• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara

Penelitian kualitatif memiliki tujuan menyimpulkan cerita yang rinci tentang tingkah laku dan keyakinan orang atau kelompok orang yang diteliti. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendalami dan mendeskripsikan persepsi anak perempuan fataherless yang disebabkan karena perceraian terhadap perkawinan. Melalui wawancara semi-terstruktur penelitian ini akan menggambarkan persepsi partisipan terhadap perkawinan. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti melakukan penyusunan jadwal untuk melakukan wawancara melalui chat.

Pada hari yang telah dijadwalkan, peneliti mencoba untuk melihat mood partisipan terlebih dahulu melalui pertanyaan-pertanyaan seputar kegiatan sehari-hari, setelah partisipan mulai terbuka pada peneliti, peneliti menjelaskan bahwa identitas partisipan dan proses wawancara akan dijamin kerahasiaanya, peneliti juga akan meminta informed consent atau pernyataan dari pihak partisipan bahwa dirinya setuju dan bersedia untuk diwawancarai. Selama proses wawancara peneliti melakukan perekaman audio dan mencatat hal-hal seputar ekspresi dan mood partisipan selama wawancara. Setelah wawancara peneliti mengucapkan terimakasih dan memberikan kesempatan pada partisipan kalau ada yang masih ingin ia ungkapkan, setelah itu peneliti akan melakukan debrief atau proses mengembalikan emosi partisipan tentang penelitian yang melibatkan wawancara yang telah dilakukan oleh partisipan dan peneliti.

Partisipan pertama (P1) adalah perempuan dengan usia 23 tahun yang sedang mendalami kuliah S1 Psikologi. Partisipan adalah anak ke-4 dari 4 bersaudara. Kelahiran partisipan adalah momen dimana ayah partisipan memutuskan untuk bercerai dengan ibunya. Partisipan hidup tidak bersama dengan ayah sejak partisipan lahir, karena saat partisipan lahir ayah dari partisipan mengaku telah memiliki istri siri yang menyebabkan ibu dari partisipan marah dan memutuskan untuk bercerai. Partisipan memiliki dua kakak perempuan yang sudah menikah karena hamil terlebih dahulu dan mengalami kegagalan dalam perkawinan. Kegagalan perkawinan kakak pertama adalah kakak pertama mengalami KDRT, kegagalan perkawinan kakak kedua adalah ia harus menerima kenyataan bahwa suaminya telah memiliki anak dari perempuan lain. Berbagai pengalaman yang telah dialami oleh partisipan mengakibatkan partisipan memiliki persepsi yang tidak biasa mengenai perkawinan. Partisipan memiliki keinginan untuk menjadi biarawati dan menghindari sakramen perkawinan.

Pengambilan data dilangsungkan sebanyak dua kali, pada pengambilan data yang pertama wawancara berlangsung kurang lebih 120 menit. Pengambilan data yang kedua berlangsung selama 70 menit. Pada saat wawancara yang pertama P1 mengenakan pakaian formal, karena wawancara dilaksanakan setelah kuliah di ruang observasi. Selama wawancara berlangsung partisipan banyak mengungkapkan rasa marah, melalui kata-kata kasar dan makian kepada ayahnya maupun laki-laki pada umumnya. Sekitar lima menit dalam wawancara digunakan oleh partisipan untuk menangis

ketika mengenang apa yang telah ayahnya lakukan pada ibunya. Pengambilan data yang kedua dilaksanakan di kos partisipan. Partisipan terlihat lebih baik, lebih banyak tertawa dan terlihat lebih santai.

Partisipan kedua (P2) perempuan berusia 22 tahun yang sedang mendalami kuliah S1 Pendidikan Bahasa Inggris. Partisipan adalah anak ke-3 dari 7 bersaudara. Partisipan telah berpisah dengan ayahnya selama 8 tahun. Ayah partisipan memutuskan untuk hidup bersama dengan wanita simpanannya, setelah melakukan perselingkuhan selama 10 tahun. Partisipan dibesarkan oleh ibu dan keuangannya disokong oleh pamannya. Setelah mengalami pengalaman yang begitu kelam, naik turun ekonomi yang begitu drastis dan menerima rasa tidak adil dari ayah yang memutuskan untuk memilih istri muda P2 memiliki rasa cuek dan tidak peduli pada laki-laki terutama pada perkawinan. Subjek memiliki pandangan yang buruk terhadap perkawinan dan sifat dependen yang tinggi.

Proses pengambilan data dilakukan di pagi hari di dalam perpustakaan. Pengambilan data berlangsung selama 120 menit. Pada saat wawancara berlangsung P2 menggunakan pakaian rapi dan formal. Selama proses wawancara partisipan terlihat santai dan banyak bercerita, sesekali subjek marah pada apa yang dilakukan ayahnya dan melampiaskan kemarahan dengan berkata kasar pada ayah dan laki-laki pada umumnya, dan sesekali juga subjek menangis ketika membahas tentang perasaannya terhadap ayahnya.

