• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.5.3 Partisipasi Pihak Carrefour Medan Fair

Tabel 4.20 Pernyataan Informan tentang Partisipasi Pihak Carrefour Medan Fair dalam Upaya Pengurangan Pemakaian Kantong Plastik

No. Pertanyaan Pernyataan

1 Partisipasi Carrefour Medan Fair dalam upaya pengurangan pemakaian kantong plastik?

Keterangan yang disampaikan oleh Informan sebagai Human Resource Regional di Carrefour Medan Fair, yaitu :

Diakhir tahun 2012 kan ada program “Go Green”,

program tersebut dicanangkan skala nasional, yang mana diminta kepada seluruh perusahaan-perusahaan minimal skala nasional untuk bisa mengurangi kantong plastik di Indonesia..

Jadi Carrefour sebagai perusahaan yang mewakili dari ritel waktu itu berkomitmen yang sama dengan pemerintah untuk mengurangi sampah plastik dengan menggantikan kantong plastik tersebut menjadi kantong belanja Go Green atau

Green Bag. Tapi pun, konsumne bisa membawa

sendiri keranjang atau tas belanja sendiri dari rumah..

Jadi menguranginya itu tadi dengan ada moment kurang lebih seminggu. Hal tersebut benar benar kita kita buat tidak ada kantong plastik dan kita menunggu hasilnya...

Green Bag itu sudah ada sebelum adanya

program meminimalkan kantong plastik, sebetulnya sudah ada Green Bag. Kita sudah kenalkan ke konsumen, dengan apa? Kita menjual dengan harga terjangkau..

Hubungan yang sinergis antara kebijakan pemerintah dengan Carrefour dengan adanya

Green Bag tadi, kemudian setelah kampanye Go Green tersebut dicanangkan semakin kuatlah

komitmen kita..

Untuk kantong plastik yang biodegredable sendiri memang sudah ada dari dari dulu. Kita punya konsep itu kurang lebih sudah sejak dari 2008 sudah ada...

Jadi ya sebetulnya 2008 itu kita sudah konsepkan mengurangi atau mengantisipasi program pengurangan sampah plastik dengan memakai kantong plastik biodegredable yang bisa hancur kurang lebih dua tahun. Cuma di tahun 2012 ada

52 kaantong plastik dan biasa gunain tas belanja dari rumah. Sama seperti di luar negeri, ya kalo belanja mereka pakai karton, nah itu kita lakukan kurang lebih seminggu, atau kalo mereka (konsumen) ga mau ribet lagi ya kita tawarkan beli satu Green Bag yang bisa dipakai berulang. Di minggu pertama belum begitu banyak yang beli, ya ada kasih plus minusnya lah.

2 Usaha Carrefour dalam mempromosikan

pemakaian Green Bag kepada konsumen

Salah satunya kita kerja sama dengan salah satu LSM lingkungan hidup, kemudian kita memberikan atau menunjukkan parodi-parodi sederhana untuk mensosialisasikan Green Bag di jam-jam yang memang padat konsumen. Kemudai kita juga dari kasir, kita juga masing-masing register mengingatkan untuk gunakan Green Bag. Ya itu saja maksimal kita lakukan. Kemudian kita tampilkan visualnya melalui video-video mengenai kerusakan lingkungan..

3 Kendala yang dialami dalam meingkatkan partisipasi konsumen

Ya itu tadi, pertama masyarakat belum biasa dengan penggunaan Green Bag. Kemudian kedua itu mungkin memang karena membeli ya, karena harus membeli jadi harapan mereka pada saat

launching ini konsumen diberikan gratis atau free Green Bag sedangkan sebenarnya kenapa kita gak

beri gratis sebenarnya proses ini hanyalah alternatif perusahaan untuk memfasilitasi konsumen. Bukan satu-satunya cara yang bisa mengurangi kantong plastik.

Paham maksudnya kaan?

Jadi itu kalau mau solusinya kita kasih Green

Bag, tapi kalau Ibu (konsumen) tidak mau beli Green Bag kita pun tidak apa-apa.

Kita tidak punya target yang besar untuk bisa jual

Green Bag ini. Hanya salah satu alat dari kita

untuk bisa mengurangi kantong plastik tadi.. jadi bukan tanggung jawab penuhdari kita, bahwa jika diberi Green Bag kantong plastik akan menurun itu Iya! Menjadi apa ya, kita turut, kita harus memberikan itu gratis, kan kita mau merubah

habit (kebiasaan), kan habit yang dimaksud itu

ya berawal dari mereka (konsumen) juga, menggunakan kantong belanja sendiri gitu.. Bahwa Green Bag itu tools-nya dari Carrefour. Salah satu yang mempermudah mereka, memberikan teori praktis kepada mereka untuk bisa berbelanja dengan tanpa menggunakan

kantong plastik dengan alternatif Green Bag. Jadi Green Bag ini dagangan kita, dagangan dalam artian, kalai memang mau simpel ya ini (Green Bag), tapi kalau memang Ibu (konsumen) punya dari rumah ya silahkan pakai.

4 Jika banyak yang menolak membeli Green Bag, kenapa tidak diberikan secara gratis sebagai reward loyalitas konsumen

Ya itu tadi sesuai dengan alasan pertanyaan no.3

5 Inovasi

Greenmanagement selanjutnya yang akan dilakukan

Ya dari kita sih itu, kayak kamu bilang tadi biodegredable itu yang masih kita jalankan. Karena ada habit yang berbeda antara Carrefour di sini dengan kota yang lain ternyata berbeda. Artinya kalo kita lihat dari Carrefour Denpasar dengan banyak juga turis yang berbelanja, disana mereka sudah membiasakan tidak menggunakan kantong plastik, mereka sudah bawa sendiri kantong belanja dari rumah atau mereka gunai karton tadi, jadi itu udah biasa..

Artinya ditempat kita yang belum membiasakan. Jadi diambil keputusan, bukan dari sepihak kita aja sih, setelah kita survei beberapa konsumen kita, ternyata memang lebih banyak mereka membiasakan menggunakan kantong plastik, ya sekalipun ya kita bilang itu tadi bahwa kantong plastik yang bisa hancur selama 24 bulan tadi. Tetapi tidak ada alternatif lain, yang bersifat teori praktis dengan memberikan kantong plastik tadi. Berdasarkan keterangan dari informan, upaya yang pernah dilakukan pihak ritel adalah menyediakan Green Bag dan tidak melakukan pemberian kantong plastik secara gratis pada akhir tahun 2012 sebagai upaya Carrefour dalam kampanye Go Green Pemerintah. Usaha mempromosikan green bag pada saat program tersebut dilakukan adalah dengan kerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan Hidup dengan menunjukkan parodi-parodi sederhana untuk mensosialisasikan Green Bag di jam yang padat konsumen. Kemudian dengan menawarkan/mengingatkan untuk menggunakan

54 lingkungan secara visual. Namun hal tersebut hanya berlaku kurang lebih selama seminggu saja. Hal ini dikarenakan konsumen belum biasa dengan penggunaan tas belanja dan karena fasilitas Green Bag yang ditawarkan tidak gratis. Upaya yang dilakukan sekarang adalah dengan menggunakan kantong plastik biodegredable yang diklaim bisa terurai dalam jangka waktu kurang lebih 24 bulan, dimana upaya ini sudah dilakukan sejak tahun 2008.

5.1 Pengetahuan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kategori tinggi tentang tentang Prinsip Reduce dan Reuse dalam Pemilihan Tas Belanja sebagai Pengganti Kantong Plastik. Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa umumnya responden memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 81 orang (95,3%), sejalan dengan tingkat pendidikan terakhir responden yang lebih banyak pada tingkat SMA/sederajat yaitu sebanyak 35 orang (41,2%) dan juga pekerjaan responden didominasi oleh responden pelajar/mahasiswa sebanyak 33 orang (38,8%). Dan diketahui bahwa lebih banyak responden berumur lebih dari 25 tahun yaitu sebanyak 36 orang (42,4%). Sebagian besar responden yang diteliti berada pada kategori masa dewasa.

Menurut Zan dan Namora (2010) masa dewasa dimulai dari 21 tahun dimana secara harfiah, dewasa berarti tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran sempurna. Masa dewasa merupakan masa dimana seseorang mampu menyelesaikan pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang dewasa lainnya.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Singgih dalam Puspita (2010) yang menyatakan semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

56

Peneliti sendiri berasumsi umur dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan tindakan responden dalam menggunakan tas belanja sebagai pengganti kantong plastik, terlihat pada hasil penelitian kelompok umur yang mendominasi dalam hal pemakaian tas belanja adalah kelompok umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 4 orang (12,5%). Sedangkan kelompok umur kurang dari 20 tahun hanya 1 orang saja. Hal ini dikarenakan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu, ketika semakin bertambahnya umur maka seseorang akan cenderung berpikir dan bertanggungjawab dalam melakukan sesuatu.

Dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki yaitu sebanyak 61 orang (71,8%). Hal ini sesuai dengan peran perempuan yang senang atau biasa berbelanja. Responden laki-laki datang berbelanja kebutuhan dengan alasan utama adalah menemani istri atau pasangan dan keluarga. Tingkat pengetahuan perempuan juga lebih banyak yang berada di kategori tinggi yaitu 58 orang (68,2%).

Untuk penghasilan responden lebih banyak berada pada tingkat penghasilan tinggi (diatas UMR Provinsi Sumatera Utara yaitu Rp. 1.500.000,-) sebanyak 43 orang (50,6%). Berdasarkan hal tersebut berarti tingkat daya beli cukup tinggi dan tingkat pengetahuan dari kelompok ini juga berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 41 orang (48,2).

Kantong plastik adalah kantong yang terbuat dari atau mengandung bahan dasar plastik, polyethylene, thermoplastic synthetik polimeric, atau bahan-bahan sejenis lainnya, dengan atau tanpa pegangan tangan, yang digunakan sebagai media untuk mengangkat atau mengangkut barang. Sampah plastik merupakan suatu

permasalahan global karena plastik sulit terdegradasi oleh mikroorganisme dalam lingkungan juga cuaca, sehingga menyebabkan masalah lingkungan yang sangat serius. Plastik yang berbentuk film ini akan menutup permukaan tanah, sehingga aerasi tidak bisa berjalan semestinya.

Polimer plastik yang tidak mudah terurai secara alami mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah dan menjadi penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Selain itu, plastik dalam proses pembuatannya menggunakan minyak bumi yang ketersediannya semakin berkurang dan sulit untuk diperbaharui (nonrenewable). Kondisi demikian menyebabkan bahan kemasan plastik tidak dapat dipertahankan penggunaannya secara meluas, karena dapat menambah persoalan lingkungan dan kesehatan di waktu mendatang.

Pengetahuan tentang penggunaan kantong plastik dalam berbelanja tidak terlepas dari informasi yang diterima oleh responden. Baik itu informasi yang didapat dari pendidikan formal, pengalaman sendiri atau orang lain, mau pun dari media informasi itu sendiri.

Menurut Rogers (1983) pengetahuan terjadi ketika seorang individu (atau unit lain yang membuat keputusan) dipengaruhi oleh keberadaan inovasi dan keuntungan beberapa pemahaman tentang bagaimana fungsinya. Pendapat ini diperkuat oleh Notoatmodjo (2003) yang menyebutkan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat tergantung kepada informasi yang diterimanya. Faktor internal dan eksternal individu menjadi perhatian penuh dalam mengetahui dan memahami mengapa seorang individu melakukan perilaku tertentu.

58

Untuk menentukan jenis kantong plastik yang beredar di masyarakat cukup sulit untuk dilakukan, hal ini dikarenakan plastik yang beredar di masyarakat tidak dilengkapi dengan simbol dan kode plastik dan pengetahuan masyarakat tentang simbol dan kode plastik masih rendah. Kantong plastik yang tidak ramah lingkungan adalah kantong plastik yang karena bahan-bahan dasar pembuatannya, atau reaksi kimia antara bahan-bahan dasar tersebut, atau karena sifat, konsentrasinya dan jumlahnya mengakibatkan kesulitan dalam penguraian kembali melalui proses alamiah, sehingga secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan merusak kualitas lingkungan hidup baik secara permanen atau setidak-tidaknya untuk waktu yang proses alami.

Menurut BPOM, kantong plastik daur ulang yang sering ditemukan di masyarakat seperti kantong plastik kresek riwayat penggunaan sebelumnya dari tidak diketahui dengan pasti, mungkin bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia, limbah logam berat dan dalam proses melakukan daur ulang menggunakan bahan kimia tidak dilakukan proses sterilisasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa plastik daur ulang tersebut berbahaya bagi kesehatan, misalnya efek pada ginjal, hati, darah, syaraf, alat produksi, endokrin dan sistem kekebalan. Hal di perparah dengan kebiasaan masyarakt menggunakan kantong plastik kresek dalam berbagai keperluan sehari-hari.

Berdasarkan tabel 4.6 juga diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab akan membawa tas belanja dari rumah apabila toko/retailer tidak menyediakan kantong plastik lagi yaitu 36 orang (42,4%). Sedangkan yang terendah menjawab tidak perlu alasan untuk membawa tas belanja sendiri dari rumah karna

sadar dan paduli lingkungan yaitu sebanyak 24 orang (28,2%). Berdasarkan hasil tersebut peneliti menyimpulkan sikap responden tentang alasan untuk membawa tas belanja sendiri dari rumah bila toko tidak menyediakan kantong plastik lagi.

Menurut Notoadmodjo (2003), secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan berpasrtisipasi, namun tidak dikatakan bahwa sikap dan tindakan untuk berpartisipasi memiliki hubungan yang sistematis. Dalam penerapannya sikap yang didukung kedasaran tinggi terkadang tidak sejalan dengan tindakan untuk ikut berpartisipasi membawa tas belanja. Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat bergantung pada informasi yang diterimanya. Bila informasi yang diterimanya adalah informasi yang salah maka akan menyebabkan kekeliruan dalam pengetahuan yang bisa menimbulkan terjadinya salah persepsi.

Bila dihubungkan dengan hasil penelitian responden yang tergolong pada tingkat kategori tinggi dominan dikarenakan responden menempuh pendidikan formal, dimana terjadi proses belajar dan peningkatan pengetahuan.

5.2 Partisipasi

5.2.1 Partisipasi Konsumen

Partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu. Partisipasi sangat ditentukan oleh kepercayaan terhadap rekanan, media, atau lainnya yang terlibat dalam suatu kegiatan. Partisipasi dalam suatu kegiatan akan tumbuh dengan baik apabila penjual mampu menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh konsumen. Partisipasi menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan, dan diinginkan,

60

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat partisipasi responden menggunakan tas belanja sebagai pengganti kantong plastik sebagian besar responden memiliki partisipasi tinggi yaitu sebanyak 46 orang (54,1%), dan yang terendah responden yang memiliki partisipasi sedang sebanyak 15 orang (17,6%). Namun responden yang menggunakan tas belanja saat belanja rendah yaitu sebanyak 7 orang (8,2%) saja.

Berdasarkan responden yang membawa tas belanja sendiri dari rumah didominasi oleh responden yang berumur antara 20-25 tahun yaitu sebanyak 4 orang dan lebih banyak tingkat partisipasi pada kelompok umur antara 20-25 tahun berada pada tingkat tinggi yaitu sebanyak 19 orang (22,3%), hal ini didukung juga dengan tingkat pengetahuan yang tinggi dari kelompok umur antara 20-25 tahun.

Dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki yaitu sebanyak 61 orang (71,8%). Hal ini sesuai dengan kegemaran perempuan yang senang atau biasa berbelanja. Responden laki-laki datang berbelanja kebutuhan dengan alasan utama adalah menemani istri atau pasangan dan keluarga. Tingkat pengetahuan tentang prinsip reduce dan reuse dalam pemakaian tas belanja sebagai pengganti kantong plastik perempuan juga berada di kategori tinggi yaitu 58 orang (68,2%). Semua responden yang memakai tas belanja saat berbelanja berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (11,47%). Dan tingkat partisipasi perempuan juga tinggi yaitu sebanyak 35 orang (41,25%). Peneliti berasumsi bahwa konsumen perempuan lebih mempersiapkan tas belanja ketika akan berbelanja dari pada kelompok responden laki-laki.

Untuk karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir di dominasi oleh kelompok pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 35 orang (41,2%), dan untuk tingkat partisipasi tinggi sebanyak 35 orang (41,2%). Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi semakin tinggi tingkat pendidikan yang diikuti dengan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan tentang prinsip reduce dan reuse maka tingkat partisipasi seseorang juga akan tinggi pula. Tetapi hal ini tidak diikuti dengan kebiasaan menggunakan tas belanja saat berbelanja. Dibuktikan dengan jumlah responden dari tingkat pendidikan terakhir SMA/sederajat hanya 2 orang (2,4%).

Untuk penghasilan responden lebih banyak berada pada tingkat penghasilan tinggi (diatas UMR Provinsi Sumatera Utara yaitu Rp. 1.500.000,-) sebanyak 43 orang (50,6%). Berdasarkan hal tersebut berarti tingkat daya beli cukup tinggi dan tingkat pengetahuan dari kelompok ini juga berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 41 orang (48,2%). Namun keputusan dalam penggunaan tas belanja belum terlihat yaitu hanya 2 orang (4,6%) yang berpenghasilan > Rp.1.500.000 yang membawa tas saat berbelanja.

Untuk karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di lebih banyak berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yaitu sebanyak 33 orang (38,8%), namun yang memakai tas belanja saat berbelanja lebih banyak pada kelompok ibu rumah tangga yaitu sebanyak 3 orang (3,5%). Sedangkan untuk kategori tingkat partisipasi tinggi lebih banyak pada kelompok pelajar/mahasiswa. Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa untuk mau berpartisipasi seharusnya diikuti dengan pengetahuan tentang prisnip reduce dan reuse dalam pemakaian tas belanja sebagai pengganti

62

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 sebagian besar alasan yang dikemukakan responden yang tidak membawa tas belanja saat berbelanja karena tidak bawa/lupa sebanyak 37 orang (47,5%), dan yang terendah 18 orang (21,2%) responden menjawab tidak membawa tas belanja karena malas membawa dan merasa direpotkan. Dengan sebagian besar responden menjawab belum terbiasa membawa tas belanja sendiri dari rumah sehingga sebagian besar pula responden tidak setuju dengan kebijakan penjual yang tidak memberikan kantong plastik secara gratis yaitu sebanyak 23 orang (65,7%).

Peneliti berasumsi bahwa tingkat partisipasi responden dalam menggunakan tas belanja sebagai pengganti kantong plastik yang tinggi namun tidak diikuti dengan frekuensi responden membawa tas belanja yang hanya 7 orang (8,2%). Terlihat bahwa belum adanya kesadaran dan kebiasaan membawa tas belanja responden. Kesadaran dan kebiasaan sendiri akan terbentuk jika seseorang mengetahui dampak yang akan terjadi jika pemakaian kantong plastik tidak dikurangi. Hal ini juga akan didukung oleh komitmen dari pihak penjual untuk tidak memberikan kantong plastik ketika konsumen berbelanja. Sehingga pada saat akan berbelanja berikutnya konsumen akan mempersiapkan tas belanja dan jika hal ini berlagsung terus menerus akan terbentuk menjadi suatu kebiasaan yang baik.

Dokumen terkait