• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Menghadapi Banjir a Partisipasi Masyarakat

4) Collaborative partnership (pembagian kekuasaan dalam pengambilan keputusan yang sesungguhnya dilakukan dalam kemitraan kolaboratif)

2.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Menghadapi Banjir a Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Sastropoetro, 1986), sementara partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok dalam masyarakat, untuk menyatakan kepentingan atau keterikatan mereka terhadap organisasi atau masyarakat dimana mereka bergabung dalam rangka mencapai tujuan masyarakat tersebut (Handayani, 2011).

Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam mitigasi banjir. Menurut Haghebaert (2007) program pengurangan resiko bencana top-down sering gagal untuk mengatasi kerentanan khusus, kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang beresiko. Rencana pemerintah tanpa melibatkan masyarakat dalam mitigasi banjir sangat sulit tercapai, dimana sering kebijakan pemerintah dalam mitigasi banjir tidak diinginkan oleh masyarakat. PBB (2003) menggambarkan bencana sebagai gangguan dari fungsi komunitas masyarakat, yang menyebabkan kerugian kepada masyarakat secara luas. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan bencana secara efektif, yang melibatkan nilai masyarakat dan pemangku kepentingan. Menurut Tippet (2005) partisipasi masyarakat dalam mitigasi banjir telah semakin diakui ditingkat kebijakan dalam penanggulangan bencana banjir, menurut Wazir, et al. (1999), partisipasi masyarakat bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar kedalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.

membangun hubungan dengan publik dan menyepakati pentingnya partisipasi masyarakat sebagai langkah pertama yang solid menuju keterlibatan.

Lebih lanjut Osti dan Nyarekan (2008) adalah penting membangun kapasitas masyarakat untuk memahami kerentanan, strategi, aktivitas dan peran mereka dalam mengelola resiko banjir tanpa mengandalkan entitas eksternal. Dalam hal ini diperlukan komunikasi yang efektif antara masyarakat dan instansi untuk terlibat secara bersama-sama dalam mitigasi banjir.

Partisipasi masyarakat bisa pula diartikan sebagai suatu proses keterlibatan masyarakat secara sadar dan nyata dalam serangkaian proses pembangunan mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengendalian. Partisipasi masyarakat menurut Daniel dkk (2005) disebutkan bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap kegiatan. Partisipasi masyarakat menekankan pada “partisipasi” langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan. Partisipasi masyarakat telah mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikut-sertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga masyarakat (Astuti, 2011).

Menurut Talizuduhu (1990), turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan kepada proses pembuatan keputusan mengenai persoalan di mana keterlibatan pribadi orang bersangkutan melaksanakan tanggung jawab. Sementara itu menurut Khadiyanto (2007), partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan/pelibatan masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan serta mampu untuk meningkatkan kemauan menerima dan

kemampuan untuk menanggapi, baik secara langsung maupun tidak langsung sejak dari gagasan, perumusan kebijakan hingga pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat menurut Godschalk (2000) merupakan pengambilan keputusan secara bersama - sama antara masyarakat dan perencana.

Menurut Cohen dan Uphoff (1977), pengertian partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. Berkaitan dengan partisipasi aktif masyarakat, sedangkan Sebastian (2008), peran serta masyarakat diperlukan dalam minimasi bencana banjir. Oleh karena itu diperlukan beberapa pendekatan, antara lain:

1). Peringatan bahaya banjir disebarkan di tingkat desa/kelurahan

2). Kerja bakti untuk memperbaiki dasar dan tebing sungai, membersihkan kotoran yang menyumbat saluran air, membangun tanggul dengan karung-karung pasir atau bebatuan, menanami bantaran sungai (penghijauan)

3). Rencana pemulihan pertanian pasca-banjir, antar lain dengan menyimpan benih dan persediaan lain di tempat yang paling aman dan ini dijadikan tradisi

4). Perencanaan pasokan air bersih dan pangan seandainya bencana memaksa pengungsian.

b. Bentuk partisipasi

Cohen dan Uphoff (1979) membedakan partisipasi menjadi empat jenis. Pertama yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga yakni partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan, dan keempat yaitu partisipasi dalam evaluasi.

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan. kegiatan merupakan program lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun tujuan.

Sobirin, dkk (2009) menyebutkan beberapa bentuk partisipasi yaitu: a. Spontan; masyarakat berinisiatif secara spontan melakukan aksi bersama. b. Fasilitasi; partisipasi masyarakat yang disengaja, dirancang, didorong. c. Induksi; masyarakat dibujuk melalui propaganda, emosi patriotisme. d. Koptasi; masyarakat dimotivasi dengan keuntungan materi.

e. Paksaan; masyarakat berpartisipasi di bawah tekanan dan sangsi. Tingkat partisipasi masyarakat menurut (Sobirin, Erman dkk 2009):

a. Anggota masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan dari program pemerintah.

b. Anggota masyarakat ikut menghadiri pertemuan – pertemuan perencanaan, pelaksanaan dan pengkajian ulang proyek walaupun sebatas sebagai pendengar semata.

c. Anggota masyarakat terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan tentang cara melaksanakan sebuah proyek dan ikut menyediakan bantuan serta bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proyek.

d. Anggota masyarakat terlibat secara aktif dalam semua tahapan proses pengambilan keputusan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan pengawasan dan monitoring.

e. Anggota masyarakat mampu membuat rencana usaha sendiri yaitu Rencana Usaha Keluarga (RUK) dan Rencana Kegiatan Kelompok (RKK).

Sementara itu, menurut Yunanto (2013), terdapat program yang dapat digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang bahaya banjir, meliputi:

1). Penjelasan tentang fungsi bantaran sungai dan jalur banjir, lokasinyaserta pola siklus hidrologi.

2). Identifikasi bahaya rawan banjir.

3). Mendorong perorangan untuk memperbaiki daya tahan bangunan dan harta mereka agar potensi kerusakan/kerusakan dapat ditekan.

4). Menggugah rasa kesadaraan masyarakat tentang arti penting nya rencana dan latihan penanggulangan serta pengungsian.

c. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengendalian banjir

Menurut Sherry Arnstein pada makalahnya yang termuat di Journal of the American Institute of Planners dengan judul “A Ladder of Citizen Participation”, (1999), terdapat delapan tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan, seperti berikut:

1. Manipulasi (Manipulation)

Pada tingkat ini partisipasi masyarakat berada di tingkat yang sangat rendah dan tidak berdaya, akan tetapi pemegang kekuasaan memanipulasi partisipasi masyarakat melalui sebuah program untuk mendapatkan “persetujuan” dari masyarakat yang dijadikan kendaraan public relation oleh pemegang kekuasaan.

2. Terapi (Therapy)

Untuk tingkatan ini, kata “terapi” digunakan untuk merawat penyakit. Ketidak berdayaan adalah penyakit mental. Terapi dilakukan untuk menyembuhkan “penyakit” masyarakat. Pada kenyataannya, penyakit masyarakat terjadi sejak

distribusi kekuasaan antara ras atau status ekonomi (kaya dan miskin) tidak pernah seimbang.

Dokumen terkait