• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS DATA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

9 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

2. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS DATA

2.1. Tinjauan Literatur Tentang Buku Dongeng 2.1.1. Pengertian Dongeng

Dikutip dari buku Folklore Indonesia karya James Dananjaja, dongeng merupakan cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Umumnya dongeng diceritakan hanya sebagai hiburan, walaupun banyak yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) atau bahkan sindiran.

2.1.2. Fungsi dan Peranan Dongeng Dalam Kehidupan Sosial

Menurut Jasmin Hana, S.Psi dalam bukunya yang berjudul Terapi Kecerdasan Anak Dengan Dongeng, dongeng memiliki beberapa manfaat positif bagi tumbuh kembang anak. Beberapa manfaatnya adalah:

1. Media Komunikasi yang Menarik Perhatian Anak

Imajinasi dan kreativitas anak meningkat pada usia 3-5 tahun, sehingga dongeng merupakan media komunikasi yang disukai anak karena mengandung unsur imajinasi yang tinggi, yang juga mewadahi anak untuk berekspresi.

2. Melatih Konsentrasi

Pada usia 3-4 tahun, anak akan cenderung sulit untuk fokus dan mengontrol emosi. Anak lebih suka menyela dan banyak bertanya. Dongeng merupakan sarana yang mampu membantu anak untuk berkonsentrasi dan mengontrol emosi. Selain itu, dongeng juga melatih anak untuk lebih kritis dan berpikir sistematis melalui pemaparan latar, tokoh, dan alur dongeng itu sendiri.

3. Sarana Belajar yang Seru

Melalui dongeng, anak-anak mampu mengkespresikan dirinya melalui proses yang menyenangkan dan juga mudah, karena melibatkan indera penglihatanm pendengaran, gerak, dan lain-lain. Selain itu, mengajak anak untuk bercerita atau menceritakan ulang dongeng dapat membuat anak lebih berani dan percaya diri.

(2)

10 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

4. Berasosiasi dan Bersosialisasi

Menyajikan hiburan yang memiliki nilai moral bagi anak dapat mengilhami anak dengan perbuatan-perbuatan bajik, sehingga anak akan cenderung meniru tokoh atau mengambil nilai moral dari dongeng untuk dicontoh. Hal ini akan menjadi salah satu pendukung dalam perkembangan karakter anak (tanggung jawab, teladan, disiplin, rendah hati, dan lain sebagainya).

2.1.3. Sejarah Perkembangan Dongeng

Pada jaman dahulu kala, terkenal sebuah dongeng berjudul 1.001 Malam yang berkembang di Persia sejak abad 10. Dalam “Alfu Lela Ulela: The Thousand and One Nights in Swahili-Speaking East Africa”, penulis Thomas Geider menyebut bahwa kisah 1.001 Malam berasal dari jazirah Arab, dan menembus segala batasan negara maupun budaya. Dongeng terus bergerak dan berkembang.

Satu judul dongeng di sebuah tempat bisa memiliki beragam versi dengan jalan cerita yang berbeda-beda di tempat lain.

Pada tahun 2013, Jamie Tehrani, seorang associate professor di Departemen Antropologi Universitas Durham, membuat bagan berisi 58 cerita berbeda tentang dongeng Gadis Berkerudung Merah. Dongeng ini memiliki berbagai versi dengan inti cerita yang sama. Dalam beberapa versi, diceritakan bahwa nenek sang gadis meninggal dimakan serigala. Dalam versi lain mengisahkan bahwa sang nenek masih hidup. Ada versi yang menceritakan bahwa seorang pemburu menyelamatkan si gadis berkerudung merah. Ada pula beberapa versi yang mengisahkan bahwa sang gadis cukup cerdik untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Menurut Tehrani, akar dari dongeng ini bisa dilacak hingga 2.000 tahun yang lalu. Hasil studinya mematahkan teori bahwa kisah gadis kecil dan serigala berasal dari dongeng Asia Timur yang berkisah tentang gadis kecil dan harimau, sebaliknya dongeng tersebut berasal dari Barat.

Melalui pencarian tersebut, ditarik sebuah hipotesis sementara bahwa dongeng tertua di dunia adalah kisah tentang pandai besi dan setan. Kisah ini diperkirakan sudah dituturkan sejak 6.000 tahun yang lalu, atau sekitar Zaman Perunggu. Sama seperti kisah gadis dan serigala, kisah pandai besi dan setan terus berkembang dan melahirkan banyak versi, salah satunya versi di dunia musik

(3)

11 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

yaitu Robert Johnson menjual jiwanya pada iblis agar dapat menciptakan musik terdashyat di dunia, hingga akhirnya lahir musik blues.

Di Indonesia sendiri, belum ada catatan tertulis mengenai dongeng tertua di Nusantara, dan berapa usianya. Kesulitan untuk melacak akar dongeng di Indonesia juga disebabkan oleh kultur sastra lisan yang begitu kuat dibeberapa kawasan. Satu hal yang pasti, dongeng-dongeng di Indonesia pun memiliki banyak kemiripan alur ataupun inti cerita, sama seperti dongeng di negara lain.

Sebagai salah satu contoh, Sulawesi memiliki dongeng tentang keturunan puak tertentu yang tidak boleh mengonsumsi ikan hiu (mangiwang). Dipercaya hal ini disebabkan karena leluhur terdahulunya diselamatkan oleh ikan hiu. Suku Banjar memiliki dongeng yang serupa, hanya saja ikan hiu diganti dengan ikan pari.

Tidak hanya itu, dua peniliti dari Sumatera Selatan, Ratu Wardarita dan Guruh Puspo Negoro sempat membandingkan kemiripan struktur dan tema dongeng Jaka Tarub dari Indonesia dan Tanabata dari Jepang. Salah satu kesamaan dari dongeng tersebut adalah sama-sama mengisahkan tentang pernikahan antara manusia dan bidadari.

Tidak hanya berkembang di masa lalu, dongeng di era digital sekarang ini justru semakin bertransformasi lebih mudah dan pesat. Dongeng lebih mudah menemukan pembaca atau targetnya di era serba canggih ini. Ed Yong, penulis kanal ilmu pengetahuan di The Atlantic, memiliki analogi menarik tentang dongeng yang ditulis. Pada dasarnya, dongeng sudah ada sejak manusia mengenal sistem huruf dan baca tulis. Cara penyampaian dongeng tersebut yang kemudian mengalami evolusi, dimulai dari lisan hingga tertulis di batu, papyrus, daun lontar, hingga akhirnya kertas. Di era digital ini, dongeng hadir juga melalui situs-situs dan juga internet. Salah satu situs cerita rakyat yang memiliki cukup banyak koleksi adalah Cerita Rakyat Nusantara yang bercerita soal dongeng dari Aceh hingga Papua Barat.

Bahkan dongeng pada jaman sekarang ini tidak hanya berupa teks digital, tetapi juga berupa audio dan visual. Salah satunya adalah dongeng-dongeng berbentuk audio visual di Youtube oleh akun Indonesian Fairy Tales. Akun ini menceritakan dongeng dari berbagai daerah di Indonesia hingga luar negeri.

Selain melalui Youtube, dongeng audio visual juga sering dijumpai dalam

(4)

12 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

sejumlah aplikasi dongeng digital yang dapat diperoleh dengan mudah dan bahkan gratis melalui ponsel pintar.

Tantangan dongeng di era sekarang ini bukan lagi perihal pengarsipan, melainkan cara pengemasan. Dina Dyah Kusumayanti melalui “Peran Sastra Anak Terjemahan dalam Pengembangan Sastra Anak Indonesia: Upaya Revitalisasi Sastra Anak Indonesia”, menuliskan jika dibandingkan dengan sastra anak dari luar negeri, buku cerita Indonesia belum terlalu berani bereksperimen pada hal-hal artistik. Staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember yang menyelesaikan studi doktroal di jurusan Sastra Anak Universitas Gadjah Mada ini berpendapat bahwa tema cerita yang digunakan pada dongeng Indonesia masih mirip satu sama lain. Dan yang lebih perlu diperhatikan lagi adalah, pengemasan dongeng Indonesia selalu berupaya menjejalkan pesan-pesan moral kepada pembacanya, dan seringkali terkesan menggurui. Ada baiknya apabila pesan moral yang terkandung di dalam dongeng disampaikan dengan cara yang halus dan implisit, namun tetap dapat dimengerti, agar tidak terlalu terasa menggurui.

2.1.4. Bentuk dan Jenis Dongeng

Dalam buku Folklore Indonesia, dijelaskan bahwa dongeng merupakan jenis prosa rakyat yang juga merupakan salah satu bentuk folklore yang murni berbentuk lisan. Menurut buku Anti Aarne dan Stith Thompson yang berjudul The Types of the Folktale (1964:20, 552-538)(Dananjaja, 86), dongeng sendiri dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Fabel/Dongeng Binatang

Dongeng yang ditokohi binatang peliharaan atau binatang liar (burung, reptil, mamalia, ikan, serangga). Dalam dongeng, binatang-binatang tersebut dapat berbicara dan berakal budi layaknya manusia. Contoh dari fabel adalah Si Kancil.

2. Dongeng Biasa

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya menceritakan kisah suka duka seseorang. Contoh dari dongeng biasa adalah Ande-ande Lumut.

(5)

13 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

3. Lelucon dan Anekdot

Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang mengandung humor, yang tujuannya untuk membuat pendengarnya tertawa. Anekdot merupakan kisah fiktif lucu pribadi seorang atau beberapa tokoh yang benar-benar ada.

Anekdot dianggap sebagai “riwayat hidup” fiktif pribadi tertentu. Contoh anekdot adalah “Kisah Pendek Lucu Albert Einstein.” Lelucon merupakan kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif, seperti suku, bangsa, golongan, ras.

Lelucon dianggap sebagai “sifat” atau “tabiat” fiktif anggota kolektif tertentu.

Contoh lelucon adalah “Kisah Pendek Lucu Orang Batak”. Menurut sasaran perbedaan, lelucon dibagi menjadi dua, yaitu lelucon dan humor. Yang menjadi sasaran lelucon adalah kolektif lain, sedangkan yang menjadi sasaran humor adalah si pembawa cerita.

4. Dongeng Berumus

Dongeng berumus disebut juga formula tales. Dongeng berumus memiliki beberapa subbentuk yaitu:

A. Dongeng Bertimbun Banyak

Dongeng bertimbun banyak sering juga disebut dongeng berantai.

Dongeng ini dibentuk dengan cara menambah keterangan yang lebih rinci pada setiap pengulangan inti cerita.

B. Dongeng Untuk Mempermainkan

Dongeng ini merupakan cerita fiktif yang diceritakan untuk memperdayai orang. Hal ini disebabkan karena dongeng ini memancing pendengarnya untuk mengeluarkan pendapat yang bodoh. Bentuknya pun hampir sama dengan teka- teki untuk memperdayai orang (catch question). Bedanya hanya bahwa pada catch tales selalu dimulai dengan sebuah cerita dan bukan hanya berupa pertanyaan saja. Pertanyaan diajukan oleh pendengarnya yang bingung.

C. Dongeng yang Tidak Mempunyai Akhir

Dongeng yang jika diteruskan tidak akan sampai pada batas akhir (Dananjaja, 139). Sedangkan jenis dongeng menurut Hana Jasmine dalam bukunya yang berjudul Terapi Kecerdasan Anak Dengan Dongeng adalah fabel (cerita binatang atau benda mati), saga (cerita petualangan dan

(6)

14 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

keberanian yang mengandung unsur sejarah), hikayat (cerita rakyat), legenda (cerita tentang asal usul suatu daerah atau kepercayaan), mite (cerita tentang dewa-dewi, perih, roh halus, dan makhluk gaib lainnya), serta epos (cerita tentang kepahlawanan).

2.1.5. Elemen Dongeng

Dongeng terbagi kedalam tiga struktur yakni : 1. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kalimat pengantar untuk memulai dongeng.

2. Isi

Peristiwa atau isi merupakan bentuk kejadian-kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.

3. Penutup

Penutup merupakan akhir dari bagan cerita yang dibuat untuk mengakhiri cerita.

Dongeng memiliki pendahuluan cerita yang singkat serta alur yang sederhana, dan bergerak cepat (langsung pada topik yang ingin diceritakan).

Tokoh di dalam dongeng tidak diceritakan secara rinci. Dongeng biasanya ditulis seperti gaya penceritaan secara lisan. Dalam dongeng terdapat beberapa unsur intrinsik diantaranya :

1. Tema

Tema merupakan ide pokok yang ada dalam dongeng.

2. Alur

Alur adalah jalan cerita berdasarkan urutan waktu.

3. Penokohan

Proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, dan sifat.

4. Latar

Latar menunjukkan lokasi (latar tempat), serta waktu kejadian (latar waktu) rangkaian-rangkaian cerita itu terjadi.

5. Amanat

(7)

15 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada para pembaca agar dapat memetik nilai edukasi atau moral yang disampaikan melalui dongeng.

2.1.6. Kriteria Dongeng yang Baik

Layaknya cerita pada umumnya, dongeng memilki beberapa ciri yang membedakannya dengan bentuk cerita yang lain. Berikut beberapa ciri-ciri dongeng yang baik:

1. Diceritakan dengan alur yang sederhana.

2. Alur cerita singkat dan cepat.

3. Tokoh yang ada tidak diceritakan secara detail.

4. Peristiwa yang ada didalamnya kebanyakan fiktif atau khayalan.

5. Ditulis dengan gaya pencitraan secara lisan.

6. Lebih menekankan pada bagian isi atau persitiwa.

2.2. Tinjauan Anak 2.2.1. Masa Kanak-Kanak

Masa kanak-kanak menurut Hurlock (1990) dibagi menjadi dua periode yaitu masa kanak-kanak awal (early childhood: 2-6 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (late childhood: 6-12 tahun).

1. Masa Kanak-Kanak Awal

Masa kanak-kanak awal disebut juga sebagai problem age, karena orang tua sering menghadapi sikap anak yang cenderung keras kepala, membangkang, dan negativisme. Dari kacamata para pendidik, masa ini disebut sebagai masa prasekolah, yaitu masa persiapan secara fisik dan mental demi menghadapi tugas- tugas yang akan mereka ikuti pada pendidikan formal. Sedangkan dari sisi ahli psikologi, masa ini dibagi menjadi lima kategori yaitu:

a. Usia Kelompok

Usia kelompok merupakan masa dimana anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan untuk menjalani kehidupan sosial yang lebih tinggi (penyesuaian diri saat masuk kelas satu).

(8)

16 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

b. Usia Eksplorasi

Usia eksplorasi merupakan masa dimana anak mulai memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga lebih aktif untuk menjelajahi lingkungannya (lingkungan hidup dan benda mati).

c. Usia Bertanya

Usia bertanya merupakan masa dimana anak akan lebih aktif bertanya seputar lingkungannya dan sebab akibat hal-hal disekitarnya sebagai salah satu bentuk untuk menjelajah lingkungannya pula.

d. Usia Meniru

Usia meniru merupakan masa dimana anak akan sering meniru pembicaraan dan tindakan orang lain, terutama orang tua atau keluarganya.

e. Usia Kreatif

Usia kreatif merupakan masa dimana anak lebih sering menunjukkan kreativitas dalam bermain dan belajar dibanding pada masa-masa perkembangan lainnya. Menurut Havighurst (Hurlock, 1990), tugas perkembangan pada masa kanak-kanak awal adalah:

1. Belajar mengerti tentang perilaku seks yang benar

2. Belajar membedakan benar dan salah dalam hubungannya dengan orang- orang di luar rumah, terutama di lingkungan tetangga, sekolah, dan teman bermain.

