LAPORAN PENELITIAN
PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT ( NaHSO3 ) SEBAGAI
BAHAN BLEACHING PEMBUATAN TEPUNG MENGKUDU
Oleh :
Lail Aprilia Dwiyana ( NPM. 0531010051 )
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN
PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT ( NaHSO3 ) SEBAGAI
BAHAN BLEACHING PEMBUATAN TEPUNG MENGKUDU
Oleh :
1. Lail Aprilia Dwiyana (0531010051)
2. Yusiati Dwi W. (0531010071)
Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan
Mengetahui, Dosen Pembimbing
YAYASAN KEJUANGAN PNGLIMA BESAR JENDERAL SUDIRMAN UNIVERSITAS PEMBAGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Telp. (031) 8406369 (Hunting) fax. (031) 8706372 Surabaya 60294
KETERANGAN REVISI
Yang Tertulis dibawah ini :
1. Nama Mahasiswa : Lail Aprilia Dwiyana
NPM : 0531010051
Jurusan : Teknik Kimia
2. Nama Mahasiswa : Yusiati Dwi W.
NPM : 0531010071
Jurusan : Teknik Kimia
Telah mengerjakan revisi Hasil Penelitian dengan judul :
“PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT ( NaHSO3 ) SEBAGAI BAHAN
BLEACHING PEMBUATAN TEPUNG MENGKUDU “
Surabaya, 16 Februari 2010
Dosen Penguji yang memerintahkan revisi :
1. Ir. Tatiek Sri Hajati, MT. (………)
2. Ir. Elly kurniati , MT ( ……….. )
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Daftar isi iv
Program Studi S1 Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……….……….. iIntisari………. iii
Daftar Isi………. iv
Daftar Gambar……….... vi
Daftar Tabel……….... vii
Daftar Grafik………... viii
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang……….. 1
I.2 Tujuan Penelitian………..……….... 1
I.3 Manfaat Penelitian…………..……….. 2
Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Teori Umum ………..………... 3
II.1.1 Buah Mengkudu ……….…....……..…... 3
II.1.2 Proses Pencoklatan .………..………..…….. 4
II.1.2.1 Pencoklatan Enzimatis.………..…... 6
II.1.2.2 Pencoklatan Non Enzimatis.….……….…………..……. 7
II.1.3 Pengawetan Bahan Makanan Secara Fisik……… 8
II.1.4 Natrium Bisulfit (NaHSO3)……….. 8
II.2 Landasan Teori………... 9
II.3 Hipotesa……….. 11
Bab III Metode Penelitian III.1 Bahan - bahan yang digunakan……….. 12
III.2 Alat dan Rangkaian Alat………..………... 12
III.3 Variabel penelitian……….. 13
Daftar isi v
Program Studi S1 Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur III.5 Analisa Hasil………... 15
III.5.1 Analisa Kadar Air………….……….. 15
III.5.2 Analisa Kadar Pati………...………... 16
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan………... 22
V.2 Saran... 22
Daftar Pustaka………. 23
Appendix………. 24
Daftar isi vi
Program Studi S1 Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
DAFTAR GAMBAR
Daftar isi vii
Program Studi S1 Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Komposisi kimia buah mengkudu dalam 100 g bagian yang dapat dimakan.……….………. 3
Tabel 2 Kandungan nutrisi hasil analisa dari 100 g sari buah
mengkudu... 4
Tabel 3 Beberapa Sifat Pigmen Alami... 5
Tabel 4.1.1 Pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
kadar vitamin C tepung mengkudu (%)... 17 Tabel 4.1.2 Pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
kadar air tepung mengkudu (%)... 19 Tabel 4.1.3 Pengeruh Kosentarsi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
Daftar isi viii
Program Studi S1 Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1.1 Pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
kadar Vitamin C tepung mengkudu (%)……… 18 Grafik 4.1.2 Pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
kadar air tepung mengkudu (%)………...… 19 Grafik 4.1.3 Pengaruh Kosentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
Intisari iii
Program Studi S1 Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
INTISARI
Tanaman mengkudu, merupakan salah satu tanaman obat yang sudah diamanfaatkan sejak zaman purba hampir diseluruh belahan dunia. Selama ini produk mengkudu dipasaran masih sedikit yaitu dalam bentuk jus, dan sirup. Oleh karena itu perlu adanya inovasi baru dari mengkudu yaitu salah satunya dibuat tepung mengkudu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentarsi larutan Natrium Bisulfit (NaHSO3) dan lama perendaman pada buah
mengkudu sehingga menghasilkan tepung mengkudu yang tidak berwarna coklat dan tahan lama.
