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sedangkan dengan prinsip kebersamaan, PPP berjuang untuk mengembangkan nilai-nilai kebersamaan dalam memikul beban dan tanggung jawab kenegaraan, pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan secara proposional, sehingga terhindar dari dominasi, perasaan ditinggalkan, dan dikucilkan. Di samping itu, perjuangan PPP juga didasarkan atas prinsip menegakkan dan

(29)

PPP berprinsip bahwa persamaan, kebersamaan, dan persatuan adalah nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi dan harus berjalan seimbang. Keberhasilan perjuangan partai dalam membawa bangsa

Indonesia menuju pencapaian cita-cita nasional akan dapat terwujud dengan terlaksananya prinsip persamaan, kebersamaan, dan persatuan secara

partisipatoris. Karena itu, prinsip ini perlu dipelihara terus-menerus serta diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata dalam memikul beban dan tanggung jawab untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih cerah di masa mendatang.

6. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar

PPP mendasarkan perjuangannya atas prinsip menyeru dan

mendorong untuk melaksanakan segala perbuatan yang baik serta mencegah segala perbuatan yang tercela. Prinsip ini juga menjadi landasan perjuangan dalam melaksanakan fungsi untuk menyerap, menampung, menyalurkan, memperjuangkan, dan membela aspirasi rakyat dan melaksanakan pengawasan atau kontrol sosial.

Dengan prinsip ini Partai berusaha untuk mendorong budaya kritis dalam kehidupan masyarakat, sehingga tidak terjadi apa yang disebut political decay (pembusukan politik) yang diakibatkan oleh sikap

membiarkan kemunkaran yang lebih jauh dapat merusak tatanan masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini juga menumbuhkan keberanian dalam menegakan kebenaran.

3. Struktur

Struktur organisasi PPP terdiri atas: 1) Pengurus Harian

(30)

Pimpinan Majelis Pakar (18 orang); dan Mahkamah Partai (9 orang).

(31)
(32)

Majelis Pakar 18. Wakil Sekretaris Drs. H. Syamsul Alam Mallarangeng

4. Kekuasaan

Sejarah PPP dalam perhelatan politik bisa dikatakan panjang sekali karena partai ini lahir pada tahun 1973. Berikut daftar perolehan suara dan kursi yang didapat PPP dari pemilu tahun 1977-2014:

1) Tahun 1977 mendapatkan 18.743.491 suara atau 29,29% dan mendapatkan 99 kursi di DPR.

2) Tahun 1982 mendapatkan 20.871.880 suara atau 27,78% dan mendapatkan 94 kursi di DPR.

3) Tahun 1987 mendapatkan 13.701.428 suara atau 15,96% dan mendapatkan 61 kursi di DPR.

4) Tahun 1992 mendapatkan 16.624.647 suara atau 17% dan mendapatkan 62 kursi di DPR.

5) Tahun 1997 mendapatkan 25.340.028 suara atau 22,43% dan mendapatkan 89 kursi di DPR.

6) Tahun 1999 mendapatkan 11.329.905 suara atau 10,71% dan

(33)

7) Tahun 2004 mendapatkan 9.248.764 suara atau 8,15% dan mendapatkan 58 kursi di DPR.

8) Tahun 2009 mendapatkan 5.533.214 suara atau 5,32% dan mendapatkan 38 kursi di DPR. Pada tahun ini PPP mendapatkan 2 jatah menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu 2, yaitu Menteri Agama (Suryadharma Ali) dan Menneg Perumahan Rakyat (Suharso Monoarfa). Lukman Hakim Saifuddin menjadi Wakil Ketua MPR RI periode 2009–2014.

9) Tahun 2014 mendapatkan 8.157.488 suara atau 6,53% dan mendapatkan 39 kursi di DPR. Lukman Hakim Saifuddin menjadi Menteri Agama Republik Indonesia (2014–sekarang).

BAB IV

VI. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB)

(34)

1. Sejarah

Pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto lengser keprabon akibat desakan arus reformasi yang kuat, mulai yang mengalir dari diskusi terbatas, unjuk rasa, unjuk keprihatinan, sampai istighosah, dan lain sebagainya. Peristiwa ini menandai lahirnya era baru di Indonesia, yang kemudian disebut Era Reformasi.

Sehari setelah peristiwa bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok Tanah Air. Usulan yang masuk ke PBNU sangat beragam, ada yang hanya mengusulkan agar PBNU membentuk parpol, ada yang mengusulkan nama parpol. Tercatat ada 39 nama parpol yang diusulkan. Nama terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa. Ada juga yang mengusulkan lambang parpol. Unsur-unsur yang terbanyak diusulkan untuk lambang parpol adalah gambar bumi, bintang sembilan, dan warna hijau. Ada yang mengusulkan bentuk hubungan dengan NU, ada yang mengusulkan visi dan misi parpol, AD/ART parpol, nama-nama untuk menjadi pengurus parpol, ada juga yang mengusulkan semuanya.

Di antara usulan yang paling lengkap berasal dari Lajnah Sebelas Rembang yang diketuai KH M Cholil Bisri dan PWNU Jawa Barat. Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin, PBNU

menanggapinya secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis. Namun demikian, sikap yang ditunjukkan PBNU belum memuaskan keinginan warga NU.

(35)

(Perkanu) di Cirebon. Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998. Forum ini menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH Ma'ruf Amin (Rais

Suriyah/Kordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr KH Said Aqil Siroj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.

Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring semakin derasnya usulan warga NU yang menginginkan adanya partai politik, maka Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima. Selain itu juga dibentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz, M.A., Drs. H Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Drs. Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi politik warga NU.

Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya. Tanggal 26 - 28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Pertemuan ini menghasilkan lima rancangan, yaitu: Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik, Mabda' Siyasi, Hubungan Partai Politik dengan NU, AD/ART dan Naskah Deklarasi.

Sang inisiator pembentukan parpol bagi warga NU, KH

(36)

dan politik partai. Medio akhir Juni 1998, sikapnya mengendur dan bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunah wal jamaah. Keinginan Gus Dur diperkuat dukungan deklarator lainnya, yaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri serta KH A. Muchith Muzadi. Proses selanjutnya, penentuan nama partai disahkan melalui hasil musyawarah Tim Asistensi Lajnah, Tim Lajnah, Tim NU, Tim Asistensi NU, Perwakilan Wilayah, para tokoh pesantren, dan tokoh masyarakat.

Usai pembentukan partai, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta pada 29 Rabiul Awal 1419 H atau 23 Juli 1998. Bunyi dalam isi deklarasi tersebut adalah:

“Bahwa cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, adil dan makmur, serta untuk mewujudkan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Bahwa wujud dari bangsa yang dicita-citakan itu adalah masyarakat beradab dan sejahtera yang mengejawantahkan nilai-nilai kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang bersumber dari hati nurani, bisa dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu memecahkan masalah sosial yang bertumpu pada kekuatan sendiri, bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi, tolong menolong dalam kebajikan, serta konsisten menjalankan garis/ketentuan yang telah disepakati bersama. Maka dengan memohon rahmat, taufiq, hidayah dan inayah Allah SWT serta didorong oleh semangat keagamaan, kebangsaan dan demokrasi, kami warga

Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan ini menyatakan berdirinya partai politik yang bersifat kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis yang diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)”.25

(37)

Bangsa (PKB). Sebagai Ketua Umum PBNU, Gus Dur tidak masuk dalam struktur awal kepengurusan PKB. Posisi-posisi kunci diduduki oleh

sebagian besar anggota Tim Lima dan Tim Asistensi. Namun tindakan dan kebijakan Gus Dur selaku Ketua Umum PBNU jelas terlihat membackup penuh partai baru itu. Dalam berbagai kesempatan Gus Dur selalu

menyatakan PKB sebagai satu-satunya partai yang didirikan oleh PBNU. Ia juga menegaskan pada saatnya akan cuti dari jabatan Ketua Umum PBNU untuk melakukan kampanye bagi PKB.26

Meskipun dilahirkan oleh kalangan NU, PKB tidak didesain sebagai partai yang menempatkan agama sebagai ideologi atau lebih khusus lagi sebagai partai Islam. PKB, sebagaimana dituangkan dalam Mabda Syiasi adalah partai terbuka dalam pengertian lintas agama, suku, ras dan lintas golongan yang dimanifestasikan dalam bentuk visi, misi, program

perjuangan, keanggotaan dan kepemimpinan. Keterbukaan PKB tidak hanya disimbolkan dalam kehadiran kepengurusan atau keanggotaan yang

pluralistik namun yang lebih subtansial lagi adalah keterbukaan dalam sikap dan perilaku politik serta rumusan cita-cita partai tersebut.

