DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA
BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN
USMIZA ASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
Usmiza Astuti
NRP. P.054020091
ROHADJI, DAN SUTISNA RIYANTO.
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) adalah satu-satunya kawasan yang dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Betawi secara berkesinambungan pada suatu lingkungan yang masih kental dengan kehidupan masyarakat Betawi, keasrian alam Betawi, dan tradisi Betawi.
Ditinjau dari aspek komunikasi, banyak faktor yang mempengaruhi keadaan ini, diantaranya yang berkaitan dengan karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Oleh sebab itu penting diteliti mengenai karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Penelitian ini juga melihat apakah ada hubungan antara karakteristik individu dan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan PBBSB.
Penelitian berlangsung di Kecamatan Jagakarsa Kelurahan Srengseng Sawah Kotamadya Jakarta Selatan. Penentuan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Menggunakan metode deskriptif korelasional dan pengambilan data dengan wawancara dan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden antara 23 sampai 70 tahun, pendidikan cukup tinggi ( tamat SMU hingga perguruan tinggi), pekerjaan bervariasi (PNS, swasta, dan petani) dan mempunyai pekerjaan tambahan (pembudidaya KJA, satpam, dan marbot masjid), pendapatan relatif kecil. Keterdedahan pada koran rendah dibanding radio dan TV, sebagian besar responden kontak dengan Pembina PBBSB, partisipasi sosial relatif tinggi. Pengetahuan tentang konsep program PBBSB tinggi, sikap sedang dan tindakan tinggi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan adalah pendidikan formal dan nonformal, pendapatan berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan, lokasi tempat tinggal berhubungan nyata dengan sikap dan sangat nyata dengan tindakan. Keterdedahan pada media massa yang berhubungan sangat nyata dengan sikap dan tindakan. Keterdedahan pada saluran interpersonal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan, partisipasi social berhubungan sangat nyata dengan sikap dan berhubungan nyata dengan tindakan.
DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA
BETAWI JAKARTA SELATAN
USMIZA ASTUTI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dra. Krishnarini Matindas, MS.
Judul Tesis : Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr.Ir Aida Vitayala S. Hubeis Ketua
Dra. Farida Rohadji, M.S Ir. Sutisna Riyanto Subarna,
M.S
Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah
Pascasarjana
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dr.Ir. Sumardjo, M.S Prof. Dr. Ir. Khairil A.
Notodiputro, M.S
Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah dalam penelitian ini berjudul: Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan.
Terimakasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Pembimbing: Ibu Dr.Ir. Aida Vitayala S. Hubeis, dan anggota Komisi Pembimbing: Ibu Dra. Farida Rohadji, M.S, dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto Subarna, M.S, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, serta terimakasih pula saya sampaikan kepada Ibu Dra. Krisnharini Matindas, M.S, yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Kepala BPTP DKI Jakarta, Kepala Badan Litbang Pertanian di Jakarta yang telah mengizinkan penulis menempuh pendidikan S2 di IPB. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemimpin Proyek PAATP Pusat dan staf di Badan Litbang Jakarta, yang telah membiayai penulis dalam studi ini.
Penghargaan dan rasa terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak Lurah Srengseng Sawah, Bapak Camat Jagakarsa, Bapak Indra beserta staf selaku pengelola PBBSB yang telah bersedia memberikan kesempatan dan membantu penulis selama penelitian dan pengumpulan data
Ucapan terimakasih ya ng sangat mendalam disampaikan kepada suami dan ananda tercinta, juga terimakasih kepada teman-teman (Ir. George Semuel Johni Tomatala M.Si, Wariat SP. MA, Ir, Rita Indrasti M.Si, Karno) yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian sampai dengan proses kelancaran penulisan tesis.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Bogor,
Agustus 2007
Usmiza
Halaman
DAFTAR TABEL ……… xi
DAFTAR LAMPIRAN ………... xii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
Komunikasi Pembangunan ... 6
Aktivitas Komunikasi ... 8
Perilaku Masyarakat ... 13
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku ... 16
Karakteristik Masyarakat ……… 17
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan ... 17
Situ Babakan Sebagai Sarana Wisata ... 18
KERANGKA PEMIKIRAN... 20
METODOLOGI PENELITIAN ... 22
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
Populasi dan sampel ……… 22
Desain Penelitian ……… 23
Pengumpulan Data ……… 23
Instrumentasi ……… 23
Validitas ……… 24
Reliabilitas ……… 24
Definisi Operasional ……… 25
Analisa Data ……….. 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 29
Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 29
Sarana dan Prasarana Wisata ……… 31
Karakteristik Responden ... 33
Aktivitas Komunikasi ... 36
Perilaku Masyarakat ... 44
Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku Masyarakat ... 46
Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN ... 58
DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA
BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN
USMIZA ASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
Usmiza Astuti
NRP. P.054020091
ROHADJI, DAN SUTISNA RIYANTO.
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) adalah satu-satunya kawasan yang dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Betawi secara berkesinambungan pada suatu lingkungan yang masih kental dengan kehidupan masyarakat Betawi, keasrian alam Betawi, dan tradisi Betawi.
Ditinjau dari aspek komunikasi, banyak faktor yang mempengaruhi keadaan ini, diantaranya yang berkaitan dengan karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Oleh sebab itu penting diteliti mengenai karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Penelitian ini juga melihat apakah ada hubungan antara karakteristik individu dan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan PBBSB.
Penelitian berlangsung di Kecamatan Jagakarsa Kelurahan Srengseng Sawah Kotamadya Jakarta Selatan. Penentuan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Menggunakan metode deskriptif korelasional dan pengambilan data dengan wawancara dan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden antara 23 sampai 70 tahun, pendidikan cukup tinggi ( tamat SMU hingga perguruan tinggi), pekerjaan bervariasi (PNS, swasta, dan petani) dan mempunyai pekerjaan tambahan (pembudidaya KJA, satpam, dan marbot masjid), pendapatan relatif kecil. Keterdedahan pada koran rendah dibanding radio dan TV, sebagian besar responden kontak dengan Pembina PBBSB, partisipasi sosial relatif tinggi. Pengetahuan tentang konsep program PBBSB tinggi, sikap sedang dan tindakan tinggi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan adalah pendidikan formal dan nonformal, pendapatan berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan, lokasi tempat tinggal berhubungan nyata dengan sikap dan sangat nyata dengan tindakan. Keterdedahan pada media massa yang berhubungan sangat nyata dengan sikap dan tindakan. Keterdedahan pada saluran interpersonal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan, partisipasi social berhubungan sangat nyata dengan sikap dan berhubungan nyata dengan tindakan.
DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA
BETAWI JAKARTA SELATAN
USMIZA ASTUTI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dra. Krishnarini Matindas, MS.
Judul Tesis : Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr.Ir Aida Vitayala S. Hubeis Ketua
Dra. Farida Rohadji, M.S Ir. Sutisna Riyanto Subarna,
M.S
Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah
Pascasarjana
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dr.Ir. Sumardjo, M.S Prof. Dr. Ir. Khairil A.
Notodiputro, M.S
Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah dalam penelitian ini berjudul: Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan.
Terimakasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Pembimbing: Ibu Dr.Ir. Aida Vitayala S. Hubeis, dan anggota Komisi Pembimbing: Ibu Dra. Farida Rohadji, M.S, dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto Subarna, M.S, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, serta terimakasih pula saya sampaikan kepada Ibu Dra. Krisnharini Matindas, M.S, yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Kepala BPTP DKI Jakarta, Kepala Badan Litbang Pertanian di Jakarta yang telah mengizinkan penulis menempuh pendidikan S2 di IPB. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemimpin Proyek PAATP Pusat dan staf di Badan Litbang Jakarta, yang telah membiayai penulis dalam studi ini.
Penghargaan dan rasa terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak Lurah Srengseng Sawah, Bapak Camat Jagakarsa, Bapak Indra beserta staf selaku pengelola PBBSB yang telah bersedia memberikan kesempatan dan membantu penulis selama penelitian dan pengumpulan data
Ucapan terimakasih ya ng sangat mendalam disampaikan kepada suami dan ananda tercinta, juga terimakasih kepada teman-teman (Ir. George Semuel Johni Tomatala M.Si, Wariat SP. MA, Ir, Rita Indrasti M.Si, Karno) yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian sampai dengan proses kelancaran penulisan tesis.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Bogor,
Agustus 2007
Usmiza
Halaman
DAFTAR TABEL ……… xi
DAFTAR LAMPIRAN ………... xii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
Komunikasi Pembangunan ... 6
Aktivitas Komunikasi ... 8
Perilaku Masyarakat ... 13
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku ... 16
Karakteristik Masyarakat ……… 17
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan ... 17
Situ Babakan Sebagai Sarana Wisata ... 18
KERANGKA PEMIKIRAN... 20
METODOLOGI PENELITIAN ... 22
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
Populasi dan sampel ……… 22
Desain Penelitian ……… 23
Pengumpulan Data ……… 23
Instrumentasi ……… 23
Validitas ……… 24
Reliabilitas ……… 24
Definisi Operasional ……… 25
Analisa Data ……….. 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 29
Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 29
Sarana dan Prasarana Wisata ……… 31
Karakteristik Responden ... 33
Aktivitas Komunikasi ... 36
Perilaku Masyarakat ... 44
Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku Masyarakat ... 46
Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN ... 58
1. Populasi dari sampel penelitian ………. 23
2. Jumlah Penduduk di tiap RW di Kelurahan Srengseng Sawah ……… 30
3. Perilaku Responden ………... 45
4. Analisis korelasi karakteristik individu dengan perilaku masyarakat ... 47
Halaman
1. Hasil perhitungan reliabilitas………... 59
2. Karakteristik Responden ………. 60
3. Rata-Rata Frekuensi Aktivitas Komunikasi ……… 61
4. Rata-Rata Skor Perilaku Masyarakat ………61
5. Kuesioner penelitian ... 62
6. Hasil analisis data ... 78
7. Peta Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan ……….. 92
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah tentang pelestarian budaya asli Betawi ditandai dengan
dikeluarkannya Keputusan Gubernur Nomor D.IV-115/e/3/1974 yang
menetapkan kawasan Condet, Kampung Tengah, Balekambang dan Batu Ampar
seluas 18.228 hektar sebagai cagar budaya Betawi. Setahun ke mudian diterbitkan
pula Surat Keputusan Gubernur Nomor D.1-7903/a/30/75 tentang penetapan
Kelurahan Condet, Kampung Tengah, Balekambang dan Batu Ampar sebagai
daerah buah-buahan. Setelah itu pada tahun 1978 lahir Instruksi Gubernur DKI
Nomor D.IV-99/D/11/1978 tentang penyusunan rencana pola kebijaksanaan dan
tata kerja proyek cagar budaya Condet.
Ternyata pada tahap implementasi, kebijakan tersebut mengalami
kegagalan karena kurangnya pengawasan dan lemahnya daya ikat peraturan.
Tanah dan rumah masyarakat Betawi telah berpindah kepemilikan karena adanya
tuntutan hidup dan kurangnya insentif, sementara hasil-hasil produksi seperti
buah-buahan Condet tidak dapat bersaing dengan produk luar Jakarta.
Untuk melestarikan tata kehidupan dan tata ruang komuni tas Sosial
Budaya Betawi, Gubernur DKI Jakarta menetapkan kawasan Situ Babakan
sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PBB), melalui Peraturan Daerah DKI
Jakarta No 6 Tahun 1999 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Propinsi DKI Jakarta serta Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 92 Tahun
2000 Tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi. Pada tanggal
10 Maret 2005 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta telah
menyetujui Rancangan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan.
Tujuan penetapan Perkampungan Budaya Betawi adalah agar masyarakat
secara sadar memelihara tata kehidupan yang berbudaya Betawi seperti
kehidupan yang kental nuansa Islami, berbusana khas Betawi, kerajinan,
lingkungan alam dan bangunan yang ada atau bangunan yang dibangun dengan
tetap bercirikan khas Betawi, selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan potensi
lingkungan fisik dan non-fisik untuk meningkatkan perekonomian melalui
kegiatan kerajinan, cenderamata, hasil tanaman buah-buahan, wisata air,
pertunjukan kesenian dan lain-lain.
Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB)
sebagai objek wisata diwujudkan dengan perbaikan jaringan jalan, baik dengan
aspal maupun conblock yang merupakan sarana penunjang bagi kegiatan ekonomi, sosial, maupun budaya/kesenian, pembangunan rumah berciri Betawi
serta pembangunan fasilitas lainnya seperti lampu-lampu jalan, penghijauan dan
pembangunan taman. Untuk menarik minat pengunjung secara berkala diadakan
acara kesenian-kesenian tradisional Betawi. Dengan banyaknya pengunjung akan
dapat menambah penghasilan, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat sekitar Situ. Akan tetapi yang harus diperhatikan adalah masyarakat
dan pengunjung harus sama -sama merasa memiliki, sehingga sama-sama
menjaga keberadaan kawasan PBBSB
Komunikasi dalam konteks pembangunan berperan dalam membantu
menciptakan lingkungan manusiawi yang diperlukan untuk berhasilnya program
pembangunan. Dukungan tersebut berupa aktivitas informasi, motivasi dan
edukasi yang dibutuhkan untuk mengubah segala ketidakpedulian masyarakat
terhadap kepentingan dan komitmen, ketidakacuhan akan pengetahuan, dan
mengubah sikap mental atau kebiasaan yang sebelumnya menentang perubahan,
sikap dan kebiasaan.
Komunikasi seringkali dikonseptualisasikan sebagai salahsatu pemecahan
terhadap problem pembangunan, namun janganlah dipandang efektif 100%,
terutama jika tujuannya adalah untuk mengubah keinginan dan kesukaan
masyarakat, atau bagaimana mereka berprilaku.
Komunikasi dapat menolong, khususnya jika sumber-sumber pembiayaan
cukup tersedia, dan disain serta implementasinya dilaksanakan berdasarkan suatu
pemahaman yang menyeluruh akan masyarakat dan kebudayaan.
Dari hasil pengamatan di lapangan, sebenarnya masyarakat dapat
Budaya Betawi Situ Babakan, akan tetapi agar masyarakat kawasan PBBSB
dapat lebih termotivasi untuk mengembangkan kawasan tersebut, diperlukan
kesesuaian antara rencana, program dan pelaksanaan, oleh karena itu kerjasama,
peran serta dan kesadaran antar berbagai pihak sangat diperlukan guna mencapai
satu tujuan utama yaitu mengembangkan kawasan PBBSB. Namun demi kian,
masih tetap menimbulkan pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku masyarakat
sekitar kawasan PBBSB. Apakah program-program yang dicanangkan
pemerintah selama ini telah mengakomodir kepentingan orang banyak, sejauh
mana masyarakat sekitar ikut berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap pengembangan kawasan PBBSB tersebut, apakah
masyarakat mengetahui hak, kewajiban, dan peran sertanya yang tertuang dalam
Perda DKI Jakarta No 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
sekitar kawasan PBBSB, apakah aktivitas komunikasi pembangunan berjalan
efektif ? Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang
Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ
Babakan beserta faktor-faktor yang terkait.
