Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahan-bahan yang telah dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena akan
berpengaruh terhadap kuantitas, kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung
didalamnya. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada jenis
bahan yang akan diolah, seperti akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang dan kulit kayu. Secara umum, tahap pengolahan meliputi sortasi basah, pencucian,
pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.
Masalah pascapanen tanaman obat tidak terlepas dari masa sebelum panen
khususnya beberapa saat sebelum panen, hal ini akan sangat menentukan kualitas akhir dari simplisia. Untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas
yang tinggi, diperlukan suatu tindakan pengamanan dimulai dari pra panen,
pada saat panen dan pascapanen. Selain itu, pengolahan bertujuan juga untuk
menjaga tingkat kebersihan bahan baku dalam upaya memperoleh simplisia
yang berkualitas serta menjaga agar proses produksi selanjutnya tetap terjaga stabilitas dan homogenitas komposisinya.
Kerusakan hasil tanaman obat sesungguhnya telah dimulai sejak masa sebelum
panen dilakukan, yaitu ketika tanaman masih berada dilapang. Beberapa serangga (ngengat dan kumbang) dan jasad renik seperti Aspergillus sp, Fusarium sp dan golongan khamir yang mencemari pada waktu dilapang, masih dapat berkembang biak selama masa penyimpanan atau setelah proses pengolahan. Pengendalian cemaran sejak dilapang sampai penyimpanan untuk pengolahan lebih lanjut perlu dilakukan dalam upaya untuk menekan kehilangan hasil. Demikian juga dengan sanitasi, wadah yang digunakan untuk menyimpan hasil panen merupakan sarana keberhasilan pada saat pra panen.
Kandungan zat berkhasiat dari suatu tanaman sangat erat kaitannya dengan
tingkat kematangan pada waktu tanaman tersebut dipanen, karena akan
sangat menentukan mutu akhir dari produk yang diperoleh. Keragaman derajat kematangan bukan saja mempengaruhi mutu tetapi membawa konsekuensi juga terhadap biaya dan tenaga pada waktu proses pembersihan dan sortasi serta dapat menurunkan rendemen yang diperoleh. Sebagai contoh, tanaman lada
proses pematangan buah yang tidak serentak pula, sehingga masa panen yang
berlangsung membutuhkan waktu yang cukup panjang. Untuk tanaman yang mengandung minyak atsiri sebaiknya dipanen pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari penguapan minyak atsirinya bila dipanen pada tengah hari disaat matahari sedang panas.
Faktor paling kritis yang sangat menentukan dalam pengolahan pascapanen
tanaman obat adalah proses pengeringan. Cara-cara pengeringan harus disesuaikan dengan jenis bahan tanaman, misalnya daun, bunga, kulit, rimpang, akar dan buah. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap warna dan aroma dari produk akhir yang dihasilkan. Tingkat keragaman, kadar kotoran dan kadar air
yang tinggi dari produk akan memberikan kecenderungan yang buruk terhadap kualitas dan kuantitas karena akan terjadi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis
dan mikrobiologis yang semakin besar. Teknik pengeringan yang tepat untuk
tanaman yang mengandung senyawa volatil perlu mendapatkan perhatian.
Untuk memperoleh keseragaman bahan baku simplisia atau untuk
mempertahankan keasliannya, maka setiap bahan yang akan diproses harus dipisahkan dari bahan asing lainnya, seperti akar-akar yang menempel. Untuk
memisahkan tanah dan pasir yang melekat dilakukan dengan proses pencucian. Pada saat proses pencucian sebaiknya menggunakan air yang bersih dan bertekanan supaya memudahkan penghilangan kotoran yang melekat. Demikian pula untuk bahan-bahan yang secara visual terlihat sangat mirip, tetapi berbeda khasiatnya perlu dipisahkan dari bahan aslinya. Keadaan ini biasanya terjadi pada hasil panen dari tumbuhan liar dan bukan hasil pertanaman secara budidaya. Hingga saat ini, untuk beberapa tanaman obat tertentu masih dipanen secara
liar dari hutan. Banyak tanaman yang mempunyai kemiripan sehingga bila tidak
mengenal secara baik akan terjadi kesalahan dalam pemanenan, akibatnya akan mempengaruhi khasiat dari tanaman tersebut.
Pengeringan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan kadar air bahan
sampai ketingkat yang diinginkan. Pemakaian alat pengering mekanik dapat dikatakan lebih efisien bila mampu mengeringkan bahan sampai pada tingkat kekeringan yang aman tanpa mengalami perubahan fisik, kimia, biokimia, efisien
dalam penggunaan waktu, biaya operasional bahan bakar, dan upah pekerja. Pada proses pengeringan menggunakan matahari langsung, kemungkinan akan
Gambar 2. Penjemuran dengan alas lamporan (a), tikar (b)
a b
terjadi kontaminasi dari lingkungan, seperti debu, insekta, kotoran burung dan
rodensia. Untuk itu, diperlukan tempat penjemuran yang cukup luas karena bila
tidak luas, kadang-kadang bisa terjadi proses fermentasi bila tidak diperlakukan secara benar, susut pengeringan lebih besar, suhu tidak dapat dikontrol. Dari segi
ekonomis, matahari akan lebih menguntungkan karena tanpa menggunakan bahan bakar atau tambahan energi, tapi dari segi kualitas kadang-kadang akan
memberikan produk yang kurang baik. Selain itu, pengeringan matahari tidak dapat diterapkan disemua daerah karena kondisi cuaca yang tidak sama. Untuk
proses pengeringan dengan matahari, bahan-bahan yang akan dikeringkan
bisa ditebar ditanah dengan terlebih dahulu dialasi tikar, kain atau diatas baki
besar dari aluminium, lamporan, dapat juga menggunakan bahan bambu/kayu yang dibuat berlubang-lubang (Gambar 2). Lamanya pengeringan tergantung dari jenis bahan yang dikeringkan. Biasanya pengeringan dengan cara ini memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu.
Bahan tanaman yang dapat dikeringkan dengan cara ini adalah bahan yang berasal dari akar, kulit dan biji-bijian. Dengan keadaan terbuka, seringkali menyebabkan bahan mengalami pencemaran dan bila terjadi perubahan cuaca
secara tiba-tiba akan memberikan masalah. Pengeringan dengan menggunakan
alat pengeringan mekanikakan lebih menguntungkan karena suhu dapat diatur sesuai dengan jenis bahan yang akan dikeringkan. Keuntungan alat ini adalah
tidak perlu diangkat atau dirubah bila cuaca secara tiba-tiba berubah, serta pencemaran akibat debu sangat sedikit bahkan kemungkinan tidak ada. Selain
itu, bila menggunakan alat pengering mekanik, produk yang dihasilkan akan lebih baik dari segi penampilan dan kandungan zat berkhasiat, karena suhunya
dapat diatur sesuai keinginan. Beberapa tipe alat pengering mekanik, antara lain tipe rak dan tipe berputar tertera pada Gambar 3 (Gambar 3a dan 3b).
a b
Gambar 3. Beberapa tipe alat pengering, tipe rak(a) pengering mekanik tipe berputar (b)
IV.I PASCA PANEN TANAMAN OBAT DARI DAUN
Tanaman obat yang berasal dari daun (Gambar 4) bisa digunakan langsung dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan. Bila akan digunakan secara segar, harus melalui proses pencucian terlebih dahulu baru diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan. Pemanenan daun dilakukan pada saat fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Sebagai contoh daun sambiloto, pemanenan
dilakukan ketika tanaman sudah berbunga hampir 50 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga bahan aktif yang terdapat dalam daun (andrografolid,
neo andrografolid dan mencapai maksimum dibandingkan ditangkai pada saat sebelum berbunga. Daun yang dipanen muda biasanya dikeringkan secara
perlahan mengingat kandungan airnya cukup tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis masih dapat berlangsung dengan cepat. Selain itu,
jaringan yang dimiliki oleh daun muda masih sangat lunak sehingga daun sangat mudah hancur atau rusak. Sementara daun-daun yang dipanen pada umur tua diberi perlakuan khusus berupa proses pelayuan yang dilanjutkan dengan proses pengeringan secara perlahan agar diperoleh warna yang menarik. Untuk proses pengeringan, dalam kapasitas besar, daun langsung dikeringkan tanpa melalui proses pencucian. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas simplisia yang dihasilkan. Proses pengeringan daun, bila dikeringkan dimatahari
langsung sebaiknya tidak langsung terkena cahaya matahari, karena akan merubah senyawa khlorofilnya, sehingga produk yang dihasilkan akan berwarna agak kecoklatan. Bila menggunakan pengering mekanik, suhu diatur agar tidak
Gambar 4. Beberapa tanaman obat yang berasal dari daun Daun jambu biji Daun kumis kucing Daun tapak dara
Daun katuk Daun binahong Daun sirih
Daun sambiloto Daun dewa Daun keji beling
Daun saga Daun tempuyung Daun sembung
Daun sirih Daun meniran
melebihi 40°C, karena pada suhu tersebut senyawa khlorofilnya tidak akan
rusak. Setelah dihasilkan simplisia kering, bahan bisa diolah lebih lanjut sesuai kebutuhan kedalam menjadi bentuk serbuk, ekstrak dan produk obat lainnya. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari daun terlihat pada Gambar 5.
Setelah panen, sebaiknya daun dilayukan terlebih dahulu meskipun beberapa
senyawa volatil akan menguap. Biasanya proses pelayuan membutuhkan waktu
antara 24-72 jam. Setelah bahan kering, bahan dijaga agar tetap kering dan
dingin untuk mencegah terjadinya proses fermentasi atau timbulnya jamur. Pengeringan daun harus tidak merubah warna, aroma tanaman aslinya, zat
berkhasiat dan senyawa kimianya. Daun sambiloto, kumis kucing, tempuyung
mengandung senyawa flavanoid, sehingga pada waktu pengeringan perlu
diperlakukan secara hati-hati karena senyawa tersebut mudah mengalami kerusakan bila proses pengolahan tidak benar. Telah diketahui bahwa daun
mudah mengalami kerusakan selama pengolahan, bila penanganannya salah, akan terjadi perubahan warna atau tercemar mikroba. Secara visual, daun yang
telah dikeringkan menggunakan matahari ataupun alat pengering tidak berbeda
warnanya, akan tetapi setelah digiling menjadi serbuk akan terlihat bahwa pengeringan secara oven akan menghasilkan warna yang lebih baik, yaitu hijau sedangkan dengan matahari akan berwarna kecoklatan. Hal ini disebabkan
suhu penjemuran matahari berfluktuasi dengan kisaran 25-50oC, sehingga
penguapan air tidak merata, hal ini menyebabkan bahan menjadi kering tidak
merata dan sempurna. Untuk oven, suhu yang konstan dan stabil menyebabkan penguapan air juga konstan. Kisaran suhu untuk mengeringkan daun-daun adalah 20oC-40oC. Bila pengeringan dilakukan di tempat teduh, keuntungannya dapat melindungi aroma, warna asli bahan, dan senyawa kimia di dalamnya.
Suatu penelitian terhadap daun jambu biji yang dikeringkan ditempat teduh
dan langsung dengan sinar matahari menunjukkan perbedaan terhadap kadar
tanninnya. Untuk pengeringan ditempat teduh kadar tanninnya lebih tinggi,
yaitu 13,72% dibandingkan dikeringkan dibawah sinar matahari langsung hanya 11,56%.
IV. 2 PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI AKAR
Tanaman obat yang berasal dari akar dapat digunakan sebagai obat baik dalam bentuk segar, simplisia, serbuk dan ekstrak. Panen akar dilakukan pada saat
proses pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur, karena panen akan mematikan tanaman yang bersangkutan. Beberapa contoh tanaman yang
berasal dari akar tersaji pada Gambar 6.
Akar sebagai produk tanaman obat dapat dibedakan dalam dua golongan menurut asal dan jenis tanamannya, yaitu akar lunak dan akar keras. Akar lunak biasanya banyak mengandung air, lebih dari 60%, misalnya akar kolesom (T. paniculatum), akar purwoceng (P.alpina). Sementara akar yang bersifat keras
biasanya memiliki kandungan serat yang tinggi, misalnya akar pasak bumi
(E. longifolia) dan akar trengguli (C. fistula). Dengan adanya perbedaan sifat tersebut, tentu dibutuhkan penanganan dan pengolahan yang berbeda. Akar-akar yang banyak mengandung air, pengeringannya dilakukan secara perlahan
Akar purwoceng
Tanaman purwoceng
Akar som jawa Tanaman som jawa
Akar alang-alang Tanaman alang-alang
Akar wangi Tanaman akar wangi
Akar pasak bumi Tanaman pasak bumi
Akar pule pandak Tanaman pule pandak
untuk menghindari proses pembusukan dan fermentasi. Untuk akar-akar keras pengolahannya hampir sama dengan pengolahan simplisia batang dan kulit batang. Secara umum, diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari akar sesuai dengan Gambar 7.
Tahapan proses pengolahan tanaman yang berasal dari akar adalah pencucian secara baik dan benar, karena banyak tanah yang melekat disela-sela akar
tersebut. Bentuk akar yang tidak beraturan kadang-kadang sedikit menyulitkan dalam proses pencucian. Akar tanaman harus dibersihkan secara hati-hati,
karena merupakan bagian yang langsung bersinggungan dengan tanah. Selain itu, kemungkinan adanya bakteri yang akan terikut karena sulit dibersihkan.
Bahan-bahan seperti akar wangi, akar purwoceng, akar kolesom sebaiknya
menggunakan air yang bertekanan atau dilakukan perendaman terlebih dahulu
untuk beberapa saat agar pencucian akan menjadi lebih mudah. Untuk lebih bersih bisa menggunakan sikat halus dan menyikatnya secara perlahan agar
kulitnya tidak terkelupas.
Setelah ditiriskan dan air mengering, bahan bisa dikecilkan ukurannya dengan
cara dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan menggunakan pisau stainless steel. Untuk akar purwoceng dan som jawa, pengirisan dapat dilakukan secara memanjang atau melintang dengan ketebalan sekitar 4-5 mm. Dalam proses pengeringan, sebaiknya bahan dihamparkan pada wadah atau alas
penjemur dan ditebarkan tidak terlalu tebal. Hal ini untuk mencegah kerusakan
pada bahan serta memudahkan panas cepat menyerap kedalam bahan yang akan dikeringkan. Pengeringan langsung dengan sinar matahari, membutuhkan waktu sedikit lebih lama dibandingkan bila menggunakan alat pengering
mekanik. Bila cuaca tidak memungkinkan, biasanya bahan akan mudah sekali
rusak karena berjamur. Untuk itu, akan lebih baik bila bahan dikeringkan dengan
menggunakan alat pengering mekanik. Akar pasak bumi, setelah ditiriskan lalu di
keringkan dengan ukuran tertentu kemudian baru dikecilkan kembali ukurannya atau bisa menggunakan alat penyerut. Lamanya pengeringan tergantung dari ketebalan bahan yang dikeringkan.
Tanaman obat yang berasal dari akar yang sangat dikenal oleh masyarakat adalah pasak bumi dan purwoceng, karena kedua tanaman tersebut berkhasiat sebagai afrosidiak atau meningkatkan vitalitas bagi kaum laki-laki. Di Indonesia pasak bumi banyak tumbuh di pulau Kalimantan, sehingga pasak bumi menjadi salah satu tanaman obat yang sangat terkenal sejak dahulu dan telah digunakan
oleh masyarakat suku asli di Kalimantan seperti suku Banjar dan Dayak. Di
Kalimantan akan sangat mudah dijumpai pasak bumi yang dijual hampir disemua toko barang-barang kerajinan. Kini pasak bumi menjadi tanaman obat
yang mulai dikenal di dunia, banyak penelitian baik di dalam dan luar negeri
yang dilakukan untuk mencari kebenaran atau khasiat lain dari akar pohon ini. Bahkan disebutkan pasak bumi memiliki keampuhan empat kali lebih kuat dari pada Ginseng untuk meningkatkan kadar testosterone dalam tubuh manusia. Di Malaysia pasak bumi ini dikenal dengan nama tongkat ali.
IV. 3 PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI BUNGA
Tanaman oobat yang berasal dari bunga dapat digunakan sebagai obat baik dalam bentuk segar, simplisia, ekstrak dan minyak atsiri. Bunga memiliki kandungan
air lebih dari 70 %, bersifat lunak, dan mudah rusak. Setelah melewati proses
pengeringan atau didiamkan agak lama maka zat warna bunga akan mengalami perubahan karena adanya reaksi oksidasi dan fermentasi. Dengan demikian, bunga-bunga yang memiliki aroma atau mengandung minyak asiri perlu segera ditangani sehingga diperoleh kestabilan aroma dan minyaknya. Selain itu, bunga sangat mudah sekali mengalami pencoklatan akibat terjadinya proses
enzimatik. Untuk itu, pengeringan bunga sebaiknya dengan pelayuan dan tidak
langsung terkena sinar matahari sangat dianjurkan agar didapatkan bunga yang kering sempurna. Bahan yang berasal dari bunga bisa langsung dilayukan ataupun dikeringkan tanpa melalui proses pencucian dan pengecilan ukuran.
Bunga yang akan dimanfaatkan sebagai bahan obat, sebaiknya di petik sebelum
bunga tersebut mekar atau setelah mekar secara sempurna.
Bunga cengkeh harus sesegera mungkin dikeringkan setelah dipetik dan
dipisahkan dari tangkainya. Hal ini untuk menghindari warna yang dihasilkan
yang kurang baik. Bila perontokan tangkai tidak dilakukan secara sempurna
maka akan membutuhkan proses lanjut untuk memisahkan tangkai tersebut, sehingga membutuhkan biaya tambahan. Beberapa tanaman obat yang berasal dari bunga dapat dilihat pada Gambar 8.
Pada umumnya, cara pengeringan terhadap bunga hampir sama dengan
pengeringan terhadap daun, yaitu dilakukan secara hati-hati karena sifat dan
keadaan bunga mempunyai bagian-bagian yang rapuh serta mudah sekali rontok. Diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari bunga sesuai diagram alir Gambar 9.
IV. 4 PASCAPANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI BUAH
Tanaman obat dari buah seperti mahkota dewa (Paleria macrocarpa Boerl) (Gambar 10), cabe jawa (Piper retrofractum L.) (Gambar 11), kemukus (Piper
cubeba) (Gambar 12), mengkudu (Moringa citrifolia) (Gambar 13), dan
beberapa tanaman obat dari buah (Gambar 14) masing-masing memerlukan
Gambar 8. Beberapa tanaman obat dari bunga Bunga cengkeh Tanaman cengkeh Bunga kecombrang Tanaman kecombrang Bunga kenanga Tanaman kenanga
Tanaman melati Bunga melati
Tanaman rosela Bunga rosela
Bunga turi Tanaman turi
Bunga pagoda Tanaman pagoda
(Clerodendrum javonicum)
Bunga kembang merak Tanaman kembang merak
(Caesalpinia pulcherrima (L))
Gambar 9. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari bunga
cukup tinggi, yaitu antara 70%-80%. Namun, ada beberapa jenis buah yang
memiliki kandungan air kurang dari 70%. Selain mengandung air, buah-buah yang lunak juga mengandung lemak, protein, atau zat-zat lain sehingga membutuhkan perlakuan khusus dalam proses pengeringan agar kandungan
zat yang dimiliki tidak hilang. Untuk buah mahkota dewa perlakuan pascapanen meliputi: penyortiran, pencucian, pengirisan, pengeringan. Bila diinginkan
membuat serbuk maka setelah proses pengeringan dilakukan penyangraian terlebih dahulu baru digiling halus menjadi serbuk. Pada waktu pembelahan buah, biji dan cangkang yang terdapat didalamnya harus dibuang karena agak beracun.
Proses pengolahan buah harus dilakukan sesegera mungkin, karena bila ditunda akan menurunkan kualitasnya terutama kandungan zat berkhasiatnya.
