• Tidak ada hasil yang ditemukan

18

Morbiditas pasien PPOK diperoleh dari kunjungan ke dokter, pelayanan gawat darurat, dan pasien rawat inap di rumah sakit. Morbiditas akibat PPOK meningkat dengan bertambahnya usia dan dipengaruhi oleh kondisi komorbiditas penyakit kronis lain (misalnya, penyakit jantung, gangguan muskuloskeletal, diabetes mellitus) yang sering pada pasien dengan PPOK dan dapat berdampak pada status kesehatan pasien, serta mengganggu manajemen dari PPOK.

PPOK sering terdaftar sebagai kontribusi penyebab kematian oleh karena itu The Global Burden of Disease Study memproyeksikan bahwa PPOK menjadi peringkat keenam sebagai penyebab kematian pada tahun 1990, dan menjadi penyebab utama ketiga kematian di seluruh dunia pada tahun 2020, selanjutnya PPOK diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian keempat pada tahun 2030. Namun demikian PPOK adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian di sebagian besar negara. Peningkatan mortalitas ini terutama didorong oleh perluasan epidemi merokok, berkurangnya penyebab umum dari kematian yang lain, dan meningkatnya proses penuaan pada populasi dunia.

20

2.1.3. Patologi, Patogenesis Dan Patofisiologi

18

2.1.3. A. Patologi

Inhalasi asap rokok dan partikel berbahaya lainnya seperti asap dari bahan bakar menyebabkan radang paru-paru, sebagai respon normal yang terjadi pada pasien yang

mengalami PPOK. Respon inflamasi kronis ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan parenkim dan mengganggu perbaikan dan mekanisme pertahanan normal yang mengakibatkan fibrosis saluran napas kecil. Perubahan patologis menyebabkan terperangkapnya udara dan keterbatasan aliran udara yang progresif. Suatu gambaran singkat berikut perubahan patologis pada PPOK, mekanisme seluler dan molekuler serta bagaimana kelainan ini mendasari dan gejala karakteristik penyakit secara fisiologis.

Perubahan inflamasi kronis dengan peningkatan jumlah dari jenis sel inflamasi serta perubahan struktural yang dihasilkan dari cedera berulang dan perbaikan, ditemukan di saluran napas, parenkim paru dan pembuluh darah paru pada pasien PPOK. Secara umum, perubahan ini meningkat dengan keparahan penyakit dan menetap meskipun telah berhenti merokok. 22 18 (Gambar 2.1.3.1) 2.1.3. B. Patogenesis

Patogenesis dari Peradangan pada saluran pernapasan pasien PPOK menunjukkan perubahan dari respon inflamasi pada saluran pernafasan terhadap iritasi kronis seperti asap rokok. Mekanisme peradangan ini terjadi pada PPOK namun belum dipahami secara genetik. Peradangan pada paru-paru dapat berlanjut walaupun sudah berhenti merokok melalui mekanisme yang tidak diketahui, meskipun auto antigen dan mikro organisme persisten yang mungkin memainkan peranan. Stres Oksidative dan kelebihan proteinase di Gambar 2.1.3.1. Mekanisme Yang Mendasari Keterbatasan

paru-paru menyebabkan perubahan lebih lanjut pada peradangan paru. Bersamaan dengan mekanisme ini menyebabkan perubahan patologis karakteristik pada PPOK.

Stres oksidatif mungkin merupakan mekanisme penting dalam memperkuat terjadinya PPOK. Biomarker stres oksidatif meningkat dalam pernapasan, dahak dan sirkulasi sistemik pada PPOK. Stres oksidatif semangkin meningkat pada PPOK eksaserbasi. Oksidan yang dihasilkan oleh asap rokok dan partikel inhalasi lainnya dilepaskan dari aktivitas sel-sel inflamasi seperti makrofag dan neutrofil.

23

18,24

Bukti ini semakin diperkuat dengan ketidakseimbangan protease dan antiprotease di paru-paru pada pasien PPOK, dimana protease bekerja menghancurkan komponen jaringan ikat dan antiprotease melindungi paru terhadap kerja dari protease. Beberapa protease, yang berasal dari sel-sel inflamasi dan sel epitel meningkat pada pasien PPOK dan mereka dapat berinteraksi satu sama lain. Protease memediasi penghancuran elastin, suatu komponen utama jaringan ikat di parenkim paru yang diyakini menjadi gambaran penting dari emfisema dan mungkin bersifat Irreversibel.

18,22

(Gambar 2.1.3.2)

Gambar 2.1.3.2. Proses Patologi yang terlibat dalam Empisema. Keterangan:

19

1. Asap rokok mengaktifkan makrofag. A. Deteksi Marker yang mempenga 2. Sel epitel ruhi saluran napas.

3. Neutrofil pada saluran nafas B. LTB4, leukotriene B4; 4. Terlepasnya sitokin pro inflamasi IL8, Interlaukin 8

dan Neutropil kemo atraktan. C. Reflek dari peristiwa (migrasi

5. Produksi Mukus yang berlebihan. Neutropil dan aktivitas makropag) 6. Terjadinya adhesi dan migrasi.

2.1.3. C. Patofisiologi

Keterbatasan aliran udara dan terperangkapnya udara akibat peradangan dan penyempitan saluran napas di perifer menyebabkan penurunan FEV1. Rusaknya parenkim karena emfisema juga berkontribusi terhadap keterbatasan aliran udara disebabkan berkurangnya elastisitas. Kombinasi dari keduanya semakin memperberat keterperangkapan udara selama ekspirasi, mengakibatkan hiperinflasi.25 Hiperinflasi didefinisikan sebagai peningkatan volume udara yang tersisa di paru-paru pada akhir ekspirasi spontan, terjadi ketika beristirahat FRC (fungsional residual capacity) atau end expiratory lung volume (EELV) meningkat di atas normal.

Ketidak normalan pertukaran udara dapat mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnia dan beberapa mekanisme yang dapat terjadi pada PPOK. Yang utama adalah ventilasi

26

-perfusi (VA/Q). Penurunan pergerakan ventilasi dapat menyebabkan retensi karbon dioksida, terutama bila dikombinasikan dengan berkurangnya pergerakan perfusi.

Hipersekresi mukus, menghasilkan batuk produktif yang kronis, adalah gambaran dari bronkitis kronis dan tidak selalu berhubungan dengan keterbatasan aliran udara. Sebaliknya, tidak semua pasien dengan PPOK memiliki gejala hipersekresi mukus. Bila ada, itu adalah karena peningkatan jumlah sel goblet dan pembesaran kelenjar submukosa sebagai respons terhadap iritasi kronik jalan napas.

27

Hipertensi pulmonal akibat dari perkembangan perjalanan dari PPOK. Hal ini dapat disebabkan oleh vasokonstriksi arteri pulmonalis kecil yang mengalami hipoksia, akhirnya mengakibatkan perubahan struktural yang meliputi hiperplasia intima dan hipertrofi otot polos dan hilangnya ruang kapiler paru karena emfisema. Pada pembuluh darah paru, respon inflamasi mirip dengan yang terlihat di saluran napas. Hipertensi pulmonal berat dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan dan akhirnya gagal jantung kanan.

28

Gejala eksaserbasi pernafasan sering terjadi pada pasien dengan PPOK, ini dipicu oleh infeksi bakteri atau virus, polusi lingkungan atau faktor yang tidak diketahui. Selama eksaserbasi, sering terjadi kekambuhan peradangan, peningkatan hiperinflasi dan terperangkapnya udara, berkurangnya aliran ekspirasi, dan meningkatnya gejala sesak. Disini juga terjadi penurunan dari VA/Q yang tidak normal, yang dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia. Kondisi medis lainnya seperti pneumonia, tromboemboli, dan gagal jantung akut dapat memperburuk eksaserbasi PPOK.29

Dokumen terkait