• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Publik Target Informasi Rincian

Dalam dokumen PENUTUP. Fondasi Tahun Politik 139 (Halaman 36-40)

materi muatan yang diatur dalam UU Dikti diatur dalam PP, sesuai dengan amanat UU Sisdiknas yang mengatur bahwa tentang pendidikan tinggi diatur dalam PP.

Efektivitas dan

kerancuan kalimat  Ada beberapa pasal dalam UU Dikti tidak mengatur subjek dari pengaturan secara jelas.

 Masih ada pasal dalam UU Dikti yang menggunakan kalimat pasif sehingga tidak menjelaskan siapa harus berbuat apa. Mekanisme

evaluasi  Secara umum, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan diberikan wewenang untuk melakukan evaluasi pendidikan tinggi. Selain itu, ada hal-hal khusus yang juga diatur untuk dievaluasi oleh Menteri.

 Pengaturan tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut perihal cara dan jangka waktu evaluasi. Pengaturan itu didelegasikan padaperaturan lebih lanjut.

Kesalahan teknis Tidak ada kesalahan teknis

C. Proses

C.1. Partisipasi Publik Target Informasi Rincian

Tahapan dan waktu  Pembahasan UU Dikti diawali pada masa persiapan. Dalam masa itu, draf awal dan naskah akademik dipersiapkan. Setelah masa persiapan, RUU diajukan pada sidang Komisi X dan sidang paripurna untuk disahkan menjadi RUU usulan inisiatif DPR. Setelah itu, RUU dibahas di Panja Komisi X dan Pemerintah. Hasil pembahasan di Panja diserahkan kepada Tim Perumus, lalu kemudian ke Tim Sinkronisasi. Proses antara Panja, Tim Perumus, dan Tim Sinkronisasi sempat beberapa kali maju-mundur karena situasi pembahasan yang cukup dinamis. Setelah beberapa kali dilakukan perubahan, draf akhir dibahas bersama Komisi X dan Pemerintah dalam suatu rapat, lalu disahkan menjadi undang-undang dalam Rapat Paripurna DPR.  UU Dikti termasuk undang-undang yang membutuhkan

waktu lama untuk disahkan. Dalam dinamikanya, pembahasan rancangan undang-undang itu sempat memanas, bahkan sampai mewarnai pemberitaan di berbagai media nasional. Tarik-menarik kepentingan antara DPR dan Pemerintah sangat terasa, bahkan Pemerintah sempat beberapa kali tidak memenuhi undangan pembahasan bersama DPR. Sampai puncaknya,

Target Informasi Rincian

pada akhir 2011, Pemerintah mengajukan penundaan pengesahan undang-undang pada akhir masa pembahasansehingga agenda yang seharusnya sudah rapat paripurna pengesahan rancangan undang-undang menjadi undang-undang harus diundur lagi satu kali masa sidang. Akses informasi  Akses untuk mendapatkan informasi dan dokumen terbaru

tidak sulit, walaupun tidak bisa dikatakan mudah juga. Hal itudisebabkan ada beberapa dokumen hasil pembahasan tidak boleh diakses masyarakat oleh sekretariat Komisi X dengan alasan pesan dari pimpinan. Kondisi itu jelas sangat mengecewakankarena menutup akses informasi masyarakat.

 Namun, ada beberapa kali kesempatan Komisi X maupun beberapa fraksi memberikan kesempatan koalisi masyarakat sipil untuk memberikan masukannya dengan berdialog secara langsung. Hal itubisa saja disebabkan adanya kesadaran dari para anggota Komisi X untuk menerima masukanatau memang pada saat itu, opini masyarakat sudah sangat menguat akan penolakan RUU Dikti.

Stakeholders/peman gku kepentingan yang terlibat

Stakeholders diberi kesempatan untuk terlibat dalam pembahasan. Stakeholdersyang dimaksud, seperti akademisi, aktivis pendidikan, mahasiswa, sampai orang tua mahasiswa. Kesempatan itu diberikan pada saat pembahasan di rapat Panja Komisi X ataupun audiensi perfraksi.