Partisipan ketiga (P3) adalah perempuan berusia 24 tahun yang hidup bersama dengan ibu dan uti atau nenek. P3 saat ini bekerja sebagai perawat di rumah sakit swasta. P3 tidak memiliki banyak pengalaman dengan ayah karena ayah dan ibu memutuskan untuk bercerai sejak subjek berusia 3 bulan. Ayah P3 memutuskan untuk bercerai karena ingin kembali ke istri tuanya. Ibu dari P3 adalah istri muda dari ayah P3. Ayah dari P3 memutuskan untuk pergi dan tetap menjalin komunikasi hingga P3 menginjak usia SMP. Sesudah itu ayah P3 memutuskan unntuk tidak berhubungan lagi dengan keluarga P3. P3 saat ini memiliki kekasih yang sudah akan beranjak menuju ke perkawinan. Akan tetapi P3 terlihat tidak memiliki hak untuk memilih pasangan karena ibu dan uti bersikap protektif dalam memilih laki-laki yang akan masuk kedalam keluarga mereka.

Wawancara dilaksanakan di rumah P3. Suasana rumah terasa sepi dan tenang karena ibu masih bekerja dan uti sedang beristirahat. Wawancara berlangsung selama 60 menit, P3 mengenakan pakaian yang terlihat santai, P3 terlihat lelah karena wawancara dilaksanakan sepulang P3 bekerja. P3 terlihat tenang dalam menceritakan setiap cerita, tidak terlihat marah ataupun sedih, P3 cenderung lebih tertutup terkait masalahnya dengan keluarga. P3 juga memiliki harapan yang tinggi terhadap perkawinan karena P3 akan melaksanakan perkawinan di tahun 2019. P3 terlihat murung saat menceritakan perkawinan dan keluarganya.

Partisipan keempat (P4) adalah perempuan berusia 25 tahun. P4 sedang mendalami kuliah S1 psikologi. P4 adalah anak pertama dari dua

bersaudara. P4 tidak hidup bersama dengan ayahnya selama 5 tahun. P4 memutuskan untuk hidup tidak bersama dengan orang tua di Yogyakarta karena setelah bercerai ibu dari P4 memutuskan untuk hidup di Amerika Serikat. Selama berada di Yogyakarta P4 memutuskan untk hidup bersama dengan pacarnya. P4 merasa bahwa hidup dengan kekasihnya adalah hal yang menyenangkan tetapi P4 tidak ingin menikah dengan kekasihnya. P4 merasa sudah cukup untuk tinggal bersama tanpa harus menikah.

Proses pengambilan data berlangsung selama 50 menit. Wawancara berlangsung di ruang observasi kecil sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. P4 mengenakan pakaian yang rapi karena wawancara berlangsung ketika P4 selesai ujian. Selama wawancara berlangsung P4 terlihat sangat nyaman untuk bercerita. Saat wawancara berlangsung P4 membawa seorang teman karena merasa tidak nyaman untuk sendiri. P4 menangis ketika menceritakan pengalamanya dipukuli baik oleh ibu tiri ataupun mantan pacarnya. P4 juga banyak berkata kasar dan memaki ayah atau ibu tirinya yang telah banyak menyakitinya baik secara fisik maupun verbal.

Partisipan kelima (P5) adalah perempuan berusia 23 tahun yang selama 23 tahun hidup tanpa ayah. Saat ini P5 sedang mendalami kuliah S1 Manajemen. P5 adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Ayah dari P5 memutuskan untuk pergi saat ibu P5 mengandung P5. P5 bahkan tidak pernah sekalipun diberitahu siapa ayahnya baik oleh ibu ataupun kerabat. P5 banyak menjalin hubungan dengan laki-laki yang jauh lebih tua darinya karena P5 merasa

memiliki pandangan yang kurang baik pada laki-laki terutama yang sebaya dan mengagungkan laki-laki yang jauh lebih tua darinya.

Wawancara dilaksanakan sebanyak dua kali yang pertama berlangsung sekitar 20 menit dan yang kedua sekitar 30 menit. Wawancara pertama dilaksanakan di kos P5. P5 terlihat tegang saat wawancara. P5 merasa bahwa ceritanya merupakan rahasia. Di pertemuan kedua P5 terlihat lebih santai dan nyaman saat menceritakan pengalamannya bersama dengan ibunya. P5 sempat menitikkan air mata ketika ia menceritakan perjuangan ibunya dan terlihat sedih ketika ia tidak tahu menahu tentang ayahnya.

Dokumen terkait