• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Instrumen Kebijakan Moneter Islam

1. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)

Pasar uang adalah tempat terjadinya transaksi tagihan keuangan berjangka waktu pendek (umumnya kurang dari satu tahun) (Kasmir 235:2009). Penggunaan istilah pasar uang bukan berarti dalam syariah uang dianggap sebgai komoditi, sehingga dapat diperjualbelikan. Istilah pasar uang semata-mata hanya menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan investasi jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah.

Piranti yang digunakan dalam PUAS ini adalah Sertifikat IMA (Investasi Mudharabah Antarbank). Hal ini berarti prinsip syariah yang digunakan adalah mudharabah (bagi hasil). Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana (investor) dengan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu guna memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak berdasarkan prinsip nisbah yang yang telah disepakati sebelumnya. Dengan demikian bank yang memiliki kelebihan dana bukan memberikan pinjaman, tetapi melakukan investasi kepada bank yang mengalami kekurangan dana dengan jangka waktu investasi paling lama 90 hari. Nisbah bagi hasil yang disepakati bank dapat digunakan sebagai indikator tingkat likuiditas bank penerbit IMA. Semakin tinggi nisbah bagi hasil yang diterima bank pembeli sertifikat IMA mengindikasikan semakin ketat likuiditas dari bank penerbit sertifikat IMA (Buchori : 2002).

Sertifikat IMA diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah bagi bank yang seluruh kegiatannya berdasarkan prinsip syariah, seperti Bank Muamalat dan

Bank Syariah Mandiri. Bagi bank konvensional yang memiliki kantor cabang syariah, Sertifikat IMA diterbitkan oleh Unit Usaha Syariahnya (UUS), seperti Bank BNI, Bank Danamon, Bank IFI dan lainnya. Seluruh bank umum termasuk bank umum konvensional dapat berpartisipasi dalam PUAS. Namun demikian, bank umum konvensional hanya dapat berperan sebagai pembeli Sertifikat IMA, sedangkan bank umum syariah maupun bank umum konvensional yang mempunyai Unit Usaha Syariah dapat bertindak sebagai pembeli maupun penerbit Sertifikat IMA.

Sertifikat IMA yang diterbitkan harus diserahkan kepada bank pembeli Sertifikat IMA sebagai bukti telah melakkan penanaman dana. Sertifikat IMA yang belum jatuh tempo dapat dipindahtangankan atau dijual kepada pihak lain. Pemindahtanganan ini hanya dapat dilakukan oleh bank pembeli pertama, sedangkan pembeli kedua tidak diperkenankan memindahtangankan kepada bank lain sampai dengan berakhirnya jangka waktu Sertifikat IMA tersebut. Pembatasan ini dilakukan untuk mencegah kesan terjadinya jual beli uang yang dapat menjurus pada kegiatan spekulatif. Agar bank penerbit dapat melakukan pembayaran kepada Bank yang berhak, maka bank pemegang sertifikat terakhir wajib memberitahukan kepemilikan Sertifikat IMA tersebut kepada penerbit.

Pada saat Sertifikat IMA jatuh waktu, bank penerbit melakukan pembayaran sebesar nilai nominal investasi (face value) kepada bank terakhir pemegang sertifikat, sedangkan imbalan dibayar setiap awal bulan kepada bank pemegang sertifikat.

Hal ini dimaksudkan agar pembayaran imbalan sesuai dengan realisasi hasil investasi yang telah terjadi. Bank penerbit harus menginformasikan nilai nominal investasi, nisbah bagi hasil, jangka waktu, dan tingkat indikasi imbalan Sertifikat

IMA pada Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia pada hari penerbitan. Bank penerbit juga harus melaporkan tingkat realisasi imbalan sertifikat IMA pada hari kerja pertama setiap bulan (Buchori : 2009), untuk lebih jelas mengenai skema PUAS dapat dilihat pada gambar 2.1.

