• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Partisipasi Sosial

Partisipasi sosial adalah interaksi dan keterlibatan responden dalam kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lokal yang meliputi kegiatan pengajian, arisan, kerja bakti, dan ronda. Dari 100 orang responden yang diteliti, sebanyak 97 orang (97%) terlibat dalam kegiatan sosial, hanya tiga orang (3%) yang tidak terlibat dalam kegiatan sosial. Responden yang tidak terlibat dalam kegiatan sosial karena umurnya sudah tua sehingga tidak mampu untuk melakukan kegiatan yang memerlukan tenaga fisik.

Hasil analisis data tentang partisipasi sosial menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang diteliti sebanyak 53 orang (54,64%) melakukan kegiatan pengajian yang dilakukan di masjid dengan frekwensi empat kali dalam sebulan, dan waktu yang digunakan untuk pengajian tersebut adalah tiga jam untuk satu kali pengajian. Hal ini sesuai dengan sifat religius orang Betawi, yang merupaka n

karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri dan terbukti dari besarnya perhatian dan banyaknya responden yang mengikuti pengajian. Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyepakati bahwa budaya Betawi yang perlu dilestarikan dan dikembangkan di PBBSB adalah yang berkarakter religius Islami .

Sebanyak 28 responden mengikuti kegiatan arisan. Kegiatan ini diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu. Pelaksanaannnya dilakukan dari rumah kerumah yang dilakukan setiap hari Senin setiap minggu, dengan lama mengikuti arisan dua jam. Pada saat melakukan arisan, pernah dibicarakan tentang PBBSB dengan inti pembicaraan adalah tentang kegiatan yang ada di PBBSB, kemajuan PBBSB, kebersihan dan keindahan lingkungan, kelanjutan program PBBSB, melestarikan kesenian dan kebudayaan Betawi.

Responden yang melakukan kerja bakti di lingkungan masing-masing sebanyak 16 orang (16%). Kegiatan ini dilakukan setiap hari Minggu, dengan waktu dua jam. Sewaktu melakukan kerja bakti ternyata responden masih membicarakan tentang persoalan PBBSB, terutama tentang bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dari pengunjung maupun pedagang yang berjualan di sekitar Situ Babakan, menjaga kebersihan Situ Babakan yang menjadi objek wisata air dan sebagainya.

Hal lain yang juga penting bagi keamanan adalah ronda. Ronda dilakukan oleh tiga orang setiap malam, dan dilakukan secara bergiliran dari setiap warga yang tinggal di kawasan PBBSB dengan lama meronda setiap malam adalah lima jam. Terbukti dengan adanya ronda, lingkungan sekitar PBBSB lebih aman dari lingkungan lainnya.

Perilaku Masyarakat

Perilaku masyarakat diukur berdasarkan tiga indikator yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Masing-masing indikator diukur dengan menggunakan skor pada setiap indikator. Skor dari masing-masing pertanyaan per indikator dijumlahkan sesuai dengan pertanyaan dalam bentuk kuesioner pada tiap responden, sehingga akan mudah diketahui bahwa pernyataan responde n

menunjukkan tingkat pemahaman pengetahuan yang dimilikinya dan apakah dengan pengetahuan tersebut dapat menguatkan sikap dan tindakan mereka.

Perilaku masyarakat berdasarkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya betawi Situ Babakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perilaku masyarakat

No Perilaku Kategori Jumlah

Jiwa (%) 1 Pengetahuan Rendah 27 27 Sedang 31 31 Tinggi 42 42 2 Sikap Rendah 21 21 Sedang 45 45 Tinggi 34 34 3 Tindakan Rendah 31 31 Sedang 26 26 Tinggi 43 43 a. Pengetahuan

Tabel dua menunjukkan bahwa pengetahuan responden berada pada kategori tinggi sebesar 42 persen, kategori sedang 31 persen, dan tingkat kategori rendah 27 persen. Ukurannya adalah melalui pernyataan responden dalam bentuk pertanyaan yang berhubungan dengan Konsep Program Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) yakni: 1) Tujuan diadakannya PBBSB, 2) Sasaran dari PBBSB, 3) Fungsi dari PBBSB, dan 4) Hak dan kewajiban sebagai penghuni PBBSB, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok jawaban, bila jawaban tepat diberikan skor tiga dan kurang tepat diberikan skor dua untuk jawaban yang tidak tahu diberi skor satu, selanjutnya dikategorikan pengetahuan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Dalam hal ini terlihat bahwa pengetahuan responden dapat dikatakan baik, karena cukup mengetahui dan memahami tentang konsep program PBBSB

b. Sikap

Sikap responden diukur melalui peryataan dalam bentuk pertanyaan, dimana responden akan memilih salah satu alternatif jawaban. Pertanyaan yang disampaikan kepada responden berkaitan dengan Materi Program Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Jawaban setuju skor tiga, ragu-ragu skor dua dan jawaban kurang setuju skor satu. Kemudian dikategorikan menjadi sikap tinggi, sedang, dan rendah.

Kategori responden berdasarkan sikap adalah sebagai berikut: kategori tinggi 34 persen, kategori sedang 45 persen, dan kategori rendah 21 persen. Sikap responden dalam hal ini dapat dikatakan sedang. Hal ini disebabkan karena responden masih ragu-ragu akan keberlangsungan PBBSB, karena yang mereka lihat selama ini adalah Pengembangan PBBSB yang relatif sangat lambat.

c. Tindakan

Data yang diperoleh tentang tindakan responden menunjukkan bahwa sebanyak 43 persen responden tergolong pada kategori tinggi, kategori sedang 26 persen, dan kategori rendah 31 persen. Ukurannya didasarkan pada pernyataan responden dalam bentuk sajian pertanyaan sebagai upaya yang telah dilakukan atau tidak dilakukan melalui pelaksanaan program Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, apabila jawabannya adalah melakukan, skor tiga, kadang-kadang diberi skor dua, dan tidak melakukan diberi skor satu. Kemudian tindakan dikategorikan menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dalam hal ini terlihat bahwa responden melaksanakan apa yang ditugaskan kepada mereka sebagai masyarakat yang bertempat tinggal dikawasan PBBSB, seperti setiap rumah harus bernua nsa Betawi, menjaga kebersihan Situ Babakan sebagai objek wisata air, dan apabila diperlukan maka masyarakat (responden) yang memiliki jaring apung di Situ Babakan bersedia dipindahkan ke Situ Mangga Bolong.

Hubungan Karakteristik Individu Dengan Perilaku Masyarakat

Hasil uji antar variabel yang memiliki hubungan adalah yang memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian statistik seperti terlihat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik individu, yaitu pendidikan formal dan nonformal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan tentang PBBSB, pendapatan dengan sikap berhubungan nyata, dan berhubungan

sangat nyata dengan tindakan. Sedangkan lokasi tempat tinggal berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan.

Tabel 4. Analisis korelasi karakteristik individu dengan perilaku masyarakat.

Karakteristik Individu

Perilaku

Pengetahuan Sikap Tindakan

Sig Sig Sig

Umur 45,600 0,572 61,378 0,093 41,666 0,729 Pendidikan Formal 18,151 0,006 2,212 0,899 3,708 0,716 Pendidikan Nonformal 13,834 0,088 0,160 0,997 0,141 0,998 Pekerjaan Utama 2,873 0,579 3,375 0,497 2,473 0,649 Pekerjaan Tambahan 5,881 0,437 5,097 0,531 10,625 0,101 Pendapatan 4,581 0,599 15,032 0,020 18,749 0,005 Jenis Kelamin 4,746 0,093 3,756 0,153 0,196 0,907

Lokasi Tempat Tinggal 1,398 0,497 8,262 0,016 13,517 0,001

a. Usia

Usia responden dalam mengembangkan PBBSB tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan masyarakat. Artinya tinggi rendahnya usia tidak berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang PBBSB. Hal ini disebabkan karena responden sama -sama merasa bertanggungjawab terhadap perkembangan Budaya Betawi Situ Babakan. Hasil penga matan di lapangan menunjukkan bahwa semua responden (tua-muda) dan bahkan masyarakat yang bukan responden dari berbagai kategori usia ternyata memiliki tanggungjawab yang besar akan kelangsungan perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.

Usia responden tidak berhubungan dengan sikap karena sikap responden terhadap pengembangan PBBSB sangat bervariasi yakni ada yang beranggapan bahwa pengembangan Budaya Betawi Situ Babakan sebagai suatu objek dari salahsatu partai politik dan bahkan masih banyak dari mereka yang belum tahu tentang Budaya Betawi. Walau faktor usia tidak berhubungan dengan tindakan, namun semua responden sangat mendukung dengan adanya PBBSB di Kelurahan Srengseng Sawah. Hal ini terbukti dengan keikutsertaan responden dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di dan oleh PBBSB.

b. Pendidikan formal, dan Pendidikan nonformal

Pendidikan formal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan. Berarti responden yang berpendidikan tinggi akan memiliki kemampuan lebih baik di dalam menyerap inovasi baru (seperti PBBSB) sehingga pengetahuannya akan lebih baik dibanding dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Pendidikan nonformal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan responden tentang PBBSB karena pelatihan yang pernah mereka ikuti cukup banyak memberikan informasi tentang PBBSB sehingga pengetahuan mereka lebih baik. Pendidikan formal maupun pendidikan nonformal responden tidak berhubungan dengan sikap dan tindakan.. Kondisi tersebut dapat dipahami, karena responden yang berpendidikan tinggi memilih bekerja disektor formal, seperti pegawai negeri maupun pagawai swasta sehingga perhatian dan ketersediaan waktu mereka dalam mengembangkan PBBSB relatif kurang. Namun mereka tetap sangat mendukung adanya PBBSB di lingkungan mereka, yang dilihat dari partisipasi mereka untuk selalu berusaha menghadiri acara yang diadakan di PBBSB

c. Pekerjaan

Pekerjaan responden dalam mengembangkan PBBSB tidak berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan. Hal ini dapat dimengerti karena mayoritas responden bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang dan pertani. Demikian juga dengan pekerjaan tambahan responden yaitu mayoritas mempunyai Keramba Jaring Apung (KJA) di Situ Babakan. Karena alasan ini maka keterlibatan responden di PBBSB lebih banyak dilakukan pada hari libur atau sore hari setelah mereka pulang dari bekerja. Namun demikian sikap responden terhadap PBBSB tergolong sangat baik. Hal ini terlihat dari aktivitas mereka yang bertempat tinggal di PBBSB dan dahulunya hanya bekerja sebagai petani, sekarang mulai mendirikan warung-warung disekitar Situ Babakan. Dengan dibukanya PBBSB sebagai objek wisata, usaha warung mereka juga dapat menambah penghasilan keluarga.

Sebagian besar (69,23%) responden memiliki keramba jaring apung di Situ Babakan. Namun mereka tetap patuh pada peraturan yang di tetapkan. Misal,

ketika Pemda DKI Jakarta melarang atau memindahkan keramba jaring apung yang ada di Situ Babakan, mereka akan mematuhinya dengan kesepakatan adanya tempat pengganti untuk usaha budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung yang mereka usahakan.

d. Pendapatan

Pendapatan responden tidak berhubungan dengan pengetahuan. Pendapatan responden yang relatif rendah untuk ukuran Jakarta, yakni Rp1.000,000 – Rp1.500,000 per bulan tidak memungkinkan bagi mereka untuk mendapatkan informasi tentang PBBSB secara maksimal, karena dengan penghasilan yang rendah, tidak mungkin bagi mereka untuk membeli koran. Tingkat pendapatan yang diperoleh responden belum memenuhi target, karena dengan pendapatan tersebut responden hanya dapat menggunakannya untuk kebutuhan keluarga yang cukup besar.

Pendapatan responden berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan. Hal ini disebabkan responden mempunyai sikap positif yaitu mau menerima berbagai inovasi baru didalam mengembangkan PBBSB. Sebagai contoh, walaupun responden memiliki pekerjaan tetap, ternyata mereka juga memiliki pekerjaan tambahan seperti membuka warung di sekitar lokasi PBBSB. Hal ini berarti responden begitu sangat terbantu di dalam memperoleh tambahan pendapatan. Tindakan merupakan implikasi dari penyerapan pengetahuan yang diperoleh responden disamping terjadi perubahan sikap pada diri responden, sehingga jelas bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dengan sikap dan tindakan dari responden. Karena dengan perubahan sikap dan tindakan, dapatlah diharapkan adanya peningkatan pendapatan yang difasilitasi oleh adanya pekerjaan tambaha n yang dimiliki oleh responden. Umumnya pekerjaan tambahan responden yakni membudidayakan ikan dengan sistem jaring apung. Tindakan responden ini sangat menunjang program pemerintah sekaligus dapat mengembangkan PBBSB sebagai objek wisata agro..

e. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menunjukkan tidak ada hubungan dengan semua variabel perilaku masyarakat. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan ketika mereka melaksanakan kegiatan di PBBSB.

f. Lokasi Tempat Tinggal

Lokasi tempat tinggal responden berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan, hal ini disebabkan sebagian besar responden (89%) bertempat tinggal kurang dari satu km dari PBBSB sehingga mereka mengerti dan memahami keberadaan PBBSB sebagai objek wisata. Hal ini terlihat dari tindakan responden didalam mendukung setiap kegiatan yang diadakan di PBBSB, dengan terlibat secara langsung dalam berbagai bentuk kegiatan yang diadakan.

Hubungan Aktivitas Komunikasi Dengan Perilaku Masyarakat

Hasil analisis statistik pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa tidak semua variabel aktivitas komunikasi berhubungan dengan semua unsur perilaku masyarakat. Variabel aktivitas komunikasi yang berhubungan sangat nyata adalah keterdedahan pada media massa (cetak dan elektronik), dengan sikap dan tindakan dan keterdedahan pada saluran interpersonal dengan pengetahuan. Sedangkan partisipasi sosial berhubungan sangat nyata dengan sikap dan berhubungan nyata dengan tindakan responden terhadap PBBSB.

