• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA

BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN

USMIZA ASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Usmiza Astuti

NRP. P.054020091
(3)

ROHADJI, DAN SUTISNA RIYANTO.

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) adalah satu-satunya kawasan yang dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Betawi secara berkesinambungan pada suatu lingkungan yang masih kental dengan kehidupan masyarakat Betawi, keasrian alam Betawi, dan tradisi Betawi.

Ditinjau dari aspek komunikasi, banyak faktor yang mempengaruhi keadaan ini, diantaranya yang berkaitan dengan karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Oleh sebab itu penting diteliti mengenai karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Penelitian ini juga melihat apakah ada hubungan antara karakteristik individu dan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan PBBSB.

Penelitian berlangsung di Kecamatan Jagakarsa Kelurahan Srengseng Sawah Kotamadya Jakarta Selatan. Penentuan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Menggunakan metode deskriptif korelasional dan pengambilan data dengan wawancara dan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden antara 23 sampai 70 tahun, pendidikan cukup tinggi ( tamat SMU hingga perguruan tinggi), pekerjaan bervariasi (PNS, swasta, dan petani) dan mempunyai pekerjaan tambahan (pembudidaya KJA, satpam, dan marbot masjid), pendapatan relatif kecil. Keterdedahan pada koran rendah dibanding radio dan TV, sebagian besar responden kontak dengan Pembina PBBSB, partisipasi sosial relatif tinggi. Pengetahuan tentang konsep program PBBSB tinggi, sikap sedang dan tindakan tinggi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan adalah pendidikan formal dan nonformal, pendapatan berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan, lokasi tempat tinggal berhubungan nyata dengan sikap dan sangat nyata dengan tindakan. Keterdedahan pada media massa yang berhubungan sangat nyata dengan sikap dan tindakan. Keterdedahan pada saluran interpersonal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan, partisipasi social berhubungan sangat nyata dengan sikap dan berhubungan nyata dengan tindakan.

(4)

DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA

BETAWI JAKARTA SELATAN

USMIZA ASTUTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dra. Krishnarini Matindas, MS.

Judul Tesis : Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan

(6)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir Aida Vitayala S. Hubeis Ketua

Dra. Farida Rohadji, M.S Ir. Sutisna Riyanto Subarna,

M.S

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah

Pascasarjana

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr.Ir. Sumardjo, M.S Prof. Dr. Ir. Khairil A.

Notodiputro, M.S

(7)

Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah dalam penelitian ini berjudul: Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan.

Terimakasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Pembimbing: Ibu Dr.Ir. Aida Vitayala S. Hubeis, dan anggota Komisi Pembimbing: Ibu Dra. Farida Rohadji, M.S, dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto Subarna, M.S, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, serta terimakasih pula saya sampaikan kepada Ibu Dra. Krisnharini Matindas, M.S, yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Kepala BPTP DKI Jakarta, Kepala Badan Litbang Pertanian di Jakarta yang telah mengizinkan penulis menempuh pendidikan S2 di IPB. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemimpin Proyek PAATP Pusat dan staf di Badan Litbang Jakarta, yang telah membiayai penulis dalam studi ini.

Penghargaan dan rasa terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak Lurah Srengseng Sawah, Bapak Camat Jagakarsa, Bapak Indra beserta staf selaku pengelola PBBSB yang telah bersedia memberikan kesempatan dan membantu penulis selama penelitian dan pengumpulan data

Ucapan terimakasih ya ng sangat mendalam disampaikan kepada suami dan ananda tercinta, juga terimakasih kepada teman-teman (Ir. George Semuel Johni Tomatala M.Si, Wariat SP. MA, Ir, Rita Indrasti M.Si, Karno) yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian sampai dengan proses kelancaran penulisan tesis.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor,

Agustus 2007

Usmiza

(8)
(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Komunikasi Pembangunan ... 6

Aktivitas Komunikasi ... 8

Perilaku Masyarakat ... 13

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku ... 16

Karakteristik Masyarakat ……… 17

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan ... 17

Situ Babakan Sebagai Sarana Wisata ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN... 20

METODOLOGI PENELITIAN ... 22

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

Populasi dan sampel ……… 22

Desain Penelitian ……… 23

Pengumpulan Data ……… 23

Instrumentasi ……… 23

Validitas ……… 24

Reliabilitas ……… 24

Definisi Operasional ……… 25

Analisa Data ……….. 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 29

Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 29

Sarana dan Prasarana Wisata ……… 31

Karakteristik Responden ... 33

Aktivitas Komunikasi ... 36

Perilaku Masyarakat ... 44

Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku Masyarakat ... 46

(10)

Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN ... 58

(11)

DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA

BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN

USMIZA ASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(12)

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Usmiza Astuti

NRP. P.054020091
(13)

ROHADJI, DAN SUTISNA RIYANTO.

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) adalah satu-satunya kawasan yang dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Betawi secara berkesinambungan pada suatu lingkungan yang masih kental dengan kehidupan masyarakat Betawi, keasrian alam Betawi, dan tradisi Betawi.

Ditinjau dari aspek komunikasi, banyak faktor yang mempengaruhi keadaan ini, diantaranya yang berkaitan dengan karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Oleh sebab itu penting diteliti mengenai karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Penelitian ini juga melihat apakah ada hubungan antara karakteristik individu dan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan PBBSB.

Penelitian berlangsung di Kecamatan Jagakarsa Kelurahan Srengseng Sawah Kotamadya Jakarta Selatan. Penentuan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Menggunakan metode deskriptif korelasional dan pengambilan data dengan wawancara dan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden antara 23 sampai 70 tahun, pendidikan cukup tinggi ( tamat SMU hingga perguruan tinggi), pekerjaan bervariasi (PNS, swasta, dan petani) dan mempunyai pekerjaan tambahan (pembudidaya KJA, satpam, dan marbot masjid), pendapatan relatif kecil. Keterdedahan pada koran rendah dibanding radio dan TV, sebagian besar responden kontak dengan Pembina PBBSB, partisipasi sosial relatif tinggi. Pengetahuan tentang konsep program PBBSB tinggi, sikap sedang dan tindakan tinggi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan adalah pendidikan formal dan nonformal, pendapatan berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan, lokasi tempat tinggal berhubungan nyata dengan sikap dan sangat nyata dengan tindakan. Keterdedahan pada media massa yang berhubungan sangat nyata dengan sikap dan tindakan. Keterdedahan pada saluran interpersonal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan, partisipasi social berhubungan sangat nyata dengan sikap dan berhubungan nyata dengan tindakan.

(14)

DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA

BETAWI JAKARTA SELATAN

USMIZA ASTUTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dra. Krishnarini Matindas, MS.

Judul Tesis : Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan

(16)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir Aida Vitayala S. Hubeis Ketua

Dra. Farida Rohadji, M.S Ir. Sutisna Riyanto Subarna,

M.S

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah

Pascasarjana

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr.Ir. Sumardjo, M.S Prof. Dr. Ir. Khairil A.

Notodiputro, M.S

(17)

Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah dalam penelitian ini berjudul: Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan.

Terimakasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Pembimbing: Ibu Dr.Ir. Aida Vitayala S. Hubeis, dan anggota Komisi Pembimbing: Ibu Dra. Farida Rohadji, M.S, dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto Subarna, M.S, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, serta terimakasih pula saya sampaikan kepada Ibu Dra. Krisnharini Matindas, M.S, yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Kepala BPTP DKI Jakarta, Kepala Badan Litbang Pertanian di Jakarta yang telah mengizinkan penulis menempuh pendidikan S2 di IPB. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemimpin Proyek PAATP Pusat dan staf di Badan Litbang Jakarta, yang telah membiayai penulis dalam studi ini.

Penghargaan dan rasa terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak Lurah Srengseng Sawah, Bapak Camat Jagakarsa, Bapak Indra beserta staf selaku pengelola PBBSB yang telah bersedia memberikan kesempatan dan membantu penulis selama penelitian dan pengumpulan data

Ucapan terimakasih ya ng sangat mendalam disampaikan kepada suami dan ananda tercinta, juga terimakasih kepada teman-teman (Ir. George Semuel Johni Tomatala M.Si, Wariat SP. MA, Ir, Rita Indrasti M.Si, Karno) yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian sampai dengan proses kelancaran penulisan tesis.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor,

Agustus 2007

Usmiza

(18)
(19)

Halaman

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Komunikasi Pembangunan ... 6

Aktivitas Komunikasi ... 8

Perilaku Masyarakat ... 13

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku ... 16

Karakteristik Masyarakat ……… 17

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan ... 17

Situ Babakan Sebagai Sarana Wisata ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN... 20

METODOLOGI PENELITIAN ... 22

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

Populasi dan sampel ……… 22

Desain Penelitian ……… 23

Pengumpulan Data ……… 23

Instrumentasi ……… 23

Validitas ……… 24

Reliabilitas ……… 24

Definisi Operasional ……… 25

Analisa Data ……….. 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 29

Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 29

Sarana dan Prasarana Wisata ……… 31

Karakteristik Responden ... 33

Aktivitas Komunikasi ... 36

Perilaku Masyarakat ... 44

Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku Masyarakat ... 46

(20)

Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN ... 58

(21)

1. Populasi dari sampel penelitian ………. 23

2. Jumlah Penduduk di tiap RW di Kelurahan Srengseng Sawah ……… 30

3. Perilaku Responden ………... 45

4. Analisis korelasi karakteristik individu dengan perilaku masyarakat ... 47

(22)

Halaman

1. Hasil perhitungan reliabilitas………... 59

2. Karakteristik Responden ………. 60

3. Rata-Rata Frekuensi Aktivitas Komunikasi ……… 61

4. Rata-Rata Skor Perilaku Masyarakat ………61

5. Kuesioner penelitian ... 62

6. Hasil analisis data ... 78

7. Peta Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan ……….. 92

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejarah tentang pelestarian budaya asli Betawi ditandai dengan

dikeluarkannya Keputusan Gubernur Nomor D.IV-115/e/3/1974 yang

menetapkan kawasan Condet, Kampung Tengah, Balekambang dan Batu Ampar

seluas 18.228 hektar sebagai cagar budaya Betawi. Setahun ke mudian diterbitkan

pula Surat Keputusan Gubernur Nomor D.1-7903/a/30/75 tentang penetapan

Kelurahan Condet, Kampung Tengah, Balekambang dan Batu Ampar sebagai

daerah buah-buahan. Setelah itu pada tahun 1978 lahir Instruksi Gubernur DKI

Nomor D.IV-99/D/11/1978 tentang penyusunan rencana pola kebijaksanaan dan

tata kerja proyek cagar budaya Condet.

Ternyata pada tahap implementasi, kebijakan tersebut mengalami

kegagalan karena kurangnya pengawasan dan lemahnya daya ikat peraturan.

Tanah dan rumah masyarakat Betawi telah berpindah kepemilikan karena adanya

tuntutan hidup dan kurangnya insentif, sementara hasil-hasil produksi seperti

buah-buahan Condet tidak dapat bersaing dengan produk luar Jakarta.

Untuk melestarikan tata kehidupan dan tata ruang komuni tas Sosial

Budaya Betawi, Gubernur DKI Jakarta menetapkan kawasan Situ Babakan

sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PBB), melalui Peraturan Daerah DKI

Jakarta No 6 Tahun 1999 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Propinsi DKI Jakarta serta Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 92 Tahun

2000 Tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi. Pada tanggal

10 Maret 2005 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta telah

menyetujui Rancangan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang

Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,

Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan.

Tujuan penetapan Perkampungan Budaya Betawi adalah agar masyarakat

secara sadar memelihara tata kehidupan yang berbudaya Betawi seperti

kehidupan yang kental nuansa Islami, berbusana khas Betawi, kerajinan,

(24)

lingkungan alam dan bangunan yang ada atau bangunan yang dibangun dengan

tetap bercirikan khas Betawi, selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan potensi

lingkungan fisik dan non-fisik untuk meningkatkan perekonomian melalui

kegiatan kerajinan, cenderamata, hasil tanaman buah-buahan, wisata air,

pertunjukan kesenian dan lain-lain.

Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB)

sebagai objek wisata diwujudkan dengan perbaikan jaringan jalan, baik dengan

aspal maupun conblock yang merupakan sarana penunjang bagi kegiatan ekonomi, sosial, maupun budaya/kesenian, pembangunan rumah berciri Betawi

serta pembangunan fasilitas lainnya seperti lampu-lampu jalan, penghijauan dan

pembangunan taman. Untuk menarik minat pengunjung secara berkala diadakan

acara kesenian-kesenian tradisional Betawi. Dengan banyaknya pengunjung akan

dapat menambah penghasilan, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup

masyarakat sekitar Situ. Akan tetapi yang harus diperhatikan adalah masyarakat

dan pengunjung harus sama -sama merasa memiliki, sehingga sama-sama

menjaga keberadaan kawasan PBBSB

Komunikasi dalam konteks pembangunan berperan dalam membantu

menciptakan lingkungan manusiawi yang diperlukan untuk berhasilnya program

pembangunan. Dukungan tersebut berupa aktivitas informasi, motivasi dan

edukasi yang dibutuhkan untuk mengubah segala ketidakpedulian masyarakat

terhadap kepentingan dan komitmen, ketidakacuhan akan pengetahuan, dan

mengubah sikap mental atau kebiasaan yang sebelumnya menentang perubahan,

sikap dan kebiasaan.

Komunikasi seringkali dikonseptualisasikan sebagai salahsatu pemecahan

terhadap problem pembangunan, namun janganlah dipandang efektif 100%,

terutama jika tujuannya adalah untuk mengubah keinginan dan kesukaan

masyarakat, atau bagaimana mereka berprilaku.

Komunikasi dapat menolong, khususnya jika sumber-sumber pembiayaan

cukup tersedia, dan disain serta implementasinya dilaksanakan berdasarkan suatu

pemahaman yang menyeluruh akan masyarakat dan kebudayaan.

Dari hasil pengamatan di lapangan, sebenarnya masyarakat dapat

(25)

Budaya Betawi Situ Babakan, akan tetapi agar masyarakat kawasan PBBSB

dapat lebih termotivasi untuk mengembangkan kawasan tersebut, diperlukan

kesesuaian antara rencana, program dan pelaksanaan, oleh karena itu kerjasama,

peran serta dan kesadaran antar berbagai pihak sangat diperlukan guna mencapai

satu tujuan utama yaitu mengembangkan kawasan PBBSB. Namun demi kian,

masih tetap menimbulkan pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku masyarakat

sekitar kawasan PBBSB. Apakah program-program yang dicanangkan

pemerintah selama ini telah mengakomodir kepentingan orang banyak, sejauh

mana masyarakat sekitar ikut berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap pengembangan kawasan PBBSB tersebut, apakah

masyarakat mengetahui hak, kewajiban, dan peran sertanya yang tertuang dalam

Perda DKI Jakarta No 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

sekitar kawasan PBBSB, apakah aktivitas komunikasi pembangunan berjalan

efektif ? Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang

Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ

Babakan beserta faktor-faktor yang terkait.

Perumusan Masalah

Masyarakat yang berada di kawasan Perkampungan Budaya Betawi

memegang peranan penting dalam mengembangkan Perkampungan Budaya

Betawi. Untuk meningkatkan pengetahuan mereka, pembinaan dari

instansi-instansi terkait secara berkala harus dilakukan seperti pelatihan, lokakarya ,

penyuluhan, studi banding kedaerah-daerah wisata harus dioptimalkan, sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan mereka terhadap kebudayaan. Dalam upaya

meningkatkan ekonomi masyarakat, mereka berhimpun membentuk kelompok

tani. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani diberikan

penyuluhan-penyuluhan supaya kelompok tani mampu berkembang menjadi kekuatan

ekonomi yang memadai dan mampu menopang kesejahteraan keluarganya.

Perkembangan bidang ekonomi diatas sangat positif, namun dilain pihak,

pengembangan ekonomi tidak selalu dapat sejalan dengan upaya pemerintah

dalam melestarikan seni-budaya Betawi. Untuk kawasan Perkampungan Budaya

(26)

sejalan dengan kebudayaan Betawi. Dalam upaya melestarian seni-budaya

Betawi di dalam Perkampungan Budaya Betawi terdapat kelompok atau group

kesenian, seperti Gambang Kromong, Qasidah, dan Dangdut. Sejalan dengan

keagamaan yang dianut oleh mayoritas penduduk, maka group Qasidah memiliki

jumlah kelompok yang terbesar yaitu 10.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini berusaha untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik masyarakat dalam mengembangkan

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan?

2. Bagaimanakah aktivitas komunikasi masyarakat dalam mengembangkan

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan?

3. Bagaimanakah perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan

Budaya Betawi Situ Babakan?

4. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik dan aktivitas komunikasi

dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan Budaya

Betawi Situ Babakan?

Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, dapat

digambarkan beberapa aspek yang perlu diketahui sehubungan dengan aktifitas

komunikasi dan perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan

Budaya Betawi Situ Babakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan karakteristik anggota masyarakat Perkampungan Budaya

Betawi di Situ Babakan.

2. Mendeskripsikan aktivitas komunikasi anggota masyarakat Perkampungan

Budaya Betawi di Situ Babakan.

3. Mendeskripsikan perilaku anggota masyarakat Perkampungan Budaya Betawi

di Situ Babakan.

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik dan aktivitas komunikasi dengan

(27)

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk Pemerintah

DKI Jakarta, khususnya sebagai bahan informasi dan kajian bagi segenap pihak

yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi terutama komunikasi di bidang

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi Pembangunan

Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan usaha untuk membuat satuan sosial dengan

menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki serangkaian peraturan untuk

mencapai tujuan (Cherry dalam Rakhmat, 2000). Sedangkan Theodorson dalam

Liliweri (1997), menyatakan komunikasi sebagai proses pengalihan informasi

dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok

orang lain yang mengandung pengaruh tertentu.

Komunikasi dalam Pembangunan

Pada umumnya di dalam setiap proses pembangunan, sejak tahap

perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi hasil pembangunan, selalu terjadi

proses komunikasi antara pihak-pihak yang terkait. Proses komunikasi yang

berlangsung pada dasarnya dimaksudkan untuk saling memahami, menumbuhka n

pengertian, serta menyamakan persepsi yang berkaitan dengan pembangunan

yang hendak dilaksanakan. Pembahasan serta penetapan Situ Babakan sebagai

Perkampungan Budaya Betawi dalam forum-forum Rapat Koordinasi

Pembangunan (Rakorbang), baik pada tingkat daerah, kecamatan, maupun desa,

jelas melalui suatu proses komunikasi yang melibatkan pihak pemerintah da n

masyarakat.

Komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti luas dan sempit.

Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi

komunikasi antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama

antara masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian terhadap hasil pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit,

komunikasi pembangunan merupakan segala upaya, cara, serta teknik

penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan dari

pemrakarsa pembangunan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut

dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi

(29)

Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi sebagai suatu proses,

yaitu pencapaian gagasan-gagasan pemikiran oleh sumber kepada penerima

dengan tujuan untuk merubah perilaku (Rogers dan Rogers, 1976). Penyampaian

gagasan-gagasan pemikiran tersebut dapat langsung secara lisan maupun tidak

langsung melalui media (Effendy, 1993). Proses komunikasi akan dapat

mengubah perilaku orang lain apabila komunikasinya komunikatif Carl I.

Hovland (Effendy, 1986).

Di dalam proses komunikasi, Pengembangan Perkampungan Budaya

Betawi Situ Babakan sebagai kawasan wisata terjadi interaksi antara pihak

Pemda dengan masyarakat maupun tokoh masyarakat sampai akhirnya terlahir

suatu keputusan. Didalam pengambilan keputusan, proses komunikasi terlihat

ketika manusia berinteraksi untuk mencapai tujuan pengintegrasian, baik antar

individu dalam kelompok maupun di luar kelompok.

Operasionalisasi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ

Babakan sebagai Kawasan Wisata melibatkan berbagai unsur, seperti Pemda

DKI Jakarta sebagai sumber informasi, masyarakat maupun tokoh masyarakat

sebagai penerima, dan ada pesan yang jelas mengenai pengembangan

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan yang disampaikan melalui forum

pertemuan. Tampak dengan jelas bahwa di sini terjadi interaksi antar komponen

seperti layaknya interaksi unsur-unsur komunikasi di dalam proses komunikasi.

Menurut Berlo (1960), proses komunikasi melibatkan interaksi dari enam unsur

penting komunikasi, yaitu: source, encoder, message, channel, decoder, dan

receiver. Sedangkan Rogers dan Rogers (1976) menyatakan bahwa dalam proses komunikasi berinteraksi unsur-unsur komunikasi yang terdiri atas: sumber,

pesan, saluran, penerima, efek, dan umpan balik.

Konseptual Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan

sebagai Kawasan Wisata seyogyanya menekankan “pendekatan komponen”,

yakni menelaah variabel-variabel: sumber, pesan atau saluran untuk menentukan

bagaimana hubungannya dalam proses komunikasi. Seperti komunikasi

pembangunan yang dilihat sebagai suatu proses menyeluruh, termasuk

pemahaman terhadap khalayak serta kebutuhan-kebutuhannya, perencanaan

(30)

penyebaran, penerimaan, umpan balik, dan bukan hanya kegiatan langsung satu

arah dari komunikator kepada penerima yang pasif (Rogers, 1976). Dia harus

menggambarkan interrelasi antara komponen-komponennya, termasuk juga

lingkungan dimana proses komunikasi itu berlangsung (Rogers dan Rogers,

1976).

Aktivitas Komunikasi

Aktivitas komunikasi adalah, proses dalam berkomunikasi yang

merupakan semua kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh

informasi. Barlund dalam Liliweri (1997), proses komunikasi dimaksudkan sebagai serial gerakan yang memberi dan menerima pesan yang bermanfaat untuk

mencapai tujuan akhir.

Aktivitas komunikasi yang dilakukan seseorang atau kelompok massa

akan menentukan efektifitas komunikasi. Efek komunikasi massa dalam

pembentukan realitas sosial dibentuk ketika informasi memberikan status yang

sama sebagai pengamatan langsung dari realitas fisik. Perubahan yang terjadi

pada diri khalayak komunikasi massa-penerima informasi, perubahan perasaan

atau sikap dan perubahan perilaku yang terdiri dari perubahan kognitif, afektif

dan behavioral. Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang

diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Efek ini berhubungan dengan

transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif

timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci

khalayak. Efek ini ada hubungan dengan emosi, sikap, atau nilai. Sedangkan efek

behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi

pola-pola tindakan atau kebiasaan berprilaku. Menurut Ahmadi (1999), aktivitas

komunikasi dipengaruhi faktor intern dan ekstern.

Faktor intern atau faktor personal merupakan faktor yang berpusat pada

persona, berupa sikap, instink, kepribadian, Faktor intern dibagi ke dalam dua

kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis

terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan faktor

sosiopsikologis (Rakhmat, 2000). Faktor biologis sangat mempengaruhi

(31)

berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suara

yang berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan faktor sosiopsikologis

adalah faktor yang berhubungan dengan aspek emosional, dan konatif yang

berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak (Rakhmat, 2000).

Menurut Rogers (1976), faktor intern merupakan faktor kemauan, pengetahuan

dan pengertian seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor ini akan

mempengaruhi berlangsungnya aktivitas komunikasi yang pada akhirnya akan

menentukan berhasil tidaknya (efektif) suatu komunikasi.

Faktor situasional atau faktor eksternal juga mempengaruhi aktivitas

komunikasi seseorang sebagai cerminan dari perilaku seseorang. Faktor

situasional merupakan aspek yang berasal dari luar pribadi yang berpengaruh

terhadap perilaku. Samson dalam Rakhmat (2000) membagi faktor situasional ke dalam tiga kelompok, yaitu :1) aspek objektif dari lingkungan seperti geografis,

iklim, sosial, temporal, suasana perilaku; 2) lingkungan psikososial seperti iklim

organisasi/kelompok; 3) stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku

seperti orang lain.

Media Massa

Media merupakan saluran komunikasi yang dari segi sifat dan

jangkauannya dibagi atas media individual dan media massa. Media individual

meliputi surat, telepon dan telegram yang digunakan dalam proses komunikasi

persona. Media massa merupakan saluran komunikasi yang bersifat

umum/massal yang meliputi pers (surat kabar), radio, film dan televisi dengan

fungsi sosial yang kompleks (Arifin, 1994). Menurut Lionberger dan Gwin

(1982), media massa merupakan saluran komunikasi yang digunakan oleh

masyarakat yang tidak saling kenal, seperti radio, televisi, bahan-bahan publikasi,

tape dan Koran.

Kontak dengan media massa adalah bagian dari usaha mencari dan

menyebarkan informasi di mana individu atau masyarakat mendapatkan

informasi melalui media massa baik cetak maupun media elektronik. Dalam

kaitan ini kontak dengan media massa juga merupakan keterdedahan masyarakat

(32)

mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan

sedikitnya jumlah perhatian minimal pada pesan media.

Menurut Jahi (1988), media cetak memiliki sifat-sifat yang

menguntungkan, diantaranya: sifat permanent pesan-pesan yang telah dicetak,

keleluasaan pembaca dalam mengontrol keterdedahannya dan mudah disimpan

dan diambil kembali.

Komunikasi Interpersonal

Merupakan komunikasi yang sangat potensial untuk mempengaruhi atau

membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita

untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada orang

lain. Sebagai komunikan yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi

interpersonal berperan penting hingga kapanpun. Kenyataannya komunikasi

tatap-muka membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya (Mulyana,

2001)

Proses komunikasi interpersonal dan melibatkan dua orang dalam situasi

interaksi dimana komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikan kepada

komunikan, dan komunikan mengawas sandi tersebut. Sampai di situ

komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi, karena komunikasi interpersonal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan

memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi

decoder.

Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi,

sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang

dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu umpan balik bisa bersifat positif,

dapat pula bersifat negatif.

Komunikasi interpersonal, bersifat tatap muka sehingga tanggapan

komunikan dapat segera diketahui. Dalam hubungan ini komunikator perlu

bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan agar komunikasi yang telah

berhasil sejak awal dapat dipelihara keberhasilannya (Effendy, 1986).

Kontak dengan sesama anggota masyarakat, maupun dengan Pembina dan

tokoh masyarakat merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang dapat

(33)

mencakup perilaku mencari dan menyampaikan informasi secara bersamaan.

Dalam komunikasi interpersonal, tindakan komunikasi seseorang secara langsung

dengan orang lain sekaligus telah bermakna memberi dan mencari informasi.

Menurut Gonzales dalam Jahi (1988) pada komunikasi tatap muka, umpan balik umumnya lebih segera. Kontak dengan Pembina, yang merupakan interaksi

anggota dengan individu atau kelompok lain yang mempunyai keterkaitan

pembinaan dengan anggota yang bersangkutan seperti penyuluh, pegawai dari

instansi terkait dan sebagainya.

Partisipasi Sosial

Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan

emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta

turut bertanggung jawab terhadap usaha tersebut (Davis, 1985). Partisipasi

diartikan juga sebagai bentuk keterlibatan masyarakat setempat secara aktif

dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pembangunan atau

pelaksanaan proyek (White, 1981).

Peranserta atau partisipasi masyarakat dinyatakan secara eksplisit

mendapat penekanan dalam pembangunan daerah pada era otonomi. Hal ini

tampaknya didasari oleh suatu pertimbangan bahwa partisipasi masyarakat

memiliki arti penting dalam pembangunan daerah. Ada tiga alasan pentingnya

partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1) partisipasi masyarakat

merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan,

serta sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program

pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; (2) masyarakat lebih

mempercayai proyek atau program pembangunan jika mereka dilibatkan dalam

proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka lebih mengetahui seluk

beluk proyek serta akan tumbuh rasa memiliki proyek tersebut; (3) merupakan

hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan, terutama hak

untuk turut urun rembug dalam menentukan jenis pembangunan yang akan

dilaksanakan di daerah mereka (Conyers, 1994).

Kesadaran masyarakat berpartisipasi akan tumbuh apabila kebutuhan

(34)

perlu dikembangkan paradigma komunikasi yang bersifat konvergen, sehingga

aspirasi pihak atas dan bawah (pemda-masyarakat) sama-sama terakomodasi

dalam program-program pembangunan daerah setempat. Namun, konvergensi

tersebut sangat sulit terwujud apabila pendekatan komunikasi pembangunan tetap

mengacu pada paradigma linier.

Apabila kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan harus dicapai

secara partisipatif, maka media massa patut diberikan peranan yang berarti dalam

proses mencapai tujuan pembangunan tersebut. Dalam kaitan ini Schramm

(dalam Jahi, 1988) menunjukkan bahwa ada tiga fungsi media massa dalam pembangunan yaitu: (1) memberitahukan rakyat tentang pembangunan nasional,

memusatkan perhatian mereka pada kebutuhan untuk berubah, kesempatan untuk

menimbulkan perubahan, metode dan cara menimbulkan perubahan, dan jika

mungkin meningkatkan aspirasi, (2) membantu masyarakat berpartisipasi dalam

proses pembuatan keputusan, memperluas dialog, dan menjaga agar informasi

mengalir baik ke atas maupun ke bawah, dan (3) mendidik rakyat agar memiliki

keterampilan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk ikut urun rembug (memberi

saran, pertimbangan) dalam merencanakan pembangunan mencerminkan hak

masyarakat untuk berkomunikasi, dan hal ini merupakan hak asasi manusia

(Fiesher dan Harms, 1983).

Informasi pemba ngunan Masyarakat

Informasi merupakan pesan yang disampaikan dalam proses atau aktivitas

komunikasi. Menurut Kincaid dan Schramm (1977), informasi adalah setiap hal

yang membantu dalam menyusun atau menukar pandangan tentang alam

kehidupan yang dinyatakan dengan pengertian, gagasan, pemikiran, atau

pengetahuan. Strater dalam Liliweri (1997), mengatakan informasi adalah kegiatan pengumpulan atau pengolahan data sehingga data dapat menghasilkan

pengetahuan dan keterangan yang baru.

Informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi yang ditujukan

untuk pemberdayaan-pembangunan masyarakat harus sesuai dengan karakteristik

masyarakat dan wilayah. Komunikasi pembangunan merupakan upaya dan cara,

(35)

dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat

luas (Nasution, 1996).

Perilaku Masyarakat

Perilaku adalah tindakan atau respon dari sesuatu atau sistem apapun

dalam berhubungan dengan lingkungan atau situasi (Goulb dan Kolb, 1964).

Dalam ilmu psikologi, perilaku merupakan hasil interaksi antara faktor personal

berupa instink individu dengan lingkungan psikologinya (Lewin dalam Rakhmat, 2000). Berlo (1960), menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan

menjadi kebiasaan pelakunya. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya

stimulus yang sering menimpanya. Menurut kamus komunikasi, istilah perilaku

komunikasi berarti tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak,

ketika terlibat dalam proses komunikasi (Effendy, 1989). Sedangkan, peubah

perilaku komunikasi menurut Rogers (1976) antara lain: Keterdedahan terhadap

saluran komunikasi interpersonal, keterdedahan terhadap media massa, dan

partisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak

dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan

kepemimpinan/kepemukaan pendapat.

Manusia sebagai makhluk yang berakal dan aktif akan selalu berusaha

untuk mencari kebutuhan yang sesuai dengan dirinya, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Sigmund Freud dalam Gerungan (1996) bahwa jika manusia bukan merupakan sesuatu yang abstrak konsisten dan statis, melainkan sesuatu

yang dinamis dalam ruang dan waktu, dan menyatakan diri sebagai keseluruhan

jiwa raga yang aktif. Kebutuhan seseorang terhadap informasi akan mampu

menggerakkan secara aktif usaha melakuka n pencarian terhadap sumber

informasi.

Pada kebanyakan orang, perilaku komunikasinya dapat diamati melalui

kebiasaan mereka berkomunikasi. Mengamati perilaku komunikasi, seyogyanya

dipertimbangkan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan penalaran

(36)

Pengetahuan

Pengetahuan adalah semua informasi yang diperoleh seseorang dari

berbagai sumber yang ada disekitarnya. Pesan berupa informasi yang diterima

seseorang tersebut menurut Lionberger dan Gwin (1982) sesuai dengan Gonzales

dalam Jahi (1988) menghasilkan tiga macam efek yaitu: (1) afektif merupakan aspek emosional, (2) kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan

apa yang diketahui manusia, dan (3) konatif yang merupakan aspek volisional

yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemampuan bertindak.

Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang berada pada

kawasan kognitif yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan-belajar.

Pengetahuan (Knowledge) adalah hierarki pertama dalam taksonomi tujuan pendidikan kawasan kognitif dengan hierarki selanjutnya adalah comprehension, application, synthesis dan evaluation (Bloom dalam Padmowihardjo, 1994).

Walgito (2002) menyatakan bahwa pengetahuan adalah mengenal suatu

obyek baru yang selanjutnya menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila

pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan

pengetahuan tentang obyek itu. Seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap

suatu obyek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang obyek tersebut.

Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang

bersifat spesifik atau umum; ingatan mengenai metode atau proses; ingatan

mengenai pola, susunan atau keadaan (Kibler et al. 1981, dalam Zahid 1997). Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Winkel (1987) bahwa pengetahuan

merupakan ingatan tentang hal-hal yang pernah dipelajari (fakta, kaidah, prinsip

atau metode).

Menurut Soekanto (2001), pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran

seseorang sebagai hasil penggunaan pancaindera. Sementara Supriyadi (Zahid

1997), mengemukakan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang

dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat

digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun

lingkungannya. Individu mendapatkan pengetahuan baik melalui proses belajar,

pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori

(37)

Penjelasan-penjelasan di atas menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah

kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat sesuatu yang telah dilakukan atau

dipelajari.

Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan,

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu

dalam lingkungannya (Van den Ban dan Hawkins 1999). Sikap juga adalah

kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki

konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Meyrs dalam Sarwono (2002) yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau

tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang, yang ditunjukkan dalam

kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang.

Mar’at (1981) menyebutkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap obyek tersebut, selanjutnya memberikan nilai terhadap stimulus dalam

bentuk baik dan buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak

menyenangkan, setuju atau tidak setuju kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi terhadap obyek sikap.

Sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar (Sarwono, 2002).

Pengalaman yang dimaksud adalah tentang obyek yang menjadi respon evaluasi

dari sikap. Proses belajar dalam pengalaman adalah sebagai peningkatan

pengetahuan individu terhadap obyek sikap. Proses belajar tersebut didapat

melalui interaksi dengan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap

penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga

agama serta pengaruh faktor emosional (Azwar, 2003).

Sikap akan berarti jika diwujudkan dalam bentuk tindakan, baik lisan

maupun tulisan. Menurut Arif (1995) sikap merupakan tingkah laku manusia

yang masih terselubung atau belum menampakkan diri keluar, yang dapat

dikatakan sebagai kesiapan atau kecenderungan untuk bereaksi terhadap obyek

tertentu yang dihadapi, dilihat, diraba, didengar, dicium, dan dirasa pada suatu

(38)

Tindakan

Tindakan merupakan suatu tindakan nyata (action) yang dapat dilihat atau diamati (Rogers dan Shoemaker, 1986). Tindakan tersebut terjadi akibat

adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai pada penentuan

sikap untuk bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan

menggunakan panca indera. Selanjutnya Arif (1995) menjelaskan bahwa tingkah

laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri

dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan

kegiatannya. Ini berarti bahwa tingkah laku itu tidak bisa secara spontan dan

tanpa tujuan, melainkan harus ada sasaran baik ekplisit maupun implisit.

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Hasil penelitian para ahli menunjukkan terdapat hubungan yang kuat

antara sikap dengan perilaku (Azwar, 2003). sikap (attitude) sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap sangat menentukan perilaku

(behavior) seseorang. Sikap juga sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah kemasyarakatan termasuk masalah lingkungan. Seseorang yang

mempunyai sikap positif terhadap sesuatu obyek, besar kemungkinan mempunyai

niat untuk berperilaku positif juga terhadap obyek tersebut, dan timbulnya sikap

positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek

tersebut.

Pernyataan-pernyataan di atas memperlihatkan bahwa perilaku individu

sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka

atau tidak suka, baik atau tidak baik terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi

oleh pengalamannya atau pengetahuannya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Perilaku dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang

terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor

eksternal). Proses interaksi itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan

seseorang (Sarwono, 2002). Perilaku (B) adalah fungsi (f) karakteristik individu

(P) dan lingkungan (E), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: B = f(P,E)

(39)

Karakteristik Masyarakat

Lionberger dan Gwin (1982) mengemukakan bahwa peubah-peubah yang

penting dalam mengkaji masyarakat lokal antara lain adalah peubah personal.

Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa karakteristik yang dimiliki seseorang itu

berbeda dari orang yang satu ke orang yang lain, dan kadang-kadang perbedaan

tersebut sangat bervariasi. Dalam hubungannya dengan perilaku masyarakat dan

adopsi inovasi, ada beberapa peubah karakteristik sosial ekonomi yang

berhubungan dengan perilaku masyarakat antara lain demografi, seperti: umur,

pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan (Bettinghaus, 1973). Sedangkan oleh

Rogers (1976), dikemukakan bahwa peubah karakteristik sosial ekonomi yang

banyak digunakan dalam studi difusi inovasi, ada beberapa peubah, antara lain:

umur, pendidikan, kemampuan baca tulis, status sosial (pendapatan, kesehatan,

dan lain-lain).

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan telah ditetapkan menjadi

kawasan wisata budaya, agro, dan air. Pada tanggal 20 Januari 2001, Gubernur

Propinsi DKI Jakarta telah meresmikan penggunaan bangunan dan penataan

lingkungan. Perkampunga n Budaya Betawi Situ Babakan adalah suatu tempat

dimana dapat ditemui dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi berupa

komunitas Betawi, keasrian alam Betawi, tradisi dan kebudayaan alam Betawi.

Perkampungan ini seluas 289 ha, terletak di kawasan Kampung Kalibata,

Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan,

merupakan kawasan resapan air tawar, terdapat dua buah situ alam yakni Situ

Babakan dan Situ Manggabolong ( Imron, et.al, 2001)

Dalam S.K. Gubernur Propinsi DKI Jakarta No 92 Tahun 2000

menetapkan bahwa Perkampungan Budaya Betawi adalah wilayah pelestarian

alam, lingkungan, ekosistem, serta seni budaya tradisional masyarakat dengan

tidak menghambat perkembangan warganya untuk meningkatkan kesejahteraan

hidupnya. Dalam usaha pemanfaatan dan pengembangan PBB diarahkan kepada

(40)

kepada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Situ Babakan sebagai Sarana Wisata

Wisata Air

Saat ini di Situ Babakan sudah ada kegiatan-kegiatan yang bersifat

ekonomi maupun rekreatif, seperti keramba ikan dan pemancingan yang resmi

maupun bebas untuk umum. Kecenderungan semakin berkembangnya keramba

ikan di Situ, pada satu sisi sangat menggembirakan karena menguntungkan

secara ekonomi, terutama bagi penduduk yang tinggal di wilayah Situ Babakan.

Namun disisi lain perkembangan ini akan menjadi masalah karena jumlah

keramba yang terus meningkat dapat merusak keindahan dan biota air.

Kekhawatiran ini cukup beralasan karena pengusaha keramba ikan semakin

banyak dan mungkin saja berasal dari penduduk diluar wilayah Situ Babakan.

Tidak tertutup kemungkinan mereka membuat tempat penjagaan keramba ikan

yang dibangun diatas air.Kondisi air Situ babakan, pada musim hujan air naik dan

pada musim kemarau air stabil. Kondisi situ masih alami. Fungsi Situ Babakan

sebagai badan penampung air, resapan air, irigasi dan sebagai tempat

penanggulangan air. Kondisi sekitar situ perumahan penduduk dan pepohonan

(pohon bamb u dan melinjo).

Secara umum beberapa situ di Jakarta saat ini telah mengalami perubahan

baik kualitas maupun kuantitas, sehingga mengalami perubahan dari ekosistem

alami ke ekosistem buatan yang pada dasarnya mewujudkan ekosistem yang

tidak lengkap tentang siklus jaring-jaring makanannya sehingga hal tersebut

memberikan indikasi hubungan timbal balik antar komponen lingkungan tidak

berjalan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena salah satu sumberdaya air tidak

lepas dari tekanan penduduk dan implikasi kegiatan ekonomi, sehingga kondisi

situ menjadi sangat memprihatinkan.

Wisata Budaya

Untuk kegiatan wisata budaya selain adanya rumah Betawi juga terlihat

adanya kesenian budaya Betawi seperti orkes melayu 2 buah, orkes keroncong 2

(41)

mayoritas penduduk, maka group qasidah memiliki jumlah kelompok yang

terbesar yakni 10 kelompok. Demikian juga sudah dibangun panggung terbuka

tempat pentas berlangsung.

Wisata Agro

Untuk kegiatan wisata agro, sudah mulai digalakkan penanaman tanaman

langka, tanaman buah-buahan dan tanaman hias. Masyarakat sekitar lebih banyak

menanam tanaman buah-buahan yaitu, belimbing, jambu biji dan rambutan.

Tanaman langka yang dikembangkan di Situ Babakan antara lain adalah: buni,

lobi-lobi, matoa, nona, dan lain-lain. Tanaman-tanaman langka tersebut sebagian

adalah jenis-jenis tanaman lokal yang diharapkan cocok untuk daerah setempat.

Tanaman hias tidak ketinggalan juga telah dikembangkan dan bahkan tidak hanya

untuk keperluan sendiri akan tetapi dapat diperjual belikan. Tanaman hias ini

juga dikembangkan di sebelah barat Situ Babakan, memanjang dari sisi utara ke

selatan terutama di wilayah RW 08. Jenis-jenis tanaman hias yang dikembangkan

di sekitar Situ babakan antara lain adalah: kuping gajah, palem, soka, heliconia,

anggrek dan lain-lain. Ada juga tanaman obat keluarga (TOGA) yang

dikembangkan di lokasi Situ Babakan antara lain adalah: jahe, kencur,

(42)

KERANGKA PEMIKIRAN

Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu tempat dimana kita bisa

menikmati suasana alam Betawi, keasrian lingkungan Betawi, kesenian Betawi.

Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi diarahkan kepada

pengembangan budaya, rumah tinggal, pendidikan, ind ustri rumah tangga,

pertanian, perikanan, peternakan dan objek wisata disesuaikan dengan budaya

Betawi yang Islami.

Kondisi diatas memerlukan perhatian dan tindakan dari semua pihak, agar

pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan apa yang diharapkan. Sikap positif dari masyarakat dalam

mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi sangat diperlukan. Sikap

tersebut dapat terbentuk dengan tepat, diperlukan informasi yang dapat

memberikan pengetahuan yang benar tentang manfaat dari pembangunan

Perkampungan Budaya Betawi. Hal ini erat kaitannya dengan karakteristik

individu. Karakteristik individu yang berpengaruh terhadap pengembangan

Perkampungan Budaya Betawi adalah: usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

jenis kelamin, dan lokasi tempat tinggal.

Tingkat pengetahuan yang memadai dan sikap positif masyarakat sekitar

Perkampungan Budaya Betawi terhadap pengembangan PBB dapat mendorong

partisipasi aktif dalam pengembangan PBB. Perilaku masyarakat akan terkait

dengan aktivitas komunikasi yang mereka lakukan. Aktivitas komunikasi

masyarakat berkaitan dengan bagaimana masyarakat mendapatkan dan

menyebarkan informasi tentang PBB. Aktivitas komunikasi tersebut dapat

terlihat dari keterdedahan pada media massa (cetak, dan elektronik), melalui

saluran interpersonal, dan partisipasi sosial.

Perilaku masyarakat meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan.. Untuk

(43)

AKTIVITAS

KOMUNIKASI

(X2)

X.2.1 Keterdedahan pada

Media Massa (cetak +Elektronik)

X2.2 Keterdedahan pada

Saluran Interpersonal X2.3 Partisipasi Sosial

[image:43.595.115.516.90.602.2]

Gambar l. Bagan Alur Berpikir Hubungan antara Variabel KARAKTERISTIK

I NDIVIDU (X1)

X1.1 Usia

X1.2 Pendidikan

Formal X1.3 Pendidikan

nonformal X1.4 Pekerjaan Utama

X1.5 Pekerjaan Tambahan

X1.6 Pendapatan

X1.7 Jenis Kelamin

X1.8 Lokasi Tempat

Tinggal

PERILAKU MASYARAKAT

DALAM

MENGEMBANGKAN PBBSB

(Y)

Y 1 Pengetahuan

Y 2 Sikap

(44)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan,

pada bulan Juli 2005. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan atas

terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun

2005 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng

Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Kawasan ini memiliki

potensi besar untuk menjadi pusat kebudayaan yang berbasiskan masyarakat

Betawi, dan berpeluang untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sembari

menjaga kelestarian lingkungan.

Populasi dan sampel

Populasi penelitian adalah masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan

Perkampungan Budaya Betawi yakni RW 06, 07, dan 08 dengan masing-masing

populasi yaitu 4483 orang, 3806 orang, dan 3724 orang. Penentuan sampel

dilakukan secara cluster random sampling. Penentuan jumlah sampel dalam penelian ini dilakukan berdasarkan rumus Slovin (Walpole 1995) sebagai berikut:

n =

2

1 Ne N

+

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan

Berdasarkan rumus tersebut, dengan tingkat kesalahan sampel 0,8% diperoleh

jumlah sampel sebanyak 100 orang yang merupakan masyarakat kawasan PBB.

(45)
[image:45.595.112.513.103.233.2]

Tabel 1. Populasi dari sampel penelitian

RW Populasi (orang) %

kesalahan

Sampel

(orang)

06 4483 0,8 40

07 3806 0,8 30

08 3724 0,8 30

Total 12013 0,8 100

Desain Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode survei deskriptif korelasional,

karena selain mendeskripsikan kondisi yang ada, juga berupaya menjelaskan

hubungan diantara variabel yang diamati. Variabel yang diamati adalah

karakteristik individu, aktivitas komunikasi dan perilaku masyarakat terhadap

pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat

melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada responden, yaitu mengenai

karakteristik, aktivitas komunikasi dan perilaku masyarakat terhadap

pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Data sekunder

adalah data rekapitulasi yang diperoleh dari kantor kelurahan, kantor camat,

serta dari instansi terkait lainnya.

Instrumentasi

Pelaksanaan metode survey menggunakan alat Bantu sebagai instrument

berupa kuesioner untuk keperluan pengumpulan data. Kuisioner terdiri atas tiga

bagian, yaitu:

1. bagian pertama berisi pertanyaan tentang karakteristik individu,

2. bagian kedua berisi pertanyaan tentang aktivitas komunikasi, dan

3. bagian ketiga berisi pertanyaan tentang perilaku masyarakat terhadap

(46)

Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur mengukur apa yang ingin

diukur (Ancok dalam Effendi dan Singarimbun, 1989). Validitas diperoleh dengan cara : 1) berdasarkan bimbingan dari komisi pembimbing, 2)

menyesuaikan serta memperhatikan literatur, 3) menyesuaikan dan menanyakan

langsung kepada responden sesuai kondisi responden.

Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah indek yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukur dapat dipercaya (Ancok dalam Effendi dan Singarimbun, 1989). Cara menguji reliabilitas alat ukur (kuesioner) adalah melakukan uji coba kepada

masyarakat yang memiliki kedekatan karakteristik atau relatif sama dengan

teknik korelasi product moment, yaitu melalui pen-skor-an untuk pengukuran pertama dan kedua yang dikorelasikan, dengan rumus:

r =

(

)( )

(

)

{

}

{

(

)

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

Keterangan:

r

: koefisien korelasi atau koefisien keandalan. X : skor total pengukuran pertama

Y : skor total pengukuran kedua

N : jumlah responden dalam uji coba pengukuran.

Uji kuesioner dilakukan selama dua kali dengan selang waktu 2 hari

kepada 15 orang anggota masyarakat Betawi yang bertempat tinggal di

Kelurahan Ragunan Jakarta Selatan. 15 orang ini tidak menjadi responden untuk

pengumpulan data hasil penelitian, tetapi memiliki ciri-ciri karakteristik yang

relatif sama dengan responden penelitian. Dari uji kuesioner, diperoleh nilai r

(koefisien korelasi atau koefisien keandalan) sebagai nilai reliabilitas kuesioner

sebesar 0,92, menunjukkan bahwa kuesioner reliabel sebagai instrumen

(47)

Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel penelitian adalah sebagai berikut:

X1 Karakteristik Individu, adalah ciri-ciri yang melekat pada pribadi seseorang

(individu) yang meliputi:

X1.1 Usia, adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan yang

dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat yang

dinyatakan dengan tahun. Ukuran skala rasio dari usia muda, dewasa,

tua dan sangat tua, dengan kategori yaitu usia muda = 23 - 34

tahun, Dewasa = 35 - 46 tahun, tua = 47 - 58 tahun, sangat tua = 59 - 70

tahun.

X1.2 Pendidikan formal, adalah tingkat belajar secara formal yang pernah

diperoleh responden, berbentuk skala ordinal dengan empat kategori

yaitu rendah (tidak tamat SD/tamat SD), sedang (tamat SMP), tinggi

(tamat SMA), sangat tinggi (lulus perguruan tinggi, D2/D3/D4/S1);

X1.3 Pendidikan nonformal, adalah kursus/pelatihan yang berhubungan

dengan kebudayaan, yang pernah diikuti oleh responden dalam dua

tahun terakhir, yang dinyatakan dengan banyaknya pelatihan/kursus

yang pernah diikuti. Pengukurannya berdasarkan skala rasio yaitu:

rendah = satu sampai dua kali, sedang = tiga sampai empat kali, tinggi

lebih dari lima kali

X1.4 Pekerjaan Utama, adalah jenis kegiatan pokok yang dilakukan

responden setiap hari, sehingga responden mendapat penghasilan dari

kegiatan tersebut, data diukur dengan skala nominal.

X1.5 Pekerjaan Tambahan, adalah jenis kegiatan yang dilakukan responden

disamping pekerjaan utama, sehingga responden mendapat penghasilan

tambahan dari kegiatan tersebut, data diukur dengan skala nominal.

X1.6 Pendapatan, adalah penghasilan responden rata-rata satu bulan yang

diperoleh dari hasil pekerjaan dalam bentuk uang (rupiah). Pendapatan

diukur dengan skala ordinal, yang dikelompokkan dalam tiga kategori,

yaitu rendah = Rp1.000,000 - Rp1.500,000, sedang =Rp1.500,000 -

(48)

X1.7 Jenis kelamin, adalah identitas seksual yang melekat pada diri

seseorang responden yaitu laki-laki atau perempuan.

X1.8 lokasi tempat tinggal, yaitu jarak tempat tinggal responden ke

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, dikategorikan dengan

dekat = kurang dari satu kilometer, sedang = satu koma lima sampai

lima kilometer, jauh = lebih dari lima kilometer.

X2 Aktivitas komunikasi, adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan responden

untuk memperoleh informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi Situ

Babakan. Hal ini diukur melalui tiga variabel yaitu keterdedahan pada media

massa, keterdedahan pada saluran interpersonal, dan partisipasi sosial.

X2.1 Keterdedahan pada media massa, adalah aktivitas responden untuk

menyimak atau mendedah media massa cetak dan elektronik.

a. Keterdedahan media cetak seperti surat kabar, majalah, brosur, dan

sebagainya yang dihitung berdasarkan lama waktu atau jumlah jam

yang dipergunakan selama satu minggu dalam satu bulan terakhir

dari saat wawancara, diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan

menjadi tiga kategori. Variasi alokasi waktu yang dipergunakan

responden nol hingga sepuluh jam per minggu yang dikelompokkan

menjadi nol sampai lima jam per minggu, enam sampai sepuluh jam

per minggu, dan lebih dari sepuluh jam per minggu, dengan waktu

mendengarkan pagi, siang, sore, dan malam hari.

b. Keterdedahan pada media elektronik adalah aktivitas responden

untuk mendengarkan, menonton, menyimak atau mendedah siaran

radio dan televisi yang dihitung berdasarkan lama waktu atau

jumlah jam yang dipergunakan selama satu hari dalam satu bulan

terakhir dari saat wawancara, diukur dengan skala rasio dan

dikelompokkan tiga kategori. Keterdedahan responden pada radio

berdasarkan alokasi waktu yang diperguna kan: kurang dari satu jam

per hari, satu sampai dua jam per hari, dan lebih dari dua jam per

hari dengan waktu mendengarkan pagi, sore, dan malam hari.

Keterdedahan responden pada televisi berdasarkan alokasi waktu

(49)

hari, tiga sampai lima jam per hari, dan lebih dari lima jam per hari

dengan waktu menonton pagi, siang, sore, dan malam hari.