2. Ideologi/Asas

Ideologi PKB terdiri dari asas, prinsip perjuangan, dan dasar politik (mabda’ siyasiy), yaitu:

1) Menjadikan Pancasila sebagai asas partai

2) Menjadikan partai sebagai sarana pengabdian kepada Allah SWT 3) Partai memiliki prinsip menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran,

menegakkan keadilan, menjaga persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan persaudaraan dan kebersamaan dalam wadah NKRI 4) Menjadikan nilai-nilai ahl al-sunnah wa al-jama’ah sebagai spirit

perjuangan partai, yaitu moderat (tawassuth), toleran (tasamuh) keseimbangan (tawazun), keteguhan hati (i’tidal) dan bertindak seperlunya (iqtishad).

(38)

5) Menegakkan nilai-nilai kejujuran, dapat dipercaya, bertindak adil, tolong menolong dalam kebajikan serta konsisten musyawarah dalam

menyelesaikan persoalan sosial, persamaan kedudukan setiap warga negara di depan hukum.

6) Memperjuangkan hak mendapatkan keselamatan, terpeliharanya agama dan larangan adanya pemaksaan agama, kebebasan berekspresi serta berpendapat, perlindungan masa depan generasi penerus dan

terpeliharanya harta benda.

7) Mengembangkan tak persaudaraan dengan ikatan keagamaan, ikatan kebangsaan dan ikatan kemanusiaan.

8) Bercirikan humanisme religius dan terbuka.27

3. Struktur

Struktur Organisasi PKB terdiri dari:

a. Organisasi Tingkat Pusat, dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat, disingkat DPP;

b. Organisasi Daerah Propinsi, dipimpin oleh Dewan Pengurus Wilayah, disingkat DPW;

c. Organisasi Daerah Kabupaten/Kota, dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang, disingkat DPC;

d. Organisasi Tingkat Kecamatan, dipimpin oleh Dewan Pengurus Anak Cabang, disingkat DPAC;

e. Organisasi Tingkat Desa/ Kelurahan atau yang setingkat, dipimpin oleh Dewan Pengurus Ranting, disingkat DPRT;

f. Organisasi Tingkat Dusun/ Lingkungan/ Kawasan Pemukiman, dipimpin oleh Dewan Pengurus Anak Ranting, disingkat DPART;

Untuk Perwakilan Partai di luar negeri, dapat dibentuk struktur organisasi Partai setingkat Dewan Pengurus Cabang, yaitu Dewan Pengurus Cabang Perwakilan, disingkat DPCP.

(39)

Kelengkapan Partai terdiri dari:

a. Kelengkapan Partai di tingkat Pusat disebut Departemen; b. Kelengkapan Partai di Daerah Propinsi disebut Biro;

c. Kelengkapan Partai di Daerah Kabupaten/ Kota disebut Divisi;

d. Kelengkapan Partai di tingkat Kecamatan dan Desa/ Kelurahan disebut Seksi;

Susunan Kepengurusan Partai pada masing-masing tingkatan organisasi Partai terdiri dari Dewan Syura dan Dewan Tanfidz.

(1) Dewan Syura Dewan Pengurus Pusat (DPP) adalah pimpinan tertinggi Partai yang membuat dan menetapkan pedoman umum kebijakan utama Partai;

(2) Dewan Syura Dewan Pengurus Wilayah (DPW) sampai Dewan Pengurus Anak Ranting (DPART) adalah pimpinan tertinggi Partai yang menjadi rujukan utama atas pedoman umum kebijakan-kebijakan utama Partai pada tingkatannya;

(3) Dewan Tanfidz adalah pimpinan eksekutif Partai yang membuat dan menjalankan kebijakan-kebijakan strategis Partai.

Ketua Dewan Syuro: KH. Abdul Aziz Mansyur Sekretaris Dewan Syuro: Saiful Bahri Ansori Ketua Umum: H. A. Muhaimin Iskandar Sekretaris Jenderal: H. Muh. Hanif Dhakhiri Bendahara : H. Bachrudin Nasori

(40)

Kekuasaan yang pernah diraih PKB bisa dikatakan baru seumur jagung, karena PKB baru mengikuti pemilu pada tahun 1999. Berikut rinciannya dari pemilu 1999-2014:

1. Pemilu 1999 PKB meraih suara 13.336.982 atau 12,61% dari keseluruhan dan berhasil mendapatkan 51 kursi di DPR. Pada tahun ini prestasi gemilang ditorehkan PKB yaitu Abdurrahman Wahid (Gusdur) Menjabat menjadi Presiden dari tanggal 20 oktober 1999 sampai 23 juli 2001.

2. Pemilu 2004 suara PKB melonjak turun yakni memperoleh 11.989.564 suara atau 10,57% dan mendudukan anggota sebanyak 52 orang di DPR. Sofyan Djalil menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika selama 3 tahun (Oktober 2004-Mei 2007).

3. Pemilu 2009 PKB hanya meraih suara sebanyak 5.146.122 atau 4,94% dan hanya mendapatkan kursi 27 di DPR. Pada tahun ini PKB mendapatkan 2 jatah menteri yaitu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Muhaimin Iskandar) dan Menneg Pembangunan Daerah Tertinggal (Helmy Faisal Zaini).

4. Pemilu 2014 PKB mendapatkan 11.198.957 suara 9,04% dari keseluruhan dan memperoleh 47 kursi di DPR. Pada tahun ini PKB mendapatkan 4 jatah menteri dari kabinet kerja yaitu Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dakhiri; Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir; Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi; dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Ja'far.

BAB V

V. Kesimpulan

(41)

orde baru yang bersifat represif terhadap umat islam. Sebagaimana kita lihat sejarah partai keadilan sejahtera (PKS) yang berawal dari aktivitas remaja-remaja masjid dan dakwah-dakwah kampus akibat dari tindakan represif penguasa orde baru, juga PPP terbentuk dari hasil fusi 4 partai karena kebijakan orde baru untuk mengelompokkan partai politik berdasarkan garis agama (Islam).

Partai-partai islam tersebut dari tahun ke tahun perolehan jumlah suara mengalami ketidak-tentuan. Sehingga sulit ditebak apakah partai islam tersebut menang ataupun kalah.

VI. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah ini disajikan, apa bila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kritik dan saran sangat saya harapkan. Tiada gading yang tak retak, tiada manusia tanpa ada kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz. dkk.. Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

Damanik, Ali Said. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju, 2002.

NU, “Menyingkap Ideologi PKS”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari http://nu.or.id/

Partai Keadilan Sejahtera, “Sejerah Ringkas”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari http://pks.or.id/content/sejarah-ringkas

(42)

Burhanuddin, Nandang. Penegakkan Syari’at Islam Menurut PKS. Jakarta: Al-Jannah Pustaka, 2004.

MPP PKS. Memperjuangkan Masyarakat Madani. Jakarta: MPP, 2000. Admin, “Inilah Susunan Pengurus Tingkat Pusat PKS”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari http://pk-sejahtera.nl/inilah-susunan-pengurus-tingkat-pusat-pks/

Admin, “PPP dalam Lintas Sejarah”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari http://ppp.or.id/page/ppp-dalam-lintasan-sejarah/index/

Tim Litbang Kompas. Partai-Partai Politik Indonesia; Ideologi dan Program 2004 –2009. Jakarta: Kompas, 2004).

Erlyana, Lia. “Negara Orde Baru dan Pengendalian Partai Politik.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan, 2011.

Mukti, H.A. Kurdi. Bersama PPP Membangun Bangsa. Bandung: T.pn., 2004.

Lukman Hakim Syaifudin, “PPP Rumah Besar Umat”, artikel diakses pada 23 Desember 2014 dari http://www.lukmansaifuddin.com/

Lukman Hakim Syaifudin, “Enam Prinsip Perjuangan”, artikel diakses pada 23 Desember 2014 dari http://www.lukmansaifuddin.com/

Arfi Bambani Amri, “Susunan Pengurus PPP Periode 2011-2015”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari http://politik.news.viva.co.id/

DPP PKB, “Sejarah Pendirian”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari http://www.dpp-pkb.or.id/sejarah-pendirian

(43)

Referensi

Dokumen terkait

Laporan hasil pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah pada Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan dan

Posisi penolong pada tindakan piat antung na'as buatan (*P4) adalah tersebut di bawah ini- kecuali.. "aris bahu penolong seaar dengan sumbu tulang dada

Analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural (SEM) dan terlebih dahulu dilakukan analisis faktor konfirmatori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi

Hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk menambah referensi pada proses perancangan kapal tipe trimaran asimetris dengan kendala yang masih mampu dikendalikan atau

Biaya input non tradable , labor and landrate pada harga sosial adalah sama dengan privatnya, hal ini karena asumsi yang digunakan untuk suku bunga sosial dan

Permasalahan dalam informasi ini menjadi probem yang sulit diatasi oleh mereka, Dalam pelaksanaan Kerjasama Pemerintah di Bidang KB antara instansi vertikal dengan

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari kandungan dan profil mineral pada makanan hasil laut (seafood) yang umum dikonsumsi yaitu cumi-cumi (Loligo sp) dan udang

abnormal, dan benih yang belum tumbuh), laju perkecambahan, indeks vigor, bobot segar kecambah, dan bobot kering kecambah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa