• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam

kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokal merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah hutan dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisatayang dikonsumsi oleh wisatawan berada ditangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir Penumbuhan kemampuan

masyarakat untuk berkembang secara

mandiri

Perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup

masyarakat

Pembangkitan partisipasi masyarakat.

sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu, perubahan-perubahan yang terjadi dikawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka.

Pengelolaan lingkungan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat pelestarian lingkungan secara edukatif ialah menegakkan keadilan sosial, mengembangkan demokrasi politik dan kebebasan budaya. Tanpa keadilan sosial (social justice) nisyaca pengelolaan lingkungan sosial dapat memberdayakan mereka sebagai mitra. Hak-hak untuk mengembangkan usaha, mengolah sumber daya dan mengelola lingkungannya secara aktif harus dipulihkan. Hak-hak masyarakat atas tempat berlindung, sumber makanan, sumber mendidik anak-anak, secara integratif maupun arena aktualisi diri harus dihormati. Karena itu tegakan kembali kedaulatan rakyat (political democracy) agar mereka dapat ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program-program pembangunan yang menyangkut kepentingan mereka secara langsung atau tidak langsung.

Kemudian yang tidak kalah penting ialah memberikan kebebasan budaya (cultural freedom) untuk merangsang aktivitas kearah pembaharuan dalam menanggapi tantangan pembangunan. Berikan keleluasaan kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mengatasi kesulitan dan meningkatkan kesejahteraan dengan mengacu pada kebudayaan mereka sebagai pedoman dalam beradaptasi terhadap lingkungannya secara aktif. Dengan demikian, masyarakat lokal (terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata) menjadi salah satu pemain kunci dalam

pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional, upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi wisatawan.

Selain itu, masyarakat lokal merupakan ‘pemilik’ langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah hutan dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada ditangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka.

Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah terlebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Oleh sebab itu, peran mereka, terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja (Damanik, 2006:23)

Secara evolutif, Greenwood melihat bahwa hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal menyebabkan terjadinya proses komersialisasi dari keramah tamahan masyarakat lokal. Pada awalnya wisatawan dipandang sebagai ‘tamu’ dalam pengertian tradisional, yang disambut dengan keramahtamahan tanpa motif ekonomi. Dengan semakin bertambahnya jumlah wisatawan, maka hubungan berubah terjadi atas dasar

pembayaran, yang tidak lain dari proses komersialisasi, dimana masyarakat lokal sudah mulai agresif terhadap wisatawan, mengarah kepada eksploitasi dalam setiap interaksi, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.

Dalam hubungan dengan evolusisikap masyarakat terhadap wisatawan, Doxey sudah mengembangkan sebuah kerangka teori yang disebut irendex (irritation index). Model Irendex dari Doxey ini menggambarkan perubahan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan secara linier. Sikap yang mula-mula positif berubah menjadi semakin negatif seiring dengan pertambahan jumlah wisatawan. Tahapan-tahapan sikap masyarakat terhadap wisatawan digambarkan sebagai berikut :

1. Euphoria. Kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta harapan. Ini terjadi pada fase-fase awal perkembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, dan umumnya daerah tujuan wisata tersebut belum mempunyai perencanaan.

2. Aphaty. Masyarakat menerima wisatawan sebagai suatu yang lumrah dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didominasi oleh hubungan komersialisasi. Perencanaan yang dilakukan pada daerah tujuan wisata pada fase ini umumnya hanya menekankan pada aspek pemasaran.

3. Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai terganggu dengan kehadiran wisatawan. Perencanaan umumnya berusaha meningkatkan prasarana dan sarana, tetapi belum ada usaha membatasi pertumbuhan.

4. Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidak- senangannya, dan melihat wisatawan sebagai sumber masalah. Pada fase ini perencana baru menyadari pentingnya perencanaan menyeluruh (Pitana,2005:83)

Adanya berbagai kritik terhadap interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal telah disadari oleh berbagai pihak, termasuk organisasi- organisasi pariwisata internasional. Untuk mengurangi berbagai dampak negatif dan meningkatkan dampak positif, PATA dan WTO telah mengeluarkan kode etik bagi wisatawan. WTO juga sudah mengeluarkan Kode Etik Pariwisata Global, yang sudah dijadikan resolusi PBB, yaitu resolusi No.37 tahun 2001 tertanggal 26 Oktober 2001, tentang ‘Global Code of Ethics for Tourism’ Kode etik yang dikeluarkan oleh PATA (2002) adalah sebagai berikut : PATA Traveller’s Code : Sustaining Indigenous Cultures “ Travel is a passage through other peoples’s lives and other people’s places. Perjalanan adalah menuju ketempat kehidupan orang lain dan menuju tempat orang lain.

1. Be Flexible. Are you prepared to accept cultures and practices different from your own?

(Jadilah fleksibel. Apakah anda siap menerima budaya dan praktek- praktek yang berbeda dari yang anda alami sendiri?)

2. Choose Responsibility, Have you elected to support businesses that clearly and actively address the cultural and enveronmental concerns of the locale are you visiting?

(Pilih secara bertanggung jawab, apakah anda memilih untuk mendukung bisnis yang jelas dan secara aktif mengatasi masalah budaya dan lingkungan dari lokasi yang anda kunjungi?

3. Do your homework. Have you done any research about the people and place you plan to visit so you may avoid what may innocently offend them or harm their environment?

(Kerjakan pekerjaan rumah anda. Sudah kah anda meneliti orang dan tempat-tempat yang akan anda kunjungi sehingga anda dapat menghindarkan apa yang secara tidak sengaja dapat menyinggung perasaan atau merugikan lingkungan mereka?)

4. Be Aware. Are you informed of the holidays, holidays and general religious and social customs of the places you visit?

(Sadarilah. Apakah anda di informasikan menganai liburan dan kebiasaan keagamaan serta kebiasaan sosial dari tempat-tempat yang anda kunjungi?)

5. Support local Enterprise. Have you made a commitment to contribute to the local economy by using businesses that economically support the comunity you are visiting, eating in local restaurant and buying locally made artisan crafts as remembrances of your trip?

(Dukunglah usaha lokal. Apakah anda membuat sebuah komitmen untuk memberikan kontribusi terhadap ekonomi lokal dengan menggunakan usaha yang secara ekonomis mendukung komunitas yang anda kunjungi, makan di restoran lokal dan membeli kerajinan buatan lokal sebagai kenangan dari perjalanan anda?)

6. Be Respectfull and observant.Are you willing to respect local lawsthat may include restrictions of your usage of or accsess to places and things that may harm or otherwise erode the environment or alter or run counter to the places your visit?

(Bersikaplah hormat dan jeli. Apakah anda bersedia menghargai peraturan daerah setempat yang mencakup pembatasan penggunaan atau akses ketempat-tempat yang dapat membahayakan atau merusak lingkungan atau bertentangan dengan lingkungan pada tempat-tempat yang anda kunjungi? (Pitana,2005:86)

2.6. Perubahan pada Masyarakat yang Berdomisili pada Daerah Tujuan

Dokumen terkait