• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASAL DEMI PASAL Pas al I

PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

II. PASAL DEMI PASAL Pas al I

I. UMUM

1. Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandas i fals afah Pancas ila dan Undang-Undang Das ar 1945, yang di dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan s ebagai kewajiban kenegaraan. Undang-Undang ini memuat ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang pada prins ipnya diberlakukan bagi Undang-Undang pajak material, kecuali dalam Undang-Undang pajak yang bers angkutan telah mengatur s endiri mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakannya.

2. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi informas i, s os ial, dan politik, dis adari bahwa perlu dilakukan perubahan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Perubahan ters ebut bertujuan untuk lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, meningkatkan kepas tian dan penegakan hukum, s erta mengantis ipas i kemajuan di bidang teknologi informas i dan perubahan ketentuan material di bidang perpajakan. Selain itu, perubahan ters ebut juga dimaks udkan untuk meningkatkan profes ionalis me aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan adminis tras i perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan s ukarela Wajib Pajak.

3. Sis tem, mekanis me, dan tata cara pelaks anaan hak dan kewajiban perpajakan yang s ederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan Undang-Undang ini dengan tetap menganut s is tem self assessment. Perubahan tersebut khus us nya berkaitan dengan peningkatan kes eimbangan hak dan kewajiban bagi mas yarakat Wajib Pajak s ehingga mas yarakat Wajib Pajak dapat melaks anakan hak dan kewajiban perpajakannya dengan lebih baik.

4. Dengan berpegang teguh pada prins ip kepas tian hukum, keadilan, dan kes ederhanaan, arah dan tujuan perubahan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini mengacu pada kebijakan pokok s ebagai berikut:

a. meningkatkan efis iens i pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan negara;

b. meningkatkan pelayanan, kepas tian hukum dan keadilan bagi mas yarakat guna meningkatkan daya s aing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung pengembangan us aha kecil dan menengah;

c. menyes uaikan tuntutan perkembangan s os ial ekonomi mas yarakat s erta perkembangan di bidang teknologi informas i;

d. meningkatkan kes eimbangan antara hak dan kewajiban;

e. menyederhanakan pros edur adminis tras i perpajakan;

f. meningkatkan penerapan prins ip self assessment secara akuntabel dan konsisten; dan g. mendukung iklim us aha ke arah yang lebih kondus if dan kompetitif.

Dengan dilaks anakannya kebijakan pokok ters ebut diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dalam jangka menengah dan panjang s eiring dengan meningkatnya kepatuhan s ukarela dan membaiknya iklim us aha.

II. PASAL DEMI PASAL Pas al I

Angka 1 Pas al 1

Cukup jelas . Angka 2

Pas al 2 Ayat (1)

Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi pers yaratan s ubjektif dan objektif s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdas arkan s is tem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat s ebagai Wajib Pajak dan s ekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Pers yaratan s ubjektif adalah pers yaratan yang s es uai dengan ketentuan mengenai s ubjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghas ilan 1984 dan perubahannya.

Pers yaratan objektif adalah pers yaratan bagi s ubjek pajak yang menerima atau memperoleh penghas ilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan s es uai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghas ilan 1984 dan perubahannya.

Kewajiban mendaftarkan diri ters ebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak s ecara terpis ah karena hidup terpis ah berdas arkan keputus an hakim atau dikehendaki s ecara tertulis berdas arkan perjanjian pemis ahan penghas ilan dan harta.

Wanita kawin s elain ters ebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak atas namanya s endiri agar wanita kawin ters ebut dapat melaks anakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpis ah dari hak dan kewajiban perpajakan s uaminya.

Nomor Pokok Wajib Pajak ters ebut merupakan s uatu s arana dalam adminis tras i perpajakan yang dipergunakan s ebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. Oleh karena itu, kepada s etiap Wajib Pajak hanya diberikan s atu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawas an adminis tras i perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya. Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai s anks i s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Ayat (2)

Setiap Wajib Pajak s ebagai Pengus aha yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai berdas arkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan us ahanya untuk dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak.

Pengus aha orang pribadi berkewajiban melaporkan us ahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengus aha dan tempat kegiatan us aha dilakukan, s edangkan bagi Pengus aha badan berkewajiban melaporkan us ahanya ters ebut pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Pengus aha dan tempat kegiatan us aha dilakukan.

Dengan demikian, Pengus aha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan us aha di wilayah beberapa kantor Direktorat Jenderal Pajak wajib melaporkan us ahanya untuk dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak baik di kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengus aha maupun di kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan us aha dilakukan.

Fungs i pengukuhan Pengus aha Kena Pajak s elain dipergunakan untuk mengetahui identitas Pengus aha Kena Pajak yang s ebenarnya juga berguna untuk melaks anakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah s erta untuk pengawas an adminis tras i perpajakan.

Terhadap Pengus aha yang telah memenuhi s yarat s ebagai Pengus aha Kena Pajak, tetapi tidak melaporkan us ahanya untuk dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak dikenai s anks i s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Ayat (3)

Terhadap Wajib Pajak maupun Pengus aha Kena Pajak tertentu, Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan kantor Direktorat Jenderal Pajak s elain yang ditentukan pada ayat (1) dan ayat (2), s ebagai tempat pendaftaran untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengus aha Kena Pajak.

Selain itu, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengus aha tertentu, yaitu Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai tempat us aha ters ebar di beberapa tempat, mis alnya pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapa pus at perbelanjaan, di s amping wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan us aha Wajib Pajak dilakukan.

Ayat (4)

Terhadap Wajib Pajak atau Pengus aha Kena Pajak yang tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan/atau melaporkan us ahanya dapat diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pengukuhan Pengus aha Kena Pajak s ecara jabatan. Hal ini dapat dilakukan apabila berdas arkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang pribadi atau badan atau Pengus aha ters ebut telah memenuhi s yarat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak.

Ayat (4a)

Ayat ini mengatur bahwa dalam penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pengukuhan s ebagai Pengus aha Kena Pajak s ecara jabatan harus memperhatikan s aat terpenuhinya pers yaratan s ubjektif dan objektif dari Wajib Pajak yang bers angkutan. Selanjutnya terhadap Wajib Pajak ters ebut tidak dikecualikan dari pemenuhan kewajiban perpajakan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini dimaks udkan untuk memberikan kepas tian hukum kepada Wajib Pajak maupun Pemerintah berkaitan dengan kewajiban Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan hak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak, mis alnya terhadap Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak s ecara jabatan pada tahun 2008 dan ternyata Wajib Pajak telah memenuhi pers yaratan s ubjektif dan objektif s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terhitung s ejak tahun 2005, kewajiban perpajakannya timbul terhitung s ejak tahun 2005.

Ayat (5)

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan kewajiban melaporkan us aha untuk memperoleh pengukuhan Pengus aha Kena Pajak dibatas i jangka waktunya karena hal ini berkaitan dengan s aat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang. Pengaturan tentang jangka waktu pendaftaran dan pelaporan ters ebut, tata cara pemberian dan penghapus an Nomor Pokok Wajib Pajak s erta pengukuhan dan pencabutan Pengukuhan Pengus aha Kena Pajak diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

Ayat (6)

Cukup jelas . Ayat (7)

Cukup jelas .

Ayat (8)

Cukup jelas . Ayat (9)

Cukup jelas . Angka 3

Pas al 2A

Cukup jelas . Angka 4

Pas al 3 Ayat (1)

Fungs i Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghas ilan adalah s ebagai s arana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang s ebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

c . harta dan kewajiban; dan/atau

d. pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi Pengus aha Kena Pajak, fungs i Surat Pemberitahuan adalah s ebagai s arana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang s ebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan

b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungs i Surat Pemberitahuan adalah s ebagai s arana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan dis etorkannya.

Yang dimaks ud dengan mengis i Surat Pemberitahuan adalah mengis i formulir Surat Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas s es uai dengan petunjuk pengis ian yang diberikan berdas arkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sementara itu, yang dimaks ud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengis i Surat Pemberitahuan adalah:

a. benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

b. lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam S urat Pemberitahuan; dan

c . jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam S urat Pemberitahuan.

Surat Pemberitahuan yang telah diis i dengan benar, lengkap, dan jelas ters ebut wajib dis ampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan oleh pemotong atau pemungut pajak dilakukan untuk s etiap Mas a Pajak.

Ayat (1a)

Cukup jelas . Ayat (1b)

Cukup jelas . Ayat (2)

Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan kepada Wajib Pajak, formulir Surat Pemberitahuan dis ediakan pada kantor-kantor Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak yang diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pajak. Di s amping itu, Wajib Pajak juga dapat mengambil Surat Pemberitahuan dengan cara lain, mis alnya dengan mengaks es s itus Direktorat Jenderal Pajak untuk memperoleh formulir Surat Pemberitahuan ters ebut.

Namun, untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, Direktur Jenderal Pajak dapat mengirimkan Surat Pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Ayat (3)

Ayat ini mengatur tentang batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang dianggap

cukup memadai bagi Wajib Pajak untuk mempers iapkan s egala s es uatu yang berhubungan dengan pembayaran pajak dan penyeles aian pembukuannya.

Ayat (3a)

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, antara lain Wajib Pajak us aha kecil, dapat:

a. menyampaikan S urat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk beberapa Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran seluruh pajak yang wajib dilunasi menurut S urat Pemberitahuan Masa tersebut dilakukan sekaligus paling lama dalam Masa Pajak yang terakhir; dan/atau

b. menyampaikan S urat Pemberitahuan Masa selain yang disebut pada huruf a untuk beberapa Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran untuk masingmasing Masa Pajak dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak yang bersangkutan.

Ayat (3b)

Cukup jelas . Ayat (3c)

Cukup jelas . Ayat (4)

Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan pada ayat (3) huruf b, atau huruf c karena luas nya kegiatan us aha dan mas alah-mas alah teknis penyus unan laporan keuangan, atau s ebab lainnya s ehingga s ulit untuk memenuhi batas waktu penyeles aian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dapat memperpanjang penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan dengan cara menyampaikan pemberitahuan s ecara tertulis atau dengan cara lain mis alnya dengan pemberitahuan s ecara elektronik kepada Direktur Jenderal Pajak.

Ayat (5)

Untuk mencegah us aha penghindaran dan/atau perpanjangan waktu pembayaran pajak yang terutang dalam 1 (s atu) Tahun Pajak yang harus dibayar s ebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, perlu ditetapkan pers yaratan yang berakibat pengenaan s anks i adminis tras i berupa bunga bagi Wajib Pajak yang ingin memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan.

Pers yaratan ters ebut berupa keharus an menyampaikan pemberitahuan s ementara dengan menyebutkan bes arnya pajak yang harus dibayar berdas arkan penghitungan s ementara pajak yang terutang dalam 1 (s atu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak s ebagai bukti pelunas an, s ebagai lampiran pemberitahuan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan.

Ayat (5a)

Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak yang s ampai dengan batas waktu yang telah ditentukan ternyata tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan, terhadap Wajib Pajak yang bers angkutan dapat diberikan Surat Teguran.

Ayat (6)

Mengingat fungs i Surat Pemberitahuan merupakan s arana Wajib Pajak, antara lain untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak dan pembayarannya, dalam rangka kes eragaman dan mempermudah pengis ian s erta pengadminis tras iannya, bentuk dan is i Surat Pemberitahuan, keterangan, dokumen yang harus dilampirkan dan cara yang digunakan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan s ekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlah penghas ilan, jumlah Penghas ilan Kena Pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan atau kelebihan pajak, s erta harta dan kewajiban di luar kegiatan us aha atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak orang pribadi.

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi s erta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung bes arnya Penghas ilan Kena Pajak.

Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Pertambahan Nilai s ekurang-kurangnya memuat jumlah Das ar Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak Mas ukan yang dapat dikreditkan, dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak.

Ayat (7)

Surat Pemberitahuan yang ditandatangani bes erta lampirannya adalah s atu kes atuan yang merupakan uns ur keabs ahan Surat Pemberitahuan. Oleh karena itu, Surat Pemberitahuan dari Wajib Pajak yang dis ampaikan, tetapi tidak dilengkapi dengan lampiran yang dipers yaratkan, tidak dianggap s ebagai Surat Pemberitahuan dalam adminis tras i Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal demikian, Surat Pemberitahuan ters ebut dianggap s ebagai data perpajakan.

Demikian juga apabila penyampaian Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar telah melewati 3 (tiga) tahun s es udah berakhirnya Mas a Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dan Wajib Pajak telah ditegur s ecara tertulis , atau apabila Surat Pemberitahuan dis ampaikan s etelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriks aan atau menerbitkan

s urat ketetapan pajak, Surat Pemberitahuan ters ebut dianggap s ebagai data perpajakan.

Ayat (7a)

Cukup jelas . Ayat (8)

Pada prins ipnya s etiap Wajib Pajak Pajak Penghas ilan diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan. Dengan pertimbangan efis iens i atau pertimbangan lainnya, Menteri Keuangan dapat menetapkan Wajib Pajak Pajak Penghas ilan yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan, mis alnya Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghas ilan di bawah Penghas ilan Tidak Kena Pajak, tetapi karena kepentingan tertentu diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

Angka 5 Pas al 4

Ayat (1)

Cukup jelas . Ayat (2)

Cukup jelas . Ayat (3)

Cukup jelas . Ayat (4)

Cukup jelas . Ayat (4a)

Yang dimaks ud dengan Laporan Keuangan mas ing-mas ing Wajib Pajak adalah laporan keuangan has il kegiatan us aha mas ing-mas ing Wajib Pajak.

