Ibu Raras merupakan seorang ibu yang bekerja sebagai psikolog di Universitas Kristen Petra dan memiliki dua orang anak, satu perempuan dan salah satunya laki-laki berusia 7 tahun. Anak dari Bu Raras sendiri memiliki hobi membaca, dan mayoritas buku yang digemari adalah ensiklopedi dan buku kartun anak-anak. Karena si anak memiliki hobi
37 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
membaca, Bu Raras rutin membeli buku bacaan. Tidak ada jumlah tertentu dan jumlah pasti berapa buku yang dibeli setiap bulannya, tergantung permintaan sang anak dan tergantung apakah buku yang terdahulu sudah selesai dibaca atau belum. Untuk budget buku bacaan, Bu Raras mematok maksimal harga buku yang akan dikeluarkan adalah Rp 150.000.
Dalam proses mendidik anak, Bu Raras lebih memilih buku sebagai media pembelajaran ketimbang aplikasi atau Youtube. Anak dari Bu Raras hampir tidak pernah membuka Youtube sendiri, dan aplikasi yang dulu sempat digunakan hanya satu macam yaitu untuk belajar bahasa Inggris. Namun Bu Raras masih memberi jatah waktu anak untuk bermain gawai di hari libur dengan jangka waktu yang ditentukan. Hal ini dikarenakan Bu Raras berpendapat bahwa buku merupakan media belajar anak yang bisa dibaca setiap saat, dan lebih baik untuk kesehatan.
Menurut Bu Raras, penggunaan gawai dapat menyebabkan anak menjadi ketergantungan, susah bersosialiasasi (karena kecanduan bermain), dan ketika menjalin relasi dengan orang lain menjadi kurang peka, karena terbiasa fokus pada diri sendiri. Fungsi otak juga menjadi tidak optimal karena mayoritas digunakan untuk bermain gawai.
Bu Raras dan suami memiliki kebiasaan membacakan anaknya buku sejak kecil (hingga kisaran umur 6 tahun), namun semenjak sang anak mulai bisa membaca sendiri, Bu Raras dan suami sudah tidak pernah membacakan buku untuk anaknya. Dalam memilih buku, Bu Raras juga cukup memperhatikan konten dari buku tersebut. Menurut Bu Raras, konten buku yang baik dan menarik baginya dan anak adalah buku yang memiliki segi edukasi, dan apabila tujuannya untuk hiburan tetap memiliki konten yang sesuai dengan anak (bukan konten dewasa, atau konflik drama). Selain konten, Bu Raras juga memperhatikan penggunaan layout, huruf, dan juga gambar. Apabila output buku kurang menarik, Bu Raras beranggapan bahwa hal tersebut dapat menyebabkan si pembaca jadi malas untuk membaca. Rata-rata bacaan yang dipilih memiliki gambar yang banyak dan menarik, namun tidak terlalu padat,
38 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
dan juga menggunakan ukuran font yang besar dan berjenis agak lebar.
Selain itu, Bu Raras lebih menyukai buku yang memiliki banyak gambar dan interaktif, salah satu contoh yang sering dibaca adalah Ensiklopedi Anak Hebat dan Komik Keluarga Super Irit.
Ketika ditanya seputar terumbu karang, Bu Raras mengaku mengetahui terumbu karang adalah “sesuatu” yang berada di bawah laut dan biasa digunakan untuk hiasan aquarium air laut. Menurutnya, terumbu karang memiliki manfaat untuk tempat hidup hewan-hewan laut, terutama ikan-ikan kecil. Ketika ditanya apakah si anak mengetahui tentang terumbu karang, jawabannya adalah kemungkinan tahu melalui film Nemo dan Finding Dory.
Gambar 2.5. Foto diri narasumber-Paulina Raras (Sumber: Dokumentasi Paulina Raras) 2. Riezka
Ibu Riezka merupakan seorang ibu yang bekerja sebagai Sekretaris BOD di PT. Indomarine Surabaya, dan memiliki seorang anak perempuan berusia 4 tahun, dan seorang anak laki-laki berusia 7 tahun.
Kedua anak dari Bu Riezka memiliki hobi membaca. Anak perempuannya memiliki kesukaan membaca buku kartun seperti My Little Pony, sedangkan anaknya yang laki-laki memiliki hobi dan kecintaan pada dinosaurus, sehingga mayoritas buku dan permainan yang dimiliki adalah tentang dinosaurus. Bu Riezka tidak memiliki
39 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
batasan tertentu berapa buku yang dibeli setiap bulannya, namun Bu Riezka memastikan paling tidak sebulan sekali membeli buku bacaan baru untuk anaknya. Tidak ada pertimbangan khusus bagi Bu Riezka dalam membeli buku, selama anak suka dan harganya sesuai dengan kualitas buku yang diperoleh. Bu Riezka juga tidak mematok budget maksimal untuk membeli buku, karena Bu Riezka percaya tidak ada yang percuma dan sia-sia untuk sebuah ilmu. Namun, rata-rata harga buku yang selama ini berkisar antara Rp 10.000-100.000 (tidak termasuk buku edisi satu set).
Dalam mendidik anaknya, Bu Riezka masih menggunakan kedua media yaitu analog (buku dan permainan) dan digital (aplikasi dan Youtube). Alasan Bu Riezka menggunakan gawai adalah karena tidak ingin anaknya gagap teknologi atau ketinggalan jaman, mengingat bahwa sekarang ini merupakan era teknologi yang tidak bisa dihindari ataupun ditolak, namun tetap harus diarahkan. Selain itu, Bu Riezka tidak ingin melarang anaknya karena tidak ingin si anak melakukan hal-hal yang dilarang secara sembunyi-sembunyi. Bu Riezka menegaskan bahwa hal terpenting yang perlu dijelaskan pada sang anak adalah alasan atas segala sesuatu yang diperbolehkan ataupun dilarang. Hal ini dimaksudkan agar sang anak mengerti dengan jelas mengapa ia boleh atau tidak boleh melakukan suatu hal, sehingga menghindarkan anak dari berbohong. Bu Riezka mengijinkan anaknya untuk bermain gawai pada hari libur dan akhir pekan selama 5x30 menit dalam sehari.
Pembatasan waktu dilakukan untuk menghindarkan anak dari kecanduan.
Bu Riezka dan suami masih mendongeng untuk anaknya sebelum tidur, namun tidak rutin. Dongeng yang sering diceritakan adalah cerita fabel seperti Si Kancil dan juga salah satu dongeng nusantara seperti Ande-ande Lumut. Selain mendongeng untuk anaknya, anak-anak Bu Riezka sendiri (terutama yang kedua) gemar bercerita pada saudara atau orangtuanya. Biasanya si anak mendongeng tentang Si Kancil, T-rex, dan juga tentang keseharian mereka. Menurut Kak Riezka, dongeng
40 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
memiliki manfaat sebagai media yang menyenangkan bagi anak untuk menanamkan pesan moral, bercerita, dan melatih kreativitas serta imajinasi melalui proses membayangkan atau memvisualisasikan alur cerita serta menceritakan kembali dongeng yang pernah didengar menurut versi sang anak.
Menurut Bu Riezka sendiri, tipe buku dongeng yang ideal untuk anak adalah buku yang memiliki warna-warna cerah dan mudah dipahami (warna primer dan sekunder), serta bentuk-bentuk sederhana maupun yang sudah memiliki detail. Baginya, akan lebih baik lagi apabila buku tersebut dikemas secara menarik dengan menambahkan unsur interaktif pada buku seperti pop-up, flip-flap, dan augmented reality. Hal ini disebabkan karena anak akan lebih tertarik apabila diberi suatu tantangan ketimbang hanya membaca.
