• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PEMBAHASAN

4.6 Laskar Hijau Sebagai Gerakan Sosial

4.6.6 Partisipan Laskar Hijau

Laskar Hijau pada awalnya dibentuk oleh masyarakat Klakah sekitar. Masyarakat sekitar Gunung Lemongan merupakan aktor yang paling berperan dalam menjalankan gerakan sosial ini. Melihat ide yang dibangun oleh masyarakat Klakah sendiri untuk membentuk sebuah gerakan yang dinamakan kelompok Laskar Hijau. Sangat jelas bahwasannya partisipan gerakan merupakan kekuatan untuk menjalankan gerakannya. Masyarakat Klakah tidak secara keseluruhan tergabung dan menjadi partisipan dari Laskar Hijau. Pada mulanya hanya beberapa masyarakat yang memang sadar terhaap lingkungan dan bersedia bergabung dalam gerakan penghijauan yang dilakukan Laskar Hijau. Bahkan juga ada masyarakat yang tidak setuju dengan gerakan lingkungan yang

sengaja diusung Laskar Hijau. Menurut Suharko (2006:11):

“Partisipan Laskar Hijau berasal dari berbagai basis sosial yang melintasi kategori-kategori sosial seperti gender, pendidikan, okupasi dan kelas. Mereka tidak terkotakkan pada penggolongan tertentu karena disini mereka mempunyai semangat gotong royong dan jiwa sukarelawan sehingga tidak ada istilah kaum berpendidikan atau masyarakat biasa yang sengaja membuat gap diantara mereka”.

Kemudian dalam perjalanannya Laskar Hijau memiliki partisipan dari berbagai daerah yang tidak hanya berasal dari daerah Klakah namun dari luar daerah. Dalam gerakan sosial baru aktor yang terlibat berasal dari basis sosial berbeda yang melintasi kategori-kategori gender, pendidikan, okupasi atau kelas. Sehingga anggota Laskar Hijau tidak hanya sebatas masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Lemongan yang bermata pencaharian sebagai Petani melainkan dari latar belakang pendidikan berbeda-beda seperti kalangan mahasiswa, dari kelas sosial yang berbeda juga.

Berbagai alasan partisispan bergabung dalam gerakan sosial ada dua kemungkinan, yaitu karena faktor kesadaran dari diri sendiri atau karena faktor ikut-

ikutan. Mereka memang mempunyai semangat dan tujuan yang sama untuk menjaga lingkungan dan melestarikan alam. Anggota Laskar Hijau tidak hanya tertdiri dari kelas sosial yang sama melainkan dari lintas kelas. Hal ini terbukti bahwa anggota Laskar Hijau terdiri dari mahasiswa, para pecinta alam, dan masyarakat sipil. Dalam perjalanan gerakan Laskar Hijau juga bertambah anggota dari berbagai latar belakang dan strata sosial yang berbeda-beda. Sebagai contoh salah seorang mahasiswa asal probolinggo yang meluangkan waktunya untuk datang ke Gunung Lemongan setiap hari sabtu untuk mendaki ke puncak dan hari minggunya untuk melakukan kegiatan penghijauan bersama dengan anggota yang lain. Di tengah kesibukannya dia rela mengorbankan sedikit waktu untuk pelestarian hutan Gunung Lemongan. Berikut penuturan Yasin Anggota Laskar Hijau dari Probolinggo.

“saya gak enak mbak kalau setiap hari sabtu itu gak datang ke Lemongan, seperti ketagihan gitu untuk muncak. Badan malah rasanya sakit semua kalau gak ke Gunung. Rasanya ada yang ganjal kalau minggu gak ikut penghijauan jadi ya kalau sibuk pasti nyari sela untuk hari minggu agar gak ada kegiatan diluar biar enak bisa ke posko”.

Partisipan gerakan merupakan inti kekuatan dari aksi yang dijalankan oleh Laskar Hijau. Partisipasi sangat penting untuk mendorong Laskar Hijau dalam melakukan gerakannya. Partisipan tidak hanya berasal dari kalangan yang berstatus sosial sama melainkan dari bermacam kalangan yang nantinya akan memberikan kontribusi yang sama bagi gerakan untuk pencapaian tujuan kepentingan bersama. Menurut ungkapan Yasin:

“Laskar Hijau bukan cuma masyarakat Klakah saja, kita dari pecinta alam banyak yang menjadi anggota Laskar Hijau. Teman-teman dari Jember juga banyak kesini, kami mendaki bersama dan juga ikut menanam. Biasanya mas Wandi itu bersama teman-temannya melakukan penghijauan diatas mbak. Saya juga ikut membawa bibit lalu ditanam di atas sambil mendaki.” Keanggotaan Laskar Hijau bisa dibedakan menjadi dua sifat yaitu bersifat sebagai activist, yaitu mereka yang berpartisipasi dalam Laskar Hijau dan tergabung secara resmi sebagai anggota, volunteer yaitu mereka yang hanya berpartisipasi dan

datang pada kegiatan Laskar Hijau. Biasanya aktifis Laskar Hijau adalah orang-orang yang menjadi anggota secara resmi dan intens melakukan penghijauan pada hari minggu. Anggota tetap Laskar Hijau seringkali identik menggunakan seragam atau kaos yang bertuliskan Laskar Hijau dalam melakukan kegiatannya. Seragam ini juga menjadi identitas kolektif dari gerakan Laskar Hijau ebagai symbol atau ciri dari identitas Laskar Hijau itu sendiri. Sekali lagi, kaos bukan sebagai pembeda antara activist dan volunteer, cuma sebagai beberapa anggota tetap Laskar Hijau menggunakan seragam agar mudah dikenali . Sedangkan relawan Laskar Hijau adalah orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan insidentil Laskar Hijau yaitu pada acara-acara besar yang diselenggarakan oleh Laskar Hijau contohnya pada acara hari Bumi, Hari Pahlawan Hari Lingkungan dll. Menurut Yasin:

“Yang datang itu banyak mbak dari luar kota termasuk saya, hehehe,,,dari Malang, Madura, Pecinta Alam Unmuh Jember, Unej juga ada terus teman- teman kampus saya, Surabaya. Pokoknya banyak mbak, biasanya dari malang itu juga ada touris asing, mereka dari kursusan itu jadi biasanya mereka membawa volunter orang asing itu kesini ikut penghijauan juga.”

Selaras dengan pernyataan Ma’arif (2010:33):

“Perilaku kolektif terdiri dari kolektifitas lokal yang melibatkan individu- individu dengan kedekatan fisik, adan kolektifitas tersebar yang memiliki cakupan keterlibatan yang melintasi batas geografis”

Anggota Laskar Hijau tidak hanya berasal dari daerah Klakah saja yang mempunyai kedekatan fisik, melainkan mereka juga berasal dari berbagai daerah tersebar luas. Seperti dari luar kota Probolinggo, Malang, Surabaya, Madura dan Jember. Mereka hanya ikut berpartisipasi pada acara besar Laskar Hijau karena keterbatasan waktu dan jarak yang tidak memungkinkan untuk datang setiap hari minggu.

Melihat beragam anggota yang tergabung dalam Laskar Hijau adalah mereka- mereka yang berasal dari kelas, suku, agama, dan latar belakang pendidikan yang berbeda, maka gerakan Laskar Hijau ini adalah representasi dari gerakan sosial baru. Hubungan internal antara anggota Laskar Hijau satu dengan lainnya sangat harmonis

dan saling menjaga. Terlihat dalam sikap antar anggota yang tak pernah membedakan satu sama lain, saling menghormati dan menyegani menjadi contoh bagaimana hubungan lintas kelas terjadi dalam gerakan ini. Apalagi nilai kejujuran yang harus di pegang oleh setiap anggota Laskar Hijau agar bisa saling dipercaya dan mempercaya. Berbuat dengan semangat perjuangan di barengi hati yang ikhlas, selalu tegas untuk menentukan pilihan dan membela kebenaran. Kesetiaan pada perjuangan Laskar Hijau yang tumbuh atas dasar kesadaran diri individu sebagai kepedulian terhadap lingkungan apalagi yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Keserasian diantara mereka tetap terjaga apalagi tenggang rasa antar kawan yang sering kali terlihat ketika mereka berkumpul dalam suatu kegiatan. Mungkin mereka sebelumnya sadar bahwa cara seperti itu bukanlah cara yang mudah untuk menggabungkan berbagai latar belakang orang dalam satu kelompok. Niat dan tekad kerelawanan yang membuktikan organisasi Laskar Hijau tetap jaya. Watak kerelawanan itu sangat sulit untuk di bangun jika tidak ada niat ikhlas dalam diri individu tersebut. Dalam memenuhi segala kebutuhan tak jarang anggota Laskar selalu berbagi dan membantu, siapa saja yang punya mereka akan menolong yang membutuhkan. Hubungan emosional yang erat ini sungguh menjadi pondasi Laskar Hijau tetap bertahan dan berkembang hingga anggota semakin bertambah banyak.