• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Disfungsi ereksi (DE) .1Definisi .1Definisi

2.1.4 Patofisiologi dan Klasifikasi

Disfungsi ereksi dapat disebabkan dari tiga mekanisme dasar yaitu: (Anil, 2009)

1. Kegagalan menginisiasi (psikogenik, endokrinologi, atau neurogenik) 2. Kegagalan pengisian (arteriogenik)

3. Kegagalan untuk menyimpan volume darah yang cukup di dalam jaringan lacunar (disfungsi venooklusif)

DE dapat diklasifikasikan sebagai psikogenik, organik (neurogenik, hormonal, arterial, kavernosal, atau karena obat), atau campuran psikogenik dan organik

Tabel 2.1 Klasifikasi dan Penyebab DE (Papaharitou dkk., 2006) Kategori DE Kelainan yang sering Patofisiologi Psikogenik Neurogenik Hormonal Vaskulogenik (arterial atau Kavernosal) Drug-induced Penyebab akibat penuaan dan penyakit sistemik lain Kecemasan Masalah hubungan Stress psikologis Depresi Stroke Penyakit Alzheimer Trauma medulla spinalis Nueropati diabetic Trauma pelvis Hipogonadism Hiperprolaktinemia Aterosklerosis Hipertensi DM Trauma Antihipertensi Antidepresan Antipsikotik Antiandrogens Antihistamin Ketergantungan alkohol Merokok Usia tua DM

Gangguan ginjal kronis Penyakit jantung coroner Penurunan libido Overinhibisi kegagalan Pelepasan NO Kegagalan memulai Impuls saraf atau Kegagalan transmisi

Kehilangan libido dan Pelepasan NO yang tidak memadai Aliran arteri yang tidak adekuat atau sumbatan vena Penekanan sentral Penurunan libido Neuropati alkoholik Insufisiensi vaskular Biasanya multifactorial, disebabkan oleh neural dan disfungsi vaskular

1. DE psikogenik

Penyebab umum dari disfungsi ereksi psikogenik meliputi kecemasan, hubungan yang tegang, kurang hasrat seksual, dan gangguan jiwa seperti depresi, cemas, dan skizofrenia. Risiko DE meningkat seiring durasi depresi yang berulang (Cuzin dkk., 2011). Kecemasan memegang peranan dalam persepsi dan menetapnya masalah seksual, juga dalam efektivitas dari pengobatan DE (Cuzin dkk., 2011). Pada laki-laki dengan skizofrenia, penurunan libido adalah masalah utama yang dilaporkan dan obat neuroleptik meningkatkan libido tetapi menyebabkan kesulitan ereksi, orgasme, dan kepuasan seksual (Wespes dkk., 2006).

2. DE neurogenik

Gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, Stroke, dan trauma serebri sering menyebabkan disfungsi ereksi dengan menurunnya libido atau mencegah inisiasi ereksi. Pada laki-laki dengan cedera tulang belakang, tingkat fungsi ereksi tergantung sifat, lokasi, dan tingkat lesi. Keterlibatan sensorik alat kelamin sangat penting untuk mencapai dan mempertahankan ereksi refleksogenik, dan ini menjadi lebih penting lagi mengingat efek rangsangan psikologis menurun seiring usia (Wespes dkk., 2006).

3. DE hormonal

Defisiensi androgen menurunkan ereksi nocturnal dan libido. Androgen penting untuk pertumbuhan penis dan berperan pada fisiologi ereksi melalui beberapa mekanisme. Androgen dapat mempengaruhi neuromodulasi ereksi sistem saraf pusat dan regulasi perifer tonus otot kavernosus (Wespes dkk., 2006). Testosteron mengatur struktur dan fungsi saraf, ekspresi dan aktivitas sintesis NO, phosphodiesterase 5 (PDE5), pertumbuhan dan diferensiasi selular (Traish dkk.,2007). Kuesioner Androgen Deficiency of the Aging Male (ADAM) dapat digunakan untuk skirining diagnosis klinis insufiensi androgen (Blumel dkk., 2009). Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan reproduksi dan seksual karena prolaktin menghambat aktivitas dopaminergik sentral, yang menyebabkan sekresi gonadotropin-relasing hormone, sehingga terjadi hipogonadisme hipogonadotropik (Wespes dkk., 2006).

4. Penyebab vascular DE

Faktor risiko yang sering berhubungan dengan insufiensi arteri penis adalah hipertensi, hiperlipidemia, merokok, dan diabetes mellitus (Wespes dkk., 2006; Rudianto dkk.,2011). Stenosis fokal dari arteri penis paling sering terjadi pada laki-laki yang mengalami trauma panggul, misalnya kecelakaan bersepeda. Pada laki-laki dengan hipertensi, fungsi ereksi yang terganggu bukan karena peningkatan tekanan darah itu sendiri namun karena lesi stenosis arteri. Kegagalan pembuluh darah untuk menutup selama ereksi (disfungsi veno

oklusi) dapat menyebabkan DE. Disfungsi veno oklusi dapat terjadi pada usia tus, DM, dan trauma (fraktur penis) (Wespes dkk.,2012).

5. DE karena obat-obatan

Banyak obat telah dilaporkan dapat menyebabkan DE diantaranya obat-obatan antipsikotik, antidepresan, dan obat antihipertensi (Wespes dkk., 2012). Obat golongan penghambat beta-adrenergik dapat menyebabkan DE dengan mempotensiasi aktivitas alfa 1-adrenergik pada penis. Tiazid diuretik juga dilaporkan dapat menyebabkan DE, namun mekanismenya belum jelas. Spironolakton dapat menyebabkan DE, ginekomastia, dan penurunan libido (Wespes dkk., 2006). Disfungsi seksual sering dijumpai pada penggunaan diuretik yang dikombinasikan dengan obat lain dan masalah yang sama juga sering dijumpai pada pasien yang mendapat beta bloker, Simetidin, antagonis receptor histamine H2 dilaporkan dapat menurunkan libido dan menyebabkan kegagalan ereksi. Simetidin bekerja seperti antiandrogen dan dapat menyebabkan hiperprolaktinemia. Obat-obat lain yang dikenal dapat menyebabkan DE adalah estrogen dan obat dengan cara kerja antiandrogenik, seperti ketokonazol dan siproteron asetat (Manolis dan Doumas, 2012).

6. Alkohol dalam jumlah sedikit meningkatkan ereksi dan libido karena efek vasodilatasi dan menekan kecemasan. Namun dalam jumlah banyak dapat menyebabkan sedasi sentral, penurunan libido, dan DE yang sementara.

Peminum alkohol yang kronis dapat menyebabkan hipogonadism dan polineuropati yang dapat mempengaruhi fungsi saraf penis (Wespes dkk., 2012).

7. DE akibat penuan dan penyakit sistemik lain

Fungsi seksual secara progresif akan menurun seiring bertambahnya usia. Seperti misalnya, periode laten antara stimulasi seksual dan ereksi memanjang, ereksi akan lebih lembek, ejakulasi kurang kuat dan volumenya menurun, dan periode refrakter antara ereksi memanjang. Terdapat juga penurunan pada sensitivitas penis dan stimulasi taktil, penurunan konsenterasi serum testosteron, dan meningkatnya tonus otot kavernosus (Wespes dkk., 2012).

8. Merokok, nikotin yang dihirup oleh perokok, masuk ke jantung dan bersama darah masuk ke dalam sistem peredaran darah. Semakin lama timbunan nikotin semakin banyak dan mengalami pengendapan. Pengendapan ini berlanjut sehingga menjadi penyumbatan aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk ke dalam jaringan erektil penis menyebabkan disfungsi ereksi yang umum terjadi laki-laki perokok berat yang tidak bisa menghentikan kebiasaan merokok. Disfungsi ereksi stadium awal biasanya ditandai dengan hubungan yang terjadi sangat singkat (3-5 menit), dan stadium akhir laki-laki tidak bisa mengalami ereksi sama sekali dan akan sangat sulit mendapat rangsangan dari pasangannya. Laki-laki yang merokok lebih dari 20 batang dalam sehari akan

mengalami disfungsi ereksi 40% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Tidak hanya itu saja, kebiasaan merokok juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi sel sperma yang dihasilkan seorang laki-laki. Sel sperma yang dihasilkan laki-laki perokok memiliki cacat bentuk dan mempunyai pergerakan lambat sehingga menurunkan tingkat kesuburan laki-laki. Meskipun sel sperma laki-laki perokok mampu membuahi sel telur wanita, tapi besar kemungkinan DNA janin akan mengalami perubahan susunan sehingga bayi yang dilahirkan menjadi cacat. Rokok akan berpotensi merubah rangkaian DNA dari sel sperma. Hal ini akan menurun pada calon bayi (Wespes dkk., 2012).

Dokumen terkait