Masalah utama dalam pembuatan tepung mengkudu adalah terjadinya reaksi pencoklatan (browning) sehingga kenampakan tepung mengkudu kurang baik (kurang putih). Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan dengan cara menambah larutan Natrium Bisulfit (NaHSO3) pada rendaman irisan buah
Kata Pengantar i
Program Studi S1 Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat – Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur, sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Strata – 1 Teknik Kimia.
Sebagai dasar penyusunan penelitian ini adalah teori yang diperoleh dari diktat kuliah dan berbagai macam literature yang disebutkan di dalam daftar pustaka. Selanjutnya dengan tersusunnya penelitian ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Ir. Sutiyono, MT, MS selaku Dekan FTI UPN “Veteran” Jawa Timur. 2. Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran”
Jawa Timur.
3. Ir. Nizar Bajasut, MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian. 4. Ir. Tatiek Sri Hajati, MT selaku Dosen Penguji Penelitian. 5. Ir. Elly Kurniati, MT selaku Dosen Penguji Penelitian.
6. Bapak Dwi Purwoto, selaku Petugas Laboratorium Riset yang selalu membantu dalam penyediaan peralatan penelitian.
7. Kedua orang tua serta saudara – saudara yang telah memberikan dukungan material maupun spiritual.
Kata Pengantar ii
Program Studi S1 Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami siap menerima saran serta kritik yang membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surabaya, Februari 2010
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanaman mengkudu (Morinda Citrifolia L.), merupakan salah satu
tanaman obat yang sudah dimanfaatkan sejak zaman purba hampir
diseluruh belahan dunia. Pada 100 tahun SM penduduk Asia Tenggara
telah memanfaatkan tanaman mengkudu sebagai obat. (Waha,2001)
Buah mengkudu juga mengalami proses pencoklatan. Seperti
halnya dengan buah-buahan lainya misalnya pisang, peach, pear, salak,
pala dan apel. Semua itu disebabkan buah-buahan tersebut mengandung
asam askorbat atau yang lebih dikenal dengan vitamin C. (Winarno,1992)
Selama ini produk mengkudu yang ada dipasaran masih sedikit
yaitu dalam bentuk jus, dan sirup. Oleh karena itu perlu adanya inovasi
baru dari mengkudu yaitu salah satunya dibuat tepung menkudu.
Tepung mengkudu ini dapat digunakan sebagai bahan makanan
misalnya kue, roti, bubur dan bahan makanan lainnya. Selain itu tepung
mengkudu juga bisa digunakan untuk obat yaitu dijadikan kapsul
mengkudu.
Dalam proses pembuatan tepung kemungkinan akan terjadi reaksi
pencoklatan (browning). Ada berbagai cara dalam mencegah terjadinya
reaksi pencoklatan salah satunya dengan cara sulfinisasi dalam hal ini
menambahkan Natrium Bisulfit (NaHSO3). Untuk mencegah reaksi
pencoklatan waktu yang digunakan dalam merendam irisan mengkudu
sangat berpengaruh untuk menghasilkan tepung mengkudu yang tidak
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
2
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentarsi larutan Natrium Bisulfit (NaHSO3) dan lama perendaman pada
buah mengkudu sehingga menghasilkan tepung mengkudu yang tidak
berwarna coklat dan tahan lama.
I.3 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan akan menambah nilai ekonomis dari buah mengkudu, dengan mengubahnya dari buah
mengkudu yang bentuk fisiknya yang kurang menarik menjadi tepung
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Buah Mengkudu
Terdapat sekitar 80 spesies tanaman yang termasuk dalam genus
Morinda. Menurut H.B. Guppy, ilmuwan Inggris yang mempelajari
Mengkudu sekitar tahun 1900, kira-kira 60 persen dari 80 spesies Morinda
tumbuh di pulau-pulau besar maupun kecil, di antaranya Malaysia dan
pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan Lautan Pasifik.