Contoh:

PT A memiliki s aham pada PT B dan PT C. Dalam contoh ters ebut, PT A mempunyai kewajiban melampirkan laporan keuangan kons olidas i PT A dan anak perus ahaan, juga melampirkan laporan keuangan atas us aha PT A (s ebelum dikons olidas i), s edangkan PT B dan PT C wajib melampirkan laporan keuangan mas ing-mas ing, bukan laporan keuangan kons olidas i.

Ayat (4b)

Cukup jelas . Ayat (5)

Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan memuat hal-hal mengenai, antara lain, penelitian kelengkapan, pemberian tanda terima, pengelompokan Surat Pemberitahuan Lebih Bayar, Kurang Bayar, dan Nihil, pros edur perekaman dan tindak lanjut pengelolaannya, yang diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

Angka 6 Pas al 6

Ayat (1)

Cukup jelas . Ayat (2)

Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak dan s ejalan dengan perkembangan teknologi informas i, perlu cara lain bagi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuannya, mis alnya dis ampaikan s ecara elektronik.

Ayat (3)

Tanda bukti dan tanggal pengiriman s urat untuk penyampaian Surat Pemberitahuan melalui pos atau dengan cara lain merupakan bukti penerimaan, apabila Surat Pemberitahuan dimaks ud telah lengkap, yaitu memenuhi pers yaratan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (1), ayat (1a), dan ayat (6).

Angka 7 Pas al 7

Ayat (1)

Maks ud pengenaan s anks i adminis tras i berupa denda s ebagaimana diatur pada ayat ini adalah untuk kepentingan tertib adminis tras i perpajakan dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan.

Ayat (2)

Bencana adalah bencana nas ional atau bencana yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Angka 8 Pas al 8

Ayat (1)

Terhadap kekeliruan dalam pengis ian Surat Pemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak mas ih berhak untuk melakukan pembetulan atas kemauan s endiri, dengan s yarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriks aan. Yang dimaks ud dengan “mulai melakukan tindakan pemeriks aan” adalah pada s aat Surat Pemberitahuan Pemeriks aan Pajak dis ampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuas a, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewas a dari Wajib Pajak.

Ayat (1a)

Yang dimaks ud dengan daluwars a penetapan adalah jangka waktu 5 (lima) tahun s etelah s aat terutangnya pajak atau berakhirnya Mas a Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 13 ayat (1).

Ayat (2)

Dengan adanya pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan atas kemauan s endiri membawa akibat penghitungan jumlah pajak yang terutang dan jumlah penghitungan pembayaran pajak menjadi berubah dari jumlah s emula.

Atas kekurangan pembayaran pajak s ebagai akibat pembetulan ters ebut dikenai s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan.

Bunga yang terutang atas kekurangan pembayaran pajak ters ebut, dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan s ampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan. Yang dimaks ud dengan “1 (s atu) bulan” adalah jumlah hari dalam bulan kalender yang bers angkutan, mis alnya mulai dari tanggal 22 Juni s ampai dengan 21 Juli, s edangkan yang dimaks ud dengan “bagian dari bulan” adalah jumlah hari yang tidak mencapai 1 (s atu) bulan penuh, mis alnya 22 Juni s ampai dengan 5 Juli.

Ayat (2a)

Cukup jelas . Ayat (3)

Wajib Pajak yang melanggar ketentuan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 38 s elama belum dilakukan penyidikan, s ekalipun telah dilakukan pemeriks aan dan Wajib Pajak telah mengungkapkan kes alahannya dan s ekaligus melunas i jumlah pajak yang s ebenarnya terutang bes erta s anks i adminis tras i berupa denda s ebes ar 150% (s eratus lima puluh pers en) dari jumlah pajak yang kurang dibayar, terhadapnya tidak akan dilakukan

Wajib Pajak yang melanggar ketentuan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 38 s elama belum dilakukan penyidikan, s ekalipun telah dilakukan pemeriks aan dan Wajib Pajak telah mengungkapkan kes alahannya dan s ekaligus melunas i jumlah pajak yang s ebenarnya terutang bes erta s anks i adminis tras i berupa denda s ebes ar 150% (s eratus lima puluh pers en) dari jumlah pajak yang kurang dibayar, terhadapnya tidak akan dilakukan

Dokumen terkait