X2.2 Keterdedahan pada saluran Interpersonal, adalah kegiatan komunikasi

responden secara personal dan berkelompok, yang meliputi kontak

terhadap penyuluh, institusi, pengelola PBBSB, tokoh masyarakat,

dan anggota masyarakat. Diukur dengan skala rasio dan

dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan satuan kali per

bulan selama satu bulan terakhir dari saat wawancara untuk

berhubungan dengan orang lain, yaitu nol , satu sampai dua, tiga

sampai lima, dan lebih dari lima kali perbulan

X2.3 Partisipasi Sosial adalah interaksi dan keterlibatan responden dalam

kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lokal yang meliputi

kegiatan pengajian, arisan, kerja bakti, dan ronda. Diukur dengan

skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan

jumlah jam perminggu selama satu minggu terakhir dari saat

wawancara, yaitu nol sampai tiga jam, tiga sampai lima jam, lebih

dari lima jam.

Y Perilaku masyarakat, adalah hasil interaksi yang ditimbulkan oleh

masyarakat berupa pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan

(practice) melalui informasi yang diterima dengan menggunakan atau

memanfaatkan media massa dan media interpersonal dalam

mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.

Y1 Pengetahuan, adalah sejauh mana masyarakat mengetahui/ memahami

konsep program yang tertuang dalam PERDA Nomor 3 Tahun 2005

tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan,

Diukur dengan skala ordinal.

Y2 Sikap, adalah sejauh mana masyarakat mengikuti atau mengabaikan

Materi program yang berkaitan dengan Perkampungan Budaya Betawi

(50)

Y3 Tindakan, adalah segala usaha yang telah diperbuat oleh masyarakat

dalam rangka pelaksanaan program pengembangan Perkampungan

Budaya Betawi Situ Babakan. Diukur dengan skala ordinal

Analisa Data

Data yang dianalisis meliputi:

1. analisis hubungan karakteristik individu dengan perilaku masyarakat

dalam mengembangkan Perkampunga n Budaya Betawi Situ Babakan, dan

2. analisis hubungan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat

dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.

Analisis data dilakukan melalui uji Chi Kuadrat, dengan rumus:

?2 =

i 2 i i

e ) e -(o

Dimana: ?2 : Chi Kuadrat o : nilai teramati

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Geografi

Kelurahan Srengseng Sawah merupakan salahsatu dari 6 (enam)

kelurahan di Wilayah Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan yang dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986.

Luas wilayah seluruhnya 674,70 Ha, berbatasan dengan Kelurahan Lenteng

Agung dan Kelurahan Jagakarsa sebelah utara, sebelah timur dengan Kali

Ciliwung, sebelah selatan dengan Kota Depok, serta sebelah barat dengan

Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak.

Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan terletak di

Kelurahan Srengseng Sawah, meliputi Rukun Warga (RW) 06, 07, dan 08.

Mempunyai luas 289 hektar, dengan batas fisik, sebelah utara dengan jalan

Mochamad Kahfi sampai dengan jalan Desa Putra, sebelah timur dengan jalan

Desa Putra, jalan Pratama, Jalan Wika serta jalan Mangga Bolong Timur dan

jalan lapangan Merah, sebelah selatan dengan jalan Desa Putra, Jalan Pratama,

jalan Wika, jalan Mangga Bolong Timur, dan jalan lapangan Merah, serta

sebelah barat dengan jalan Mochamad Kahfi. Sedangkan Komplek Yon Zikon

dan komplek Yayasan Desa Putra tidak termasuk dalam kawasan PBBSB.

Kondisi geoklimat wilayah dicirikan oleh topografi yang semuanya

dataran rendah, dengan suhu udara rata-rata 27 sampai 30 derajat Celsius,

ketinggian kurang lebih 50 m di atas permukaan laut (dpl), dan curah hujan

tahunan berkisar antara 2000 - 2500 mm.

Penduduk.

Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta

Selatan terdiri atas 19 RW (Rukun Warga) dan 156 RT (Rukun Tetangga).

Jumlah penduduk pada akhir tahun 2005 sebanyak 46.939 jiwa, terdiri atas

24.438 jiwa pria (52,06%) dan 22.501 jiwa perempuan (47,94%). Kepadatan

(52)

Mayoritas penduduk di Kelurahan Srengseng Sawah adalah orang Betawi,

walaupun sudah banyak penghuni berasal dari luar DKI Jakarta. Jumlah

[image:52.595.118.513.164.552.2]

penduduk ditiap RW dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Tiap RW di Kelurahan Srengseng Sawah

No. RW WNI

LK PR JML

1. 01 1,667 1,696 3,363

2. 02 2,033 1,978 4,011

3. 03 1,965 1,796 3,761

4. 04 943 717 1,660

5. 05 1,942 1,641 3,583

6. 06 1,959 1,765 3,724

7. 07 1,963 1,843 3,806

8. 08 2,295 2,188 4,483

9. 09 3,010 2,674 5,684

10. 10 563 499 1,062

11. 11 637 612 1,249

12. 12 640 670 1,310

13. 13 694 656 1,350

14. 14 669 687 1,356

15. 15 844 867 1,711

16. 16 1,262 1,161 2,423

17. 17 452 402 854

18. 18 404 404 808

19. 19 497 243 740

Jumlah 24,438 22,501 46,939

Sumber: Kelurahan Srengseng Sawah, 2005

Sebagian besar penduduk Kelurahan Srengseng Sawah adalah masyarakat

Betawi, sehingga adat-istiadat yang berlaku adalah Budaya Betawi, dan

mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Namun demikian, kerukunan

antar-umat beragama sudah berjalan dengan baik sehingga kehidupan

bermasyarakat antara pemeluk agama satu dengan yang lain saling menghormati.

Jalan dan Transportasi

Arus urbanisasi penduduk telah meningkat diakibatkan pertumbuhan lalu

lintas yang semakin cepat. Tingkat pertumbuhan lalu lintas tersebut telah

(53)

Pintu gerbang Situ Babakan yang saat ini merupakan pintu keluar masuk

menuju lokasi Situ Babakan yang akan dijadikan wisata air, wisata budaya dan

wisata agro terlalu sempit apabila dilalui oleh bus-bus pariwisata.. Dengan

kondisi sarana transportasi yang masih minim tersebut maka akan terjadi

kesulitan bagi bus-bus wisata dengan ukuran cukup besar untuk dapat masuk ke

lokasi Situ Babakan.

Pendapatan Daerah

Sumber pendapatan di kelurahan Srengseng Sa

Gambar

Gambar l.  Bagan Alur Berpikir Hubungan antara Variabel
Tabel 1.  Populasi dari sampel penelitian
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Tiap RW di Kelurahan Srengseng Sawah
Tabel 3. Perilaku masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

dibungkus dalam kemasan yang mewah namun harganya cukup terjangkau, sehingga penulis ingin mengetahui bahwa apakah label halal, harga dan celebrity endorser juga menjadi

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soemantri, bahwa anak dengan intellectual disability tidak hanya memiliki kemampuan intellectual dibawah

Berdasarkan pendapat Bapak/Ibu setelah membaca dan memeriksa butir-butir soal evaluasi pembelajaran IPS materi Uang dan Pengelolaan Uang dalam Tema Permainan di SD Negeri 1 Pepedan

Pada kegiatan KKN-PPM periode XIII ini, penulis berkesempatan untuk mendampingi keluarga Bapak Jero Kecen yang bertempat tinggal di Banjar Serongga, Desa Songan A

Berdasarkan uraian tersebut di atas yang telah dibuktikan selama pelaksanaan KKN- PPM selama1 bulan di Dusun Sulang , keluarga bapak Gede Bendesa adalah termasuk

Mengelola pekerjaan pemasangan; granit, keramik untuk lantai dan dinding pada pekerjaan konstruksi batu dan beton sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar

Anggota komite yang merupakan pihak independen tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Dewan Komisaris,

Kembar Mayang merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam upacara tradisional Jawa, biasanya digunakan pada upacara perkawinan maupun kematian apabila orang yang meninggal itu