• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASCAPANEN

Dalam dokumen i Teknologi Pascapanen Tanaman Obat (Halaman 15-42)

Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahan-bahan yang telah dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena akan

berpengaruh terhadap kuantitas, kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung

didalamnya. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada jenis

bahan yang akan diolah, seperti akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang dan kulit kayu. Secara umum, tahap pengolahan meliputi sortasi basah, pencucian,

pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.

Masalah pascapanen tanaman obat tidak terlepas dari masa sebelum panen

khususnya beberapa saat sebelum panen, hal ini akan sangat menentukan kualitas akhir dari simplisia. Untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas

yang tinggi, diperlukan suatu tindakan pengamanan dimulai dari pra panen,

pada saat panen dan pascapanen. Selain itu, pengolahan bertujuan juga untuk

menjaga tingkat kebersihan bahan baku dalam upaya memperoleh simplisia

yang berkualitas serta menjaga agar proses produksi selanjutnya tetap terjaga stabilitas dan homogenitas komposisinya.

Kerusakan hasil tanaman obat sesungguhnya telah dimulai sejak masa sebelum

panen dilakukan, yaitu ketika tanaman masih berada dilapang. Beberapa serangga (ngengat dan kumbang) dan jasad renik seperti Aspergillus sp, Fusarium sp dan golongan khamir yang mencemari pada waktu dilapang, masih dapat berkembang biak selama masa penyimpanan atau setelah proses pengolahan. Pengendalian cemaran sejak dilapang sampai penyimpanan untuk pengolahan lebih lanjut perlu dilakukan dalam upaya untuk menekan kehilangan hasil. Demikian juga dengan sanitasi, wadah yang digunakan untuk menyimpan hasil panen merupakan sarana keberhasilan pada saat pra panen.

Kandungan zat berkhasiat dari suatu tanaman sangat erat kaitannya dengan

tingkat kematangan pada waktu tanaman tersebut dipanen, karena akan

sangat menentukan mutu akhir dari produk yang diperoleh. Keragaman derajat kematangan bukan saja mempengaruhi mutu tetapi membawa konsekuensi juga terhadap biaya dan tenaga pada waktu proses pembersihan dan sortasi serta dapat menurunkan rendemen yang diperoleh. Sebagai contoh, tanaman lada

proses pematangan buah yang tidak serentak pula, sehingga masa panen yang

berlangsung membutuhkan waktu yang cukup panjang. Untuk tanaman yang mengandung minyak atsiri sebaiknya dipanen pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari penguapan minyak atsirinya bila dipanen pada tengah hari disaat matahari sedang panas.

Faktor paling kritis yang sangat menentukan dalam pengolahan pascapanen

tanaman obat adalah proses pengeringan. Cara-cara pengeringan harus disesuaikan dengan jenis bahan tanaman, misalnya daun, bunga, kulit, rimpang, akar dan buah. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap warna dan aroma dari produk akhir yang dihasilkan. Tingkat keragaman, kadar kotoran dan kadar air

yang tinggi dari produk akan memberikan kecenderungan yang buruk terhadap kualitas dan kuantitas karena akan terjadi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis

dan mikrobiologis yang semakin besar. Teknik pengeringan yang tepat untuk

tanaman yang mengandung senyawa volatil perlu mendapatkan perhatian.

Untuk memperoleh keseragaman bahan baku simplisia atau untuk

mempertahankan keasliannya, maka setiap bahan yang akan diproses harus dipisahkan dari bahan asing lainnya, seperti akar-akar yang menempel. Untuk

memisahkan tanah dan pasir yang melekat dilakukan dengan proses pencucian. Pada saat proses pencucian sebaiknya menggunakan air yang bersih dan bertekanan supaya memudahkan penghilangan kotoran yang melekat. Demikian pula untuk bahan-bahan yang secara visual terlihat sangat mirip, tetapi berbeda khasiatnya perlu dipisahkan dari bahan aslinya. Keadaan ini biasanya terjadi pada hasil panen dari tumbuhan liar dan bukan hasil pertanaman secara budidaya. Hingga saat ini, untuk beberapa tanaman obat tertentu masih dipanen secara

liar dari hutan. Banyak tanaman yang mempunyai kemiripan sehingga bila tidak

mengenal secara baik akan terjadi kesalahan dalam pemanenan, akibatnya akan mempengaruhi khasiat dari tanaman tersebut.

Pengeringan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan kadar air bahan

sampai ketingkat yang diinginkan. Pemakaian alat pengering mekanik dapat dikatakan lebih efisien bila mampu mengeringkan bahan sampai pada tingkat kekeringan yang aman tanpa mengalami perubahan fisik, kimia, biokimia, efisien

dalam penggunaan waktu, biaya operasional bahan bakar, dan upah pekerja. Pada proses pengeringan menggunakan matahari langsung, kemungkinan akan

Gambar 2. Penjemuran dengan alas lamporan (a), tikar (b)

a b

terjadi kontaminasi dari lingkungan, seperti debu, insekta, kotoran burung dan

rodensia. Untuk itu, diperlukan tempat penjemuran yang cukup luas karena bila

tidak luas, kadang-kadang bisa terjadi proses fermentasi bila tidak diperlakukan secara benar, susut pengeringan lebih besar, suhu tidak dapat dikontrol. Dari segi

ekonomis, matahari akan lebih menguntungkan karena tanpa menggunakan bahan bakar atau tambahan energi, tapi dari segi kualitas kadang-kadang akan

memberikan produk yang kurang baik. Selain itu, pengeringan matahari tidak dapat diterapkan disemua daerah karena kondisi cuaca yang tidak sama. Untuk

proses pengeringan dengan matahari, bahan-bahan yang akan dikeringkan

bisa ditebar ditanah dengan terlebih dahulu dialasi tikar, kain atau diatas baki

besar dari aluminium, lamporan, dapat juga menggunakan bahan bambu/kayu yang dibuat berlubang-lubang (Gambar 2). Lamanya pengeringan tergantung dari jenis bahan yang dikeringkan. Biasanya pengeringan dengan cara ini memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu.

Bahan tanaman yang dapat dikeringkan dengan cara ini adalah bahan yang berasal dari akar, kulit dan biji-bijian. Dengan keadaan terbuka, seringkali menyebabkan bahan mengalami pencemaran dan bila terjadi perubahan cuaca

secara tiba-tiba akan memberikan masalah. Pengeringan dengan menggunakan

alat pengeringan mekanikakan lebih menguntungkan karena suhu dapat diatur sesuai dengan jenis bahan yang akan dikeringkan. Keuntungan alat ini adalah

tidak perlu diangkat atau dirubah bila cuaca secara tiba-tiba berubah, serta pencemaran akibat debu sangat sedikit bahkan kemungkinan tidak ada. Selain

itu, bila menggunakan alat pengering mekanik, produk yang dihasilkan akan lebih baik dari segi penampilan dan kandungan zat berkhasiat, karena suhunya

dapat diatur sesuai keinginan. Beberapa tipe alat pengering mekanik, antara lain tipe rak dan tipe berputar tertera pada Gambar 3 (Gambar 3a dan 3b).

a b

Gambar 3. Beberapa tipe alat pengering, tipe rak(a) pengering mekanik tipe berputar (b)

IV.I PASCA PANEN TANAMAN OBAT DARI DAUN

Tanaman obat yang berasal dari daun (Gambar 4) bisa digunakan langsung dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan. Bila akan digunakan secara segar, harus melalui proses pencucian terlebih dahulu baru diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan. Pemanenan daun dilakukan pada saat fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Sebagai contoh daun sambiloto, pemanenan

dilakukan ketika tanaman sudah berbunga hampir 50 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga bahan aktif yang terdapat dalam daun (andrografolid,

neo andrografolid dan mencapai maksimum dibandingkan ditangkai pada saat sebelum berbunga. Daun yang dipanen muda biasanya dikeringkan secara

perlahan mengingat kandungan airnya cukup tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis masih dapat berlangsung dengan cepat. Selain itu,

jaringan yang dimiliki oleh daun muda masih sangat lunak sehingga daun sangat mudah hancur atau rusak. Sementara daun-daun yang dipanen pada umur tua diberi perlakuan khusus berupa proses pelayuan yang dilanjutkan dengan proses pengeringan secara perlahan agar diperoleh warna yang menarik. Untuk proses pengeringan, dalam kapasitas besar, daun langsung dikeringkan tanpa melalui proses pencucian. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas simplisia yang dihasilkan. Proses pengeringan daun, bila dikeringkan dimatahari

langsung sebaiknya tidak langsung terkena cahaya matahari, karena akan merubah senyawa khlorofilnya, sehingga produk yang dihasilkan akan berwarna agak kecoklatan. Bila menggunakan pengering mekanik, suhu diatur agar tidak

Gambar 4. Beberapa tanaman obat yang berasal dari daun Daun jambu biji Daun kumis kucing Daun tapak dara

Daun katuk Daun binahong Daun sirih

Daun sambiloto Daun dewa Daun keji beling

Daun saga Daun tempuyung Daun sembung

Daun sirih Daun meniran

melebihi 40°C, karena pada suhu tersebut senyawa khlorofilnya tidak akan

rusak. Setelah dihasilkan simplisia kering, bahan bisa diolah lebih lanjut sesuai kebutuhan kedalam menjadi bentuk serbuk, ekstrak dan produk obat lainnya. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari daun terlihat pada Gambar 5.

Setelah panen, sebaiknya daun dilayukan terlebih dahulu meskipun beberapa

senyawa volatil akan menguap. Biasanya proses pelayuan membutuhkan waktu

antara 24-72 jam. Setelah bahan kering, bahan dijaga agar tetap kering dan

dingin untuk mencegah terjadinya proses fermentasi atau timbulnya jamur. Pengeringan daun harus tidak merubah warna, aroma tanaman aslinya, zat

berkhasiat dan senyawa kimianya. Daun sambiloto, kumis kucing, tempuyung

mengandung senyawa flavanoid, sehingga pada waktu pengeringan perlu

diperlakukan secara hati-hati karena senyawa tersebut mudah mengalami kerusakan bila proses pengolahan tidak benar. Telah diketahui bahwa daun

mudah mengalami kerusakan selama pengolahan, bila penanganannya salah, akan terjadi perubahan warna atau tercemar mikroba. Secara visual, daun yang

telah dikeringkan menggunakan matahari ataupun alat pengering tidak berbeda

warnanya, akan tetapi setelah digiling menjadi serbuk akan terlihat bahwa pengeringan secara oven akan menghasilkan warna yang lebih baik, yaitu hijau sedangkan dengan matahari akan berwarna kecoklatan. Hal ini disebabkan

suhu penjemuran matahari berfluktuasi dengan kisaran 25-50oC, sehingga

penguapan air tidak merata, hal ini menyebabkan bahan menjadi kering tidak

merata dan sempurna. Untuk oven, suhu yang konstan dan stabil menyebabkan penguapan air juga konstan. Kisaran suhu untuk mengeringkan daun-daun adalah 20oC-40oC. Bila pengeringan dilakukan di tempat teduh, keuntungannya dapat melindungi aroma, warna asli bahan, dan senyawa kimia di dalamnya.

Suatu penelitian terhadap daun jambu biji yang dikeringkan ditempat teduh

dan langsung dengan sinar matahari menunjukkan perbedaan terhadap kadar

tanninnya. Untuk pengeringan ditempat teduh kadar tanninnya lebih tinggi,

yaitu 13,72% dibandingkan dikeringkan dibawah sinar matahari langsung hanya 11,56%.

IV. 2 PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI AKAR

Tanaman obat yang berasal dari akar dapat digunakan sebagai obat baik dalam bentuk segar, simplisia, serbuk dan ekstrak. Panen akar dilakukan pada saat

proses pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur, karena panen akan mematikan tanaman yang bersangkutan. Beberapa contoh tanaman yang

berasal dari akar tersaji pada Gambar 6.

Akar sebagai produk tanaman obat dapat dibedakan dalam dua golongan menurut asal dan jenis tanamannya, yaitu akar lunak dan akar keras. Akar lunak biasanya banyak mengandung air, lebih dari 60%, misalnya akar kolesom (T. paniculatum), akar purwoceng (P.alpina). Sementara akar yang bersifat keras

biasanya memiliki kandungan serat yang tinggi, misalnya akar pasak bumi

(E. longifolia) dan akar trengguli (C. fistula). Dengan adanya perbedaan sifat tersebut, tentu dibutuhkan penanganan dan pengolahan yang berbeda. Akar-akar yang banyak mengandung air, pengeringannya dilakukan secara perlahan

Akar purwoceng

Tanaman purwoceng

Akar som jawa Tanaman som jawa

Akar alang-alang Tanaman alang-alang

Akar wangi Tanaman akar wangi

Akar pasak bumi Tanaman pasak bumi

Akar pule pandak Tanaman pule pandak

untuk menghindari proses pembusukan dan fermentasi. Untuk akar-akar keras pengolahannya hampir sama dengan pengolahan simplisia batang dan kulit batang. Secara umum, diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari akar sesuai dengan Gambar 7.

Tahapan proses pengolahan tanaman yang berasal dari akar adalah pencucian secara baik dan benar, karena banyak tanah yang melekat disela-sela akar

tersebut. Bentuk akar yang tidak beraturan kadang-kadang sedikit menyulitkan dalam proses pencucian. Akar tanaman harus dibersihkan secara hati-hati,

karena merupakan bagian yang langsung bersinggungan dengan tanah. Selain itu, kemungkinan adanya bakteri yang akan terikut karena sulit dibersihkan.

Bahan-bahan seperti akar wangi, akar purwoceng, akar kolesom sebaiknya

menggunakan air yang bertekanan atau dilakukan perendaman terlebih dahulu

untuk beberapa saat agar pencucian akan menjadi lebih mudah. Untuk lebih bersih bisa menggunakan sikat halus dan menyikatnya secara perlahan agar

kulitnya tidak terkelupas.

Setelah ditiriskan dan air mengering, bahan bisa dikecilkan ukurannya dengan

cara dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan menggunakan pisau stainless steel. Untuk akar purwoceng dan som jawa, pengirisan dapat dilakukan secara memanjang atau melintang dengan ketebalan sekitar 4-5 mm. Dalam proses pengeringan, sebaiknya bahan dihamparkan pada wadah atau alas

penjemur dan ditebarkan tidak terlalu tebal. Hal ini untuk mencegah kerusakan

pada bahan serta memudahkan panas cepat menyerap kedalam bahan yang akan dikeringkan. Pengeringan langsung dengan sinar matahari, membutuhkan waktu sedikit lebih lama dibandingkan bila menggunakan alat pengering

mekanik. Bila cuaca tidak memungkinkan, biasanya bahan akan mudah sekali

rusak karena berjamur. Untuk itu, akan lebih baik bila bahan dikeringkan dengan

menggunakan alat pengering mekanik. Akar pasak bumi, setelah ditiriskan lalu di

keringkan dengan ukuran tertentu kemudian baru dikecilkan kembali ukurannya atau bisa menggunakan alat penyerut. Lamanya pengeringan tergantung dari ketebalan bahan yang dikeringkan.

Tanaman obat yang berasal dari akar yang sangat dikenal oleh masyarakat adalah pasak bumi dan purwoceng, karena kedua tanaman tersebut berkhasiat sebagai afrosidiak atau meningkatkan vitalitas bagi kaum laki-laki. Di Indonesia pasak bumi banyak tumbuh di pulau Kalimantan, sehingga pasak bumi menjadi salah satu tanaman obat yang sangat terkenal sejak dahulu dan telah digunakan

oleh masyarakat suku asli di Kalimantan seperti suku Banjar dan Dayak. Di

Kalimantan akan sangat mudah dijumpai pasak bumi yang dijual hampir disemua toko barang-barang kerajinan. Kini pasak bumi menjadi tanaman obat

yang mulai dikenal di dunia, banyak penelitian baik di dalam dan luar negeri

yang dilakukan untuk mencari kebenaran atau khasiat lain dari akar pohon ini. Bahkan disebutkan pasak bumi memiliki keampuhan empat kali lebih kuat dari pada Ginseng untuk meningkatkan kadar testosterone dalam tubuh manusia. Di Malaysia pasak bumi ini dikenal dengan nama tongkat ali.

IV. 3 PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI BUNGA

Tanaman oobat yang berasal dari bunga dapat digunakan sebagai obat baik dalam bentuk segar, simplisia, ekstrak dan minyak atsiri. Bunga memiliki kandungan

air lebih dari 70 %, bersifat lunak, dan mudah rusak. Setelah melewati proses

pengeringan atau didiamkan agak lama maka zat warna bunga akan mengalami perubahan karena adanya reaksi oksidasi dan fermentasi. Dengan demikian, bunga-bunga yang memiliki aroma atau mengandung minyak asiri perlu segera ditangani sehingga diperoleh kestabilan aroma dan minyaknya. Selain itu, bunga sangat mudah sekali mengalami pencoklatan akibat terjadinya proses

enzimatik. Untuk itu, pengeringan bunga sebaiknya dengan pelayuan dan tidak

langsung terkena sinar matahari sangat dianjurkan agar didapatkan bunga yang kering sempurna. Bahan yang berasal dari bunga bisa langsung dilayukan ataupun dikeringkan tanpa melalui proses pencucian dan pengecilan ukuran.

Bunga yang akan dimanfaatkan sebagai bahan obat, sebaiknya di petik sebelum

bunga tersebut mekar atau setelah mekar secara sempurna.

Bunga cengkeh harus sesegera mungkin dikeringkan setelah dipetik dan

dipisahkan dari tangkainya. Hal ini untuk menghindari warna yang dihasilkan

yang kurang baik. Bila perontokan tangkai tidak dilakukan secara sempurna

maka akan membutuhkan proses lanjut untuk memisahkan tangkai tersebut, sehingga membutuhkan biaya tambahan. Beberapa tanaman obat yang berasal dari bunga dapat dilihat pada Gambar 8.

Pada umumnya, cara pengeringan terhadap bunga hampir sama dengan

pengeringan terhadap daun, yaitu dilakukan secara hati-hati karena sifat dan

keadaan bunga mempunyai bagian-bagian yang rapuh serta mudah sekali rontok. Diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari bunga sesuai diagram alir Gambar 9.

IV. 4 PASCAPANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI BUAH

Tanaman obat dari buah seperti mahkota dewa (Paleria macrocarpa Boerl) (Gambar 10), cabe jawa (Piper retrofractum L.) (Gambar 11), kemukus (Piper

cubeba) (Gambar 12), mengkudu (Moringa citrifolia) (Gambar 13), dan

beberapa tanaman obat dari buah (Gambar 14) masing-masing memerlukan

Gambar 8. Beberapa tanaman obat dari bunga Bunga cengkeh Tanaman cengkeh Bunga kecombrang Tanaman kecombrang Bunga kenanga Tanaman kenanga

Tanaman melati Bunga melati

Tanaman rosela Bunga rosela

Bunga turi Tanaman turi

Bunga pagoda Tanaman pagoda

(Clerodendrum javonicum)

Bunga kembang merak Tanaman kembang merak

(Caesalpinia pulcherrima (L))

Gambar 9. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari bunga

cukup tinggi, yaitu antara 70%-80%. Namun, ada beberapa jenis buah yang

memiliki kandungan air kurang dari 70%. Selain mengandung air, buah-buah yang lunak juga mengandung lemak, protein, atau zat-zat lain sehingga membutuhkan perlakuan khusus dalam proses pengeringan agar kandungan

zat yang dimiliki tidak hilang. Untuk buah mahkota dewa perlakuan pascapanen meliputi: penyortiran, pencucian, pengirisan, pengeringan. Bila diinginkan

membuat serbuk maka setelah proses pengeringan dilakukan penyangraian terlebih dahulu baru digiling halus menjadi serbuk. Pada waktu pembelahan buah, biji dan cangkang yang terdapat didalamnya harus dibuang karena agak beracun.

Proses pengolahan buah harus dilakukan sesegera mungkin, karena bila ditunda akan menurunkan kualitasnya terutama kandungan zat berkhasiatnya.

Penyortiran dilakukan terhadap keadaan bahan, buah dipilih yang baik dan tidak dalam keadaan rusak akibat adanya serangan hama. Setelah dilakukan pencucian, buah ditiriskan dan diangin-anginkan sampai air yang menempel

kering sempurna. Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau stainless steel dengan ketebalan 3-5 mm. Pengeringan bisa dilakukan secara bertahap

atau langsung bisa dikeringkan dengan penjemuran menggunakan alas tikar dengan ketebalan yang merata dan tidak terlalu tebal atau menggunakan alat

pengering mekanik atau oven dengan suhu sekitar 40-50oC. Selama proses penjemuran sebaiknya selalu dilakukan pembalikan untuk mendapatkan hasil pengeringan yang merata.

Untuk cabe jawa, pemetikan dilakukan bila buah sudah berwarna kemerahan

sampai merah, kemudian buah ditebarkan diwadah pengeringan. Buah cabe jawa ini bisa dikeringkan menggunakan matahari atau menggunakan alat pengering mekanik dengan suhu berkisar 40ºC. Untuk mendapatkan kadar air yang cukup rendah bisa digunakan alat pengering beku, tapi biasanya bahan harus dihancurkan terlebih dahulu dan produk yang dihasilkan dalam bentuk serbuk. Rasa pedas pada cabe jawa disebabkan oleh senyawa turunan alkaloid, yaitu piperin dan piperidin. Tanaman dan buah cabe jawa disajikan pada Gambar 11.

Dalam pengolahan cabe jawa terutama dalam proses pengeringan, bahan

jangan di tumpuk terlalu tinggi atau ketinggian tidak melebihi 5 cm, dan harus

selalu dibolak balik untuk menghindari fermentasi yang akan menyebabkan

bahan menjadi busuk. Selanjutnya, suhu pengeringan perlu diperhatikan agar simplisia yang di hasilkan tidak mudah mengalami kerusakan dalam

Tanaman mahkota dewa Buah mahkota dewa

Gambar 10 . Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa

Gambar 11. Tanaman cabe jawa dan buah cabe jawa

penyimpanan. Sebelum pengeringan, sebaiknya buah cabe jawa dicuci terlebih dahulu, kemudian di masukkan dalam air panas selama beberapa menit, baru

di tiriskan dan di keringkan.

Untuk buah kemukus, buah yang di panen harus buah yang sudah tua dan

berwarna hijau tua sampai kuning kemerahan. Akibat tidak adanya keseragaman

warna buah, maka sebelum dijemur atau dikeringkan, buah sebaiknya diperam terlebih dahulu dalam ruang tertutup selama 1-3 hari agar buah menjadi masak secara keseluruhan dan warnanya merata. Buah harus langsung dikeringkan

agar tidak terjadi proses fermentasi atau berjamur yang akan menurunkan

kualitasnya. Untuk melepaskan buah dari tangkainya, bisa dilakukan dengan memasukkan buah kedalam air panas selama beberapa menit, sehingga buah dapat dengan mudah terlepas dari tangkainya. Kemudian buah dipisahkan dari

tangkainya, dan ditiriskan baru dikeringkan. Bila pengeringan menggunakan

matahari langsung sangat tergantung pada cuaca. Pada saat cuaca cukup baik, maka penjemuran bisa berlangsung sekitar 4-7 hari. Selama proses penjemuran

buah harus dibolak-balik agar tidak terjadi fermentasi yang akan menurunkan

kualitas buah. Bila buah di keringkan langsung dengan tangkai, maka akan

memakan waktu yang cukup lama dan proses pengeringan juga tidak merata. Tanaman Kemukus Buah kemukus

Gambar 12. Tanaman kemukus dan buah kemukus

Gambar 13. Tanaman mengkudu dan buah mengkudu

Tanaman delima Buah delima Tanaman asam Buah asam

Tanaman jamblang Buah jamblang Tanaman buah makasar Buah makasar

Gambar 14. Tanaman obat berasal dari buah

Buah mengkudu, bila ingin di keringkan, pemanenan dilakukan sebelum buah

matang sempurna yang berwarna kuning keputihan. Kemudian di iris dengan

ketebalan 6-7 mm, baru di keringkan. Bila untuk pengolahan segar, maka buah di panen saat buah betul-betul matang, yaitu tepat sebelum buah jatuh secara alami dari pohon.

IV. 5 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI BIJI

Dalam dokumen i Teknologi Pascapanen Tanaman Obat (Halaman 15-42)

Dokumen terkait