• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

2.2.6 Pasokan (supply ) air baku

Suplai ditentukan oleh parameter alami (natural parameter), sehingga potensi air di suatu daerah/lokasi sebagai sesuatu yang diterima seperti apa adanya (given). Alam memberikan sumber daya air adalah sebesar kemampuan alam itu sendiri. Oleh sebab itu dari sisi demand lah yang harus menyesuaikan kepada kemampuan sisi supply. Dengan mengetahui hubungan kemampuan supply dan demand pada tahap perencanaan, maka alternatif mengatasi kekurangan kebutuhan (contingency) dapat diterapkan, misalnya dengan memenuhi kekurangan kebutuhan dari jenis sumber daya air yang lain.

a. Pengkajian pasokan (supply)

Langkah berikutnya dari suatu perencanaan adalah mengkaji dari sisi pasokan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan, baik dari jumlah dan mutu pasokan, serta waktu ketersediaan. Dalam rangka mengetahui hal tersebut adalah melakukan inventarisasi dan kajian atas seluruh data dan informasi yang telah

tersedia tentang aspek sumber daya air yang ada, yang menyangkut keterdapatan, parameter hidrologi, pola pengaliran, jumlah serta mutu air.

Dalam hal data dan informasi tersebut tidak tersedia, maka perencanaan harus mencakup tindakan membuat rencana tindak (action plan) kampanye survei sumber daya air untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data primer agar informasi ketersediaan sumber daya air, baik jumlah dan mutu, wadahnya, serta variable waktu ketersediaannya.

b. Asas keseimbangan

Asas keseimbangan artinya perencanaaan menjamin keseimbangan keterdapatan (occurrence) antar jenis air, serta antara pemanfaatan sumber daya air dengan alam dan lingkungannya. Sedangkan asas kelestarian; kelestarian artinya perencanaan menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber daya air, bagi pemanfaatannya, baik jumlah maupun mutunya, dalam batasan ruang dan waktu tertentu, tanpa menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Karakteristik penyediaan air bersih berbeda dengan penyediaan jasa publik lainnya dilihat baik dari dimensi politik maupun ekonomi (LPEM UI, 2001). Tabel 4 merupakan ringkasan karakteristik khusus pada sektor penyediaan air bersih.

Tabel 4. Karakteristik khusus sektor air bersih

Isu Dimensi Ekonomi Dimensi Politik

Struktur Horizontal Bersifat sektoral

Siapa yang menguasai atau memiliki

Tanggung Jawab Penyediaan

Cakupan terbatas untuk persaingan

Keinginan untuk mempertahankan kepemilikan oleh negara

Kebijakan Sosial Ekternalitas Karakter dan ideologi (Pasal 33 UUD 45) Sumber: LPMUI, 2010.

Pertama, dilihat dari struktur horizontalnya maka perusahaan air minum bervariasi dari struktur yang paling sentralistik hingga struktur yang sangat terdesentralistis. Di beberapa negara Amerika Latin dan Afrika seperti di Panama pengelolaan air minum disentralisasikn pada tingkat pemerintah pusat melalui Badan Usaha Milik Negara. Pada negara lainnya seperti yang terjadi di Indonesia dan Chile, penyediaan air bersih merupakan tanggung jawab pemerintah daerah tingkat dua. Desentralisasi penyediaan air bersih dimungkinkan mengingat rendahnya unit value (harga) air bersih relatif dibandingkan dengan biaya transportasinya. Penyediaan air bersih terintegrasi mulai dari produksi sampai dengan distribusinya, seperti yang berlaku juga dalam jasa penyediaan listrik dan komunikasi.

Kedua, karakteristik tekhnologi sektor air bersih cenderung menghasilkan fragmentasi dari jaringan distribusi yang berimplikasi pada terbatasnya tingkat kompetisi yang mungkin terjadi dalam penyediaan air bersih. Adanya fragmentasi distribusi air bersih telah membatasi kemungkinan terbangunnya beberapa unit pengolahan air bersih yang dapat dipaksa bersaing satu sama lainnya. Air bersih bukanlah barang yang homogen, sehingga implementasi akses dari pihak ketiga membutuhkan monitoring yang kuat untuk menjaga kualitas air yang akan disalurkan melalui jaringan distribusi. Akibatnya peranan kompetisi dalam sektor air bersih lebih berupa kompetisi kepada pasar (competition for the market) daripada kompetisi dalam pasar (competition in the market). Implikasinya deregulasi sektor air bersih tidak mungkin dilakukan secara total dan tetap diperlukan intervensi pemerintah hingga tingkatan tertentu atau sekurang- kurangnya pada tahapan regulasi.

Ketiga, air bersih merupakan kebutuhan pokok dan mangandung elemen kebijakan sosial yang kuat. Hal ini berkaitan dengan adanya apa yang disebut dalam teori ekonomi sebagai eksternalitas positif berupa benefit bagi kesehatan dan eksternalitas negatif berupa penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat eksploitasi sumber daya air. Air adalah kebutuhan pokok yang merupakan basis bagi kelangsungan hidup maka penyediaan air telah menjadi kegiatan ekonomi yang sarat dengan isu politik. Oleh karena itu, maka pemutusan pelayanan air

bersih kepada pelanggan sulit dilakukan, karena karakteristik khusus ini, seringkali terjadi konflik antara tujuan sosial dengan kelayakan komersial penyediaan air bersih.

Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Berdasarkan ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan masalah di atas. Oleh karena itu maka perlu diketahui kualitas air yang bisa digunakan untuk kebutuhan manusia tanpa menyebabkan akibat buruk dari penggunaan air tersebut. Kebutuhan air bagi manusia harus terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar manusia mampu hidup dan menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya.

Ditinjau dari segi kualitas (mutu) air secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air (Razif, 2001).

Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan. Selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap, banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga yang masih tergantung dari beberapa factor. Faktor- faktor tersebut diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan.

Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2000). Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air bersih sebagai berikut : 1. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum. Untuk itu perlu dilakukan proses pemisahan garam NaCl yang disebut dengan proses desalinasi.

2. Air atmosfer (air hujan)

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya menampung air hujan pada waktu air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa- pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat kotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat limbah yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengahnya.

4. Air tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993).

5. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam.

Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi, yaitu (1) Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan. (2) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih yang aman bagi manusia. (3) Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau air minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. (4). Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih.

Adapun beberapa sumber air yang dapat diolah untuk mendapatkan air bersih, yaitu sumur dangkal/dalam dan pengolahan tidak lengkap, hanya pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan desinfektan, sungai pengolahan lengkap bila kekeruhannya tinggi >50 NTU (nephelometric turbidity unit). Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50 NTU, unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa (Linsay, 1995).

2.2.7 Kebutuhan (demand)

Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh. Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahan-bahan makanan yang penting bagi tubuh. Sehingga untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan air

yang cukup bagi dirinya (Suharyono, 1996). Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia amat tergantung pada air, karena air dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan peralatan, mandi, dan lain sebagainya. Manfaat lain dari air berupa pembangkit tenaga, irigasi, alat transportasi, dan lain sebagainya. Semakin maju tingkat kebudayaan masyarakat maka penggunaan air makin meningkat. Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum, dan manusia dapat hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002).

Menurut Dyah (2000), kebutuhan air terbesar dibagi berdasarkan sektor kegitan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: satu, kebutuhan domestik; dua, irigasi pertanian; dan tiga, industri. Kebutuhan air lainnya yang terbesar adalah untuk keperluan irigasi pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan yang terus menerus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk di Indonesia. Menurut Kodoatie dan Sjrief (2008), Kebutuhan air yang dimaksud adalah kebutuhan air yang digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia, segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non domestik, air irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air untuk penggelontoran kota. Air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan:

a. Kebutuhan air domestik: keperluan rumah tangga.

b. Kebutuhan air non domestik: untuk industri, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial, serta tempat-tempat komersial atau tempat umum lainnya.

Kebutuhan air domestik sangagt ditentukan oleh jumlah penduduk, dan konsumsi perkapita. Kecenderungan populasi dan sejarah populasi dipakai sebagai dasar perhitungan kebutuhan air domestik terutama penentuan kecenderungan laju pertumbuhan penduduk (Growth Rate Trends). Estimasi populasi untuk masa datang merupakan salah satu parameter utama dalam penentuan kebutuhan air domestik. Laju pertumbuhan juga menjadi parameter yang dipakai untuk analisis, Kodoatie dan Sjarief, (2008). Sedangkan untuk penentuan penyambungan di masa yang akan datang maka laju penyambungan yang ada saat ini dapat dipakai sebagai dasar analisis. Daerah perkotaan atau semi

perkotaan dan daerah rural perlu dianalisis mengingat karakteristik kebutuhan airnya di tiga daerah tersebut berbeda.

Menurut Sanim (2011), untuk menentukan perkiraan tingkat kebutuhan air nasional ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu melakukan proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan pangan. Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk dikalikan dengan kebutuhan per kapita dapat diperoleh besarnya kebutuhan air domestik. Kebutuhan air untuk rumahtangga dan perkotaan mancakup kebutuhan rumahtangga sehari-hari, pemadam kebakaran, penggunaan komersial, hotel dan industri rumah tangga. Kebutuhan air bervariasi tergantung besarnya kota, ciri penduduk, tingkat ekonomi, iklim dan biaya pemasokan air. Di perkotaan kebutuhan air bersih terus meningkat, setara dengan semakin meningkatnya urbanisasi ke kota. Sebagai contoh, dalam tahun 1970 apabila diasumsikan kebutuhan orang akan air bersih di kota sebesar 150 liter per orang per hari, maka dibutuhkan air bersih sebesar 17.884.500 m3 per hari dan pada tahun 1990 naik menjadi 26.879.180 m3 per hari atau 9.810.900.700 m3/tahun.

Sedangkan menurut Kodoatie dkk (2001), pada tahun 1990 kebutuhan air untuk domestik di Indonesia adalah sebesar 3.169.000.000 m3, sedangkan angka proyeksi untuk tahun 2000 dan 2015 berturut-turut sebesar 6.114.000.000 m3 dan 8.903.000.000 m3. Berarti terjadi proesentase kenaikan berkisar antara 10% (1990-2000) dan 6,67% tahun (2000-2015), Kebutuhan air terbesar di Indonesia terjadi di pulau Jawa dan Sumatra karena kedua pulau ini mempunyai jumlah penduduk dan industri yang cukup besar.

Kebutuhan air antara masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan berbeda, baik dari segi kualitas dan kuantitasnya maupun peruntukannya. Selain itu tidak semua kebutuhan manusia akan air dapat dipenuhi dengan baik, terkadang terdapat gap antara kebutuhan dengan ketersediaan air, baik kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak (Santoso, 2010). Kebutuhan air bersih meliputi kebutuhan rumah tangga baik kelas sederhana maupun mewah, industri kecil maupun besar, niaga besar maupun kecil, instansi pemerintah dan sosial lainnya. Mengenai kebutuhan air dalam rumah tangga, dapat dibedakan menurut sosialnya. Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Menurut Saeni (1989) kebutuhan air pada negara berkembang rata-rata tiap orang per hari 12 liter, di Indonesia rata-rata 40 liter, pada suku primitive 5 liter, sedangkan di negara maju yakni Inggris 150 liter dan Amerika Serikat 250 liter. PAM Jaya menggunakan patokan sekitar 150 liter perhari, sedangkan PAM Bogor menggunakan patokan kebutuhan air bersih per orang antara 80 liter s.d. 100 liter per hari. Menurut Wardana (1999), keperluan air bersih orang di Indonesia yang tinggal di kota setiap orang per hari adalah 150 liter. Departemen Pekerjaan Umum Cq Direktorat Jenderal Cipta Karya memberikan angka perkiraan kebutuhan air bersih per orang adalah 150 liter per hari per orang pada tahun 2010.

Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999). Selanjutnya dikatakan bahwa ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga adalah:

1. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter/orang per hari. 2. Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25-

30 liter/orang per hari.

3. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 – 30 liter /orang per hari.

4. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4-6 liter/ orang per hari, sehingga total pemakaian air perorang adalah 60-70 liter/ hari di kota (Santoso, 2010).