3. Belajar mengembangkan hati nurani

4. Belajar memberi dan menerima kasih sayang

2. Masa Kanak-Kanak Akhir

Masa kanak-kanak akhir dimulai ketika anak mulai memasuki sekolah dasar (SD), dan sering disebut sebagai masa sekolah anak. Tenaga pendidik menyebut bahwa usia ini merupakan periode kritis dalam membentuk dorongan berprestasi. Dari kacamata ahli psikologi juga menganggap bahwa masa kanak- kanak akhir merupakan usia berkelompok, penyesuaian diri, usia kreatif dan usia bermain anak (Hurlock, 1990:146-148).

Menurut Havighurst (Hurlock, 1990), pada masa kanak-kanak akhir anak sebaiknya dibimbing untuk mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk

(9)

17 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

permainan-permainan umum dan keterampilan dasar (membaca, menulis dan berhitung), membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang bertumbuh, belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, dan mulai mengembangkan peran sosial sebagai pria atau wanita dengan tepat.

2.2.2. Perkembangan Kognitif

Jean Piaget membagi perkembangan kognitif anak dalam empat tahap:

A. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indrawi dengan gerakan sehingga mendapatkan pemahaman akan objek permanen. Pertumbuhan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Beberapa kemampuan yang dimiliki anak pada usia ini adalah anak melihat dirinya sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya, mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara, suka memperhatikan sesuatu lebih lama, mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya, memperhatikan objek sebagai hal yang tetap kemudian ingin merubah tempatnya.

B. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)

Anak pada usia ini mulai memiliki perkembangan kemampuan dalam menggunakan simbol atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini kemudian dibagi menjadi dua yaitu:

1. Tahap Preoperasional (2-4 tahun)

Anak sudah mampu menggunakan bahasa sederhana untuk mengembangkan konsepnya. Pada tahap ini anak masih sering melakukan kesalahan dalam memahami objek. Beberapa karakteristik pada tahap ini adalah: Self-encounter anak masih menonjol, mampu mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok, mampu mengelompokkan barang-barang menurut kriteria, mampu menyusun benda secara berderet tapi belum mampu menjelaskan perbedaan antara deretan.

(10)

18 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

2. Tahap Intuitif (4-7 tahun)

Pada tahap ini anak telah memperoleh pengetahuan berdasarkan kesan abstrak. Anak belum mampu mengungkapkan kesimpulan menggunakan kata-kata, oleh karena itu, anak pada usia ini mengungkapkan isi hatinya secara simbolik (terutama mereka yang memiliki pengalaman luas). Beberapa karakteristik pada tahap ini adalah: Anak dapat membentuk kategori objek (tetapi kurang disadarinya), anak mulai paham hubungan logis terhadap hal-hal yang kompleks, dapat mengeksekusi sejumlah ide, serta mampu memperoleh prinsip secara benar (anak mulai paham dalam mengatur sejumlah objek. Anak mengenali massa objek pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak paham bahwa jumlah objek adalah sama walau dikelompokkan dengan cara yang berbeda).

C. Tahap Operasional Konkrit (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai menggunakan aturan yang jelas dan logis sebatas pada benda-benda yang bersifat konkret. Anak sudah tidak dalam fase mencoba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah memiliki kemampuan berpikir menggunakan model “kemungkinan” atau possibility. Namun, meskipun anak telah mampu melakukan ordering problems (mengklasifikasi, mengelompokkanm dan mengatur masalah) anak tidak sepenuhnya menyadari prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, namun taraf berpikirnya sudah bisa dikatakan maju. Oleh karena itu, untuk menghindari keterbatasan berpikir, anak perlu diberi gambaran konkret agar mampu menelaah persoalan.

D. Tahap Operasional Formal (11-18 tahun)

Pada usia ini anak sudah mampu untuk berpikir abstrak dan logis menggunakan pola berpikir “kemungkinan” atau possibility. Egosentris anak mulai berkurang, dan kemampuan anak dalam tugas konservasi menjadi lebih baik. Beberapa karakteristik pada tahap ini adalah: Anak mampu bekerja secara efektif dan sistematis, menganalisa secara kombinasi (dapat merumuskan beberapa kemungkinan), berpikir secara

(11)

19 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam sisi.

2.2.3. Perkembangan Moral

Menurut literatur, kata moral berasal dari bahasa latin yaitu mores, merupakan bentuk jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, moral berarti penentuan baik buruk terhadap suatu perbuatan. Istilah moral sendiri biasanya digunakan untuk menentukan prinsip hidup, ajaran, batas-batas suatu perbuatan, sifat, dan panutan. Moral dibagi menjadi dua yaitu moral baik dan buruk.

Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, serta perilaku mengenai standar dalam menentukan baik dan buruk atau salah dan benar.

Perkembangan moral sendiri memiliki dimensi intrapersonal dan interpersonal.

Dimensi intrapersonal adalah ketika moral mengatur aktivitas seseorang saat terlibat dalam interaksi sosial. Sedangkan dimensi interpersonal adalah saat moral ikut mengatur dalam penyelesaian konflik (Santrock, 2007; Gibbs, 2003; Power, 2004, Walker&Pitts, 1998).

Menurut Jean Piaget (teori struktural kognitif), perkembangan moral merupakan hasil interaksi antara pelaksana peraturan, pengikut, dan pembuatnya secara individual dengan kerangka jalinan yang bersangkutan, yang menunjukkan esensi moralitas tersebut. Fokus teori ini adalah sikap, perasaan atau afeksi, dan kognisi dari individu terhadap perangkat aturan yang bersangkutan (Kurtines, 1992:513).

1. Level 1 (1-2 tahun)

Pada tahap ini, pelaksana peraturan masih bersifat motor activity, dan belum memiliki kesadaran akan adanya aturan. Setiap gerakan dan perbuatan masih belum didasari oleh kesadaran akan adanya peraturan yang harus ditaati.

2. Level 2 (2-6 tahun)

Pada tahap ini, pelaksana peraturan sudah mulai memiliki kesadaran akan adanya peraturan. Anak menganggap bahwa peraturan bersifat paten dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, sehingga melakukan perubahan peraturan

(12)

20 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

merupakan kesalahan besar. Dalam pelaksanaan peraturan, anak masih bersifat egosentris (berpusat pada dirinya).

3. Level 3 (7-10 tahun)

Pada tahap ini, pelaksana peraturan sudah mulai meninggalkan sifat egosentris. Anak sudah memiliki keinginan yang kuat untuk memahami aturan dan melaksanakannya. Dalam hal ini, sifat heteronomi mulai bergeser menjadi sifat otonomi

4. Level 4 (11-12 tahun)

Pada tahap ini, kemampuan berpikir pelaksana peraturan sudah berkembang.

Anak mampu untuk berpikir abstrak, dan memiliki kesadaran bahwa peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama. Oleh karena itu, level ini merupakan tahap kodifikasi (pemantapan peraturan)(Soenarjati dan Cholisin, 1989:34-35).

2.3. Tinjauan Terumbu Karang 2.3.1. Definisi Terumbu Karang

Terumbu Karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum cnidaria kelas anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas anthozoa tersebut terdiri dari dua subkelas yakni hexacorallia atau zoantharia dan octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, morfologi, dan fisiologi.

Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut dengan polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja, yang memiliki bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun dalam kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut dengan koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3.

2.3.2. Habitat Terumbu Karang

Terumbu karang umumnya hidup di wilayah tropis sekitar pantai atau di daerah yang masih mendapat sinar matahari, yakni kurang lebih 50 meter di bawah permukaan air laut. Namun, ada juga beberapa spesies terumbu karang

(13)

21 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

yang dapat hidup di dasar lautan dengan cahaya yang sangat minim, bahkan tanpa cahaya sama sekali. Namun terumbu karang yang hidup di dasar lautan ini tidak melakukan simbiosis dengan zooxanthellae dan tidak membentuk karang.

Terumbu karang merupakan spesies yang sensitif. Agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang baik pula. Ada beberapa hal yang sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup terumbu karang, diantaranya adalah:

1. Suhu

Secara geografis, suhu membatasi sebaran karang. Suhu optimum untuk terumbu adalah 250C – 300C (Soekarno et al, 1983). Suhu juga mempengaruhi tingkah laku makan karang. Kebanyakan karang akan kehilangan kemampuan untuk menangkap makanan pada suhu diatas 33,50C dan dibawah 160C (Mayor, 1918). Pengaruh suhu terhadap karang tidak saja yang ekstrim maksimum dan minimum saja, namun perubahan mendadak dari suhu alami sekitar 40C–60C dibawah atau diatas ambient dapat mengurangi pertumbuhan, karang bahkan mematikannya.

2. Salinitas

Salinitas merupakan faktor pembatas kehidupan karang. Setiap karang memiliki daya tahan yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi laut setempat. Karang hermatipik adalah organisme laut sejati yang sangat sensitif terhadap perubahan salinitas yang jelas menyimpang terhadap salinitas air laut, yaitu 320/oo–350/oo.

Binatang karang hidup subur pada salinitas air laut 340/oo –360/oo. Karang yang hidup dilaut dalam jarang atau hampir tidak pernah mengalami perubahan salinitas yang cukup besar sedang yang hidup ditempat-tempat dangkal sering kali dipengaruhi oleh oleh masukan air tawar dari pantai maupun hujan sehingga terjadi penurunan salinitas perairan.

3. Cahaya

Cahaya diperlukan oleh alga simbiotik zooxanthellae dalam proses fotosintesis untuk memenuhi kebutuhan oksigen biota terumbu karang (Nybakken,1992). Semakin sedikit cahaya, semakin berkurang pula kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat yang membentuk terumbu karang.

Kedalaman penetrasi cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan karang

(14)

22 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

hermatipik, sehingga dapat mempengaruhi penyebarannya (Sukarno,1977).

Jumlah spesies berkurang secara nyata pada kedalaman penetrasi cahaya sebesar 15 - 20% dari penetrasi cahaya permukaan yang secara cepat menurun mulai dari kedalaman 10 meter (D'elia et al., 1991).

4. Sedimentasi

Pengaruh sedimentasi terhadap hewan karang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Sedimen akan mematikan langsung karang bila ukuran sedimen cukup besar atau banyak sehingga menutup polip karang.

Pengaruh tidak langsung adalah menurunnya penetrasi cahaya matahari yang penting untuk proses fotosintesis zooxanthellae. Selain itu banyaknya energi yang dikeluarkan oleh binatang karang tersebut untuk menghalau sediment mengakibatkan turunnya laju pertumbuhan karang.

5. Gelombang dan arus

Gelombang dan arus memiliki dampak positif pada pertumbuhan karang (Nontji, 1987), karena besarnya pasokan oksigen dan plankton baru yang dibawa bagi koloni karang. Selain itu gelombang sangat membantu dalam menghalangi pengendapan pada koloni karang. Sebaliknya, gelombang yang sangat kuat, seperti halnya gelombang tsunami, dapat menghancurkan karang secara fisik.

2.3.3. Manfaat Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang mempunyai manfaat yang bermacam-macam, menurut Amin (2009) dapat diklasifikasikan menurut fungsinya, yaitu:

1. Fungsi Pariwisata

Terumbu karang memiliki bentuk dan warna yang bermacam-macam, serta kekayaan biota laut yang beragam. Keindahan karang, kekayaan biologi dan kejernihan airnya membuat kawasan terumbu karang terkenal sebagai tempat rekreasi. Scuba diving, snorkeling, dan fotografi bawah laut adalah kegiatan yang umumnya dilakukan untuk menikmati terumbu karang.

2. Fungsi Ekonomi

Terumbu karang merupakan tempat tinggal berbagai jenis hewan dan ikan karang yang memiliki harga mahal. Banyak nelayan yang menggantungkan hidupnya pada kawasan terumbu karang. Jumlah panen ikan, kerang dan kepiting

(15)

23 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

dari terumbu karang secara lestari di seluruh dunia mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12% dari jumlah tangkapan perikanan dunia.

3. Fungsi Ekologi

Selain memiliki nilai ekonomi dan pariwisata, terumbu karang juga memiliki fungsi yang besar bagi lingkungannya, salah satunya untuk melindungi tepi pantai dari abrasi. Jenis terumbu karang yang berfungsi untuk melindungi pantai adalah terumbu karang tepi dan penghalang. Jenis terumbu karang ini berfungsi sebagai pemecah gelombang alami yang melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Terumbu karang juga memberikan kontribusi untuk akresi (penumpukan) pantai dengan memberikan pasir untuk pantai dan memberikan perlindungan terhadap desa-desa dan infrastruktur seperti jalan dan bangunan- bangunan lainnya yang berada di sepanjang pantai. Apabila rusak, diperlukan milyaran rupiah untuk membuat penghalang buatan yang setara terumbu karang.

Selain sebagai pelindung pantai, terumbu karang memiliki fungsi lain untuk ilmu ekologi, karena memiliki keanekaragaman ekosistem per unit area sebanding atau lebih besar disbanding hutan tropis, sehingga sering disebut sebagai laboratorium bawah laut. Potensi untuk bahan obat-obatan, anti virus, anti kanker dan penggunaan lainnya sangat tinggi.

2.3.4. Ancaman Terumbu Karang

Meskipun memiliki banyak manfaat, tidak banyak orang yang paham betul mengenai terumbu karang. Sering dijumpai perusakan terumbu karang baik sengaja maupun tidak sengaja. Beberapa faktor kerusakan terumbu karang seperti yang dilansir dari jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta adalah:

Pengambilan Karang

Pengambilan terumbu karang secara besar-besaran digunakan sebagai bahan baku kapur dan penahan hempasan gelombang yang ditempatkan dipinggir pantai yang longsor (Kholish, 2013). Selain itu, kerusakan karang juga dapat disebabkan oleh pengambilan secara langsung untuk hiasan. Karang hias kebanyakan digunakan untuk hiasan aquarium. Hal ini semakin meningkat dengan

(16)

24 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

banyaknya permintaan karang hias tujuan ekspor. Indonesia sendiri merupakan negara pengeskpor karang hias terbesar di dunia (Johan dkk., 2007).

Penangkapan Ikan Secara Besar-besaran

Tingginya harga ikan karang dan biota laut non ikan seperti cumi, gurita, lobster, dan lain-lain memicu masyarakat untuk melakukan penangkapan terhadap ikan-ikan karang. Aktivitas penangkapan ikan pada daerah terumbu karang sangat besar pengaruhnya terhadap kerusakan terumbu karang. Banyak masyarakat yang menangkap ikan dengan cara yang merusak ekosistem terumbu karang seperti pengeboman dan penggunaan racun sianida (Sunarto, 2006).

Kegiatan Pariwisata

Beberapa kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan wisata bahari umumnya terjadi akibat kontak fisik wisatawan dengan terumbu karang baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Kontak fisik tersebut antara lain menendang, menginjak, memegang, mengambil biota laut serta peralatan selam yang bersentuhan dengan terumbu karang (Yusnita, 2014).

Pembangunan

Pembangunan di pesisir, darat, maupun laut seperti pelabuhan, jembatan, jalan, hotel, restoran, reklamasi untuk perluasan kota, pemilikan dan penguasaan pulau merupakan kegiatan-kegiatan yang menyumbang kerusakan ekosistem pesisir, termasuk ekosistem terumbu karang (Kholish, 2013).


Pencemaran

Pencemaran limbah pada perairan sungai, pesisir maupun laut, dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang. Bahan pencemar yang masuk ke dalam sungai dan danau dapat terangkut ke pesisir sehingga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem di pesisir, termasuk ekosistem terumbu karang. Pencemaran dapat diakibatkan oleh sampah dan limbah (Kholish, 2013). Selain itu, penggunaan tabir surya, losion badan dan lain-lain juga berpengaruh besar untuk membuat terumbu karang menjadi stress.

Perubahan Iklim

Perubahan iklim yang ekstrim memiliki dampak bagi kehidupan terumbu karang. Kenaikkan suhu air laut dapat menyebabkan pemutihan karang atau coral bleaching yang diikuti dengan terlepasnya zooxanthellae dari polip karang. Hal

(17)

25 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

ini lambat laun akan menyebabkan karang menjadi mati. Pada tahun 1983, hampir semua karang yang hidup di daerah tropis mulai dari Panama sampai daerah Pasifik Barat dan laut Karibia mengalami pemutihan dan diikuti dengan kematian massal (Pasanea, 2013). Selain perubahan iklim, bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi dan tsunami mempunyai potensi yang besar dalam kerusakan terumbu karang. Kerusakan karang yang disebabkan oleh bencana alam biasanya hanya terjadi dan menimbulkan kerusakan maupun kerugian disekitar lokasi terjadinya bencana (Pasanea, 2013).

Predasi

Selain bencana dan ulah manusia, kerusakan karang dapat pula disebabkan oleh hewan pemakan polip karang atau hewan yang membuat rumahnya di dalam koloni karang, seperti contohnya kepiting. Hewan pemakan polip umumnya aktif di malam hari. Dari berbagai jenis hewan pemakan polip karang yang mempunyai kemampuan paling besar untuk merusak koloni karang adalah Acanthaster planci (Pasanea, 2013).

2.3.5. Dampak Kerusakan Terumbu Karang

Kerusakan terumbu karang memiliki dampak yang sangat berpengaruh pada kondisi laut dan sekitarnya. Menurut penelitian Herman Cesar yang merupakan konsultan bank dunia, di Indonesia, dampak kerusakan terumbu karang dari segi ekonomi dalam kurun waktu 4 tahun mencapai 46 juta dollar.

Selain itu, terdapat kerugian sekitar 86.000 dollar per kilometre persegi akibat penggunaan bahan peledak. Perhitungan hilangnya potensi nilai ekonomi terumbu karang ini dihitung dari biaya perbaikan untuk melindungi pantai setelah terumbu karang tersebut hilang.

Kerusakan terumbu karang akan berdampak langsung pada beberapa sektor seperti ekonomi, ekologi, dan juga pariwisata. Tanpa terumbu karang, tepian pantai tidak memiliki perlindungan alami dari ombak, yang akan berakibat pada pengikisan garis pantai. Selain itu, rusaknya ekosistem terumbu karang akan berdampak pada hilangnya spesies-spesies laut yang merupakan salah satu penghasilan utama nelayan dan juga menyebabkan perekonomian di bidang perikanan menurun. Rusaknya terumbu karang dan hilangnya beberapa spesies

(18)

26 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

juga menyebabkan kekayaan laut menurun. Hal ini nantinya akan berdampak negative pada sektor pariwisata, karena daya tarik utamanya yaitu keindahan bahari, telah rusak.

2.4. Tinjauan Buku Dongeng yang Akan Dirancang 2.4.1. Tinjauan dari Segi Ide dan Tema Cerita

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang sering dianggap sebelah mata oleh sebagian orang, khususnya masyarakat perkotaan.

Tidak sedikit masyarakat yang belum paham mengenai apa itu terumbu karang, apa manfaatnya, dan apa dampak kerusakannya pada ekosistem laut. Tidak banyak orang yang mempelajari atau bahkan kenal dengan terumbu karang, karena sebagian besar masyarakat perkotaan jarang memiliki akses untuk mempelajari terumbu karang atau berwisata bawah laut.

Seperti judulnya, buku dongeng Upaya Pengenalan Terumbu Karang bercerita seputar pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai terumbu karang secara umum. Jenis dongeng yang diterapkan adalah fabel, sehingga tokoh-tokoh dalam cerita ini bukanlah manusia, melainkan hewan atau tumbuhan laut. Jenis fabel dipilih untuk menampilkan image lucu dan menarik bagi pembaca yaitu anak-anak. Seperti yang dilansir dari okezone.com, menurut psikolog klinis anak, Vera Itabiliana, “dalam setiap cerita anak, binatang-binatang dipersonifikasi sebagai manusia yang memiliki karakter, sehingga membuat cerita lebih menarik.

Selain itu, dengan tokoh yang diperankan binatang, dapat membuat anak lebih kaya imajinasi”. Pemilihan narasi cerita dongeng dilakukan agar anak merasa bahwa mereka adalah bagian dari cerita tersebut.

2.4.2. Tinjauan Dari Aspek Dasar Filosofis

Sebagai negara maritim dan salah satu bagian dari segitiga koral di dunia, Indonesia memiliki aset kelautan yang besar, salah satunya adalah terumbu karang. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem bawah laut yang memiliki berbagai manfaat, namun masih kurang diperhatikan oleh masyarakat umum.

Banyak masyarakat yang belum paham fungsi terumbu karang, dan ancamannya.

Seringkali masyarakat secara sengaja maupun tidak sengaja melakukan hal-hal

(19)

27 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

yang merusak terumbu karang, padahal untuk bertumbuh terumbu karang membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal ini dibuktikan oleh data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang mengatakan bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia sudah semakin rusak. Sebanyak 36% terumbu karang di 108 lokasi Indonesia mulai mengalami kerusakan (Eric Permana, AA.com, 2018).