Tabel 5. Analisis korelasi aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat

Aktivitas Komunikasi

Perilaku masyarakat

Pengetahuan Sikap Tindakan

? ² Sig Sig Sig

Ketertedahan pada Media Massa

1,831 0,767 19,423 0,001 42,322 0,000

Ketertedahan pada Saluran Interpersonal

13,176 0,010 7,516 0,311 5,883 0,208

Partisipasi Sosial 0,412 0,982 23,413 0,000 12,318 0,015

a. Keterdedahan Media Massa Berhubungan sangat nyata dengan Sikap dan Tindakan, tetapi tidak berhubungan dengan pengetahuan

Terdapatnya hubungan sangat nyata antara keterdedahan media massa (cetak dan elektronik) dengan sikap dan tindakan responden di dalam mengembangkan PBBSB terjadi karena dua media massa yang tersebar di masyarakat (cetak dan elektronik) relatif banyak dan mudah diterima. Penyampaian pesan dari media massa seperti radio, lebih banyak disampaikan oleh mereka yang mengerti tentang

kebudayaan Betawi, sehingga masyarakat lebih mudah memahami dan menerima isi pesan yang disampaikan.. Namun demikian tidak terdapat perbedaan antara keterdedahan media massa dengan pengetahuan, hal ini terjadi karena masyarakat yang berada dilingkungan PBBSB sebagian besar mempunyai pekerjaan diluar PBBSB, sehingga kurang dalam menyerap dan menerima informasi baru yang disampaikan oleh media massa.

b. Keterdedahan Saluran Interpersonal Berhubungan dengan Pengetahuan

Terdapat hubungan yang sangat nyata antara keterdedahan pada saluran interpersonal dengan pengetahuan dalam mengembangkan PBBSB. Hal ini terlihat dari arah pesan yang cenderung dua arah dimana responden melakukan kontak langsung dengan sumber pesan ( pengelola PBBSB, penyuluh, tokoh masyarakat) untuk memperoleh informasi yang terkait dengan pengembangan PBBSB.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontak personal yang dilakukan oleh responden dengan pembina PBBSB cukup baik yang terlihat dari seringnya responden mengadakan pertemuan dengan pengelola PBBSB, penyuluh dan tokoh masyarakat. Semakin sering responden berhubungan dengan Pembina PBBSB maka informasi yang diperoleh mereka tentang PBBSB semakin banyak dan pengetahuan merekapun meningkat.

Tidak terdapatnya hubungan antara saluran interpersonal dengan sikap dan tindakan responden, disebabkan karena terpaan saluran interpersonal tidak merata keseluruh responden, akibatnya responden yang kurang mendapat terpaan saluran interpersonal tidak tanggap akan perubahan yang terjadi mengenai PBBSB.

c. Partisipasi Sosial, berhubungan dengan sikap dan tindakan

Partisipasi sosial dalam mengembangkan PBBSB, dimaksudkan sebagai kegiatan komunikasi responden dalam suatu pertemuan (Pengajian, Arisan, Kerja Bakti, Ronda). Partisipasi sosial berhubungan sangat nyata dengan sikap dan tindakan, hal ini disebabkan responden secara langsung mengimplementasi apa yang menjadi program dari pihak pengelola PBBSB maupun dari para pembina, tokoh masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial yang secara langsung melibatkan diri responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sosial

masyarakat sangat baik dan cenderung untuk mengarah pada perbaikan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat itu sendiri.

Tidak terdapatnya hubungan nyata antara partisipasi sosial dengan pengetahuan dalam mengembangkan PBBSB dikarenakan dalam setiap pertemuan lebih banyak dibicarakan mengenai kegiatan kerohanian. Hal ini sesuai dengan sifat religius orang Betawi yang merupakan pembawaan, dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri dan terbukti dari besarnya perhatian dan banyaknya orang Betawi yang rajin mengikuti pengajian. Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyepakati bahwa Budaya Betawi yang perlu dilestarikan dan dikembangkan adalah yang berkarakter religius Islami. Pertemuan lain yang diadakan responden adalah arisan, pada pertemuan ini yang dibahas dan dibicarakan adalah lebih banyak tentang kegiatan kelompok, seperti kegiatan pertanian. Walaupun mereka pernah juga membicarakan pengembangan PBBSB, namun informasi yang didapat tidak banyak. Kerja bakti dan ronda adalah bentuk partisipasi sosial yang ikut diteliti. Dari dua kegiatan ini juga tidak banyak didapat informasi tentang pengembangan PBBSB. Walaupun kegiatan yang dilakukan responden berada dalam kawasan PBBSB, namun kegiatan tersebut lebih banyak bersifat kekebersihan lingkungan dan keamanan lingkungan.

Dokumen terkait