• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Perbuatan Yang Dapat Dikategorikan Penyalahgunaan Virtua Privat Network

4. Pasal 34 Ayat (1) berbunyi sebagai berikut:

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki:

a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang

atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33; b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu

yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33”.

74

Berdasarkan Pasal 34 Ayat (1) huruf a terdapat kalimat “perangkat lunak Komputer” perangkat lunak atau software yaitu program yang dibuat oleh perusahaan/ pabrik komputer yang dapat dipakai oleh user, bahwa VPN itu merupakan Software atau program yang dibuat oleh perusahaan yang dapat digunakan oleh user untuk mengamankan lalulintas jaringan data tetapi disalahgunakan untuk membuka situs-situs mengandung muatan negatif, kalimat selanjutnya adalah “dirancang atau secara khusus dikembangkan

untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33” kalimat ini mengacu pada VPN yang dirancang sedemikian rupa untuk memberikan fasilitas kepada user untuk tujuan tertentu hal ini mengacu pada pasal 27 sampai pasal 33, yang mana Pasal 27 Ayat (1) paling sering dilakuakan oleh masyarakat untuk menyalahgunakan VPN agar dapat mengakses konten pornografi.

Penulis menemukan beberapa VPN yang terdapat di google PlayStore yang diduga dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi agar dapat mengakses konten asusila sebagai mana pasal 27 Ayat (1) tersebut.

75

Keempat gambar diatas adalah contoh VPN yang diduga dapat memberi fasilitas untuk mengakses situs berkonten negatif, gambar 21 memiliki gambar atau logo VPN tak senonoh pria dan wanita sedang berciuman, gambar 22 memiliki logo VPN yang mirip dengan logo salah satu situs porno terbesar di dunia yaitu PornHub, gambar 23 memiliki logo VPN wanita animasi seksi dinilai kurang etis, begitu juga dengan gambar 24 yang mana logo VPN nya menggambarkan sosok wanita seksi. Dari keempat contoh VPN tersebut diduga perangkat lunak atau program software tersebut yang dirancang atau Gambar 21 (VPN bermuatan asusila) Gambar 22 (identik dengan pornhub.com)

76

secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat (1). Jadi keempat VPN ini telah memenuhi dari unsur dari Pasal 34 Ayat (1) yang mana keempat perusaahan tersebut dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan perangkat lunak atau program VPN untuk memfasilitasi agar dapat mengakses konten sebagai mana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat (1).

Jadi kesimpulannya yang dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan Virtual Privat Network adalah perbuatan yang dilarang dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik itu sendiri sebagai mana dijelaskan di atas, yang mana tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan pasal 37 selama hal tersebut berkaitan dengan Virtual Privat Network. Contoh penyalahgunaan VPN dari sudut pandang masyarakat seperti mengunduh film porno di situs web kemudian disebarluaskan dan dijual belikan, Melakukan pembajakan film yang melanggar Undang-undang Hak Cipta yang sebgaimana kasus IndoXXI yang sempat heboh beberapa waktu lalu, Melakukan transaksi di situs web Judi Online dan menjadi bandar Judi, kemudian dari sudut pandang penyedia jasa layanan VPN adalah dengan tidak menyediakan layanan VPN sebagai mana mestinya seperti menyisipkan virus kedalam perangkat lunak atau software VPN, menyadap VPN untuk memperoleh data dari pengguna VPN, Mencatat aktifitas log pada VPN.

77 D. Bentuk Upaya Pencegahan Untuk Mengatasi Penyalahgunaan Virtual Privat

Network.

Pemerintah sudah melakukan berbagai macam cara untuk mengatasi situs-situs dengan konten negative terhitung tahun 2016 Kominfo telah telah memblokir 773 ribu situs yang bermuatan pornografi paling banyak dibandingkan dengan 10 kategori lainnya, disusul dengan situs perjudian online dengan angka 3,775, tentu saja hal ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa, tetapi dengan adanya VPN ini masih beredar secara marak yang mana VPN dapat mengakses situs yang telah diblokir tersebut membuat usaha pemerintah dalam memblokir situs-situs yang mengandung konten negatif tersebut menjadi kurang maksimal. Mesin sensor yang bernama AIS milik Kominfo menjadi memiliki celah keamanan dalam menanggulangi konten negatif.

Upaya pencegahan untuk mengatasi penyalahgunaan VPN yang marak ini dengan cara mengontrol dari peredaran VPN dengan cara memberlakukan izin untuk menggunakan VPN yang mana izin ini terbagi menjadi dua bagian izin yang pertama izin untuk perusahaan VPN dan kedua izin untuk masyarakat umum, yang pertama adalah akses izin dari perusahaan VPN untuk mendaftarkan VPN mereka ke kominfo, pendaftaran ini meliputi nama perusahaan, spesifikasi VPN, tujuan dibuatnya VPN ini, lokasi server VPN, apabila tidak mendaftar ulang VPN mereka pada waktu yang ditentukan maka VPN akan dihapus secara permanen hal ini diberlakukan agar akses kontrol terhadap VPN mudah diawasi dan dapat dilakukannya pencegahan apabila perusahaan VPN melakukan kejahatan seperti dengan sengaja menyediakan jasa VPN untuk mengakses konten-konten negatif, pencurian data user, penyebaran virus, dan kejahatan lainnya yang berpotensi

78

merugikan pengguna VPN dengan memberikan sanksi penghapusan VPN dari edaran internet, kemudian yang kedua adalah pendaftaran terhadap masyarakat yang hendak menggunakan VPN, masyarakat yang hendak menggunakan VPN harus mendaftar diri ke kominfo menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP), pendaftaran ini meliputi nomor KTP, tujuan untuk menggunakan VPN, pendaftaran ini bertujuan untuk menghindari penyalah gunaan VPN oleh masyarakat yang hendak mengakses situs-situs yang bermuatan konten negatif serta melindungi masyarakat dari kejahatan-kejahatan penyedia VPN, dari pendaftaran ke dua belah pihak ini akan diberlakukan sarat dan ketentuan yang mana isinya tentang aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak serta dengan menyertakan tindak pidananya apabila telah melanggar ketentuan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Hal ini harus dilakukan oleh pemerintah berdasarkan Pasal 40 Ayat (2) Undang-undang ITE yang berbunyi sebagai berikut:

“Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan”.

Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan Infomasi Elektronik dan Transaksi Elektronik jika dikaitkan dengan penyalahgunaan VPN yang marak ini maka pemerintah harus melindungi kepentingan umum dengan melakukan pendaftaran terhadap perusahaan VPN dan masyarakat umum yang hendak menggunakan VPN. Serta pasal Pasal 40 Ayat (2a) undang-undang ITE berbunyi

“Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan dan penggunaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang dilarang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

79

“Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan ini” dikaitkan terhadap orang yang menyalahgunakan VPN untuk mengakses situs yang telah diblokir kemudian mengakses konten-konten negatif seperti pornografi kemudian konten pornografi tersebut disebarluaskan oleh orang yang tak bertanggung jawab, pemerintah wajib melakukan pencegahan dengan malakukan pendaftaran atau izin akses dari VPN ini.

Kemudian Pasal 40 Ayat (2b) undang-undang ITE berbunyi sebagai berikut: “Dalam melakukan pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a), Pemerintah berwenang melakukan pemutusan akses dan/atau memerintahkan kepada Penyelenggara Sistem Elektronik untuk melakukan pemutusan akses terhadap Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar hukum”.

Berdasarkan Pasal 40 Ayat (2b) ini pemerintah berwenang melakukan pemutusan akses kepada penyelenggara system elektronik jika dikaitkan terhadap penyalahgunaan VPN pemerintah bisa saja melakukan pemblokiran / pemutusan akses terhadap VPN ini akan tetapi hal ini pasti akan meninbulkan masalah baru karena pengguna VPN juga banyak dan banyak juga orang-orang yang benar-benar ingin melindungi data mereka dari pencuri data seperti perusahaan-perusahaan, bank-bank dan masyarakat umum yang tidak menyalahgunakan VPN, jadi dengan memberlakukan izin akses VPN sudah dianggap penulis tepat karena telah meranggkul ke dua belah pihak yaitu pihak penyedia VPN dan masyarakat yang akan menggunakan VPN.

Pastinya dengan memberlakukan izin akses ini akan menimbulkan pro dan kontra karena berkaitan dengan kebebasan berekspresi di internet, kebebasan mengakses situs-situs di internet, kebebasa untuk menggunakan internet, dengan

80

diberlakukannya hal ini pemerintah terkesan seperti membatasi akses konten-konten di internet, tetapi bagi penulis makna kebebasan berinternet tidak sebebas-bebasnya pemerintah harus turut hadir sebagai penengah untuk membatasi konten-konten negatif seperti penyebaran pornografi, penyebaran pornografi sangat berbahaya dikarenakan akan dapat memengaruhi orang yang kecanduan pornografi untuk melakukan pemerkosaan terhadap orang lain bahkan kejahatan-kejahatan lain mengingat kasus-kasus asusila seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, hubungan seksual sedarah atau inses banyak terjadi di Indonesia, tidak menutup kemungkinan bahwa penyalahgunaan VPN salah satu faktor mengapa hal ini dapat terjadi.

Dokumen terkait