Untuk saat ini penelitian ilmiah yang terbilang paling monumental
terhadap tanaman “mengkudu” adalah yang dilakukan Prof. Neil Solomon,
MD., Phd dari John Hopkins Medical Institution, Amerika di tahun
1997-1998. Penelitian ini melibatkan 40 doktor dan 8000 pesakit pengguna sari
buah mengkudu. Kesimpulannya, 78% dari pengguna sari buah mengkudu
telah merasakan manfaatnya untuk mengatasi penyakit yang dideritanya.
Yaitu : kanser, kolesterol tinggi, jantung, gangguan pencernaan, diabetes
mellitus, tekanan darah tinggi dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Tabel 1. Komposisi kimia buah mengkudu dalam 100 g bagian yang dapat dimakan.
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
4
Tabel 2. Kandungan nutrisi hasil analisa dari 100 g sari buah mengkudu
Jenis nutrisi Jumlah kandungan
Vitamin A (IU) 395,83
Sumber : Jones, (2000)
II.1.2 Proses Pencoklatan
Pencoklatan (browning) pada hasil pertanian merupakan problem
khusus dalam pengolahan.
Ada lima faktor yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan
berwarna yaitu :
a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan,
misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan
mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.
b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk
warna coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula caramel
atau roti dibakar.
c. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu
antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi,
misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.
d. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan
warna hitam, atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh
adanya logam serta enzim, misalnya warna gelap permukaan apel
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
5
e. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna
sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan
(Winarno,1992)
Masing-masing pigmen tersebut mempunyai kestabilan yang berlainan
terhadap berbagai kondisi seperti terlihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 3 Beberapa Sifat Pigmen Alami
Jenis pigmen Jumlah
senyawa
Warna Sumber Dapat
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
6
Sumber : Clydesdale and Francis (1976)
Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu proses pencoklatan yang enzimatik dan yang non enzimatik.
(Winarno,1992)
II.1.2.1 Pencoklatan Enzimatis
Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang
banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Ada banyak sekali
senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai substrat dalam
proses pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran.
Disamping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam kafeat,
asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat
proses pencoklatan. (Winarno,1992)
Dengan demikian, terjainya reaksi pencoklatan enzimatis
harus didukung kondisi-kondisi untuk dapat berlangsungnya
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
7
suhu yang sesuai untuk dapat terjadinya aktivitas enzim, yaitu
berkisar antara 20-40oC.
Terjadinya reaksi pencoklatan diperkirakan melibatkan perubahan
dari bentuk kuinol menjadi kuinon.
II.1.2.2 Pencoklatan Non Enzimatis
Pencoklatan ini bukan disebabkan adanya enzim,
melainkan akibat reaksi gula pereduksi dengan gugus amina primer
atau pemakaian suhu tinggi pada sukrosa. Pada berbagai komoditi,
pencoklatan non enzimatik ini sengaja dibuat karena menimbulkan
bau dan citra rasa yang dikehendaki. Secara umum, ada tiga
macam reaksi pencoklatan non enzimatik, yaitu reaksi Maillard,
Karamelisasi dan pencoklatan akibat vitamin C
a. Reaksi Maillard
Reaksi Maillard dapat terjadi pada bahan pangan yang
mengandung gula pereduksi dan protein, dalam kondisi yang
memungkinkan bereaksi, yaitu tergantung pada suhu, pH dan lama
penyimpanan bahan pangan tersebut.
b. Karamelisasi
Karamelisasi adalah proses mencapainya gula jika
dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik lebur yaitu
160oC. Gula karamel sering dipergunakan sebagai bahan pemberi
citra rasa makanan. Reaksi yang terjadi bila mula-mula setiap
molekul sukrosa dipecah menjdai sebuah molekul glukosa dan
sebuah molekul glukosa dan sebuah molekul fruktosan (fruktosa
yang kekurangan satu molekul air). Suhu yang tinggi mampu
mengeluarkan sebuah molukul air dari setiap molekul gula
sehingga terjadilah glukosan, suatu molekul yang analog dengan
fruktosan. Proses pemecahan dan dehidrasi diikuti dengan
polimerisasi dan beberapa jenis asam timbul dalam campuran
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
8
c. Pencoklatan akibat vitamin C
Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa
reduktor dan juga dapat bertindak seperti precursor untuk
pembentukan warna coklat non enzimatik. Asam-asam askorbat
berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam
suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara
irreversibel dengan membentuk suatu senyawa diketogulanot,
kemudian berlangsunglah proses pencoklatan. Degrasi asam
askorbat dihasilkan senyawa asam dehidroaskorbat, 2, 3
diketagulonat, disertai dengan pembebasan CO2. Pembentukan
dehidroaskorbat diduga berlangsung selama tahap akhir proses
pengeringan dan mampu menyebabkan perubahan warna menjadi
coklat.
