• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasar Ngarsopuro di Surakarta

Dalam dokumen ANGGARA DWI SUKMA C9406049 (Halaman 36-40)

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SOLO SEBAGAI

C. Pasar Ngarsopuro di Surakarta

Kota Solo mempunyai objek wisata yang beranekaragam, salah satunya adalah objek wisata belanja. Solo terkenal dengan pusat perbelanjaan yang murah, dengan berbagai macam jenis barang yang dijual, dan kualitas yang tinggi, sehingga banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berbelanja di kota ini. Salah satu ciri khas dari wisata belanja Kota Solo adalah batik tulis yang terkenal. Sebagian besar dari kebutuhan wisata belanja dapat ditemui di Pasar Wisata.

Identitas sebagai Kota Budaya sangat akrab dan melekat lama di Kota Solo. Upaya pelestarian tentu saja menjadi kehendak seluruh warga Kota Solo. Sebab pelestarian warisan pusaka sebagai tanda proses perubahan serta perkembangan kota yang terjadi secara alamiah. Secara berurutan tanpa harus kehilangan masa lalu yang dapat dijadikan cermin untuk pembangunan masa depan. Strategi pengelolaan kota yang terarah dan bersinambung

commit to user

dimaksudkan sebagai piranti lunak untuk menjalankan fungsi pengarahan dan fungsi kontrol bagi laju pembangunan cepat tersebut.

Kawasan Ngarsopuro di sepanjang Jalan Diponegoro yang menghubungkan antara city walk Jalan Slamet Riyadi dengan Kompleks Mangkunegaran diharapkan mampu menjadi salah satu kawasan wisata, ekonomi, dan seni bagi kota Surakarta. Kawasan ini bisa menjadi pusat kegiatan baru bagi aktivitas sosial, ekonomi, dan seni-budaya untuk kebutuhan rakyat Solo. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalain rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan atau kawasan. RTBL akan menjadi pedoman perancangan kawasan dan arahan rancangan bangunan serta lingkungan untuk mewujudkan kawasan yang tertata. (Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2012)

Pasar Ngarsopuro merupakan salah satu objek wisata baru di Kota Solo. Pasar ini menjual barang-barang antik, kerajinan khas Solo, batik, dan makanan khas Solo. Pasar ini sangat strategis karena terletak di Jalan Diponegoro dan dihadapkan pada Istana Mangkunegaran dan pasar antik Windu Jenar, sehingga memudahkan para wisatawan baik domestik maupun

commit to user

mancanegara untuk mengunjungi pasar ini. Pasar ini diresmikan pada tanggal 16 Februari 2009 oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang didampingi oleh Wali Kota Solo Joko Widodo beserta Wakil Wali Kota Solo F.X Hadi Rudyatmo dan dihadiri para pejabat Departemen Perdagangan dan Wali Kota Aceh, Bengkulu dan lainnya.

Pasar ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menggabungkan toko-toko yang ada di pinggiran sepanjang Jalan Diponegoro. Selain itu karena penggunaan lahan komersial mengganggu kawasan budaya, dan keberadaan toko-toko tersebut mengurangi vasibilitas beberapa bangunan tradisional dan Pasar Windu Jenar yang terletak dibelakangnya menempati tanah negara. Kini Jalan Diponegoro sudah terlihat bersih dari toko-toko tersebut, dan pemerintah memanfaatkan jalan alternatif tersebut untuk dijadikan pasar malam yang hanya buka pada hari sabtu saja, atau malam minggu.

Mengapa pasar ini dinamakan Pasar Ngarsopuro; karena dari buku Babad Solo tenteng sejarah Kota Solo, nama jalan yang digunakan untuk lokasi pasar ini dulu bemama Jalan Ngarsopuro dan juga sebagai jalan searah sumbu Utara sampai Selatan kawasan Pura Mangkunegaran. Selain itu pengambilan nama Ngarsopuro juga karena pasar ini terletak di depan Istana Mangkunegaran (Ngarso = depan, Puro = Pura atau Istana Mangkunegaran).

Pada tahun 1939 bagian timur jalan di bangun pasar untuk memperingati tiga windu pemerintahan Mangkunegoro VII, yang diberi nama

commit to user

Pasar Triwindu yang sekarang berganti nama menjadi Windu Jenar. Pasar ini dinamakan Triwindu karena sesuai artinya "Tri" yang berarti tiga dan "windu" yang berarti delapan. Jadi Triwindu adalah ulang tahun pemerintahan Mangkunegoro VII. Pada masa pemerintahan Sri Paduka Mangkunegoro VII yang ke 24 dulu diadakan pesta besar-besaran oleh kerabat Mangkunego dan masyarakat Kota Solo pada umumnya, bahkan dihadiri oleh Ratu Wilhelmma dari Belanda. Oleh para kerabat Mangkunegoro dihadiahkan tempat yang semula adalah kandang kuda milik Mangkunegaran yang kemudian diubah menjadi pasar yaitu Pasar Triwindu. Awalnya barang yang dijual di pasar ini adalah barang bekas yang masih bercampur dengan onderdil sepeda motor, alat-alat rumah tangga dan alat-alat pertukangan. Namun pada tahun 1966 berdirilah Pasar Sumodilagan yang kemudian barang-barang bekas tersebut dipindahkan di Pasar Sumodilagan, dan pada tahun 1970 barang yang dijual di Pasar Triwindu sudah berganti menjadi barang antik seperti lampu gantung, patung perunggu dari Eropa, keramik dari Cina, vas bunga model Eropa, dan alat-alat rumah tangga yang terbuat dari perak. Suasana Kota Solo dulu sangat ramai dengan adanya Pasar Triwindu ini, namun lambat tahun karena hiburan di Kota Solo semakin banyak sehingga pasar ini mengalami penurunan pengunjung. (Hasil Wawancara Dengan Purwanto Guide Istana Mangkunegaran. Tanggal 16 Februari, 2012).

commit to user

Pada sekitar tahun 1970 an di Kota Solo juga tedapat pasar malam yang terletak di sepanjang Jalan Gatot Subroto, pasar malam ini bemama Pasar Yaik. Di pasar ini dulu menjual berbagai macam barang. Penataaan Pasar yang masih belum tertata rapi seperti pasar pada jaman sekarang. Pasar Yaik dulu muncul dengan sendirinya, dan seiring dengan berjalannya waktu kemudian toko ini tutup dengan sendirinya juga, karena di Solo sudah banyak toko-toko sehingga pasar yang mengalami penurunan pengunjung. (Hasil Wawancara Dengan Purwanto Guide Istana Mangkunegaran. Tanggal 16 Februari, 2012)

Selain karena ingin menghidupkan Kota Solo kembali, pemerintah juga bermaksud.untuk mengembangkan koridor ekonomi berbasis wisata di Kota Solo. Sehingga perekonomian di Kota Solo dapat berkembang dan sekaligus pariwisata di kota ini juga semakin maju. Pemerintah sudah merencanakan pembangunan berbagai kawasan wisata di Kota Solo, yaitu kawasan wisata Istana Mangkunegaran, wisata Ngarsopuro, kawasan Purwosari, City Walk, dan kawasan wisata Keraton Kasunanan.

Dalam dokumen ANGGARA DWI SUKMA C9406049 (Halaman 36-40)

Dokumen terkait