Perlu dicatat, dalam hal tersebut, terbukanya ruang pelibatan stakeholders, terutama bagi aktivis pendidikan, mahasiswa, dan orang tua mahasiswa tidaklah mudah. Terlebih dahulu, perlu upaya penggalangan opini secara nasional. Upaya awal untuk melakukan RDPU sempat tidak dihiraukan, undangan yang sudah dikirim tidak mendapat respons yang baik, dari Komisi X maupun beberapa Fraksi. Setelah opini atau wacana serta ide mengenai rancangan undang-undang mengemuka secara nasional, upaya permohonan RDPU mendapat responspositif.

Kelompok rentan

yang terlibat Kelompok rentan dalam UU Dikti yang dapat teridentifikasi adalah para mahasiswa dan orang tua mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi. Pelibatan mereka dalam hal ini tidak banyak; kesempatan yang ada tidak terbuka secara luas. Banyak pembahasan dilakukan secara tertutup.

Target Informasi Rincian

yang terlibat manajemen pendidikan ikut terlibat, terutama dalam kegiatan RDPU. Selain itu, para akademisi yang juga merupakan praktis dalam bidang pendidikan ikut aktif mengadvokasikan pemikirannya dalam undang-undang ini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa undang-undang itu mendapatkan perhatian yang lebih dari para kelompok akademisi.

Sifat rapat Sifat rapat yang digunakan dalam pembahasan UU Dikti beragam. Tidak bisa dipungkiri bahwa pembahasan RUU Dikti sempat menerapkan sifat rapat terbuka. Namun, dalam membahas isu-isu yang krusial dan menjadi perhatian banyak kalangan, justru sifat rapat menjadi tertutup. Hal itu membuat kecurigaan tersendiri dari kelompok masyaraat yang memang aktif memantau pembahasan rancangan undang-undang itu. Walhasil, pembahasan RUU Dikti dianggap tidak transparan.

Forum-forum publik yang

diselenggarakan

Secara institusional DPR—dalam hal ini Komisi X—sempat mengadakan beberapa kali RDP dan RDPUyang mengundang kelompok masyarakat. Selain itu, forum-forum publik juga sering dilakukan oleh kelompok masyarakat yang mengundang anggota DPR sebagai narasumber.

C.2. Perdebatan

Target Informasi Rincian

Wacana UU Dikti dibentuk karena UU Badan Hukum Pendidikan dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat pasca-Putusan MK. Ada bagian pengaturan dalam UU BHP yang dianggap masih relevan dan perlu diatur berkaitan dengan perguruan tinggi. Namun, dalam beberapa kesempatan dalam masa pembahasan, anggota DPR menyangkal bahwa UU Dikti merupakan pengganti UU BHP. Sangkalan itu disebabkan pandangan masyarakat yang menganggap negatif UU BHPkarena sudah dinyatakan inkonstitusional.

Metode pembahasan  Pembahasan UU Dikti menggunakan metode DIM.

 Pada saat UU dikti sah menjadi usul inisiatif DPR, pada saat itu, dokumen draf dan naskah akademik sudah tersedia. Namun, pada saat pembahasan dokumen, naskah akademik praktis tidak digunakan lagi.Para pembahas memfokuskan diri pada draf dan DIM.

Target Informasi Rincian

yang selalu diperbarui setelah rapat pembahasan. Metode

pengambilan keputusan

Tidak ada yang berbeda dalam metode pengambilan keputusan dalam rapat-rapat yang dilakukan. Metode yang dilakukan musyawarah dan suara terbanyak dilakukan sesuai dengan mekanisme dalam Tata Tertib DPR.

Bobot perdebatan Dari rapat yang dipantau secara langsung, perdebatan mengenai tanda baca atau yang bersifat teknis laintidak terlalu dominan. Perdebatan banyak mengenai subatansi undang-undang. Adapun, perdebatan mengenai tanda baca terjadi setelah disepakati konsep yang akan diatur.

Kesetaraan dalam

perdebatan Perlu diakui bahwa UU Dikti merupakan salah satu undang-undang yang dalam pembahasannya mendapatkan perhatian banyak pihak. Pihak-pihak itu juga tergolong aktif dalam menyuarakan pendapatnya. Kondisi itu membuat perdebatan menjadi lebih menarik dan berimbang. Dukungan dari media nasional juga tidak bisa dipisahkankarena beberapa kali isu mengenai pembahasan RUU Dikti menjadi isu hangat selama beberapa minggu.

Tabel Analisis UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam dokumen PENUTUP. Fondasi Tahun Politik 139 (Halaman 36-40)

Dokumen terkait