Sumber : Buchori (2002)

a. Persyaratan Investasi Mudharabah Antarbank (IMA)

Sertifikat IMA yang diterbitkan oleh bank pengelola dana memenuhi persyaratan sebagai berikut (Buchori : 2002):

(1) Sekurang-kurangnya mencantumkan

Kata-kata “SERTIFIKAT INVESTASI MUDHARABAH

ANTARBANK”

• Tempat dan tanggal penerbitan Sertifikat IMA

Nomor seri Sertifikat IMA Nilai Nominal Investasi Nisbah bagi hasil Jangka waktu investasi

Tingkat indikasi imbalan, yaitu tingkat imbalan deposito investasi

Mudharabah (sebelum didistribusikan) pada bulan sebelumnya

Tanggal pembayaran nilai nominal invetasi dan imbalan • Tempat pembayaran

• Nama bank penanam dana

(2) Berjangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari (3) Diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah atau UUS b. Perhitungan Imbalan Investasi Mudharabah Antarbank

Besarnya imbalan sertifikat IMA dihitung berdasarkan jumlah nominal investasi, tingkat imbalan deposito investasi mudharabah sesuai dengan jangka waktu penanaman dan dan nisbah bagi hasil yang disepakati. Rumus perhitungan besarnya imbalan Sertifikat IMA sebagai berikut:

X = P x R x t/360 x k Keterangan:

X = Besarnya imbalan yang diberikan kepada bank penanam dana P = Nilai nominal investasi

R = Tingkat imbalan deposito investasi Mudharabah T = Jangka waktu investasi

K = Nisbah bagi hasil untuk bank penanam dana 2. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip Wadiah (Zainul 170:2006).

Undang-Undang No.23 Tahun 1999 mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia harus mengakomodasi perkembangan bank syariah. Seiring dengan semakin banyak dan kian berkembangnya bank-bank syariah, Bank Indonesia menerapkan instrumen moneter syariah dengan menggunakan prinsip wadiah (titipan), yaitu Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) guna menarik kelebihan likuiditas perbankan

syariah. Dari sisi bank syariah, SWBI ini dapat dijadikan piranti pasar uang syariah karena dapat berfungsi sebagai penitipan jangka pendek.

Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas penitipan dana yang diperhitungkan pada saat jatuh tempo. Jumlah dana yang dititipkan dimaksud sekurang-kurangnya Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Penitipan dana diatas nominal tersebut hanya dapat dilakukan dalam kelipatan Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Jangka waktu waktu penitipan dana ditetapkan 1 (satu) minggu, 2 (dua) minggu, dan 1 (satu) bulan yang dinyatakan dalam hari. Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia, dan SWBI tidak boleh diperjualbelikan.

Penyelesaian transaksi dilakukan pada hari kerja yang sama. Bank yang permohonan penitipan dananya disetujui Bank Indonesia akan didebet rekening gironya sebesar nilai titipan dana. Pada saat penitipan dana telah jatuh waktu, Bank Indonesia akan mengkredit rekening giro sebesar nilai titpan dana ditambah dengan bonus apabila Bank Indonesia pada saat itu memang perlu dilakukan kontraksi moneter melalui bank syariah.

Pemberian dan besarnya bonus sepenuhnya tergantung Bank Indonesia. Sebagai acuan dapat digunakan tingkat indikasi imbalan PUAS yang merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat indikasi imbalan Sertifikat IMA yang terjadi pada PUAS pada tanggal penitipan dana. Apabila pada tanggal penitipan dana tidak terjadi transaksi PUAS, maka sebagai acuan perhitungan bonus dapat digunakan tingkat indikasi imbalan PUAS terakhir atau rata-rata tingkat imbalan deposito investasi mudharabah sebelum didistribusikan pada bulan sebelumnya dari seluruh

OPU 3,4,5 (6) Pendebetan penitipan dana OPU 7,8 (9) Pengembalian dana BANK

Dokumen terkait