Ketika ditanya tentang terumbu karang, Bu Riezka mengaku mengetahui sedikit informasi tentang terumbu karang. Menurutnya terumbu karang merupakan suatu ekosistem laut dan memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan laut salah satunya sebagai tempat tinggal beberapa hewan karang. Menurut Bu Riezka, pelatihan tentang lingkungan hidup sejak dini itu perlu, agar menanamkan sikap disiplin dan kepekaan pada anak. Saat ditanya apakah sang anak mengetahui tentang terumbu karang, Bu Riezka menjawab bahwa si anak tahu sedikit tentang terumbu karang melalui salah satu buku ensiklopedia laut, dan juga melalui cerita dari sang tante yang sering bepergian ke pantai. Menurut Bu Riezka, anak pertamanya memiliki sifat suka berpetualang, rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan untuk menjelajahi hal-hal baru. Hal ini ditunjukkan melalui salah satu keinginan anaknya untuk ikut pergi ke pantai bersama sang tante.
41 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
Gambar 2.6. Lokasi Kantor Narasumber Sumber: Google earth
3. Farida Kurniawati, S.Psi
Bu Farida merupakan ketua yayasan dari Baby Smile School. Menurutnya, dongeng dapat diceritakan kepada segala usia, dengan topik dan pendekatan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, untuk batita topik yang sering diangkat adalah seputar toilet learning, dan cara makan sendiri. Sedangkan untuk balita kebanyakan topik yang diajarkan adalah seputar tanggung jawab dan kemandirian. Menurut Bu Farida sendiri, topik tentang pengenalan terumbu karang lebih sesuai untuk target anak usia 6-12 tahun. Anak usia 6-6-12 tahun berada di tahap abstraksi, sehingga mereka lebih bisa mencerna informasi yang sifatnya tidak terlalu realistis (tidak digambarkan secara gamblang dan detail). Selain itu, pada usia ini rasa ingin tahu anak sedang tinggi-tingginya. Mereka meniru sekitarnya (modelling), dan memproyeksikan hal yang ditirunya pada diri sendiri dan sekitarnya. Pendampingan pada masa ini juga sangat penting, agar anak tidak salah meniru role model.
42 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
Menurut Bu Farida, dongeng merupakan salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan dan melatih kreativitas anak. Melalui dongeng, anak diajak untuk berkonstentrasi pada suatu peristiwa, kritis dalam memahami alur, dan memproyeksikan suatu cerita menjadi konsep visual dalam benaknya melalui imajinasi. Namun sebaiknya dongeng yang dibawakan tidak bersifat menggurui, namun lebih ke mengajak anak untuk merasakan berada di situasi tertentu dan memahami pesan dari cerita. Apabila dongeng bersifat menggurui, anak akan cenderung merasa tidak nyaman, dan tidak tertarik lagi untuk mendengarkan cerita tersebut. Konsep yang terpenting agar anak tertarik mendengarkan atau membaca dongeng (selain output visual) adalah memancing rasa ingin tahu anak, salah satunya dengan mengajak anak untuk berpikir dan memberi kejutan di setiap akhir halaman. Bahasa yang digunakan juga harus sederhana dan bahasa bercerita (bukan bahasa kaku atau menggunakan pemilihan diksi yang tidak umum dan sulit dipahami).
Bu Farida lebih menyarankan penggunaan media analog untuk pendidikan anak, terutama usia dibawah 12 tahun.
Alasannya adalah karena terlalu banyak menggunakan media digital dapat menyebabkan anak menjadi kecanduan, susah bersosialisasi dengan sekitarnya, dan juga menurunkan kreativitas dalam imajinasi dan problem solving (karena komunikasi hanya berjalan satu arah, yaitu anak melihat gadget), dan juga menghambat keterampilan motorik anak. Banyak manfaat dari buku yang tidak dimiliki oleh gawai, salah satunya adalah tampilan fisik, dan sensasi yang bisa dirasakan oleh pembaca (bentuk, ketebalan, tekstur). Sehingga bagaimanapun juga posisi buku, terutama pada pendidikan anak tidak dapat digantikan oleh gawai.