Asam askorbat Asam dehidroaskorbat Asam diketogulonat
II.1.3 Pengawetan Bahan Makanan Secara Fisik
Yang paling umum dilakukan dengan pengawetan secara fisik adalah :
a. Pengeringan (desikasi), yaitu dengan mengurangi / menurunkan
kandungan air di dalam bahan makanan sehingga air yang tersisa tidak
dapat digunakan untuk hidup serta pertumbuhan mikroba. Cara ini
banyak dilakukan terhadap buah-buahan (anggur, kismis, kesemek,
pisang dan sebagainya)
b. Temperatur rendah, umumnya di bawah 1oC, tetapi dengan temperatur
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
9
pertumbuhannya. Cara ini banyak digunakan untuk menyimpan
daging, telur, sayuran sebelum dipasarkan ataupun selama pemasaran.
c. Temperatur tinggi, umumnya di atas 65oC dalam jangka waktu antara
5-6 jam, cara ini banyak dilakukan untuk pengawetan bahan-bahan
berbentuk tepung dan sejenisnya. (Imam Supardi,1999)
II.1.4 Natrium Bisulfit (NaHSO3)
Sifat khusus NaHSO3 :
Berbentuk kristal putih
Sangat larut dalam air
Sedikit larut dalam ethanol
Monoklinik
Sg = 1,48
Mengurai jika dipanaskan
Digunakan sebagai antiseptik dan sebagai bahan pengelantang
II.2 Landasan Teori
Salah satu masalah utama dalam pembuatan tepung mengkudu
adalah timbulnya warna coklat atau browning. Sehingga diperlukan
beberapa cara untuk mencegah atau menghilangkan warna coklat tersebut.
Pada mengkudu sendiri proses pencoklatan diketahui lebih mengarah
secara non enzimatis karena kandungan gula, asam askorbat dan
kandungan logam (Fe) lebih besar. Zat-zat tersebut menyebabkan
terjadinya proses pencoklatan non anzimatis secara karamelisasi, vitamin
C dan reaksi Maillard. Dari ketiga penyebab pencoklatan non enzimatis
tersebut, reaksi maillard merupakan penyebab utama karena kandungan
karbohidrat, gula reduksi dan proteinnya merupakan yang terbanyak.
Menurut Winarno, 1992, reaksi Maillard merupakan merupakan reaksi
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
10
Di dalam proses perendaman pada pembuatan tepung mengkudu
terjadi proses absorpsi, yaitu terabsorpsinya vitamin C oleh NaHSO3.
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti
dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan
hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut
juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat
mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan
kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia mengungguli
absorpsi fisik.
Dalam hal-hal yang mempengaruhi bleaching pada pembuatan tepung
mengkudu adalah :
1. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang
akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun
secara reaksi kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan
pencuci.
Persyaratan absorben :
a. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang
sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume
alat lebih kecil).
b. Selektif
c. Memiliki tekanan uap yang rendah
d. Tidak korosif.
e. Mempunyai viskositas yang rendah
f. Stabil secara termis.
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
11
Absorben yang sering digunakan adalah air. (www.che-is-try.org)
Dalam hal ini absorben yang digunakan adalah larutan NaHSO3
2. Kosentrasi
Kosentrasi larutan NaHSO3 juga sangat berpengaruh dalam
hal ini yaitu semakin besar kosentrasi semakin besar hasil yang
didapat.tetapi besar kosentarsi yang diijinkan tidak boleh melebihi
kosentrasi maksimum bahan pengawet yaitu sebesar 3000mg/l.
(Prof. Dr. Imam Supardi, dr. Sp. Mk)
3. Lama perendaman
Selain kosentrasi lama perendaman juga sangat
berpengaruh untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Semakin
lama perendaman hasil yang didapat juga semakin besar.
