• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PEMBAHASAN

4.6 Laskar Hijau Sebagai Gerakan Sosial

4.6.5 Struktur Laskar Hijau

Struktur yang dibangun Laskar Hijau bersifat horizontal dan secara alami. Dalam gerakan Laskar Hijau tidak mementingkan kekuasaan atau kepemimpinan formal

sehingga struktur yang digunakan Laskar Hijau non-institutional. Laskar Hijau tidak

memiliki konsep kepemimpinan yang hirarki atau adanya pergantian pemimpin secara teratur. Gerakan Laskar Hijau sebagai gerakan lingkungan yang merupakan bagian dari gerakan sosial baru lebih menganut terhadap struktur yang fleksibel. Hal ini dapat terlihat dari kepemimpinan Aak Abdullah sebagai koordinator Laskar Hijau dalam menjalankan kegiatannya bersama para aktifis lingkungan lainnya.

Aak Abdulla Al-Kudus sebagai Koordinator Laskar Hijau terbentuk secara kesepakatan kolektif. Meskipun beliau adalah penggagas Laskar Hijau tapi beliau bukan seorang pemimpin formal. Karena dalam gerakan sosial baru sendiri tidak ada yang namanya pemimpin dan semuanya menjadi sama, hanya saja ketika ada anggota yang menonjol maka dialah yang akan menjadi koordinator. Begitu juga dalam Laskar Hijau yang tidak mementingkan struktur keorganisasiaan dalam menjalankan aksinya. Laskar Hijau tidak memperdebat masalah siapa yang menjadi ketua dan wakil, serta lainnya. Namun kembali kepada tujuan awal yaitu bersama-sama membangun kesadaran masyarakat agar tumbuh sikap kepedulian terhadap lingkungan dan ikut melestarikan

hutan Gunung Lemongan. Menurut Mas Aak:

“di Laskar Hijau tidak ada yang berkuasa, semuanya sama, sama-sama menjadi anggota. Yang penting kultur kita bangun kalau masalah struktur itu nantilah. Jadi tidak ada yang namanya ketua dan anggota, kita tidak pernah membeda-bedakan”.

Artinya gerakan Laskar Hijau berupaya membangun struktur yang merefleksikan bentuk pemerintah representative yang mereka inginkan. Mereka

mengorganisasi diri dalam gaya yang mengalir dan tidak kaku untuk menghindari bahaya oligarkisasi. Siapa yang menurut mereka mempunyai kompetensi lebih maka dialah yang menjadi koordinator. Selaras dengan pendapat Suharko (2006:11).

“Mereka berupaya merotasi kepemimpinan, melakukan pemungutan suara untuk semua isu, dan memiliki organisasi ad hoc yang tidak permanen. Mereka juga mengembangkan format yang tidak birokratis sambil berargumen bahwa birokrasi modern telah membawa kepada kondisi dehumanisasi. Singkatnya, mereka menyerukan dan menciptakan struktur yang lebih responsive kepada kebutuhan-kebutuhan individu, yakni struktur yang terbuka, terdesentralisasi dan non hirarkis”.

Dalam aksinya Laskar Hijau tidak mementingkan kekuasaan ataupun kepemimpinan formal. Hal ini terjadi melihat konsep organisasi yang dibangun Laskar Hijau tidak merujuk pada struktur, melainkan menolak struktur organisasi yang hirarkis dan lebih memilih untuk pengambilan keputusan kolektif. Laskar Hijau lebih menekankan untuk menjalankan komitmen kebersamaan sesuai misi dan tujuan awalnya. Proses ini yang menjadi penting ketika Laskar Hijau menjalankan aksi gerakannya yang menganut pada kelenturan struktur. Dan kenyataannya tanpa adanya struktur yang kaku tersebut dapat menyatukan semua anggota Laskar Hijau untuk mencapai kepentingan dan tujuan bersama. Menurut Mas Aak:

”Di Laskar Hijau sendiri yang nota bene tidak memiliki aset apapun, persoalan-persoalan semacam itu juga pernah muncul. Ini sungguh menggelikan. Rupanya, mental ingin bersaing dengan siapapun, nafsu selalu ingin menang dengan cara apapun, keserakan untuk memiliki punya siapapun, sudah menjadi trend perilaku di zaman ini. Pada zaman ini, orang yang terpilih sebagai pemimpin belum tentu karena orang tersebut berbudi pekerti yang luhur dan dicintai oleh rakyat. Tapi bisa jadi karena dia punya uang. Sebab kemenangan saat ini bisa dibeli dengan uang dan dengan strategi politik yang lihai serta jitu.”

Laskar Hijau merupakan organisasi non profit yang tujuan utamanya adalah melestarikan hutan yang telah rusak akibat illegal logging agar terlihat hijau kembali tanpa motivasi laba. Kemandirian dan independensi dari Laskar Hijau berarti seluruh aktivitasnya berpijak atas dasar kebebasan yang dimiliki untuk mengatur,

memutuskan dan menggerakkan roda organisasinya. Laskar Hijau bukan bagian dari perpanjangan pemerintah, bukan underbow partai politik tertentu dan bukan investasi bagi sektor bisnis. Dalam hal keuangan Laskar Hijau bersandar pada kedermawanan dari pihak lain melalui donasi dan dana untuk menutupi biaya-biaya aktifitas mereka. Menurut Mas Ilal:

“Orang yang masuk ke Laskar Hijau gak pakek syarat apapun karena tidak ada bayaran se Sen pun, ikhlas betul betul relawan tidak ada uang iming iming nanti kamu di gaji ini di kasih ini untuk mendapatkan itu kita harus berusaha menanam sendiri, buahnya kita ambil sendiri yang penting kita tujuannya melakukan penghijauan.”

Dalam hal keuangan, Laskar Hijau tidak meminta atau menerima dana dari pemerintah, perusahaan atau partai politik. Laskar Hijau mendapatkan dana dari sumbangan individual sebagai anggota, karena seringkali para anggota rela mengeluarkan uang dari kantong pribadinya untuk kegiatan Laskar Hijau. Kebanyakan dana juga didapat dari masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan digunakan untuk keperluannya. Nilai-nilai ini membantu Laskar Hijau lebih independen ketika harus berhadapan dengan pemerintah dan perusahaan.

Melihat banyak pengalaman organisasi masyarakat yang terbangun melalui struktur, kita ketahui sendiri bahwa organisasi tersebut jarang bertahan lama. Kebanyakan saat organisasi mulai mapan terutama dalam faktor pendanaan, justru pada saat itu organisasi mulai goyah dan runtuh. Tak lain penyebab masalah tersebut adalah dari faktor internal sendiri seperti korupsi, saling berebut kekuasaan dan saling mempengaruhi serta faktor-faktor yang kurang ideologis seringkali menjadi pemicu hancurnya gerakan rakyat. Persaingan antara pihak-pihak internal akan menjadi awal titik robohnya sebuah organisasi, karena dalam situasi seperti itu visi dan misi tak lagi dikedepankan melainkan memfokuskan pada persainagn individu untuk saling menjatuhkan. Laskar Hijau tidak mengenal hal demikian justru mereka lebih menonjolkan solidaritas antar sesama. Bukan kepentingan individual untuk berebut kekuasaan namun kepentingan bersama untuk kemajuan bersama. Jadi tidak ada

pembagian struktur kekuasaan dalam gerakan Laskar Hijau ini, mereka berjalan mengalir saja tanpa repot-repot memikirkan siapa yang berhak jadi ketua, bendahara, ataupun sekretaris. Struktur demikian itu akan menjadi fleksibel ketika dalam organisasi Laskar Hijau, dan akan menjadi formalitas atas kesepakatan bersama.