43 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
Gambar 2.7. Lokasi Baby Smile School Manyar
Sumber: https://foursquare.com/v/baby-smile-school-manyar-kertoadi-by-bhinnekastudiomusik/5359ce30498eca2a051fea73/photos
2.6.3. Analisis Kelemahan dan Kelebihan
Buku ini menceritakan tentang proses terbentuknya terumbu karang hingga kerusakannya melalui metode dongeng, sehingga lebih mudah dimengerti anak. Ilustrasi yang diberikan juga didesain sedemikian rupa agar menarik minat anak. Minimnya informasi atau cerita yang membahas terumbu karang bagi anak juga merupakan salah satu opportunity dari buku ini. Kelemahan dari buku ini adalah, buku ini belum membawa terumbu karang “sepenuhnya” pada anak karena keterbatasan media, dan juga harga buku yang tergolong mahal. Ancaman buku ini adalah media belajar anak melalui platform digital, yang mampu menyajikan audio dan visual yang lebih kompleks dan memiliki harga terjangkau dibanding buku.
2.6.4. Analisis Prediksi Dampak Positif
Melalui perancangan buku dongeng ini diharapkan dapat membantu anak untuk mengenal lebih dekat dan memiliki pengetahuan dasar seputar terumbu karang dengan cara yang menyenangkan. Melalui ilmu pengetahuan yang dimiliki anak terhadap terumbu karang, diharapkan anak dapat menumbuhkan kepedulian, dan juga ikut serta menjaga terumbu karang, terutama ketika sedang berwisata, hingga ketika dewasa nanti. Sehingga, dalam jangka panjangnya kelestarian terumbu karang dapat terjaga. Selain itu diharapkan anak juga dapat mengedukasi
44 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
orangtua dan sekitarnya tentang terumbu karang melalui hal yang telah mereka pelajari.
2.7. Simpulan
Minimnya pengetahuan, mispersepsi, dan juga rendahnya kepedulian masyarakat terhadap terumbu karang menyebabkan banyaknya kerusakan yang terjadi pada ekosistem yang memiliki manfaat besar bagi laut ini. Salah satu alasan dasar adalah karena kebanyakan masyarakat merasa terumbu karang tidak memiliki dampak langsung bagi kehidupan mereka (merasa tidak dekat dengan terumbu karang) karena keberadaan terumbu karang yang jauh dari wilayah pemukiman masyarakat kota. Sedikitnya buku atau media pembelajaran tentang terumbu karang juga menyebabkan informasi ini menjadi tidak awam. Hal ini akan berdampak pada ketidaktahuan anak tentang terumbu karang, karena tidak pernah menerima edukasi dari orangtua ataupun lingkungan mereka. Dampak jangka panjangnya adalah, anak akan tumbuh tanpa pengetahuan tentang terumbu karang atau mispersepsi, sehingga tidak memiliki kepedulian terhadap ekosistem laut tersebut dan juga tidak akan mengedukasi generasi bawahnya, menyebabkan siklus negatif ini akan terus berputar. Oleh karena itu diperlukan perancangan yang dapat membantu mengenalkan sejak awal dan membuat proses pengenalan terumbu karang pada anak-anak menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
2.8. Usulan Pemecahan Masalah
Dari permasalahan mengenai kurangnya edukasi anak tentang terumbu karang karena tidak pernah dikenalkan dan merasa tidak dekat, salah satu usulan pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat membawa terumbu karang lebih dekat pada anak, melalui perancangan buku dongeng Upaya Pelestarian Terumbu Karang, yang ditujukan bagi anak usia 6-10 tahun sebagai media pembelajaran.