4. Suhu pengeringan
Suhu pengeringan umumnya di atas 65oC dalam jangka
waktu antara 5-6 jam, cara ini dilakukan untuk pengawetan
bahan-bahan berbentuk tepung dan sebangsanya. (Prof. Dr. Imam
Supardi, dr. Sp. Mk)
II.3 Hipotesa
Diduga dengan perendaman larutan NaHSO3 pada konsentrasi
yang tinggi dengan waktu yang lama akan diperoleh tepung mengkudu
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Bahan - bahan yang digunakan
Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah
mengkudu yang diperoleh dari penjual mengkudu di pasar wonokromo.
Natrium bisulfit, Aquadest dibeli di toko bahan kimia UD. Berkat Kimia
Jaya di daerah rungkut
III.2 Alat dan Rangkaian Alat
Keterangan gambar :
1. Thermometer
2. Motor pengaduk
3. Beaker glass
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
13
III.3 Variabel penelitian
1. Kondisi yang ditetapkan :
Berat masing-masing buah mengkudu = 200 gram
Suhu pengeringan = 80oC
Waktu pengeringan = 5 jam
Volume NaHSO3 = 200 ml
2. Kondisi yang dijalankan :
Lama perendaman (menit) = 10,15,20,25,30
Konsentrasi NaHSO3 (mgr/lt) = 250,500,750,1000,1250
III.4 Prosedur Penelitian
Pembuatan Tepung Mengkudu
Buah mengkudu beserta kulitnya dicuci dengan air. Kemudian
dikupas dan diiris-iris kecil-kecil dengan pisau. Pengirisan ini
dimaksudkan untuk mempercepat pengeringan. 200 gram mengkudu
direndam dalam larutan Natrium Bisulfit dengan konsentrasi
250,500,750,1000,1250 mgr/lt sebanyak 200 ml dengan lama perendaman
10,15,20,25,30 menit. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
kira-kira 80oC selama 5jam. Proses pengeringan dilakukan sampai kadar air
mencapai kira-kira 10%. Langkah terakhir digiling dengan alat penggiling
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
14
Buah mengkudu beserta kulitnya dicuci bersih
Bagan Proses Pembuatan Tepung Mengkudu
Dikupas dan diiris-iris kecil-kecil
Ditimbang 200 gram direndam dalam larutan Natrium
Bisulfit sebanyak 200ml dengan dengan peubah yang
dijalankan sesuai perlakuannya.
digiling dan diayak sampai 60 mesh.
Setiap selesai perlakuannya dikeringkan pada suhu
kira-kira 80oC selama 5jam
Hasil tepung mengkudu kering
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
15
III.5 Analisa Hasil III.5.1 Analisa Kadar Air
Cara mengukur kandungan air adalah sebagai berikut:
• Buah mengkudu yang telah direndam dalam larutan Natrium Bisulfit ditimbang
• Hasil tepung mengkudu kering di timbang kembali
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
16
Residu
(ekstraksi dengan etanol panas 80%)
1. Dibiarkan 1-2 jam suhu kamar
2. Ditimbang beratnya
1. Ditambahkan H2O hingga volumenya 10 ml
2. Didinginkan dalam penangas air es
3. Ditambahkan 13 ml HClO4 52%
4. Diaduk-aduk selama 10 menit
5. Ditambahkan air 20 ml dan diaduk-aduk
6. Ditambahkan H2O hingga volumenya 5 ml
7. Didinginkan dalam penangas air es
8. Ditambahkan 8,5 ml HClO4 52%
9. Diaduk-aduk selama 15 menit
10. Isi tabung dicuci hingga volumenya 60 ml Residu
Supernatan
Ditambahkan HClO4 seperlunya hingga volumenya 100 ml
Disaring Residu dibuang
1. Filtrat 50 ml pertama dibuang
2. Selanjutnya diambil 0,25 ml
3. Diencerkan hingga 20 ml Supernatan encer
1. Diambil 2,0 ml
2. Ditambah larutan fenol 80 % sebanyak 0,1 ml
3. Ditambah 5,0 ml H2SO4 pekat
4. Dibiarkan 10 menit
5. Dipanaskan dan ditempatkan pada penangas air pada 25-30oC selama 20 menit
Dibaca absorbansinya pada λ = 490nm engan spektrofotometer Analisa awal
Analisa awal (ekstraksi dengan etanol panas 80%) Residu
1. Dibiarkan 1-2 jam suhu
kamar
6. Ditambahkan H2O hingga volumenya 10 ml
7. Didinginkan dalam penangas air es
8. Ditambahkan 13 ml HClO4 52%
9. Diaduk-aduk selama 10 menit
10. Ditambahkan air 20 ml dan diaduk-aduk
11. Ditambahkan H2O hingga volumenya 5 ml
12. Didinginkan dalam penangas air es
13. Ditambahkan 8,5 ml HClO4 52%
14. Diaduk-aduk selama 15 menit
15. Isi tabung dicuci hingga volumenya 60 ml Residu
Supernatan
Analisa awal III.5.2 Analisa Kadar Pati
Disentrifus Disentrifus
Ditambahkan HClO4 seperlunya hingga volumenya 100 ml
Disaring Residu dibuang
1. Filtrat 50 ml pertama dibuang
2. Selanjutnya diambil 0,25 ml
3. Diencerkan hingga 20 ml Supernatan encer
1. Diambil 2,0 ml
2. Ditambah larutan fenol 80 % sebanyak 0,1 ml
3. Ditambah 5,0 ml H2SO4 pekat
4. Dibiarkan 10 menit
5. Dipanaskan dan ditempatkan pada penangas air pada 25-30oC selama 20
Dibaca absorbansinya pada λ = 490nm engan spektrofotometer Residu
(ekstraksi dengan etanol panas 80%)
3. Dibiarkan 1-2 jam suhu kamar
4. Ditimbang beratnya
1. Ditambahkan H2O hingga volumenya 10 ml
2. Didinginkan dalam penangas air es
3. Ditambahkan 13 ml HClO4 52%
4. Diaduk-aduk selama 10 menit
5. Ditambahkan air 20 ml dan diaduk-aduk
1. Ditambahkan H2O hingga volumenya 5 ml
2. Didinginkan dalam penangas air es
3. Ditambahkan 8,5 ml HClO4 52%
4. Diaduk-aduk selama 15 menit
5. Isi tabung dicuci hingga volumenya 60 ml Residu
Disentrifus
Supernatan
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
17
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan meliputi pengaruh konsentrasi NaHSO3 dan
lama perendaman. Hasil analisa bahan baku diperoleh data sebagai berikut :
Pengamatan Jumlah Satuan
Pati
Parameter yang diamati pada tepung mengkudu adalah kadar air, kadar
pati dan kadar vitamin C. Seluruh hasil penelitian disajikan dalam tabel 4.1, tabel
4.2 dan tabel 4.3. Untuk lebih memperjelaskan pembahasan, hasil penelitian dan
perhitungan telah disajikan pada grafik dibawah ini.
4.1 TABEL HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1.1 Pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman
terhadap kadar vitamin C tepung mengkudu (%)
Kadar Vitamin C (%)
Lama Perendaman (menit)
Konsentrasi (NaHSO3) Mgr/lt
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
18
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Konsentrasi NaHSO3 (mgr/L)
Grafik 4.1.1 Pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
kadar Vitamin C tepung mengkudu (%)
Dari analisa awal bahan baku diperoleh kandungan Vitamin C 2,100%.
Setelah mengalami proses pengolahan kadar vitamin C bertambah menjadi
+1,1496%. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh konsentrasi NaHSO3 dan lama
perendaman selama proses pembuatan tepung mengkudu.
Diketahui bahwa berdasarkan analisa ragam tabel 4.1.1 dan grafik 4.1.1
prosentasi kadar vitamin C cenderung menurun dari 1,960% - 0,657%. Prosentasi
kadar vitamin C maksimal diperoleh pada kosentrasi 250mg/lt dan lama
perendaman 30 menit yaitu sebesar 1,960%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa
konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman sangat berpengaruh terhadap kadar
vitamin C pada tepung mengkudu.
Hal ini disebabkan karena vitamin C terabsorpsinya vitamin C oleh
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
19
Tabel 4.1.2 Pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman
terhadap kadar air tepung mengkudu (%)
Kadar Air (%)
Lama Perendaman (menit) Konsentrasi
Grafik 4.1.3 Pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
kadar air tepung mengkudu (%)
Dari analisa awal bahan baku diperoleh kandungan air 86,83%. Setelah
mengalami proses pengolahan kadar airnya bertambah menjadi + 92,6252 %. Hal
ini dimungkinkan karena pengaruh konsentrasi NaHSO3 dan lama perendaman
selama proses pembuatan tepung mengkudu.