Salah satu faktor yang menjadi bahan pertimbangan penggunaan air untuk rumah tangga adalah derajat kebersihan air dari kotoran, bakteri dan bahan pencemar lainnya. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 digunakan istilah air minum. Pengertian air minum di sini adalah air yang melaui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Syarat-syarat kesehatan mencakup persyaratan bakteriologis, kimia, radioaktif dan fisik.

Air bersih digunakan untuk keperluan rumah tangga dan untuk produksi bahan makanan dan minumam yang langsung disajikan kepada masyarakat. Air bersih dapat didistribusikan melalui jaringan perpipaan, tangki air maupun kemasan. Syarat kualitas yang ditentukan untuk air minum sangat ketat, karena penggunaan air minum berkenaan langsung dengan kehidupan manusia, khususnya kesehatan. Namum demikian dalam kriteria baku mutu air minum terdapat ketentuan kadar maksimum yang diperbolehkan. Hal ini memperlihatkan toleransi penggunaan air yang masih aman terhadap kesehatan.

Secara fisik syarat air minum tidak boleh berwarna, berbau, dan berasa serta tidak keruh. Secara kimia air minum tidak boleh mengandung unsur kimia yang berbahaya, seperti air raksa (Hg) yang dapat menimbulkan penyakit minamata. Berdasarkan kuantitas yang mengutip standar penggunaan air minum WHO, bahwa kebutuhan air minum yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat kesehatan adalah sebesar 86,4 liter per hari per kapita. Kementerian Kesehatan mensyaratkan kebutuhan air per orang per hari sebesar 60 liter per hari per kapita, baik untuk mandi, mencuci, minum, maupun keperluan lainnya.

Berdasarkan catatan Direktorat Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, kebutuhan air baku untuk DKI Jakarta (2009), sebanyak 12.380 lt/dt dengan jumlah penduduk 9.260.680 dengan tingkat layanan 66%. Menurut standar IWA, setiap orang membutuhkan air 190 liter/ hari. Menurut Badan Regulator Pelayanan Air Minum, tahun 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta, sebanyak 11.437 juta jiwa dan membutuhkan air bersih sekitar 2,099 miliar liter per hari atau 24.300 liter/ detik. Berdasarkan data Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta, produksi air bersih tahun 2009, hanya menapai 19.328 liter per detik, sehingga pada tahun 2009 saja sudah mengalami defisit air bersih 4.972

liter per detik. Suplai air baku dari Saluran Tarum Barat sebesar 16,1 m3/ detik. Defisit air bersih tersebut mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan menfaaatkan air tanah dangkal dan air tanah dalam. Berdasarkan pengakuan warga Rawamangun, Jakarta Timur, di daerah itu airnya tidak layak untuk dikonsumsi. Bahkan tidak layak lagi digunakan untuk mandi karena berminyak, berwarna coklat dan licin. Menurut warga Kelurahan Tomang, Jakarta Barat mengaku lebih baik menggunakan air dari PAM dari pada air tanah, karena air tanah di daerah tersebut tidak bisa digunakan lagi untuk kebutuhan sehari-hari apalagi untuk diminum.

Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan mereka, sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan sebagainya serta kualitas air ditinjau dari aspek biologi yakni air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu.

Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah penduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah kebutuhan air (Surawiria,1996).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih. Air bersih yang dimaksudkan di sini adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Pendekatan umum kebutuhan air dapat dijelaskan dalam Gambar 7 berikut:

Gambar 5. Salah satu contoh pendekatan umum analisis kebutuhan air (Kodoati 2008)

Dengan mengetahui tingkat kebutuhan awal (initial) hingga waktu terprediksi, maka dapat dilakukan analisis hubungan antara sisi supply dan demand. Dalam manajemen penyediaan air yang berwawasan pada pemakaian air yang berkelanjutan, maka dalam tahap perencanaan ini sudah harus ditetapkan bahwa demand harus sama atau lebih kecil dari supply (demand ≤ supply).

Menurut Ditjen Cipta Kayar, Kementrian Pekerjaan Umum (2010) rata-rata