• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

C. Pasangan Muda

Perkawinan merupakan tahapan yang penting dalam hidup seseorang. Soewondo (2001) menyebutkan bahwa perkawinan memiliki tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan dan keturunan. Untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan di dalam perkawinan tidaklah mudah, sebab di dalam perkawinan banyak hal yang dapat memicu berbagai permasalahan. Agar pasangan suami istri dapat menjalankan fungsi keluarga dengan baik dalam kehidupan perkawinannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut.

1. Harapan-harapan dari masing-masing individu

Setiap individu akan memberi pengharapan-pengharapan kepada pasangannya. Terlebih ketika masa sebelum menikah, banyak karakter asli yang belum dimunculkan. Sadarjoen (2005) menyebutkan bahwa, konflik- konflik muncul pada bulan pertama perkawinan berasal dari harapan-harapan kedua pasangan tentang perkawinan tersebut dan apa yang seharusnya tidak terjadi pada perkawinan. Florence (dalam Bastaman, 2001) menambahkan bahwa, ketika di antara pasangan suami istri memiliki harapan yang berlebihan dan tidak realistis akan menyebabkan kekecewaan dan ketidakpuasan di dalam kehidupan perkawinannya. Jika seseorang merasa

tidak puas dengan kehidupannya, tentunya akan sulit mencapai psychological well being dalam kehidupan perkawinannya.

2. Kerjasama di antara pasangan

Kerjasama merupakan hal yang penting di dalam perkawinan. Kerjasama di antara suami istri diperlukan dari hal-hal yang sederhana sampai dengan hal-hal yang kompleks. Sadarjoen (2005) menjelaskan bahwa kebersamaan adalah sesuatu yang penting untuk mempertahankan dan merawat perkawinan. Lebih lanjut ia menjelaskan, bila kedua individu yang terlibat dalam suatu perkawinan tidak mampu menjalin kerjasama dalam melaksanakan hal-hal kecil dalam kehidupan rumah tangganya, maka merekapun akan mendapat kesulitan dalam mengatasi permasalahan- permasalahan hidup yang lebih kompleks di kemudian hari. Mengingat masalah-masalah dalam kehidupan perkawinan selalu ada, maka kerjasama yang baik di antara pasangan suami istri menjadi sangat penting agar dapat mencapai kebahagiaan dalam kehidupan perkawinannya.

3. Keinginan dan kebutuhan di antara pasangan

Sadarjoen (2005) menjelaskan bahwa, kebutuhan merupakan sesuatu yang selalu ada pada seseorang yang sehat. Meskipun kebutuhan-kebutuhan personal merupakan dasar yang sangat penting bagi tercapainya kesejahteraan fisik dan psikologis, akan tetapi saat individu telah menikah, keinginan dan kebutuhan personal itu harus diseimbangkan dengan pasangan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Apabila perbedaan keinginan masing-masing individu dalam kehidupan perkawinan tidak dapat diatasi, akan menimbulkan

28

masalah-masalah yang pada akhirnya dapat mempengaruhipsychological well beingpasangan suami istri tersebut.

4. Komunikasi

Untuk menjalin relasi perkawinan yang memuaskan diperlukan komunikasi yang baik di antara pasangan (Sadarjoen, 2005). Lebih lanjut Bastaman (2001) menjelaskan bahwa dalam menjalankan kehidupan perkawinan, ada komunikasi di mana individu memiliki kesediaan dan keberhasilan untuk memberi dan menerima pendapat, tanggapan, ungkapan, saran, umpan balik dari satu pihak ke pihak lain secara baik yang dilakukan tanpa menyakiti hati salah satu pihak. Apabila komunikasi yang demikian digunakan dalam setiap menghadapi permasalahan, maka pasangan suami istri akan menemukan cara-cara yang efektif untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dengan baik.

Perkawinan menciptakan pasangan dalam kehidupan rumah tangga, yaitu pasangan suami dan istri. Pasangan muda merupakan pasangan orang-orang muda. Hurlock (1994) menyebutkan orang dewasa muda sebagai orang muda. Menurut Hurlock (1994) masa dewasa muda dimulai dari umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Sementara itu, Rahmawati (2003) dalam penelitiannya, menyebutkan pasangan muda merupakan individu yang telah menikah dengan batas usia maksimal 35 tahun.

Masa dewasa muda merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola- pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang muda memainkan

peran baru, seperti peran suami atau istri, orang tua, pencari nafkah, keinginan- keinginan dan nilai-nilai baru yang sesuai dengan tugas baru ini (Hurlock, 1994).

Undang-undang perkawinan di negara kita menyebutkan bahwa, seseorang diperbolehkan menikah apabila pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun (UU Perkawinan Pasal 7 dalam Walgito, 1984). Walgito (1984) sendiri menyebutkan bahwa, seorang wanita sebaiknya menikah setelah usianya mencapai 23 tahun, sedangkan untuk pria setelah mencapai 27 tahun, karena pada usia tersebut individu dianggap telah dewasa. Hal ini berarti, seseorang sebaiknya menikah apabila ia telah dewasa, sehingga ia mampu menjalankan kehidupan perkawinannya dengan baik, karena menurut Maryati, dkk. (2007), dalam sebuah perkawinan pada umumnya banyak terjadi kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi.

Keluarga dimulai dengan suatu perkawinan dan selanjutnya berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Susilowati (2008) menyebutkan bahwa, perjuangan di dalam perkawinan tidak akan pernah berhenti karena hidup ini adalah perjuangan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hauck (1993) bahwa kebanyakan perkawinan merupakan pertalian silih berganti antara “perang” dan damai. Anjani dan Suryanto (2006) menyebutkan masa perkawinan yang masih muda atau awal sebagai periode awal dalam perkawinan, yaitu kurang dari sepuluh tahun, dimana periode ini merupakan masa rawan di dalam perkawinan.

Dua tahun pertama pernikahan merupakan masa-masa yang penuh perjuangan, dimana pasangan suami istri mengetahui karakter asli pasangannya dan harus menyiapkan mental untuk menghadapi kondisi tersebut. Selanjutnya,

30

pada usia tujuh tahun pernikahan pasangan suami istri akan terjebak dalam rutinitas rumah tangga sehingga keintiman berkurang dan kondisi ini harus diwaspadai setiap pasangan muda tersebut (Susilowati, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, pasangan muda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang telah menikah (suami dan istri), mencapai usia dewasa muda, usia minimal untuk istri 23 tahun dan suami 27 tahun dan usia tidak lebih dari 35 tahun serta usia perkawinan yang masih muda (periode awal) yaitu kurang dari sepuluh tahun.

Dokumen terkait