• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007

TENTANG

PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan dan meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dan untuk lebih memberikan kepas tian hukum s erta mengantis ipas i perkembangan di bidang teknologi informas i dan perkembangan yang terjadi dalam ketentuan-ketentuan material di bidang perpajakan perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan s ebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000;

b. bahwa berdas arkan pertimbangan s ebagaimana dimaks ud dalam huruf a, perlu membentuk Undang- Undang tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

Mengingat : 1. Pas al 5 ayat (1), Pas al 20, dan Pas al 23A Undang-Undang Das ar Negara Republik Indones ia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 3262) s ebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 3984);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 3262) yang telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang:

a. Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 3566);

b. Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 3984),

diubah s ebagai berikut:

1. Ketentuan Pas al 1 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaks ud dengan:

1. Pajak adalah kontribus i wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bers ifat memaks a berdas arkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan s ecara langs ung dan digunakan untuk keperluan negara bagi s ebes ar-bes arnya kemakmuran rakyat.

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Badan adalah s ekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kes atuan baik yang melakukan us aha maupun yang tidak melakukan us aha yang meliputi pers eroan terbatas , pers eroan komanditer, pers eroan lainnya, badan us aha milik negara atau badan us aha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongs i, koperas i, dana pens iun, pers ekutuan, perkumpulan, yayas an, organis as i mas s a, organis as i s os ial politik, atau organis as i lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termas uk kontrak inves tas i kolektif dan bentuk us aha tetap.

(2)

4. Pengus aha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan us aha atau pekerjaannya menghas ilkan barang, mengimpor barang, mengeks por barang, melakukan us aha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan us aha jas a, atau memanfaatkan jas a dari luar daerah pabean.

5. Pengus aha Kena Pajak adalah Pengus aha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jas a Kena Pajak yang dikenai pajak berdas arkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak s ebagai s arana dalam adminis tras i perpajakan yang dipergunakan s ebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaks anakan hak dan kewajiban perpajakannya.

7. Mas a Pajak adalah jangka waktu yang menjadi das ar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam s uatu jangka waktu tertentu s ebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.

8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (s atu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak s ama dengan tahun kalender.

9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (s atu) Tahun Pajak.

10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada s uatu s aat, dalam Mas a Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak s es uai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

11. Surat Pemberitahuan adalah s urat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

12. Surat Pemberitahuan Mas a adalah Surat Pemberitahuan untuk s uatu Mas a Pajak.

13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk s uatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

15. Surat ketetapan pajak adalah s urat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah s urat ketetapan pajak yang menentukan bes arnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, bes arnya s anks i adminis tras i, dan jumlah pajak yang mas ih harus dibayar.

17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah s urat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah s urat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak s ama bes arnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah s urat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih bes ar daripada pajak yang terutang atau s eharus nya tidak terutang.

20. Surat Tagihan Pajak adalah s urat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau s anks i adminis tras i berupa bunga dan/atau denda.

21. Surat Paks a adalah s urat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghas ilan adalah pajak yang dibayar s endiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghas ilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghas ilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Mas ukan yang dapat dikreditkan s etelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau s etelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompens as ikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khus us s ebagai us aha untuk memperoleh penghas ilan yang tidak terikat oleh s uatu hubungan kerja.

25. Pemeriks aan adalah s erangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaks anakan s ecara objektif dan profes ional berdas arkan s uatu s tandar pemeriks aan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaks anakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulis an, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa s edang atau telah terjadi s uatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh s iapa s aja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

27. Pemeriks aan Bukti Permulaan adalah pemeriks aan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

(3)

28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termas uk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

29. Pembukuan adalah s uatu pros es pencatatan yang dilakukan s ecara teratur untuk mengumpulkan data dan informas i keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghas ilan dan biaya, s erta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jas a, yang ditutup dengan menyus un laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak ters ebut.

30. Penelitian adalah s erangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengis ian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termas uk penilaian tentang kebenaran penulis an dan penghitungannya.

31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah s erangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari s erta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi s erta menemukan ters angkanya.

32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khus us s ebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

33. Surat Keputus an Pembetulan adalah s urat keputus an yang membetulkan kes alahan tulis , kes alahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang- undangan perpajakan yang terdapat dalam s urat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Keberatan, Surat Keputus an Pengurangan Sanks i Adminis tras i, Surat Keputus an Penghapus an Sanks i Adminis tras i, Surat Keputus an Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputus an Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputus an Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputus an Pemberian Imbalan Bunga.

34. Surat Keputus an Keberatan adalah s urat keputus an atas keberatan terhadap s urat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

35. Putus an Banding adalah putus an badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputus an Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

36. Putus an Gugatan adalah putus an badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang berdas arkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.

37. Putus an Peninjauan Kembali adalah putus an Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak terhadap Putus an Banding atau Putus an Gugatan dari badan peradilan pajak.

38. Surat Keputus an Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah s urat keputus an yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu.

39. Surat Keputus an Pemberian Imbalan Bunga adalah s urat keputus an yang menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.

40. Tanggal dikirim adalah tanggal s tempel pos pengiriman, tanggal faks imili, atau dalam hal dis ampaikan s ecara langs ung adalah tanggal pada s aat s urat, keputus an, atau putus an dis ampaikan s ecara langs ung.

41. Tanggal diterima adalah tanggal s tempel pos pengiriman, tanggal faks imili, atau dalam hal diterima s ecara langs ung adalah tanggal pada s aat s urat, keputus an, atau putus an diterima s ecara langs ung.

2. Ketentuan Pas al 2 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 2

(1) Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi pers yaratan s ubjektif dan objektif s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

(2) Setiap Wajib Pajak s ebagai Pengus aha yang dikenai pajak berdas arkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan us ahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengus aha, dan tempat kegiatan us aha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengus aha Kena Pajak.

(3) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan:

a. tempat pendaftaran dan/atau tempat pelaporan us aha s elain yang ditetapkan pada ayat (1) dan ayat (2); dan/atau

b. tempat pendaftaran pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan us aha dilakukan, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengus aha tertentu.

(4) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau mengukuhkan Pengus aha Kena Pajak s ecara jabatan apabila Wajib Pajak atau Pengus aha Kena Pajak tidak melaks anakan kewajibannya s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dan/atau ayat (2).

(4)

(4a) Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau yang dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak s ecara jabatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) dimulai s ejak s aat Wajib Pajak memenuhi pers yaratan s ubjektif dan objektif s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun s ebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkannya s ebagai Pengus aha Kena Pajak.

(5) Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan s erta tata cara pendaftaran dan pengukuhan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) termas uk penghapus an Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan Pengukuhan Pengus aha Kena Pajak diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(6) Penghapus an Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila:

a. diajukan permohonan penghapus an Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib Pajak dan/atau ahli waris nya apabila Wajib Pajak s udah tidak memenuhi pers yaratan s ubjektif dan/atau objektif s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

b. Wajib Pajak badan dilikuidas i karena penghentian atau penggabungan us aha;

c. Wajib Pajak bentuk us aha tetap menghentikan kegiatan us ahanya di Indones ia; atau

d. dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapus kan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang s udah tidak memenuhi pers yaratan s ubjektif dan/atau objektif s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(7) Direktur Jenderal Pajak s etelah melakukan pemeriks aan harus memberikan keputus an atas permohonan penghapus an Nomor Pokok Wajib Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 (dua belas ) bulan untuk Wajib Pajak badan, s ejak tanggal permohonan diterima s ecara lengkap.

(8) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengus aha Kena Pajak.

(9) Direktur Jenderal Pajak s etelah melakukan pemeriks aan harus memberikan keputus an atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengus aha Kena Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan s ejak tanggal permohonan diterima s ecara lengkap.

3. Di antara Pas al 2 dan Pas al 3 dis is ipkan 1 (s atu) pas al, yakni Pas al 2A yang berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 2A

Mas a Pajak s ama dengan 1 (s atu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender.

4. Ketentuan Pas al 3 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 3

(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengis i Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas , dalam bahas a Indones ia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, s atuan mata uang Rupiah, dan menandatangani s erta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

(1a) Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahas a as ing dan mata uang s elain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahas a Indones ia dengan menggunakan s atuan mata uang s elain Rupiah yang diizinkan, yang pelaks anaannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(1b) Penandatanganan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dapat dilakukan s ecara bias a, dengan tanda tangan s tempel, atau tanda tangan elektronik atau digital, yang s emuanya mempunyai kekuatan hukum yang s ama, yang tata cara pelaks anaannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(2) Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dan ayat (1a) mengambil s endiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaks anaannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(3) Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:

a. untuk Surat Pemberitahuan Mas a, paling lama 20 (dua puluh) hari s etelah akhir Mas a Pajak;

b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan s etelah akhir Tahun Pajak; atau

c. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan s etelah akhir Tahun Pajak.

(3a) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Mas a Pajak dalam 1 (s atu) Surat Pemberitahuan Mas a.

(3b) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dan tata cara pelaporan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3a) diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(5)

(3c) Batas waktu dan tata cara pelaporan atas pemotongan dan pemungutan pajak yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan badan tertentu diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(4) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan s ecara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(5) Pemberitahuan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) harus dis ertai dengan penghitungan s ementara pajak yang terutang dalam 1 (s atu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak s ebagai bukti pelunas an kekurangan pembayaran pajak yang terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(5a) Apabila Surat Pemberitahuan tidak dis ampaikan s es uai batas waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4), dapat diterbitkan Surat Teguran.

(6) Bentuk dan is i Surat Pemberitahuan s erta keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan, dan cara yang digunakan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(7) Surat Pemberitahuan dianggap tidak dis ampaikan apabila:

a. Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1);

b. Surat Pemberitahuan tidak s epenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen s ebagaimana dimaks ud pada ayat (6);

c. Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar dis ampaikan s etelah 3 (tiga) tahun s es udah berakhirnya Mas a Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur s ecara tertulis ; atau

d. Surat Pemberitahuan dis ampaikan s etelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriks aan atau menerbitkan s urat ketetapan pajak.

(7a) Apabila Surat Pemberitahuan dianggap tidak dis ampaikan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (7), Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak.

(8) Dikecualikan dari kewajiban s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) adalah Wajib Pajak Pajak Penghas ilan tertentu yang diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Ketentuan Pas al 4 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 4

(1) Wajib Pajak wajib mengis i dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas , dan menandatanganinya.

(2) Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direks i.

(3) Dalam hal Wajib Pajak menunjuk s eorang kuas a dengan s urat kuas a khus us untuk mengis i dan menandatangani Surat Pemberitahuan, s urat kuas a khus us ters ebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.

(4) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi s erta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung bes arnya Penghas ilan Kena Pajak.

(4a) Laporan Keuangan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) adalah laporan keuangan dari mas ing- mas ing Wajib Pajak.

(4b) Dalam hal laporan keuangan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4a) diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan dianggap tidak lengkap dan tidak jelas , s ehingga Surat Pemberitahuan dianggap tidak dis ampaikan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (7) huruf b.

(5) Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

6. Ketentuan Pas al 6 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 6

(1) Surat Pemberitahuan yang dis ampaikan langs ung oleh Wajib Pajak ke kantor Direktorat Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang ditunjuk dan kepada Wajib Pajak diberikan bukti penerimaan.

(2) Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dikirimkan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman s urat atau dengan cara lain yang diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(3) Tanda bukti dan tanggal pengiriman s urat untuk penyampaian Surat Pemberitahuan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) dianggap s ebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan s epanjang Surat Pemberitahuan ters ebut telah lengkap.

(6)

7. Ketentuan Pas al 7 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 7

(1) Apabila Surat Pemberitahuan tidak dis ampaikan dalam jangka waktu s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (4), dikenai s anks i adminis tras i berupa denda s ebes ar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Pertambahan Nilai, Rp100.000,00 (s eratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Mas a lainnya, dan s ebes ar Rp1.000.000,00 (s atu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Wajib Pajak badan s erta s ebes ar Rp100.000,00 (s eratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan Wajib Pajak orang pribadi.

(2) Pengenaan s anks i adminis tras i berupa denda s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) tidak dilakukan terhadap:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;

b. Wajib Pajak orang pribadi yang s udah tidak melakukan kegiatan us aha atau pekerjaan bebas ; c. Wajib Pajak orang pribadi yang bers tatus s ebagai warga negara as ing yang tidak tinggal lagi di

Indones ia;

d. Bentuk Us aha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indones ia;

e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan us aha lagi tetapi belum dibubarkan s es uai dengan ketentuan yang berlaku;

f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;

g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau

h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

8. Ketentuan Pas al 8 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 8

(1) Wajib Pajak dengan kemauan s endiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah dis ampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis , dengan s yarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriks aan.

(1a) Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan harus dis ampaikan paling lama 2 (dua) tahun s ebelum daluwars a penetapan.

(2) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan s endiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih bes ar, kepadanya dikenai s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung s ejak s aat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir s ampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

(2a) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan s endiri Surat Pemberitahuan Mas a yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih bes ar, kepadanya dikenai s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung s ejak jatuh tempo pembayaran s ampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

(3) Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriks aan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak ters ebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan s endiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya ters ebut dengan dis ertai pelunas an kekurangan pembayaran jumlah pajak yang s ebenarnya terutang bes erta s anks i adminis tras i berupa denda s ebes ar 150% (s eratus lima puluh pers en) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

(4) Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriks aan, dengan s yarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan s urat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kes adaran s endiri dapat mengungkapkan dalam laporan ters endiri tentang ketidakbenaran pengis ian Surat Pemberitahuan yang telah dis ampaikan s es uai keadaan yang s ebenarnya, yang dapat mengakibatkan:

a. pajak-pajak yang mas ih harus dibayar menjadi lebih bes ar atau lebih kecil;

b. rugi berdas arkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih bes ar;

c. jumlah harta menjadi lebih bes ar atau lebih kecil; atau d. jumlah modal menjadi lebih bes ar atau lebih kecil dan pros es pemeriks aan tetap dilanjutkan.

(5) Pajak yang kurang dibayar yang timbul s ebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengis ian Surat Pemberitahuan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) bes erta s anks i adminis tras i berupa kenaikan s ebes ar 50% (lima puluh pers en) dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunas i oleh Wajib Pajak s ebelum laporan ters endiri dimaks ud dis ampaikan.

(7)

(6) Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah dis ampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima s urat ketetapan pajak, Surat Keputus an Keberatan, Surat Keputus an Pembetulan, Putus an Banding, atau Putus an Peninjauan Kembali Tahun Pajak s ebelumnya atau beberapa Tahun Pajak s ebelumnya, yang menyatakan rugi fis kal yang berbeda dengan rugi fis kal yang telah dikompens as ikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan ters ebut, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan s etelah menerima s urat ketetapan pajak, Surat Keputus an Keberatan, Surat Keputus an Pembetulan, Putus an Banding, atau Putus an Peninjauan Kembali, dengan s yarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriks aan.

9. Ketentuan Pas al 9 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 9

(1) Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk s uatu s aat atau Mas a Pajak bagi mas ing-mas ing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas ) hari s etelah s aat terutangnya pajak atau berakhirnya Mas a Pajak.

(2) Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdas arkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghas ilan harus dibayar lunas s ebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghas ilan dis ampaikan.

(2a) Pembayaran atau penyetoran pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), yang dilakukan s etelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran s ampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

(2b) Atas pembayaran atau penyetoran pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) yang dilakukan s etelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, dikenai s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan s ampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

(3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, s erta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputus an Keberatan, Surat Keputus an Pembetulan, Putus an Banding, s erta Putus an Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunas i dalam jangka waktu 1 (s atu) bulan s ejak tanggal diterbitkan.

(3a) Bagi Wajib Pajak us aha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunas an s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(4) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pers etujuan untuk mengangs ur atau menunda pembayaran pajak termas uk kekurangan pembayaran s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) paling lama 12 (dua belas ) bulan, yang pelaks anaannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

10. Ketentuan Pas al 10 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 10

(1) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(1a) Surat Setoran Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) berfungs i s ebagai bukti pembayaran pajak apabila telah dis ahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validas i, yang ketentuannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya s erta tata cara mengangs ur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

11. Ketentuan Pas al 11 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 11

(1) Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 17, Pas al 17B, Pas al 17C, atau Pas al 17D dikembalikan, dengan ketentuan bahwa apabila ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langs ung diperhitungkan untuk melunas i terlebih dahulu utang pajak ters ebut.

(1a) Kelebihan pembayaran pajak s ebagai akibat adanya Surat Keputus an Keberatan, Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Pengurangan Sanks i Adminis tras i, Surat Keputus an Penghapus an Sanks i Adminis tras i, Surat Keputus an Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputus an Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Putus an Banding atau Putus an Peninjauan Kembali, s erta Surat Keputus an Pemberian Imbalan Bunga dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan ketentuan jika ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langs ung diperhitungkan untuk melunas i terlebih dahulu utang pajak ters ebut.

(8)

(2) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dan ayat (1a) dilakukan paling lama 1 (s atu) bulan s ejak permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diterima s ehubungan dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 17 ayat (1), atau s ejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 17 ayat (2) dan Pas al 17B, atau s ejak diterbitkannya Surat Keputus an Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 17C atau Pas al 17D, atau s ejak diterbitkannya Surat Keputus an Keberatan, Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Pengurangan Sanks i Adminis tras i, Surat Keputus an Penghapus an Sanks i Adminis tras i, Surat Keputus an Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputus an Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat Keputus an Pemberian Imbalan Bunga, atau s ejak diterimanya Putus an Banding atau Putus an Peninjauan Kembali, yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak.

(3) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan s etelah jangka waktu 1 (s atu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dihitung s ejak batas waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) berakhir s ampai dengan s aat dilakukan pengembalian kelebihan.

(4) Tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

12. Ketentuan Pas al 12 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 12

(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya s urat ketetapan pajak.

(2) Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang dis ampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.

13. Ketentuan Pas al 13 diubah, dan ditambah 1 (s atu) ayat, yakni ayat (6) s ehingga Pas al 13 berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 13

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun s etelah s aat terutangnya pajak atau berakhirnya Mas a Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal s ebagai berikut:

a. apabila berdas arkan has il pemeriks aan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

b. apabila Surat Pemberitahuan tidak dis ampaikan dalam jangka waktu s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (3) dan s etelah ditegur s ecara tertulis tidak dis ampaikan pada waktunya s ebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

c. apabila berdas arkan has il pemeriks aan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak s eharus nya dikompens as ikan s elis ih lebih pajak atau tidak s eharus nya dikenai tarif 0% (nol pers en);

d. apabila kewajiban s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 28 atau Pas al 29 tidak dipenuhi s ehingga tidak dapat diketahui bes arnya pajak yang terutang; atau

e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak s ecara jabatan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 2 ayat (4a).

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung s ejak s aat terutangnya pajak atau berakhirnya Mas a Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak s ampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

(3) Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan s anks i adminis tras i berupa kenaikan s ebes ar:

a. 50% (lima puluh pers en) dari Pajak Penghas ilan yang tidak atau kurang dibayar dalam s atu Tahun Pajak;

b. 100% (s eratus pers en) dari Pajak Penghas ilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang dis etor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang dis etor; atau

(9)

c. 100% (s eratus pers en) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jas a dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

(4) Bes arnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan menjadi pas ti s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), s etelah s aat terutangnya pajak atau berakhirnya Mas a Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan s urat ketetapan pajak.

(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 48% (empat puluh delapan pers en) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak s etelah jangka waktu ters ebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdas arkan putus an pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(6) Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar s ebagaimana dimaks ud pada ayat (5) diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

14. Di antara Pas al 13 dan Pas al 14 dis is ipkan 1 (s atu) pas al, yakni Pas al 13A yang berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 13A

Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi is inya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang is inya tidak benar s ehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai s anks i pidana apabila kealpaan ters ebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak ters ebut wajib melunas i kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang bes erta s anks i adminis tras i berupa kenaikan s ebes ar 200% (dua ratus pers en) dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

15. Ketentuan Pas al 14 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 14

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:

a. Pajak Penghas ilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. dari has il penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak s ebagai akibat s alah tulis dan/atau s alah hitung;

c. Wajib Pajak dikenai s anks i adminis tras i berupa denda dan/atau bunga;

d. pengus aha yang telah dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;

e. pengus aha yang telah dikukuhkan s ebagai Pengus aha Kena Pajak yang tidak mengis i faktur pajak s ecara lengkap s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, s elain:

1. identitas pembeli s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 13 ayat (5) huruf b Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya; atau

2. identitas pembeli s erta nama dan tandatangan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengus aha Kena Pajak pedagang eceran;

f. Pengus aha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak s es uai dengan mas a penerbitan faktur pajak; atau

g. Pengus aha Kena Pajak yang gagal berproduks i dan telah diberikan pengembalian Pajak Mas ukan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 9 ayat (6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

(2) Surat Tagihan Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) mempunyai kekuatan hukum yang s ama dengan s urat ketetapan pajak.

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2%

(dua pers en) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung s ejak s aat terutangnya pajak atau berakhirnya Mas a Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak s ampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.

(4) Terhadap pengus aha atau Pengus aha Kena Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f mas ing-mas ing, s elain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai s anks i adminis tras i berupa denda s ebes ar 2% (dua pers en) dari Das ar Pengenaan Pajak.

(10)

(5) Terhadap Pengus aha Kena Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf g dikenai s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputus an Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak s ampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

(6) Tata cara penerbitan Surat Tagihan Pajak diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

16. Ketentuan Pas al 15 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 15

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun s etelah s aat terutangnya pajak atau berakhirnya Mas a Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang s etelah dilakukan tindakan pemeriks aan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan s anks i adminis tras i berupa kenaikan s ebes ar 100% (s eratus pers en) dari jumlah kekurangan pajak ters ebut.

(3) Kenaikan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) tidak dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan berdas arkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak s endiri, dengan s yarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriks aan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

(4) Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan ditambah s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 48% (empat puluh delapan pers en) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak s etelah jangka waktu 5 (lima) tahun ters ebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdas arkan putus an pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(5) Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

17. Ketentuan Pas al 16 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 16

(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak dapat membetulkan s urat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Keberatan, Surat Keputus an Pengurangan Sanks i Adminis tras i, Surat Keputus an Penghapus an Sanks i Adminis tras i, Surat Keputus an Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputus an Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputus an Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputus an Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat kes alahan tulis , kes alahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

(2) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan s ejak tanggal s urat permohonan pembetulan diterima, harus memberi keputus an atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1).

(3) Apabila jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) telah lewat, tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi s uatu keputus an, permohonan pembetulan yang diajukan ters ebut dianggap dikabulkan.

(4) Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan s ecara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi das ar untuk menolak atau mengabulkan s ebagian permohonan Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1).

18. Ketentuan Pas al 17 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 17

(1) Direktur Jenderal Pajak, s etelah melakukan pemeriks aan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih bes ar daripada jumlah pajak yang terutang.

(2) Berdas arkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, s etelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang s eharus nya tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(11)

(3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar mas ih dapat diterbitkan lagi apabila berdas arkan has il pemeriks aan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih bes ar daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

19. Ketentuan Pas al 17A diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 17A

(1) Direktur Jenderal Pajak, s etelah melakukan pemeriks aan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar s ama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

(2) Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Nihil diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

20. Ketentuan Pas al 17B diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 17B

(1) Direktur Jenderal Pajak s etelah melakukan pemeriks aan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, s elain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 17C dan Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 17D, harus menerbitkan s urat ketetapan pajak paling lama 12 (dua belas ) bulan s ejak s urat permohonan diterima s ecara lengkap.

(1a) Ketentuan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang s edang dilakukan pemeriks aan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan, yang ketentuannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(2) Apabila s etelah melampaui jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) Direktur Jenderal Pajak tidak memberi s uatu keputus an, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan paling lama 1 (s atu) bulan s etelah jangka waktu ters ebut berakhir.

(3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2), kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan dihitung s ejak berakhirnya jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) s ampai dengan s aat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

(4) Apabila pemeriks aan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1a) tidak dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus bebas atau lepas dari s egala tuntutan hukum berdas arkan putus an pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung s ejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas ) bulan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) s ampai dengan s aat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

21. Ketentuan Pas al 17C diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 17C

(1) Direktur Jenderal Pajak s etelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat Keputus an Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan s ejak permohonan diterima s ecara lengkap untuk Pajak Penghas ilan, dan paling lama 1 (s atu) bulan s ejak permohonan diterima s ecara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

(2) Kriteria tertentu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) meliputi:

a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk s emua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangs ur atau menunda pembayaran pajak;

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawas an keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian s elama 3 (tiga) tahun berturut-turut;

dan

d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdas arkan putus an pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

(3) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputus an Direktur Jenderal Pajak.

(12)

(4) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriks aan terhadap Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), dan menerbitkan s urat ketetapan pajak, s etelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

(5) Apabila berdas arkan has il pemeriks aan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan s anks i adminis tras i berupa kenaikan s ebes ar 100% (s eratus pers en) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

(6) Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) tidak dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila:

a. terhadap Wajib Pajak ters ebut dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;

b. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Mas a untuk s uatu jenis pajak tertentu 2 (dua) Mas a Pajak berturut-turut;

c. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Mas a untuk s uatu jenis pajak tertentu 3 (tiga) Mas a Pajak dalam 1 (s atu) tahun kalender; atau

d. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

(7) Tata cara penetapan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

22. Di antara Pas al 17C dan Pas al 18 dis is ipkan 2 (dua) pas al, yakni Pas al 17D dan Pas al 17E yang berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 17D

(1) Direktur Jenderal Pajak s etelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak yang memenuhi pers yaratan tertentu, menerbitkan Surat Keputus an Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan s ejak permohonan diterima s ecara lengkap untuk Pajak Penghas ilan, dan paling lama 1 (s atu) bulan s ejak permohonan diterima s ecara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

(2) Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan us aha atau pekerjaan bebas ;

b. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan us aha atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran us aha dan jumlah lebih bayar s ampai dengan jumlah tertentu;

c. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran us aha dan jumlah lebih bayar s ampai dengan jumlah tertentu; atau

d. Pengus aha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Mas a Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar s ampai dengan jumlah tertentu.

(3) Batas an jumlah peredaran us aha, jumlah penyerahan, dan jumlah lebih bayar s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(4) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriks aan terhadap Wajib Pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dan menerbitkan s urat ketetapan pajak s etelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

(5) Jika berdas arkan has il pemeriks aan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah pajak yang kurang dibayar ditambah dengan s anks i adminis tras i berupa kenaikan s ebes ar 100% (s eratus pers en).

Pasal 17E

Orang pribadi yang bukan s ubjek pajak dalam negeri yang melakukan pembelian Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang tidak dikons ums i di daerah pabean dapat diberikan pengembalian Pajak Pertambahan Nilai yang telah dibayar, yang ketentuannya diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

23. Ketentuan Pas al 18 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 18

(1) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, s erta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Keberatan, Putus an Banding, s erta Putus an Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang mas ih harus dibayar bertambah, merupakan das ar penagihan pajak.

(2) Dihapus .

24. Ketentuan Pas al 19 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 19

(13)

(1) Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, s erta Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Keberatan, Putus an Banding atau Putus an Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang mas ih harus dibayar bertambah, pada s aat jatuh tempo pelunas an tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan untuk s eluruh mas a, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo s ampai dengan tanggal pelunas an atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

(2) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangs ur atau menunda pembayaran pajak juga dikenai s anks i adminis tras i berupa bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan dari jumlah pajak yang mas ih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

(3) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dan ternyata penghitungan s ementara pajak yang terutang s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang s ebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak ters ebut, dikenai bunga s ebes ar 2% (dua pers en) per bulan yang dihitung dari s aat berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (3) huruf b dan huruf c s ampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran ters ebut dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (s atu) bulan.

25. Ketentuan Pas al 20 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 20

(1) Atas jumlah pajak yang mas ih harus dibayar, yang berdas arkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, s erta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Keberatan, Putus an Banding, s erta Putus an Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang mas ih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak s es uai dengan jangka waktu s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 9 ayat (3) atau ayat (3a) dilaks anakan penagihan pajak dengan Surat Paks a s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(2) Dikecualikan dari ketentuan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), penagihan s eketika dan s ekaligus dilakukan apabila:

a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indones ia untuk s elama-lamanya atau berniat untuk itu;

b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuas ai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perus ahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indones ia;

c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan us aha atau menggabungkan atau memekarkan us aha, atau memindahtangankan perus ahaan yang dimiliki atau yang dikuas ainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;

d. badan us aha akan dibubarkan oleh negara; atau

e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

(3) Penagihan pajak dengan Surat Paks a dilaks anakan s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

26. Ketentuan Pas al 21 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 21

(1) Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak.

(2) Ketentuan tentang hak mendahulu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) meliputi pokok pajak, s anks i adminis tras i berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak.

(3) Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi s egala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:

a. biaya perkara yang hanya dis ebabkan oleh s uatu penghukuman untuk melelang s uatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak;

b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaks ud; dan/atau

c. biaya perkara, yang hanya dis ebabkan oleh pelelangan dan penyeles aian s uatu waris an.

(3a) Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau badan yang ditugas i untuk melakukan pemberes an dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidas i kepada pemegang s aham atau kreditur lainnya s ebelum menggunakan harta ters ebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak ters ebut.

(4) Hak mendahulu hilang s etelah melampaui waktu 5 (lima) tahun s ejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Keberatan, Putus an Banding, atau Putus an Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

(5) Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan s ebagai berikut:

(14)

a. dalam hal Surat Paks a untuk membayar diberitahukan s ecara res mi maka jangka waktu 5 (lima) tahun s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) dihitung s ejak pemberitahuan Surat Paks a;

atau

b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau pers etujuan angs uran pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun ters ebut dihitung s ejak batas akhir penundaan diberikan.

27. Ketentuan Pas al 22 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 22

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, termas uk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwars a s etelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung s ejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, s erta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputus an Pembetulan, Surat Keputus an Keberatan, Putus an Banding, s erta Putus an Peninjauan Kembali.

(2) Daluwars a penagihan pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) tertangguh apabila:

a. diterbitkan Surat Paks a;

b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langs ung maupun tidak langs ung;

c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 13 ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 15 ayat (4); atau

d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

28. Ketentuan Pas al 23 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 23

(1) Dihapus .

(2) Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:

a. pelaks anaan Surat Paks a, Surat Perintah Melaks anakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;

b. keputus an pencegahan dalam rangka penagihan pajak;

c. keputus an yang berkaitan dengan pelaks anaan keputus an perpajakan, s elain yang ditetapkan dalam Pas al 25 ayat (1) dan Pas al 26; atau

d. penerbitan s urat ketetapan pajak atau Surat Keputus an Keberatan yang dalam penerbitannya tidak s es uai dengan pros edur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak.

(3) Dihapus .

29. Ketentuan Pas al 24 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 24

Tata cara penghapus an piutang pajak dan penetapan bes arnya penghapus an diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

30. Ketentuan Pas al 25 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 25

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas s uatu:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;

c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau

e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdas arkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(2) Keberatan diajukan s ecara tertulis dalam bahas a Indones ia dengan mengemukakan jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan dis ertai alas an yang menjadi das ar penghitungan.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan s ejak tanggal dikirim s urat ketetapan pajak atau s ejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu ters ebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuas aannya.