Perumusan Masalah
Masyarakat yang berada di kawasan Perkampungan Budaya Betawi
memegang peranan penting dalam mengembangkan Perkampungan Budaya
Betawi. Untuk meningkatkan pengetahuan mereka, pembinaan dari
instansi-instansi terkait secara berkala harus dilakukan seperti pelatihan, lokakarya ,
penyuluhan, studi banding kedaerah-daerah wisata harus dioptimalkan, sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan mereka terhadap kebudayaan. Dalam upaya
meningkatkan ekonomi masyarakat, mereka berhimpun membentuk kelompok
tani. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani diberikan
penyuluhan-penyuluhan supaya kelompok tani mampu berkembang menjadi kekuatan
ekonomi yang memadai dan mampu menopang kesejahteraan keluarganya.
Perkembangan bidang ekonomi diatas sangat positif, namun dilain pihak,
pengembangan ekonomi tidak selalu dapat sejalan dengan upaya pemerintah
dalam melestarikan seni-budaya Betawi. Untuk kawasan Perkampungan Budaya
sejalan dengan kebudayaan Betawi. Dalam upaya melestarian seni-budaya
Betawi di dalam Perkampungan Budaya Betawi terdapat kelompok atau group
kesenian, seperti Gambang Kromong, Qasidah, dan Dangdut. Sejalan dengan
keagamaan yang dianut oleh mayoritas penduduk, maka group Qasidah memiliki
jumlah kelompok yang terbesar yaitu 10.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik masyarakat dalam mengembangkan
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan?
2. Bagaimanakah aktivitas komunikasi masyarakat dalam mengembangkan
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan?
3. Bagaimanakah perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan
Budaya Betawi Situ Babakan?
4. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik dan aktivitas komunikasi
dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan Budaya
Betawi Situ Babakan?
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, dapat
digambarkan beberapa aspek yang perlu diketahui sehubungan dengan aktifitas
komunikasi dan perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan
Budaya Betawi Situ Babakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan karakteristik anggota masyarakat Perkampungan Budaya
Betawi di Situ Babakan.
2. Mendeskripsikan aktivitas komunikasi anggota masyarakat Perkampungan
Budaya Betawi di Situ Babakan.
3. Mendeskripsikan perilaku anggota masyarakat Perkampungan Budaya Betawi
di Situ Babakan.
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik dan aktivitas komunikasi dengan
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk Pemerintah
DKI Jakarta, khususnya sebagai bahan informasi dan kajian bagi segenap pihak
yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi terutama komunikasi di bidang
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Pembangunan
Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan usaha untuk membuat satuan sosial dengan
menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki serangkaian peraturan untuk
mencapai tujuan (Cherry dalam Rakhmat, 2000). Sedangkan Theodorson dalam
Liliweri (1997), menyatakan komunikasi sebagai proses pengalihan informasi
dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok
orang lain yang mengandung pengaruh tertentu.
Komunikasi dalam Pembangunan
Pada umumnya di dalam setiap proses pembangunan, sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi hasil pembangunan, selalu terjadi
proses komunikasi antara pihak-pihak yang terkait. Proses komunikasi yang
berlangsung pada dasarnya dimaksudkan untuk saling memahami, menumbuhka n
pengertian, serta menyamakan persepsi yang berkaitan dengan pembangunan
yang hendak dilaksanakan. Pembahasan serta penetapan Situ Babakan sebagai
Perkampungan Budaya Betawi dalam forum-forum Rapat Koordinasi
Pembangunan (Rakorbang), baik pada tingkat daerah, kecamatan, maupun desa,
jelas melalui suatu proses komunikasi yang melibatkan pihak pemerintah da n
masyarakat.
Komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti luas dan sempit.
Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi
komunikasi antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama
antara masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian terhadap hasil pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit,
komunikasi pembangunan merupakan segala upaya, cara, serta teknik
penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan dari
pemrakarsa pembangunan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut
dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi
Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi sebagai suatu proses,
yaitu pencapaian gagasan-gagasan pemikiran oleh sumber kepada penerima
dengan tujuan untuk merubah perilaku (Rogers dan Rogers, 1976). Penyampaian
gagasan-gagasan pemikiran tersebut dapat langsung secara lisan maupun tidak
langsung melalui media (Effendy, 1993). Proses komunikasi akan dapat
mengubah perilaku orang lain apabila komunikasinya komunikatif Carl I.
Hovland (Effendy, 1986).
Di dalam proses komunikasi, Pengembangan Perkampungan Budaya
Betawi Situ Babakan sebagai kawasan wisata terjadi interaksi antara pihak
Pemda dengan masyarakat maupun tokoh masyarakat sampai akhirnya terlahir
suatu keputusan. Didalam pengambilan keputusan, proses komunikasi terlihat
ketika manusia berinteraksi untuk mencapai tujuan pengintegrasian, baik antar
individu dalam kelompok maupun di luar kelompok.
Operasionalisasi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ
Babakan sebagai Kawasan Wisata melibatkan berbagai unsur, seperti Pemda
DKI Jakarta sebagai sumber informasi, masyarakat maupun tokoh masyarakat
sebagai penerima, dan ada pesan yang jelas mengenai pengembangan
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan yang disampaikan melalui forum
pertemuan. Tampak dengan jelas bahwa di sini terjadi interaksi antar komponen
seperti layaknya interaksi unsur-unsur komunikasi di dalam proses komunikasi.
Menurut Berlo (1960), proses komunikasi melibatkan interaksi dari enam unsur
penting komunikasi, yaitu: source, encoder, message, channel, decoder, dan
receiver. Sedangkan Rogers dan Rogers (1976) menyatakan bahwa dalam proses komunikasi berinteraksi unsur-unsur komunikasi yang terdiri atas: sumber,
pesan, saluran, penerima, efek, dan umpan balik.
Konseptual Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan
sebagai Kawasan Wisata seyogyanya menekankan “pendekatan komponen”,
yakni menelaah variabel-variabel: sumber, pesan atau saluran untuk menentukan
bagaimana hubungannya dalam proses komunikasi. Seperti komunikasi
pembangunan yang dilihat sebagai suatu proses menyeluruh, termasuk
pemahaman terhadap khalayak serta kebutuhan-kebutuhannya, perencanaan
penyebaran, penerimaan, umpan balik, dan bukan hanya kegiatan langsung satu
arah dari komunikator kepada penerima yang pasif (Rogers, 1976). Dia harus
menggambarkan interrelasi antara komponen-komponennya, termasuk juga
lingkungan dimana proses komunikasi itu berlangsung (Rogers dan Rogers,
1976).
Aktivitas Komunikasi
Aktivitas komunikasi adalah, proses dalam berkomunikasi yang
merupakan semua kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh
informasi. Barlund dalam Liliweri (1997), proses komunikasi dimaksudkan sebagai serial gerakan yang memberi dan menerima pesan yang bermanfaat untuk
mencapai tujuan akhir.
Aktivitas komunikasi yang dilakukan seseorang atau kelompok massa
akan menentukan efektifitas komunikasi. Efek komunikasi massa dalam
pembentukan realitas sosial dibentuk ketika informasi memberikan status yang
sama sebagai pengamatan langsung dari realitas fisik. Perubahan yang terjadi
pada diri khalayak komunikasi massa-penerima informasi, perubahan perasaan
atau sikap dan perubahan perilaku yang terdiri dari perubahan kognitif, afektif
dan behavioral. Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Efek ini berhubungan dengan
transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif
timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci
khalayak. Efek ini ada hubungan dengan emosi, sikap, atau nilai. Sedangkan efek
behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi
pola-pola tindakan atau kebiasaan berprilaku. Menurut Ahmadi (1999), aktivitas
komunikasi dipengaruhi faktor intern dan ekstern.
Faktor intern atau faktor personal merupakan faktor yang berpusat pada
persona, berupa sikap, instink, kepribadian, Faktor intern dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis
terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan faktor
sosiopsikologis (Rakhmat, 2000). Faktor biologis sangat mempengaruhi
berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suara
yang berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan faktor sosiopsikologis
adalah faktor yang berhubungan dengan aspek emosional, dan konatif yang
berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak (Rakhmat, 2000).
Menurut Rogers (1976), faktor intern merupakan faktor kemauan, pengetahuan
dan pengertian seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor ini akan
mempengaruhi berlangsungnya aktivitas komunikasi yang pada akhirnya akan
menentukan berhasil tidaknya (efektif) suatu komunikasi.
Faktor situasional atau faktor eksternal juga mempengaruhi aktivitas
komunikasi seseorang sebagai cerminan dari perilaku seseorang. Faktor
situasional merupakan aspek yang berasal dari luar pribadi yang berpengaruh
terhadap perilaku. Samson dalam Rakhmat (2000) membagi faktor situasional ke dalam tiga kelompok, yaitu :1) aspek objektif dari lingkungan seperti geografis,
iklim, sosial, temporal, suasana perilaku; 2) lingkungan psikososial seperti iklim
organisasi/kelompok; 3) stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
seperti orang lain.
Media Massa
Media merupakan saluran komunikasi yang dari segi sifat dan
jangkauannya dibagi atas media individual dan media massa. Media individual
meliputi surat, telepon dan telegram yang digunakan dalam proses komunikasi
persona. Media massa merupakan saluran komunikasi yang bersifat
umum/massal yang meliputi pers (surat kabar), radio, film dan televisi dengan
fungsi sosial yang kompleks (Arifin, 1994). Menurut Lionberger dan Gwin
(1982), media massa merupakan saluran komunikasi yang digunakan oleh
masyarakat yang tidak saling kenal, seperti radio, televisi, bahan-bahan publikasi,
tape dan Koran.
Kontak dengan media massa adalah bagian dari usaha mencari dan
menyebarkan informasi di mana individu atau masyarakat mendapatkan
informasi melalui media massa baik cetak maupun media elektronik. Dalam
kaitan ini kontak dengan media massa juga merupakan keterdedahan masyarakat
mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan
sedikitnya jumlah perhatian minimal pada pesan media.
Menurut Jahi (1988), media cetak memiliki sifat-sifat yang
menguntungkan, diantaranya: sifat permanent pesan-pesan yang telah dicetak,
keleluasaan pembaca dalam mengontrol keterdedahannya dan mudah disimpan
dan diambil kembali.
Komunikasi Interpersonal
Merupakan komunikasi yang sangat potensial untuk mempengaruhi atau
membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita
untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada orang
lain. Sebagai komunikan yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi
interpersonal berperan penting hingga kapanpun. Kenyataannya komunikasi
tatap-muka membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya (Mulyana,
2001)
Proses komunikasi interpersonal dan melibatkan dua orang dalam situasi
interaksi dimana komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikan kepada
komunikan, dan komunikan mengawas sandi tersebut. Sampai di situ
komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi, karena komunikasi interpersonal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan
memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi
decoder.
Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi,
sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang
dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu umpan balik bisa bersifat positif,
dapat pula bersifat negatif.
Komunikasi interpersonal, bersifat tatap muka sehingga tanggapan
komunikan dapat segera diketahui. Dalam hubungan ini komunikator perlu
bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan agar komunikasi yang telah
berhasil sejak awal dapat dipelihara keberhasilannya (Effendy, 1986).
Kontak dengan sesama anggota masyarakat, maupun dengan Pembina dan
tokoh masyarakat merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang dapat
mencakup perilaku mencari dan menyampaikan informasi secara bersamaan.
Dalam komunikasi interpersonal, tindakan komunikasi seseorang secara langsung
dengan orang lain sekaligus telah bermakna memberi dan mencari informasi.
Menurut Gonzales dalam Jahi (1988) pada komunikasi tatap muka, umpan balik umumnya lebih segera. Kontak dengan Pembina, yang merupakan interaksi
anggota dengan individu atau kelompok lain yang mempunyai keterkaitan
pembinaan dengan anggota yang bersangkutan seperti penyuluh, pegawai dari
instansi terkait dan sebagainya.
Partisipasi Sosial
Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan
emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
turut bertanggung jawab terhadap usaha tersebut (Davis, 1985). Partisipasi
diartikan juga sebagai bentuk keterlibatan masyarakat setempat secara aktif
dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pembangunan atau
pelaksanaan proyek (White, 1981).
Peranserta atau partisipasi masyarakat dinyatakan secara eksplisit
mendapat penekanan dalam pembangunan daerah pada era otonomi. Hal ini
tampaknya didasari oleh suatu pertimbangan bahwa partisipasi masyarakat
memiliki arti penting dalam pembangunan daerah. Ada tiga alasan pentingnya
partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1) partisipasi masyarakat
merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan,
serta sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; (2) masyarakat lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika mereka dilibatkan dalam
proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka lebih mengetahui seluk
beluk proyek serta akan tumbuh rasa memiliki proyek tersebut; (3) merupakan
hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan, terutama hak
untuk turut urun rembug dalam menentukan jenis pembangunan yang akan
dilaksanakan di daerah mereka (Conyers, 1994).
Kesadaran masyarakat berpartisipasi akan tumbuh apabila kebutuhan
perlu dikembangkan paradigma komunikasi yang bersifat konvergen, sehingga
aspirasi pihak atas dan bawah (pemda-masyarakat) sama-sama terakomodasi
dalam program-program pembangunan daerah setempat. Namun, konvergensi
tersebut sangat sulit terwujud apabila pendekatan komunikasi pembangunan tetap
mengacu pada paradigma linier.
Apabila kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan harus dicapai
secara partisipatif, maka media massa patut diberikan peranan yang berarti dalam
proses mencapai tujuan pembangunan tersebut. Dalam kaitan ini Schramm
(dalam Jahi, 1988) menunjukkan bahwa ada tiga fungsi media massa dalam pembangunan yaitu: (1) memberitahukan rakyat tentang pembangunan nasional,
memusatkan perhatian mereka pada kebutuhan untuk berubah, kesempatan untuk
menimbulkan perubahan, metode dan cara menimbulkan perubahan, dan jika
mungkin meningkatkan aspirasi, (2) membantu masyarakat berpartisipasi dalam
proses pembuatan keputusan, memperluas dialog, dan menjaga agar informasi
mengalir baik ke atas maupun ke bawah, dan (3) mendidik rakyat agar memiliki
keterampilan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk ikut urun rembug (memberi
saran, pertimbangan) dalam merencanakan pembangunan mencerminkan hak
masyarakat untuk berkomunikasi, dan hal ini merupakan hak asasi manusia
(Fiesher dan Harms, 1983).
