BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4. Teori Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Masalah dalam praktek pembangunan dalam 50 tahun terakhir justru telah menjadi serupa dengan sebuah agenda penerapan hegemonik dari suatu formulasi apriori yang mana objek-objek pembangunan tersebut tidak banyak berbicara dalam mendefenisikan dan merumuskan kontur (garis luar) pembangunannya. Agenda semacam ini membuat pembangunan menjadi aktivitas berorientasi hal lainnya dimana para pelaku pembangunan tidak menyadari bahwa aspek dan praktek pembangunan menyediakan, dan memang seharusnya menyediakankesempatan untuk belajar, pengembangan diri dan transpormasi diri, baik bagi objek maupun subjek pembangunan.
Pada konteks ini, terdapat kebutuhan untuk memikirkan kembali pembangunan sebagai sebuah inisiatif dalam pengembangan diri bagi subjek dan objek pembangunan, dan etika bukan hanya merupakan suatu perjanjian dalam kepedulian terhadap orang lain, melainkan juga sebuah perjanjian dalam kepedulian terhadap diri sendiri. Redefinisi dan konstruksi baik dari etika maupun pembangunan merupakan titik awal yang krusial bagi sebuah pemahaman baru dan penyusunan kembali pembangunan sebagai tanggung jawab manusia bersama, sebagai peluang manusia bersama.
Pembangunan yang dikaji kembali dari titik keuntungan dan praktek pengembangan diri mendesakkan sebuah pergeseran perspektif dalam diri kita: pergeseran dari pandangan pada pembangunan sebagai perbaikan keadaan orang lain kearah menganggapnya sebagai suatu prakarsa dalam pengembangan diri. Disini pengembangan diri merujuk baik pada perantara pembangunan maupun subjeknya, yang disebut sasaran dari intervensi.
Meningkatkan atau menggerakkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai usaha untuk menggali, menggerakkan dan mengerahkan dana dan daya dari masyarakat dalam rangka mensukseskan program-program pemerintah. Dalam hal ini diungkapkan bahwa :
1. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam setiap fase proses pembangunan yang ideal yang membedakan dari pembangunan lain (sektoral, regional, dsb). Metode pembangunan masyarakat ini mendukung wawasan tentang pembangunan terpadu dan partisipatif.
2. Partisipasi masyarakat merupakan suatu keluaran (sasaran, tujuan) pembangunan itu sendiri. Menggerakkan partisipasi masyarakat sebagai suatu keluaran tidak diartikan sebagai usaha untuk menggali dana dan daya dari masyarakat, melainkan sebagai usaha untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.
3. Kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dapat ditumbuhkan melalui upaya perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) masyarakat dan strategi kelompok sasaran (target groups) yaitu kelompok miskin.
4. Kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi yang ditumbuhkan melalui pendekatan dan strategi diatas akan bermakna jika dalam masyarakat tumbuh kesediaan untuk berpartisipasi. Kesediaan tersebut dapat ditumbuhkan jika program/ proyek pembangunan mengandung atau menawarkan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Mukerji berpendapat bahwa penggerakan partisipasi masyarakat tidak dimaksudkan sebagai usaha untuk meringankan beban pemerintah, juga tidak semata-mata untuk mendorong masyarakat untuk menerima teknologi baru, melainkan untuk mewujudkan bahwa semua aspek pembangunan menyangkut kepentingan dan keinginan mereka. Jadi kesediaan untuk berpartisipasi dapat ditumbuhkan melalui penerapan demokrasi dalam pembangunan.
5. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi yang ditumbuhkan melalui usaha penerapan demokrasi dalam pembangunan dapat menumbuhkan kemampuan daerah (desa) untuk berkembang secara mandiri jika kepada masyarakat diberi kepercayaan untuk memegang peranan desisif atas hal-hal yang menyangkut kepentingan mereka (empowerment).
6. Prakarsa pemerintah haruslah bersifat tawaran berbentuk aneka alternatif, agar masyarakat tidak merasa seakan-akan dipaksa atau berada dibawah tekanan atau diasingkan.
7. Masyarakat haruslah bebas memilih dan memutuskan apa yang dikehendakinya, baik diantara alternatif pemerintah maupun dari alternatif masyarakat sendiri.
8. Kepada setiap anggota masyarakat diberi kesempatan yang sama dalam memilih dan menyatakan kehendaknya.
9. Setiap keputusan masyarakat sepanjang mengenai kepentingan mereka, harus dihormati dan diakui.
10. Kepada masyarakat diberi kesempatan untuk belajar dari pengalaman, baik dari keberhasilan maupun dari kegagalan program dan cara yang mereka pilih dan mereka tempuh tersebut (learning process).
Secara diagram kondisi diatas dapat dijelaskan pada gambar 2.2. sebagai berikut ini :
Gambaran pemikiran dapat digambarkan sebagai bagan 2.2.berikut :
Gambar 2.2 Masyarakat Mandiri
Perbaikan Kondisi Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat
Upaya untuk tujuan lainnya
Upaya untuk mnggerakkan partisipasi masyarakat Usaha penggalian dana dari masyarakat Partisipasi sebagai kemampuan berpartisipasi Partisipasi masyarakat sebagai dana atau daya yang dapat disediakan untuk program pemerintah
Demokrasi di desa otonomi desa Partisipasi Vertikal Kesediaan Masyarakat untuk berpartisipasi Enpowerment Orientasi Vertikal
Kebebasan memilih dan memutuskan
kesempatan yang sama bagi setiap orang
Help Me Phylosophy Kesempatan belajar dari
sukses atau kegagalan
Perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dapat menggerakkan partisipasi. Agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu :
1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.
2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban (response) yang dikehendaki.
3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkahlaku (behavior) yang dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi horizontal.
Selain cara-cara diatas partisipasi masyarakat dapat digerakkan melalui :
1. Proyek pembangunan yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.
2. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
3. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.
Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain di Jamaica berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika:
1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan. 2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat
3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat.
4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan.
Dalam partisipasi masyarakat berlaku juga prinsip pertukaran dasar (basic exchange principles). Salah seorang pemuka teori pertukaran (exchange theory) tersebut adalah Peter M. Blau. Ia mengatakan bahwa semakin banyak manfaat yang diduga akan diperoleh suatu pihak dari pihak lain melalui kegiatan tertentu, semakin kuat pihak itu akan terlibat dalam kegiatan itu.
Menyangkut partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan Conyers dalam Soetomo 2010:438 mengemukakan adanya lima cara untuk mewujudkan partisipasi. Kelima cara tersebut adalah (1) survai dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, (2) memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melaksanaka tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yan dibutuhkan dalam perencanaan, (3) perencanaan yan bersifat desentralisasi agar lebih mudah memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi, (4) perencanaan melalui pemerintah lokal dan (5) menggunakan strategi pengembangan komunitas (community development).
Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk berkembang secara mandiri, terdapat kaitan yang sangat erat sekali. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya awal masyarakat itu berkembang secara mandiri. Partisipasi masyarakat dan kemampusn masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri ibarat dua sisi satu mata uang, tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dan perlu dibedakan.
Gambar 2.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan
2.5.Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam