• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGGUNAAN HASIL RESES DALAM PEMBUATAN

3.3 Partisipasi DPRD dalam Forum Musrenbang Kota Gunungsitoli 69

d) pengembangan pelayanan publik yang semakin berkualitas, dengan didukung SDM aparatur daerah yang memiliki etos kerja dan kapabilitas dalam menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. e) perluasan pemerataan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial serta upaya pemberdayaan masyarakat yang semakin berkualitas, untuk mendorong peningkatan kualitas derajat kesehatan, perlindungan bagi penyandang masalah sosial dan penguatan keberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek dan sendi-sendi kehidupan.

Sebab menurut Tahap Formulasi Kebijakan, masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan Masalah-masalah terbaik.

Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Maka pada tahap ini, proses pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli telah sampai pada tahap pemilihan atau peyaringan usulan-usulan kebijakan sebelum dilakukan pemutakhiran RKPD setelah selesai Musrenbang Kota.

satunya yaitu keterlibatan aktif dari DPRD dalam semua tahapan proses perencanaan. Dalam hal ini perlunya pemahaman terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat disuarakan dalam perencanaan kebijakan dan memberikan masukan atas prioritas program berdasarkan prioritas masyarakat.112

Sebagai wakil rakyat, DPRD Kota Gunungsitoli berusaha “memaksakan”

agar setiap aspirasi masyarakat dapat dilaksanakan agar tercapainya semua kebutuhan masyarakat yang telah disampaikan saat reses dilaksanakan. Akan tetapi untuk menjaga chek and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif, maka tentunya tidak semua aspirasi masyarakat tersebut apat direalisasikan segera atau dijadikan kebijakan seara lansung dalam perencanaan. Sebab persoalan aspirasi masyarakat terlalu banyak, demikian pula dengan sumber aspirasi tersebut.

Sebab lembaga legislasi daerah merupakan institusi penting bagi demokrasi dan pembangunan. Menjadi penting karena sistem politik dan pemerintahan demokratis mensyaratkan adanya mekanisme keteraturan dalam setiap pengambilan kebijakan dan keputusan politik, seperti halnya kebijakan pembangunan daerah. Lembaga legislasi daerah adalah lembaga penyampai kepentingan dan aspirasi masyarakat yang diubah ke dalam kebijakan, dimana fungsi utamanya adalah mewakili kebutuhan, aspirasi, perhatian dan prioritas masyarakat dengan mengartikulasikan masukan tersebut.

113

112Tartib DPRD Kota Gunungsitoli, Op,Cit, hal 3.

113Wawancara dengan Jhon Kristian Ziliwu, Anggota Komisi C DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli, Tanggal 17 Maret 2015.

Peran aktif DPRD dalam forum semacam musrenbang merupakan salah satu kewajiban DPRD yang harus dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat yang diwakilinya. Selain itu sebagai bentuk tanggung jawab atas kegiatan reses yang telah mereka lakukan sebelumnya yang mengahabiskan anggaran cukup besar yang bersumber dari APBD Kota.

Di Kota Gunungsitoli, pada saat pelaksanaan Musrenbang Tahun 2013, diakui bahwa partisipasi DPRD masih sangat minim, sebab kehadiran mereka sebagai unsur penting dalam perencanan pembangunan Kota Gunungsitoli hanya diwakili oleh beberapa anggota dewan saja. Akan tetapi dokumen hasil reses dipastikan selalu diserahkan pada pemerintah pada tahapan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Yurisman Telaumbanua berikut ini :

“Ya, kalau undangan pasti kita layangkan ya. Hanya masalah hadir atau tidakkan itu urusan mereka. Akan tetapi sejauh ini masih sangat minim ya, yang hadir hanya beberapa saja. Tapi dokumen hasil resesnya sampai ke kita.”114

“ Jadi seharusnya dalam setiap kegiatan perencanaan pembangunan atau penyusunan kebijakan semacam Musrenbang ini kan harus ada partisipasi aktif dari setiap pelaku-pelaku pembangunan itu , baik kepala daerah apalagi anggota Dewan. Kan kita tahu sendiri bahwa musrenbang itu tempat segala macam usulan kebijakan dimasukkan, nah salah satunya ya dari DPRD. Hasil-hasil reses mereka itukan disitulah dibahas bersama kepala daerah. Ya, memang dokumen hasil resesnya ada, cuma dari segi kehadirannya masih sedikit ya. Hanya beberapa orang saja yang hadir.

Harusnya kan kalau bisa semua anggota dewan itu hadir.

Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan Bapak Mashuri Baeha:

115

114Wawancara dengan Bapak Yurisman Telaumbanua, Sekretaris BAPPEDA di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli , tanggal 31 Maret 2015.

115Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

Padahal ada beberapa hal yang perlu dilakukan DPRD terkait reses ini untuk melihat tingkat akuntabilitas dari DPRD Kota Gunungsitoli tersebut, yaitu berkomunikasi dengan publik dan mengemukakan kepentingan masyarakat yang telah diperjuangkan dan menjadi perdebatan antara anggota dewan dengan pemerintah. Namun jika dilihat dari kenyataannya, bahwa hanya beberapa saja anggota dewan yang berpartisipasi dalam pelaksanaan musrenbang, dapat dikatakan bahwa DPRD Kota Gunungsitoli belum akuntabel dalam menindaklanjuti hasil reses masyarakat.

Seharusnya dengan banyaknya anggota dewan maka semakin banyak aspirasi masyarakat yang telah ditampung. Dan otomatis semakin banyak program/kegiatan yang harus diusulkan kepada pemerintah. Dan itu merupakan tanggung jawab setiap anggota dewan. Karena ini berkenaan dengan nilai akuntabilitas yang lainnya yaitu memberitahukan tindak lanjut aspirasi masyarakat yang telah ditampung. Maka menjadi satu hal yang belum efektif ketika tidak semua anggota dewan berjuang “memaksakan” aspirasi masyarakat dari hasil reses yang telah mereka laksanakan untuk dijadikan kebijakan di Kota Gunungsitoli.

Sebab pembangunan sendiri pada hakekatnya membutuhkan dukungan dan komitmen yang semakin luas dari seluruh elemen pemangku kepentingan, seiring berjalannya tahapan-tahapan pembangunan dalam berbagai aspek dan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Pemerintah sebagai penyelenggara pembangunan, memilki kewajiban untuk menjamin kualitas dan kontinuitas

pelaksanaan pembangunan, selaras dengan kebutuhan dan harapan masyarakat itu sendiri.116

Walupun demikian, hasil reses yang dibawa oleh DPRD disampaikan dalam Musrenbang Kota yang didahului oleh Forum SKPD sebagai berikut :

Gambar 3.1

Reses dalam tahapan Penyusuna RKPD

Sumber : Diolah dari berbagai sumber.

Dapat dijelaskan bahwa Hasil reses pertama kali akan di bahas pada forum SKPD sebagai bahan bagi SKPD untuk rencana kerja satu tahun anggaran. Setelah melaui forum SKPD, hasil reses akan di bawa pada forum Musrenbang yang dilaksanakan bersama pemerintah daerah dan pihak-pihak lain. Maka segala sesuatu yang berkenaan dengan prioritas pembangunan Kota Gunungsitoli akan ditampung dalam RKPD untuk selanjutnya diadopsi ke dalam Kebijakan Umum

116Ibid.,

Forum SKPD

Dokumen RKPD 2014

Hasil Musrenbang Desa/Kecamatan

Hasil Reses DPRD

Musrenbang Kota

APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Kota Gunungsitoli tahun anggaran berikutnya (T.A 2014).117

Karena menurut tahap formulasi kebijakan, dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-masing aktor akan bersaing danberusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

Dan seharusya disetiap tahapan tersebut, setiap anggota dewan wajib berpartisipasi aktif di dalamnya, karena DPRD adalah wakil rakyat untuk ikut serta dalam proses atau tahapan pembuatan kebijakan di daerah. Sebab seluruh masyarakat tidak mungkin hadir dalam proses tersebut, oleh karena itulah adanya lembaga legislatif dengan sistem demokrasi perwakilan yang diterpakan di Indonesia ini. Dua puluh lima orang anggota dewan bukanlah angka yang berlebihan untuk bersuara mengusulkan setiap aspirasi masyarakat.

118

Penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD lebih berorientasi untuk menjaring usulan kegiatan, bukan berorientasi pada Begitulah tahap kebijakan yang baik, yang sedikit bertolak belakang jika dilihat dari minimnya partisipasi anggoat DPRD Kota gunungsitoli dalam forum Musrenbang.

3.4 Hasil Reses dan Kebijakan Umum Anggaran Kota Gunungsitoli Tahun 2014

117Wawancara dengan Jhon Kristian Ziliwu, Anggota Komisi A DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli, Tanggal 17 Mret 2015.

118Budi Winarno, Op Cit., hal 32

pemetaan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang berguna untuk penyusunan agenda setting. Masukan yang diperoleh secara substansi sama dengan yang diperoleh oleh Pemerintah Daerah dalam Forum Musrenbang, sehingga terkesan terjadi duplikasi pekerjaan.119

Penjaringan aspirasi yang dilakukan oleh DPRD hanyalah penjaringan sesaat, dan bukan penjaringan atas seluruh isu yang sedang berkembang dan dibicarakan luas oleh masyarakat yang timbul dari aktivitas pemerintahan sehari-hari. Dokumen yangdihasilkan berupa pokok-pokok pikiran DPRD belum merupakan agregasikepentingan masyarakat yang berkembang pada saat kunjungan kerja,rapat dengar pendapat, penjaringan masa reses, penyaluran aspirasilangsung maupun yang melalui media massa. Pokok-pokok pikiran DPRDhanya menggambarkan aspirasi sesaat yang timbul pada saat PenjaringanAspirasi Masyarakat dilakukan.120

119Wawancara dengan Bapak Yurisman Telaumbanua, Sekretaris BAPPEDA di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli , tanggal 31 Maret 2015.

120Ibid.,

Oleh karena, yang terjadi adalah semua semua usulan masyarakat dijadikan sebgai dokumen usulan kebijakan tanpa memperhatikan hal-hal ynag menjadi syarat usulan kebijakan yang sesungguhnya. Kemudian jenis usulan ada yang sama dengan apa yang menjadi usulan dari hasil pelaksanaan musrenbang desa/kecamatan. Sebab penjaringan aspirasi masyarakat yang dilaksnakan masih bersifat momentum, baik ketika pelaksanaan reses oleh DPRD maupun ketika musrenbang oleh pemerintah kota.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang disusun berdasarkan kebutuhan pembangunann daeah dalam jangka pendek serta telah diselaraskan dengan kebijakan pebangunan secara makro, lebih lanjut ditransformasikan ke dalam dokumen Kebijakan Umum Anggaran dan Belanja Daerah (KUA) sebagaimana tahapan perencanaan dan penganggaran daerah.121

Berdasarkan tahapan perencanaan dan penganggaran tahunan daerah sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, maka disusun dokumen Kebijakan Umum APBD Kota gunungsitoli Tahun 2014 yang merupakan manifestasi dari pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli Tahun 2014. Penyusunan dokumen Kebijakan Umum APBD Kota Gunungsitoli Tahun 2014 dilakukan melalui analisa yang komprehensif berdasarkan pertimbangan-pertimbangan substansial seperti prioritas pembangunan, rasionalitas aggaran, kapasitas sumber daya manusia aparatur, kapasitas fiskal daerah, dsb.122

Maka tahapan-tahapan perencanaan RKPD yang sebelumnya telah dijelaskan, setelah melalui proses penyaringan dari berbagai pertimbangan telah disusun menjadi KU-APBD . Demikian dengan usulan DPRD dalam bentuk dokumen hasil reses tahun 2013. Setelah dikelompokkan ke dalam urusan wajib SKPD,maka hasil reses DPRD dan Musrenbang desa/kecamatan seperti yang

121Wawancara dengan Bapak Yurisman Telaumbanua, Sekretaris BAPPEDA di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli , tanggal 31 Maret 2015.

122Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

dijelaskan oleh Bapak Mashuri Baeha, aspirasi masyarakat atas usulan tersebut baik DPRD atau musrenbang dominan ditampung oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Kebersihan Kota Gunungsitoli, dikarenakan masyarakat cenderung mengusulkan pembangunan fisik. 123

Sebagaimana yang tertuang dalam Nota Kesepakatan Pemeintah Kota Gunungsitoli dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gunungsitoli Nomor

050/10499−1871/2013

050/09/DPRD tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014, belanja daerah terkait dengan penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.124

Secara umum plafon anggaran sementara tahun 2014 menurut urusan pemerintahan, urusan wajib sebesar Rp. 513.725.608.834,-. Dan pemerintah Kota gunungsitoli menyelenggarakan 25 urusan wajib yang dilaksanakan oleh 31 SKPD.

Selain itu pagu indikatif untuk setiap program dan kegiatan serta pagu SKPD dilakukan dengan berpedoman pada RKPD Tahun 2014 dengan penajaman

123Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

124Nota Kesepakatan Pemeintah Kota Gunungsitoli dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gunungsitoli Nomor 050/10499−1871/2013

050/09/DPRD tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014, hal 20.

prioritas pembangunan serta mendalami sinergisitas dan sinkronisasi program degan kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.125

Selanjutnya, KU-APBD ini akan dituangkan ke dalam Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang menggambarkan program dan kegiatan prioritas daerah berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), yang telah disinkronkan dengan kebijakan pemerintah tingkat atas. Rancangan Kebijakan Umum APBD dan PPAS, setelah disepakati bersama antara pemerintah daerah dengan DPRD selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan rancangan anggaran pendapatan belanja daerah.126

No.

Tabel 3.1

Proyeksi Belanja Berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah

Satuan Kerja Perangkat Daerah Proyeksi Belanja (Rp)

1. Dinas Pendidikan 28.370.261.120

2. Dinas Kesehatan 20.691.224.000

3. Dinas Pekerjaan Umum 132.605.753.000

4. Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Kebersihan 21.345.159.901 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 5.683.145.000 6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 4.010.880.999 7. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 1.000.000.000 8. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4.025.000.000 9. Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan 12.213.503.628 10 Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2.000.000.000 11 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha kecil dan Menengah 5.000.000.000

Sumber : Kebijakan Umum APBD Kota Gunungsitoli TA.2014

125Ibid.,

126Loc.Cit.,

Dari kebijakan umum APBD tahun anggaran 2014 dapat kita lihat bahwa Dinas Pekerjaan Umum memang mendapatkan anggaran yang paling besar, karena memang program pembangunan untuk dinas ini cukup banyak. Selain itu juga berkenaan dengan infrastruktur yang harus menggunakan anggaran yang besar.

Maka dapat kita katakan bahwa pemerintah merespon baik aspirasi masyrakat, artinya kebijakan pembangunan di Kota Gunungsitoli dapat dikatakan bersifat Bottom Up atau berasal dari bawah.127

Dari pengalaman kita, setelah melalui proses penyaringan berbagai macam usulan, setelah terbentuknya Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah maka aspirasi masyarakat yang berasal dari temuan reses dalam kebijakan Kota Gunungsitoli Saya lihat cukup bagus, ada beberapa usul-usul yang sifatnya partisipatif dari masyarakat tampil untuk dilaksanakan.

Untuk APBD TA. 2014 sendiri walaupun kenyataannya disedot oleh biaya langsung sebanyak 55%, akan tetapi pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik terhadap masyarakat hasil temuan DPRD maupun Musrenbang tetap ditampung semaksimal mungkin. Walaupun mungkin tidak menjadi prioritas utama tema pembangunan Kota Gunungsitoli Tahun 2014.

128

“..sebagai contoh di Dapil saya itu di kecamatan Gunungsitoli idanoi, ada pembangunan jalan dan pengaspalan jalan yang dulu kita usulkan dan itu sudah terealisasi. Dan sudah kita sampaikan kepada masyarakat. Demikian juga yang belum terealisasi. Dan kita berharap secara continuebisa ditindak lanjuti oleh Pemerintah.129

127Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

128Wawancara dengan Hadirat ST Gea, Wakil ,Ketua DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli Tanggal 24 Maret 2014.

129Wawancara dengan Sowa’a Laoli,Ketua DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli Tanggal 24 Maret 2014.

Hal ini juga dijelaskan oleh Bapak Yurisman Telaumbanua.

“mau tidak mau pasti ditampung dan kita laksanakan, walaupun kita harapkan sebenarnya di daerah kita ini yang dilakukan adalah pembangunan dengan skala besar, tetapi karena mekanismenya harus begitu, usulan dari reses DPRD dan musrenbang yang hasilnya adalah usulan-usulan masyarakat dengan skala kecil seperti pembangunan jalan setapak, jalan penghubung, perbaiakan saluran irigasi,dll. Ya tetap harus kita laksanakan, ya sekali lagi mekanismenya harus begitu.”130

Dapat dikatakan bahwa hasil reses memang ditampung oleh pemerintah, akan tetapi belum pada tahap kepuasan oleh pemerintah yang merasa pembangunan yang terjadi di Kota Gunungsitoli akhirnya hanya pada skla kecil saja. Padahal pembangunan yang diinginkan masyarakat tentunya adalah pembangunan yang memang benar-benar dapat mereka rasakan dan gunakan langsung bagi kehidupan mereka sehari-hari.131

1. Rasionalitas Anggaran

Maka pada tahap akhir penetapan kebijakan, akan ada ususlan masyrakat yang tidak dapat terakomodir. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kenapa semua usulan tidak dapat ditampung oleh pemrintah, khususnya usulan DRPD dari hasl reses yaitu :

Tingkat ketersedaian dana APBD atau anggaran Pemerintah merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat penyerpaan aspirasi masyarakat.

Banyaknya usulan yang datang dari masyarakat pada akhirnya tidak dapat ditampung atau ditindak lanjuti semua, karena anggaran yan terses\dia hanya mampu mendanai beberapa usulan saja.

130Wawancara dengan YurismanTelaumbanua, Sekretaris BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

131Wawancara dengan YurismanTelaumbanua, Sekretaris BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

2. Sifat Usulan

Yang dimaksud dengan sifat usulan adalah mendesak atau tidak nya usulan tersebut. Masyarakat pada umumnya ketika forum reses atau yang lainnya menyampaikan semua keluahan yang mereka alami saat itu, diluar apakah itu memang kebutuhan yang mendesak atau tidak. Baik secara umum atau memang karena prioritas pembangunan Kota.

“Proses pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli sudah sesuai dengan mekanisme yang seharusnya sehingga usulan-usulan yang disampaikan oleh DPRD pun menjadi wajib untuk kita sertakan dalam program pembangunan denan syarat sesuai dengan rasionalitas anggaran dan sifat usulan tersebut apakah mendesak atau tidak.”132

Untuk sampai pada tahap penerbitan Kebijakan Umum APBD, dilakukan banyak seleksi atas pertimbangan-pertimbangan yang telah disebutkan sebelumnya. Bahwa dalam kenyataanya, anggaran yang dimilki oleh Kota Gunungsitoli masih kecil, PAD juga sangat kecil, dan selain itu biaya langsung lebih mendominasi kenyataannya dalam APBD Kota Gunungsitoli tahun 2014.

Sehingga setiap usulan yang bersumber dari masyarakat yang kenyataanya dominan pada urusan pembangunan infrastruktur dapat diakomodir seperlunya saja.133

Kemudian prioritas pembangunan Kota Gunungsitoli yang berfokus pada peningkatan sentra-sentra produksi dan perdagangan, menjadikan fokus pembangunan di Kota Gunungsitoli lebih berpusat atau mengarah pada pusat Kota, yaitu Kecamatan Gunungsitoli. Sehingga adapun usulan yang akhirnya

132Ibid.,

133Wawancara dengan Hadirat ST Gea, Wakil ,Ketua DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli Tanggal 24 Maret 2014.

ditampung dalam KUA, lebih banyak pada pembangunan di Kecamatan Gunungsitoli dan sekitarnya. Selebihnya adalah usulan-usulan yang setelah ditelusuri adalah usulan yang sifatnya mendesak, atau memang harus dilakukan sesegera mungkin.134

Menurut teori pengambilan keputusan (decision making) bahwa pengambilan keputusan dalam kebijakan (policy making) merupakan kegiatan yang sangat penting, merupakan kegiatan yang sangat strategis, yaitu banyak menentu arah, sifat dan dampak (effect) daripada public policyitu. Di dalam pengambilan kebijakan, kita harus selalu memperkirakan diperolehnya hasil-hasil yang bersikap fisik (physical proposition) dan memperhatikan nilai-nilai dan kepentingan (value & interest) yang terpancar dari ide pengambilan kebijakan yang merupakan “ethical proposition”. Dalam hal ini, lingkungan dan hubungan-hubungan yang terjalin akan membatasi dan menentukan pengambilan keputusan dalam pemilihan bentuk kebijakan itu.135

Pengambilan keputusan yang baik haruslah selalu bersifat rasional, kondisional dan situasional. Demikian pula dalam pengambilan keputusna dalam menenttukan kegiatan/program dalam kebijakan di Kota Gunungsitoli. Kalau berdasarkan prioritas pembangunan, maka penulis menilai cukup rasional, artinya pengambilan keputusan tersebut benar-benar mempergunakan data-data dan informasi-informasi yang selengkapnya. Yaitu berasal dari pengumpulan segala

134Wawancara dengan YurismanTelaumbanua, Sekretaris BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.

135H. Soenarko, Public Policy, (Surabaya: Airlangga University, 2003), hal 29

bentu aspirasi masyarakat yang dilaksanakan oleh DPRD maupun dari hasil pelaksaaan Musrenbang Desa/Kecamatan.

Dalam tahap-tahap penyusunan kebijakan terdapat salah satu tahap mengenai tahapan evaluasi kebijakan. Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.136

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli Tahun 2014 dalam perkembangannnya sebagai kerangka kerja implementasi program dan kegiatan pembangunan, membutuhkan evaluasi dan penyesuaian-penyesuaian untuk mengoptimalkan hasil capai pembangunan sebagaimana sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Perubahan RKPD dilakukan berdasarkan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Cara Penyusunan,Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RKPD , pada pasal 258 menyatakan bahwa:137

1. RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan perkembangan keadaaan dalam tahun berjalan

136Loc.cit.

137Perubahan RKPD Kota Gunungsitoli Tahun 2014, Pemerintah Kota Gunungsitoli, 2014, hal 9-10.

2. Perkembangan keadaan dalam tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seperti: perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah ; keadaaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan ; dan atau keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukan perubahan RKPD Kota Gunungsitoli Tahun 2014 sebagimana mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan seperti halnya penyusunan RKPD awal yang melibatkan pokir-pokir DPRD, maka pada tahap perubahan juga melibatkan pokir-pokir DPRD ynag tidak lan adalah hasil reses. Usulan-usulan kebijakan yang belum tertampung dalam RKPD akan kembali disampaikan atau diajukan dalam pembahasan P-RKPD.

“Reses itu kan bukan hanya sekali dilakukan, jadi hasil pelaksanaan reses yang berikutnya bisa ditampung dalam pemabahasan kebijakan yang lain, baik itu pada P-RKPD maupun P-APBD. Demikian juga dengan usulan-usulan kebijkan yang sebelumnya belum lolos dalam pembahasan RKPD.138

Tahapannya sama, hasil reses akan diparipurnakan bersama dengan SKPD-SKPD Kota Gunungsitoli, Kepala Daerah dan pihak-pihak terkait.

Kemudian dokumen hasil reses dalam bentuk pokir-pokir DPRD akan diserahkan

138Wawancara dengan Arosokhi Harefa, Anngota Komisi A DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 di Kantor DPrD Kota Gunungsitoli, tanggal 17 Maret 2015.

kepada pemerintah kota, dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan.

Kemudian akan disampaikan pada forum SKPD untuk menjadi bahan SKPD yang akandigunakan sebagai bahan menjadi KU P-APBDdan PPAS P-APBD dan kemudian menjadi P.APBD.139

Dan walaupun telah masuk kedalam usulan P-RKPD hingga ke P-KUA PPAS, dalam pembahasan P-APBD, anggota Dewan akan kembali menyampaikan hasil reses namun kali ini melalui pandangan masing-masing fraksi bersama dengan saran dan kritik terhadap pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan.

Dengan kata lain DPRD mengulang kembali membacakan hasil reses yang telah diberikan kepada pemerintah dalam bentuk dokumen hasil reses. Inilah hasil reses yang bersifat continue sebagaimana dimaksud oleh DPRD Kota Gunungsitoli140

139 Loc.Cit.,

140 Ibid.,

Dokumen terkait