Informasi pemba ngunan Masyarakat
Informasi merupakan pesan yang disampaikan dalam proses atau aktivitas
komunikasi. Menurut Kincaid dan Schramm (1977), informasi adalah setiap hal
yang membantu dalam menyusun atau menukar pandangan tentang alam
kehidupan yang dinyatakan dengan pengertian, gagasan, pemikiran, atau
pengetahuan. Strater dalam Liliweri (1997), mengatakan informasi adalah kegiatan pengumpulan atau pengolahan data sehingga data dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterangan yang baru.
Informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi yang ditujukan
untuk pemberdayaan-pembangunan masyarakat harus sesuai dengan karakteristik
masyarakat dan wilayah. Komunikasi pembangunan merupakan upaya dan cara,
dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat
luas (Nasution, 1996).
Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah tindakan atau respon dari sesuatu atau sistem apapun
dalam berhubungan dengan lingkungan atau situasi (Goulb dan Kolb, 1964).
Dalam ilmu psikologi, perilaku merupakan hasil interaksi antara faktor personal
berupa instink individu dengan lingkungan psikologinya (Lewin dalam Rakhmat, 2000). Berlo (1960), menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan
menjadi kebiasaan pelakunya. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya
stimulus yang sering menimpanya. Menurut kamus komunikasi, istilah perilaku
komunikasi berarti tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak,
ketika terlibat dalam proses komunikasi (Effendy, 1989). Sedangkan, peubah
perilaku komunikasi menurut Rogers (1976) antara lain: Keterdedahan terhadap
saluran komunikasi interpersonal, keterdedahan terhadap media massa, dan
partisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak
dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan
kepemimpinan/kepemukaan pendapat.
Manusia sebagai makhluk yang berakal dan aktif akan selalu berusaha
untuk mencari kebutuhan yang sesuai dengan dirinya, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Sigmund Freud dalam Gerungan (1996) bahwa jika manusia bukan merupakan sesuatu yang abstrak konsisten dan statis, melainkan sesuatu
yang dinamis dalam ruang dan waktu, dan menyatakan diri sebagai keseluruhan
jiwa raga yang aktif. Kebutuhan seseorang terhadap informasi akan mampu
menggerakkan secara aktif usaha melakuka n pencarian terhadap sumber
informasi.
Pada kebanyakan orang, perilaku komunikasinya dapat diamati melalui
kebiasaan mereka berkomunikasi. Mengamati perilaku komunikasi, seyogyanya
dipertimbangkan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan penalaran
Pengetahuan
Pengetahuan adalah semua informasi yang diperoleh seseorang dari
berbagai sumber yang ada disekitarnya. Pesan berupa informasi yang diterima
seseorang tersebut menurut Lionberger dan Gwin (1982) sesuai dengan Gonzales
dalam Jahi (1988) menghasilkan tiga macam efek yaitu: (1) afektif merupakan aspek emosional, (2) kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan
apa yang diketahui manusia, dan (3) konatif yang merupakan aspek volisional
yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemampuan bertindak.
Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang berada pada
kawasan kognitif yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan-belajar.
Pengetahuan (Knowledge) adalah hierarki pertama dalam taksonomi tujuan pendidikan kawasan kognitif dengan hierarki selanjutnya adalah comprehension, application, synthesis dan evaluation (Bloom dalam Padmowihardjo, 1994).
Walgito (2002) menyatakan bahwa pengetahuan adalah mengenal suatu
obyek baru yang selanjutnya menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila
pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuan tentang obyek itu. Seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap
suatu obyek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang obyek tersebut.
Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang
bersifat spesifik atau umum; ingatan mengenai metode atau proses; ingatan
mengenai pola, susunan atau keadaan (Kibler et al. 1981, dalam Zahid 1997). Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Winkel (1987) bahwa pengetahuan
merupakan ingatan tentang hal-hal yang pernah dipelajari (fakta, kaidah, prinsip
atau metode).
Menurut Soekanto (2001), pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran
seseorang sebagai hasil penggunaan pancaindera. Sementara Supriyadi (Zahid
1997), mengemukakan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang
dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat
digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun
lingkungannya. Individu mendapatkan pengetahuan baik melalui proses belajar,
pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori
Penjelasan-penjelasan di atas menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah
kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat sesuatu yang telah dilakukan atau
dipelajari.
Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan,
seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu
dalam lingkungannya (Van den Ban dan Hawkins 1999). Sikap juga adalah
kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki
konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Meyrs dalam Sarwono (2002) yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang, yang ditunjukkan dalam
kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang.
Mar’at (1981) menyebutkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap obyek tersebut, selanjutnya memberikan nilai terhadap stimulus dalam
bentuk baik dan buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, setuju atau tidak setuju kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap obyek sikap.
Sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar (Sarwono, 2002).
Pengalaman yang dimaksud adalah tentang obyek yang menjadi respon evaluasi
dari sikap. Proses belajar dalam pengalaman adalah sebagai peningkatan
pengetahuan individu terhadap obyek sikap. Proses belajar tersebut didapat
melalui interaksi dengan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga
agama serta pengaruh faktor emosional (Azwar, 2003).
Sikap akan berarti jika diwujudkan dalam bentuk tindakan, baik lisan
maupun tulisan. Menurut Arif (1995) sikap merupakan tingkah laku manusia
yang masih terselubung atau belum menampakkan diri keluar, yang dapat
dikatakan sebagai kesiapan atau kecenderungan untuk bereaksi terhadap obyek
tertentu yang dihadapi, dilihat, diraba, didengar, dicium, dan dirasa pada suatu
Tindakan
Tindakan merupakan suatu tindakan nyata (action) yang dapat dilihat atau diamati (Rogers dan Shoemaker, 1986). Tindakan tersebut terjadi akibat
adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai pada penentuan
sikap untuk bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan
menggunakan panca indera. Selanjutnya Arif (1995) menjelaskan bahwa tingkah
laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri
dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan
kegiatannya. Ini berarti bahwa tingkah laku itu tidak bisa secara spontan dan
tanpa tujuan, melainkan harus ada sasaran baik ekplisit maupun implisit.
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Hasil penelitian para ahli menunjukkan terdapat hubungan yang kuat
antara sikap dengan perilaku (Azwar, 2003). sikap (attitude) sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap sangat menentukan perilaku
(behavior) seseorang. Sikap juga sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah kemasyarakatan termasuk masalah lingkungan. Seseorang yang
mempunyai sikap positif terhadap sesuatu obyek, besar kemungkinan mempunyai
niat untuk berperilaku positif juga terhadap obyek tersebut, dan timbulnya sikap
positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek
tersebut.
Pernyataan-pernyataan di atas memperlihatkan bahwa perilaku individu
sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka
atau tidak suka, baik atau tidak baik terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi
oleh pengalamannya atau pengetahuannya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Perilaku dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang
terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor
eksternal). Proses interaksi itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan
seseorang (Sarwono, 2002). Perilaku (B) adalah fungsi (f) karakteristik individu
(P) dan lingkungan (E), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: B = f(P,E)
Karakteristik Masyarakat
Lionberger dan Gwin (1982) mengemukakan bahwa peubah-peubah yang
penting dalam mengkaji masyarakat lokal antara lain adalah peubah personal.
Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa karakteristik yang dimiliki seseorang itu
berbeda dari orang yang satu ke orang yang lain, dan kadang-kadang perbedaan
tersebut sangat bervariasi. Dalam hubungannya dengan perilaku masyarakat dan
adopsi inovasi, ada beberapa peubah karakteristik sosial ekonomi yang
berhubungan dengan perilaku masyarakat antara lain demografi, seperti: umur,
pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan (Bettinghaus, 1973). Sedangkan oleh
Rogers (1976), dikemukakan bahwa peubah karakteristik sosial ekonomi yang
banyak digunakan dalam studi difusi inovasi, ada beberapa peubah, antara lain:
umur, pendidikan, kemampuan baca tulis, status sosial (pendapatan, kesehatan,
dan lain-lain).
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan telah ditetapkan menjadi
kawasan wisata budaya, agro, dan air. Pada tanggal 20 Januari 2001, Gubernur
Propinsi DKI Jakarta telah meresmikan penggunaan bangunan dan penataan
lingkungan. Perkampunga n Budaya Betawi Situ Babakan adalah suatu tempat
dimana dapat ditemui dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi berupa
komunitas Betawi, keasrian alam Betawi, tradisi dan kebudayaan alam Betawi.
Perkampungan ini seluas 289 ha, terletak di kawasan Kampung Kalibata,
Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan,
merupakan kawasan resapan air tawar, terdapat dua buah situ alam yakni Situ
Babakan dan Situ Manggabolong ( Imron, et.al, 2001)
Dalam S.K. Gubernur Propinsi DKI Jakarta No 92 Tahun 2000
menetapkan bahwa Perkampungan Budaya Betawi adalah wilayah pelestarian
alam, lingkungan, ekosistem, serta seni budaya tradisional masyarakat dengan
tidak menghambat perkembangan warganya untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Dalam usaha pemanfaatan dan pengembangan PBB diarahkan kepada
kepada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Situ Babakan sebagai Sarana Wisata
Wisata Air
Saat ini di Situ Babakan sudah ada kegiatan-kegiatan yang bersifat
ekonomi maupun rekreatif, seperti keramba ikan dan pemancingan yang resmi
maupun bebas untuk umum. Kecenderungan semakin berkembangnya keramba
ikan di Situ, pada satu sisi sangat menggembirakan karena menguntungkan
secara ekonomi, terutama bagi penduduk yang tinggal di wilayah Situ Babakan.
Namun disisi lain perkembangan ini akan menjadi masalah karena jumlah
keramba yang terus meningkat dapat merusak keindahan dan biota air.
Kekhawatiran ini cukup beralasan karena pengusaha keramba ikan semakin
banyak dan mungkin saja berasal dari penduduk diluar wilayah Situ Babakan.
Tidak tertutup kemungkinan mereka membuat tempat penjagaan keramba ikan
yang dibangun diatas air.Kondisi air Situ babakan, pada musim hujan air naik dan
pada musim kemarau air stabil. Kondisi situ masih alami. Fungsi Situ Babakan
sebagai badan penampung air, resapan air, irigasi dan sebagai tempat
penanggulangan air. Kondisi sekitar situ perumahan penduduk dan pepohonan
(pohon bamb u dan melinjo).
Secara umum beberapa situ di Jakarta saat ini telah mengalami perubahan
baik kualitas maupun kuantitas, sehingga mengalami perubahan dari ekosistem
alami ke ekosistem buatan yang pada dasarnya mewujudkan ekosistem yang
tidak lengkap tentang siklus jaring-jaring makanannya sehingga hal tersebut
memberikan indikasi hubungan timbal balik antar komponen lingkungan tidak
berjalan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena salah satu sumberdaya air tidak
lepas dari tekanan penduduk dan implikasi kegiatan ekonomi, sehingga kondisi
situ menjadi sangat memprihatinkan.
Wisata Budaya
Untuk kegiatan wisata budaya selain adanya rumah Betawi juga terlihat
adanya kesenian budaya Betawi seperti orkes melayu 2 buah, orkes keroncong 2
mayoritas penduduk, maka group qasidah memiliki jumlah kelompok yang
terbesar yakni 10 kelompok. Demikian juga sudah dibangun panggung terbuka
tempat pentas berlangsung.
Wisata Agro
Untuk kegiatan wisata agro, sudah mulai digalakkan penanaman tanaman
langka, tanaman buah-buahan dan tanaman hias. Masyarakat sekitar lebih banyak
menanam tanaman buah-buahan yaitu, belimbing, jambu biji dan rambutan.
Tanaman langka yang dikembangkan di Situ Babakan antara lain adalah: buni,
lobi-lobi, matoa, nona, dan lain-lain. Tanaman-tanaman langka tersebut sebagian
adalah jenis-jenis tanaman lokal yang diharapkan cocok untuk daerah setempat.
Tanaman hias tidak ketinggalan juga telah dikembangkan dan bahkan tidak hanya
untuk keperluan sendiri akan tetapi dapat diperjual belikan. Tanaman hias ini
juga dikembangkan di sebelah barat Situ Babakan, memanjang dari sisi utara ke
selatan terutama di wilayah RW 08. Jenis-jenis tanaman hias yang dikembangkan
di sekitar Situ babakan antara lain adalah: kuping gajah, palem, soka, heliconia,
anggrek dan lain-lain. Ada juga tanaman obat keluarga (TOGA) yang
dikembangkan di lokasi Situ Babakan antara lain adalah: jahe, kencur,
KERANGKA PEMIKIRAN
Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu tempat dimana kita bisa
menikmati suasana alam Betawi, keasrian lingkungan Betawi, kesenian Betawi.
Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi diarahkan kepada
pengembangan budaya, rumah tinggal, pendidikan, ind ustri rumah tangga,
pertanian, perikanan, peternakan dan objek wisata disesuaikan dengan budaya
Betawi yang Islami.
Kondisi diatas memerlukan perhatian dan tindakan dari semua pihak, agar
pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan apa yang diharapkan. Sikap positif dari masyarakat dalam
mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi sangat diperlukan. Sikap
tersebut dapat terbentuk dengan tepat, diperlukan informasi yang dapat
memberikan pengetahuan yang benar tentang manfaat dari pembangunan
Perkampungan Budaya Betawi. Hal ini erat kaitannya dengan karakteristik
individu. Karakteristik individu yang berpengaruh terhadap pengembangan
Perkampungan Budaya Betawi adalah: usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
jenis kelamin, dan lokasi tempat tinggal.
Tingkat pengetahuan yang memadai dan sikap positif masyarakat sekitar
Perkampungan Budaya Betawi terhadap pengembangan PBB dapat mendorong
partisipasi aktif dalam pengembangan PBB. Perilaku masyarakat akan terkait
dengan aktivitas komunikasi yang mereka lakukan. Aktivitas komunikasi
masyarakat berkaitan dengan bagaimana masyarakat mendapatkan dan
menyebarkan informasi tentang PBB. Aktivitas komunikasi tersebut dapat
terlihat dari keterdedahan pada media massa (cetak, dan elektronik), melalui
saluran interpersonal, dan partisipasi sosial.
Perilaku masyarakat meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan.. Untuk
AKTIVITAS
KOMUNIKASI
(X2)
X.2.1 Keterdedahan pada
Media Massa (cetak +Elektronik)
X2.2 Keterdedahan pada
Saluran Interpersonal X2.3 Partisipasi Sosial
[image:43.595.115.516.90.602.2]
Gambar l. Bagan Alur Berpikir Hubungan antara Variabel KARAKTERISTIK
I NDIVIDU (X1)
X1.1 Usia
X1.2 Pendidikan
Formal X1.3 Pendidikan
nonformal X1.4 Pekerjaan Utama
X1.5 Pekerjaan Tambahan
X1.6 Pendapatan
X1.7 Jenis Kelamin
X1.8 Lokasi Tempat
Tinggal
PERILAKU MASYARAKAT
DALAM
MENGEMBANGKAN PBBSB
(Y)
Y 1 Pengetahuan
Y 2 Sikap
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan,
pada bulan Juli 2005. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan atas
terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun
2005 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng
Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Kawasan ini memiliki
potensi besar untuk menjadi pusat kebudayaan yang berbasiskan masyarakat
Betawi, dan berpeluang untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sembari
menjaga kelestarian lingkungan.
Populasi dan sampel
Populasi penelitian adalah masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan
Perkampungan Budaya Betawi yakni RW 06, 07, dan 08 dengan masing-masing
populasi yaitu 4483 orang, 3806 orang, dan 3724 orang. Penentuan sampel
dilakukan secara cluster random sampling. Penentuan jumlah sampel dalam penelian ini dilakukan berdasarkan rumus Slovin (Walpole 1995) sebagai berikut:
n =
2
1 Ne N
+
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan
Berdasarkan rumus tersebut, dengan tingkat kesalahan sampel 0,8% diperoleh
jumlah sampel sebanyak 100 orang yang merupakan masyarakat kawasan PBB.
Tabel 1. Populasi dari sampel penelitian
RW Populasi (orang) %
kesalahan
Sampel
(orang)
06 4483 0,8 40
07 3806 0,8 30
08 3724 0,8 30
Total 12013 0,8 100
Desain Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan metode survei deskriptif korelasional,
karena selain mendeskripsikan kondisi yang ada, juga berupaya menjelaskan
hubungan diantara variabel yang diamati. Variabel yang diamati adalah
karakteristik individu, aktivitas komunikasi dan perilaku masyarakat terhadap
pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat
melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada responden, yaitu mengenai
karakteristik, aktivitas komunikasi dan perilaku masyarakat terhadap
pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Data sekunder
adalah data rekapitulasi yang diperoleh dari kantor kelurahan, kantor camat,
serta dari instansi terkait lainnya.
Instrumentasi
Pelaksanaan metode survey menggunakan alat Bantu sebagai instrument
berupa kuesioner untuk keperluan pengumpulan data. Kuisioner terdiri atas tiga
bagian, yaitu:
1. bagian pertama berisi pertanyaan tentang karakteristik individu,
2. bagian kedua berisi pertanyaan tentang aktivitas komunikasi, dan
3. bagian ketiga berisi pertanyaan tentang perilaku masyarakat terhadap
Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur mengukur apa yang ingin
diukur (Ancok dalam Effendi dan Singarimbun, 1989). Validitas diperoleh dengan cara : 1) berdasarkan bimbingan dari komisi pembimbing, 2)
menyesuaikan serta memperhatikan literatur, 3) menyesuaikan dan menanyakan
langsung kepada responden sesuai kondisi responden.
Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah indek yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukur dapat dipercaya (Ancok dalam Effendi dan Singarimbun, 1989). Cara menguji reliabilitas alat ukur (kuesioner) adalah melakukan uji coba kepada
masyarakat yang memiliki kedekatan karakteristik atau relatif sama dengan
teknik korelasi product moment, yaitu melalui pen-skor-an untuk pengukuran pertama dan kedua yang dikorelasikan, dengan rumus:
r =
(
)( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−(
∑
)
}
− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY NKeterangan:
r
: koefisien korelasi atau koefisien keandalan. X : skor total pengukuran pertamaY : skor total pengukuran kedua
N : jumlah responden dalam uji coba pengukuran.
Uji kuesioner dilakukan selama dua kali dengan selang waktu 2 hari
kepada 15 orang anggota masyarakat Betawi yang bertempat tinggal di
Kelurahan Ragunan Jakarta Selatan. 15 orang ini tidak menjadi responden untuk
pengumpulan data hasil penelitian, tetapi memiliki ciri-ciri karakteristik yang
relatif sama dengan responden penelitian. Dari uji kuesioner, diperoleh nilai r
(koefisien korelasi atau koefisien keandalan) sebagai nilai reliabilitas kuesioner
sebesar 0,92, menunjukkan bahwa kuesioner reliabel sebagai instrumen
Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel penelitian adalah sebagai berikut:
X1 Karakteristik Individu, adalah ciri-ciri yang melekat pada pribadi seseorang
(individu) yang meliputi:
X1.1 Usia, adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan yang
dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat yang
dinyatakan dengan tahun. Ukuran skala rasio dari usia muda, dewasa,
tua dan sangat tua, dengan kategori yaitu usia muda = 23 - 34
tahun, Dewasa = 35 - 46 tahun, tua = 47 - 58 tahun, sangat tua = 59 - 70
tahun.
X1.2 Pendidikan formal, adalah tingkat belajar secara formal yang pernah
diperoleh responden, berbentuk skala ordinal dengan empat kategori
yaitu rendah (tidak tamat SD/tamat SD), sedang (tamat SMP), tinggi
(tamat SMA), sangat tinggi (lulus perguruan tinggi, D2/D3/D4/S1);
X1.3 Pendidikan nonformal, adalah kursus/pelatihan yang berhubungan
dengan kebudayaan, yang pernah diikuti oleh responden dalam dua
tahun terakhir, yang dinyatakan dengan banyaknya pelatihan/kursus
yang pernah diikuti. Pengukurannya berdasarkan skala rasio yaitu:
rendah = satu sampai dua kali, sedang = tiga sampai empat kali, tinggi
lebih dari lima kali
X1.4 Pekerjaan Utama, adalah jenis kegiatan pokok yang dilakukan
responden setiap hari, sehingga responden mendapat penghasilan dari
kegiatan tersebut, data diukur dengan skala nominal.
X1.5 Pekerjaan Tambahan, adalah jenis kegiatan yang dilakukan responden
disamping pekerjaan utama, sehingga responden mendapat penghasilan
tambahan dari kegiatan tersebut, data diukur dengan skala nominal.
X1.6 Pendapatan, adalah penghasilan responden rata-rata satu bulan yang
diperoleh dari hasil pekerjaan dalam bentuk uang (rupiah). Pendapatan
diukur dengan skala ordinal, yang dikelompokkan dalam tiga kategori,
yaitu rendah = Rp1.000,000 - Rp1.500,000, sedang =Rp1.500,000 -
X1.7 Jenis kelamin, adalah identitas seksual yang melekat pada diri
seseorang responden yaitu laki-laki atau perempuan.
X1.8 lokasi tempat tinggal, yaitu jarak tempat tinggal responden ke
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, dikategorikan dengan
dekat = kurang dari satu kilometer, sedang = satu koma lima sampai
lima kilometer, jauh = lebih dari lima kilometer.
X2 Aktivitas komunikasi, adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan responden
untuk memperoleh informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi Situ
Babakan. Hal ini diukur melalui tiga variabel yaitu keterdedahan pada media
massa, keterdedahan pada saluran interpersonal, dan partisipasi sosial.