(15)

(3a) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas s urat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunas i pajak yang mas ih harus dibayar paling s edikit s ejumlah yang telah dis etujui Wajib Pajak dalam pembahas an akhir has il pemeriks aan, s ebelum s urat keberatan dis ampaikan.

(4) Keberatan yang tidak memenuhi pers yaratan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (3a) bukan merupakan s urat keberatan s ehingga tidak dipertimbangkan.

(5) Tanda penerimaan s urat keberatan yang diberikan oleh pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk menerima s urat keberatan atau tanda pengiriman s urat keberatan melalui pos dengan bukti pengiriman s urat, atau melalui cara lain yang diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan menjadi tanda bukti penerimaan s urat keberatan.

(6) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan s ecara tertulis hal-hal yang menjadi das ar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan atau pemungutan pajak.

(7) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunas an pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yang belum dibayar pada s aat pengajuan keberatan, tertangguh s ampai dengan 1 (s atu) bulan s ejak tanggal penerbitan Surat Keputus an Keberatan.

(8) Jumlah pajak yang belum dibayar pada s aat pengajuan permohonan keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (7) tidak termas uk s ebagai utang pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 11 ayat (1) dan ayat (1a).

(9) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan s ebagian, Wajib Pajak dikenai s anks i adminis tras i berupa denda s ebes ar 50% (lima puluh pers en) dari jumlah pajak berdas arkan keputus an keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar s ebelum mengajukan keberatan.

(10) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, s anks i adminis tras i berupa denda s ebes ar 50% (lima puluh pers en) s ebagaimana dimaks ud pada ayat (9) tidak dikenakan.

31. Ketentuan Pas al 26 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 26

(1) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas ) bulan s ejak tanggal s urat keberatan diterima harus memberi keputus an atas keberatan yang diajukan.

(2) Sebelum s urat keputus an diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alas an tambahan atau penjelas an tertulis .

(3) Keputus an Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan s eluruhnya atau s ebagian, menolak atau menambah bes arnya jumlah pajak yang mas ih harus dibayar.

(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas s urat ketetapan pajak s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 13 ayat (1) huruf b dan huruf d, Wajib Pajak yang bers angkutan harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak ters ebut.

(5) Apabila jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi s uatu keputus an, keberatan yang diajukan ters ebut dianggap dikabulkan.

32. Di antara Pas al 26 dan Pas al 27 dis is ipkan 1 (s atu) pas al, yakni Pas al 26A yang berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 26A

(1) Tata cara pengajuan dan penyeles aian keberatan diatur dengan atau berdas arkan Peraturan Menteri Keuangan.

(2) Tata cara pengajuan dan penyeles aian keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), antara lain, mengatur tentang pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk hadir memberikan keterangan atau memperoleh penjelas an mengenai keberatannya.

(3) Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2), pros es keberatan tetap dapat dis eles aikan.

(4) Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informas i, atau keterangan lain dalam pros es keberatan yang tidak diberikan pada s aat pemeriks aan, s elain data dan informas i yang pada s aat pemeriks aan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informas i, atau keterangan lain dimaks ud tidak dipertimbangkan dalam penyeles aian keberatannya.

33. Ketentuan Pas al 27 diubah s ehingga berbunyi s ebagai berikut:

Pasal 27

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputus an Keberatan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 26 ayat (1).

(2) Putus an Pengadilan Pajak merupakan putus an pengadilan khus us di lingkungan peradilan tata us aha negara.

Referensi

Dokumen terkait

Tahun Anggaran 2017 telah menyelenggarakan pemberian penjelasaan (Aanwijzing) Pemilihan Langsung Pascakualifikasi Pekerjaan Renovasi Atap Gedung Kantor Wilayah

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pemilihan lokasi gudang dengan menggunakan metode Brown Gibson ini memberikan hasil, yaitu alternatif akan menjadi prioritas tertinggi

Hasil tersebut memperlihatkan juga bahwa, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik keterampilan berpikir kreatif secara umum antara subjek

1) Marcellina Rasemi W,. SST, M.Pd selaku dosen pembimbing 1 yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam mengerjakan

Majalah Info Bekasi memiliki pendapatan melalui iklan dan hanya melakukan penjualan tidak kurang dari 5% dari total 15.000 exemplar setiap edisinya, untuk itu ada aspek-aspek

Tujuan kajian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara motivasi, persekitaran kerja, kerja berpasukan dan kepimpinan terhadap kepuasan pekerja di kalangan pekerja

Jadi intranet merupakan sebuah jaringan komputer yang berbasis protokol TCP (Transfer Control Protokol) atau IP (Internet Protokol) seperti halnya sebuah internet, hanya