Penyortiran dilakukan terhadap keadaan bahan, buah dipilih yang baik dan tidak dalam keadaan rusak akibat adanya serangan hama. Setelah dilakukan pencucian, buah ditiriskan dan diangin-anginkan sampai air yang menempel
kering sempurna. Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau stainless steel dengan ketebalan 3-5 mm. Pengeringan bisa dilakukan secara bertahap
atau langsung bisa dikeringkan dengan penjemuran menggunakan alas tikar dengan ketebalan yang merata dan tidak terlalu tebal atau menggunakan alat
pengering mekanik atau oven dengan suhu sekitar 40-50oC. Selama proses penjemuran sebaiknya selalu dilakukan pembalikan untuk mendapatkan hasil pengeringan yang merata.
Untuk cabe jawa, pemetikan dilakukan bila buah sudah berwarna kemerahan
sampai merah, kemudian buah ditebarkan diwadah pengeringan. Buah cabe jawa ini bisa dikeringkan menggunakan matahari atau menggunakan alat pengering mekanik dengan suhu berkisar 40ºC. Untuk mendapatkan kadar air yang cukup rendah bisa digunakan alat pengering beku, tapi biasanya bahan harus dihancurkan terlebih dahulu dan produk yang dihasilkan dalam bentuk serbuk. Rasa pedas pada cabe jawa disebabkan oleh senyawa turunan alkaloid, yaitu piperin dan piperidin. Tanaman dan buah cabe jawa disajikan pada Gambar 11.
Dalam pengolahan cabe jawa terutama dalam proses pengeringan, bahan
jangan di tumpuk terlalu tinggi atau ketinggian tidak melebihi 5 cm, dan harus
selalu dibolak balik untuk menghindari fermentasi yang akan menyebabkan
bahan menjadi busuk. Selanjutnya, suhu pengeringan perlu diperhatikan agar simplisia yang di hasilkan tidak mudah mengalami kerusakan dalam
Tanaman mahkota dewa Buah mahkota dewa
Gambar 10 . Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa
Gambar 11. Tanaman cabe jawa dan buah cabe jawa
penyimpanan. Sebelum pengeringan, sebaiknya buah cabe jawa dicuci terlebih dahulu, kemudian di masukkan dalam air panas selama beberapa menit, baru
di tiriskan dan di keringkan.
Untuk buah kemukus, buah yang di panen harus buah yang sudah tua dan
berwarna hijau tua sampai kuning kemerahan. Akibat tidak adanya keseragaman
warna buah, maka sebelum dijemur atau dikeringkan, buah sebaiknya diperam terlebih dahulu dalam ruang tertutup selama 1-3 hari agar buah menjadi masak secara keseluruhan dan warnanya merata. Buah harus langsung dikeringkan
agar tidak terjadi proses fermentasi atau berjamur yang akan menurunkan
kualitasnya. Untuk melepaskan buah dari tangkainya, bisa dilakukan dengan memasukkan buah kedalam air panas selama beberapa menit, sehingga buah dapat dengan mudah terlepas dari tangkainya. Kemudian buah dipisahkan dari
tangkainya, dan ditiriskan baru dikeringkan. Bila pengeringan menggunakan
matahari langsung sangat tergantung pada cuaca. Pada saat cuaca cukup baik, maka penjemuran bisa berlangsung sekitar 4-7 hari. Selama proses penjemuran
buah harus dibolak-balik agar tidak terjadi fermentasi yang akan menurunkan
kualitas buah. Bila buah di keringkan langsung dengan tangkai, maka akan
memakan waktu yang cukup lama dan proses pengeringan juga tidak merata. Tanaman Kemukus Buah kemukus
Gambar 12. Tanaman kemukus dan buah kemukus
Gambar 13. Tanaman mengkudu dan buah mengkudu
Tanaman delima Buah delima Tanaman asam Buah asam
Tanaman jamblang Buah jamblang Tanaman buah makasar Buah makasar
Gambar 14. Tanaman obat berasal dari buah
Buah mengkudu, bila ingin di keringkan, pemanenan dilakukan sebelum buah
matang sempurna yang berwarna kuning keputihan. Kemudian di iris dengan
ketebalan 6-7 mm, baru di keringkan. Bila untuk pengolahan segar, maka buah di panen saat buah betul-betul matang, yaitu tepat sebelum buah jatuh secara alami dari pohon.
IV. 5 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI BIJI