X2.1 Keterdedahan pada media massa, adalah aktivitas responden untuk
menyimak atau mendedah media massa cetak dan elektronik.
a. Keterdedahan media cetak seperti surat kabar, majalah, brosur, dan
sebagainya yang dihitung berdasarkan lama waktu atau jumlah jam
yang dipergunakan selama satu minggu dalam satu bulan terakhir
dari saat wawancara, diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan
menjadi tiga kategori. Variasi alokasi waktu yang dipergunakan
responden nol hingga sepuluh jam per minggu yang dikelompokkan
menjadi nol sampai lima jam per minggu, enam sampai sepuluh jam
per minggu, dan lebih dari sepuluh jam per minggu, dengan waktu
mendengarkan pagi, siang, sore, dan malam hari.
b. Keterdedahan pada media elektronik adalah aktivitas responden
untuk mendengarkan, menonton, menyimak atau mendedah siaran
radio dan televisi yang dihitung berdasarkan lama waktu atau
jumlah jam yang dipergunakan selama satu hari dalam satu bulan
terakhir dari saat wawancara, diukur dengan skala rasio dan
dikelompokkan tiga kategori. Keterdedahan responden pada radio
berdasarkan alokasi waktu yang diperguna kan: kurang dari satu jam
per hari, satu sampai dua jam per hari, dan lebih dari dua jam per
hari dengan waktu mendengarkan pagi, sore, dan malam hari.
Keterdedahan responden pada televisi berdasarkan alokasi waktu
hari, tiga sampai lima jam per hari, dan lebih dari lima jam per hari
dengan waktu menonton pagi, siang, sore, dan malam hari.
X2.2 Keterdedahan pada saluran Interpersonal, adalah kegiatan komunikasi
responden secara personal dan berkelompok, yang meliputi kontak
terhadap penyuluh, institusi, pengelola PBBSB, tokoh masyarakat,
dan anggota masyarakat. Diukur dengan skala rasio dan
dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan satuan kali per
bulan selama satu bulan terakhir dari saat wawancara untuk
berhubungan dengan orang lain, yaitu nol , satu sampai dua, tiga
sampai lima, dan lebih dari lima kali perbulan
X2.3 Partisipasi Sosial adalah interaksi dan keterlibatan responden dalam
kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lokal yang meliputi
kegiatan pengajian, arisan, kerja bakti, dan ronda. Diukur dengan
skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan
jumlah jam perminggu selama satu minggu terakhir dari saat
wawancara, yaitu nol sampai tiga jam, tiga sampai lima jam, lebih
dari lima jam.
Y Perilaku masyarakat, adalah hasil interaksi yang ditimbulkan oleh
masyarakat berupa pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan
(practice) melalui informasi yang diterima dengan menggunakan atau
memanfaatkan media massa dan media interpersonal dalam
mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.
Y1 Pengetahuan, adalah sejauh mana masyarakat mengetahui/ memahami
konsep program yang tertuang dalam PERDA Nomor 3 Tahun 2005
tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan,
Diukur dengan skala ordinal.
Y2 Sikap, adalah sejauh mana masyarakat mengikuti atau mengabaikan
Materi program yang berkaitan dengan Perkampungan Budaya Betawi
Y3 Tindakan, adalah segala usaha yang telah diperbuat oleh masyarakat
dalam rangka pelaksanaan program pengembangan Perkampungan
Budaya Betawi Situ Babakan. Diukur dengan skala ordinal
Analisa Data
Data yang dianalisis meliputi:
1. analisis hubungan karakteristik individu dengan perilaku masyarakat
dalam mengembangkan Perkampunga n Budaya Betawi Situ Babakan, dan
2. analisis hubungan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat
dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.
Analisis data dilakukan melalui uji Chi Kuadrat, dengan rumus:
?2 =
∑
i 2 i i
e ) e -(o
Dimana: ?2 : Chi Kuadrat o : nilai teramati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi Penelitian
Geografi
Kelurahan Srengseng Sawah merupakan salahsatu dari 6 (enam)
kelurahan di Wilayah Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986.
Luas wilayah seluruhnya 674,70 Ha, berbatasan dengan Kelurahan Lenteng
Agung dan Kelurahan Jagakarsa sebelah utara, sebelah timur dengan Kali
Ciliwung, sebelah selatan dengan Kota Depok, serta sebelah barat dengan
Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak.
Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan terletak di
Kelurahan Srengseng Sawah, meliputi Rukun Warga (RW) 06, 07, dan 08.
Mempunyai luas 289 hektar, dengan batas fisik, sebelah utara dengan jalan
Mochamad Kahfi sampai dengan jalan Desa Putra, sebelah timur dengan jalan
Desa Putra, jalan Pratama, Jalan Wika serta jalan Mangga Bolong Timur dan
jalan lapangan Merah, sebelah selatan dengan jalan Desa Putra, Jalan Pratama,
jalan Wika, jalan Mangga Bolong Timur, dan jalan lapangan Merah, serta
sebelah barat dengan jalan Mochamad Kahfi. Sedangkan Komplek Yon Zikon
dan komplek Yayasan Desa Putra tidak termasuk dalam kawasan PBBSB.
Kondisi geoklimat wilayah dicirikan oleh topografi yang semuanya
dataran rendah, dengan suhu udara rata-rata 27 sampai 30 derajat Celsius,
ketinggian kurang lebih 50 m di atas permukaan laut (dpl), dan curah hujan
tahunan berkisar antara 2000 - 2500 mm.
Penduduk.
Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta
Selatan terdiri atas 19 RW (Rukun Warga) dan 156 RT (Rukun Tetangga).
Jumlah penduduk pada akhir tahun 2005 sebanyak 46.939 jiwa, terdiri atas
24.438 jiwa pria (52,06%) dan 22.501 jiwa perempuan (47,94%). Kepadatan
Mayoritas penduduk di Kelurahan Srengseng Sawah adalah orang Betawi,
walaupun sudah banyak penghuni berasal dari luar DKI Jakarta. Jumlah
[image:52.595.118.513.164.552.2]penduduk ditiap RW dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Tiap RW di Kelurahan Srengseng Sawah
No. RW WNI
LK PR JML
1. 01 1,667 1,696 3,363
2. 02 2,033 1,978 4,011
3. 03 1,965 1,796 3,761
4. 04 943 717 1,660
5. 05 1,942 1,641 3,583
6. 06 1,959 1,765 3,724
7. 07 1,963 1,843 3,806
8. 08 2,295 2,188 4,483
9. 09 3,010 2,674 5,684
10. 10 563 499 1,062
11. 11 637 612 1,249
12. 12 640 670 1,310
13. 13 694 656 1,350
14. 14 669 687 1,356
15. 15 844 867 1,711
16. 16 1,262 1,161 2,423
17. 17 452 402 854
18. 18 404 404 808
19. 19 497 243 740
Jumlah 24,438 22,501 46,939
Sumber: Kelurahan Srengseng Sawah, 2005
Sebagian besar penduduk Kelurahan Srengseng Sawah adalah masyarakat
Betawi, sehingga adat-istiadat yang berlaku adalah Budaya Betawi, dan
mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Namun demikian, kerukunan
antar-umat beragama sudah berjalan dengan baik sehingga kehidupan
bermasyarakat antara pemeluk agama satu dengan yang lain saling menghormati.
Jalan dan Transportasi
Arus urbanisasi penduduk telah meningkat diakibatkan pertumbuhan lalu
lintas yang semakin cepat. Tingkat pertumbuhan lalu lintas tersebut telah
Pintu gerbang Situ Babakan yang saat ini merupakan pintu keluar masuk
menuju lokasi Situ Babakan yang akan dijadikan wisata air, wisata budaya dan
wisata agro terlalu sempit apabila dilalui oleh bus-bus pariwisata.. Dengan
kondisi sarana transportasi yang masih minim tersebut maka akan terjadi
kesulitan bagi bus-bus wisata dengan ukuran cukup besar untuk dapat masuk ke
lokasi Situ Babakan.
Pendapatan Daerah
Sumber pendapatan di kelurahan Srengseng Sa