Diketahui bahwa berdasarkan analisa ragam tabel 4.1.1 dan grafik 4.1.1
prosentasi kadar airnya cenderung meningkat dari 87,27 % - 87,93%. Begitu pula
pada konsentrasi yang lebih besar lagi dengan lama perendaman yang sama
diperoleh konsetrasi kadar air yang lebih besar. Prosentasi kadar air maksimal
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
20
91,2%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa konsentrasi (NaHSO3) dan lama
perendaman sangat berpengaruh terhadap kadar air pada tepung mengkudu.
Terjadinya penurunan kadar air dari bahan segar ke bahan bentuk tepung,
dikarenakan salah satu sifat air mudah hilang atau menguap saat berlangsungnya
proses pemanasan atau pengeringan. Ditegaskan oleh Martorejo (1984), air bebas
secara fisika terikat dalam jaringan metrik bahan seperti membran sel, kapiler
serat dan sifat air ini sangat mudah hilang saat etrjadinya proses pengeringan.
Tabel 4.1.3 Pengaruh Konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman
terhadap kadar pati pada tepung mengkudu (%)
Kadar Pati (%)
Lama Perendaman (menit) Konsentrasi
Grafik 4.1.2 Pengaruh Konsentrasi (NaHSO3) dan lama perendaman terhadap
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
21
Dari awal analisa awal bahan baku diperoleh kandungan pati 14,55 %.
Setelah mengalami proses pengolahan kadar pati berkurang menjadi ± 12,0684 %.
Hal ini dimungkinkan karena pengaruh konsentrasi (NaHSO3) dan lama
perendaman selama proses pembuatan tepung mengkudu.
Diketahui bahwa berdasarkan analisa ragam tabel 4.1.2 dan grafik 4.1.2
prosentasi kadar patinya cenderung menurun dari 6,8620 % - 6,0730 %. Begitu
pula pada konsentrasi yang lebih besar dengan lama perendaman yang sama
diperoleh konsentrasi kadar pati yang lebih kecil. Prosentasi kadar pati maksimal
yaitu pada konsentrasi 1250mg/lt dan lama perendaman 10 menit yaitu 14,025%.
Hal ini disebabkan karena pati terhidrolisa menjadi glukosa sehingga
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapatkan kondisi terbaik antara lain : untuk
kadar vitamin C = 1,960% pada kosentrasi 250mg/l dan lama
perendaman 30 menit. Sedangkan kadar air = 91,2% pada kosentrasi
1250mg/l dan lama perendaman 30 menit. Dan untuk kadar pati
14,025% pada kosentrasi 1250 mg/l dan lama perendaman 10 menit.
V.2 Saran
Untuk penelitian berikutnya dapat diharapkan menggunakan
variabel lainnya agar didapatkan hasil yang maksimal dan selain buah
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
23
DAFTAR PUSTAKA
http://www.balittro.go.id
http//www.deherba.com
http://hikmatun.wordpress.com
http://id.wikipedia.org
http://www.rcenter.utm.my
Imam Supardi,Prof,Dr,dr,Sp,Mk. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Penerbit Alumni : Bandung
Jones, W. 2000. Noni Blessing Holdings, Food Quality Analysis. Oregon
Murdijati Gardjito,Dr,Ir dan Agung Setya W,S.TP. Holtikultura Teknik Analisis
Pasca Panen. Transmedia Printika : Yogyakarta.
Slamet Sudarmadji,dkk. Analisa Bahan Makanan & Pertanian. Liberty :
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1992. KIMIA PANGAN DAN GIZI.Gramedia : Jakarta.
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
24
APPENDIX
I. Perhitungan Kadar Air :
Misalnya : pada variable kosentrasi 250mg/l lama perendaman 10 menit
Berat basah = 230
Berat kering = 29,2721
= 100%
230 2721 , 29 230
Laporan Penelitian
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
25
LAMPIRAN
Foto1. Buah mengukudu ditimbang sebanyak 200 gr. Foto 2. Penimbangan NaHSO3
Foto 3. Rangkaian alat Foto 4. Pengovenan pada suhu kira-kira 80oC selama 5jam