Tujuan dari buku ini adalah untuk mengenalkan terumbu karang sejak dini pada anak-anak, sehingga ketika dewasa, anak-anak akan tumbuh dengan berbekal pengetahuan yang cukup untuk menghargai dan menjaga terumbu karang. Diharapkan dengan memiliki pemahaman yang cukup, anak akan merasa lebih aware dan dekat dengan terumbu karang, sehingga di kemudian hari tidak melakukan pengrusakan baik secara sengaja maupun tidak, dan dapat mengedukasi sekitarnya pula. (Murdani, Drajat Andika, portalilmu.com)

2.4.3. Tinjauan Faktor Eksternal atau Faktor Sosial

Budaya membaca sesungguhnya sudah ada sejak jaman nenek moyang.

Jaman dahulu, informasi bacaan seringkali ditulis di dinding-dinding gua, daun, atau kulit hewan. Setelah beberapa lama, informasi bacaan mulai ditulis di kertas, hingga melahirkan buku-buku bacaan. Dalam era sekarang ini, buku bacaan tidak hanya berbentuk cetak saja, melainkan tersedia dalam bentuk digital. Sama halnya seperti buku cetak, buku digital memiliki pasarnya sendiri, serta memiliki beberapa pertimbangan (pro dan kontra) seperti buku cetak. Sebagian orangtua beralih pada bacaan digital dan aplikasi atau youtube untuk anak. Hal ini dinilai lebih praktis, mudah, dan juga murah ketimbang alternative buku cetak. Selain itu, pilihan konten yang disediakan oleh platform digital juga lebih beragam.

Beberapa orangtua yang memiliki kesadaran tinggi tentang literasi cetak, masih aktif membudayakan anaknya untuk membaca buku cetak. Selain untuk menumbuhkan minat dan kebiasaan baca, orangtua juga ingin menghindarkan anaknya dari kecanduan gawai dan mengurangi resiko kesehatan seperti yang umum adalah masalah mata pada anak (minus, silinder, dan lain sebagainya).

Namun semenjak hadirnya permainan online dan media sosial, budaya membaca, terutama cetak, sudah mulai berkurang. Banyak anak jaman sekarang lebih menikmati menghabiskan waktu untuk bermain permainan online atau menonton

(20)

28 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

youtube ketimbang membaca. Padahal membaca memiliki banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak.

Seperti yang dilansir dari hellosehat.com, membaca buku cetak memiliki banyak manfaat seperti meningkatkan kualitas tidur dan meningkatkan performa otak. Penelitian oleh Harvard Medical School pada Proceedings of the National Academy of The Sciences menyatakan bahwa cahaya dari buku digital mengakibatkan kesulitan tidur pada responden. Padahal tidur yang kurang berkualitas akan berdampak pada resiko penyakit kardiovaskular dan metabolisme seperti obesitas, diabetes, dan kanker. Selain itu, menurut sebuah penelitian pada tahun 2014, pembaca buku cetak mampu menceritakan kembali secara lengkap, hingga pada detail terkecil buku cetak yang telah mereka baca.

2.5. Tinjauan Buku Pesaing

Di bawah ini merupakan tabel perbandingan beberapa buku dengan tema serupa yang ada di pasaran. Sampel diambil pada dua toko buku berbeda di pusat perbelanjaan Surabaya Barat.

Judul Gurita Si Makhluk Cerdas

The Sea (Laut)

The Very Silly Shark

Penulis Setiawan G.

Sasongko Kiki MR.

Tony Wolf Jack Tickle

Penerbit Bestari PT. Gramedia

Pustaka Utama

Caterpillar Books Ltd

Bentuk Ukuran 24x20 cm, softcover, memiliki

Ukuran 29x33 cm, hardcover, memiliki

Ukuran 24,7x26,7 mm, memiliki 12

(21)

29 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

24 halaman, Bahan kertas HVS tebal

10 halaman, bahan board

halaman, bahan board Ide Cerita Secara ide cerita,

buku ini mengedukasi pembaca yang merupakan anak- anak dengan bahasa

yang ringan dan santai, namun mengandung banyak

informasi. Buku ini tidak berbentuk dongeng, namun

lebih berupa pemaparan informasi

secara sederhana.

Ide cerita buku ini adalah untuk mengenalkan kehidupan laut

secara singkat sesuai lokasi habitatnya. Buku ini

tidak menjelaskan secara spesifik

mengenai lingkungan, morfologi, ataupun sifat-sifat biota laut tersebut, namun

hanya sebatas mengenalkan dalam

bahasa Indonesia dan Inggris. Selain itu konsep buku ini adalah mengajak pembaca agar lebih

aktif-interaktif dan teliti.

Buku ini menceritakan karakteristik lucu hewan-hewan laut secara singkat. Cerita ini dibawakan dengan bahasa yang ringan

dan ramah (seperti storytelling) sehingga

lebih mudah dipahami oleh anak

kecil. Selain itu informasi yang diberikan juga tidak

berat sama sekali karena konsepnya hanya mengenalkan

sifat ramah hewan- hewan laut.

Visual Ilustrasi buku ini tergolong sederhana,

cukup real, dan memiliki detail yang

cukup. Warna yang digunakan cenderung

Visual buku ini cukup menarik karena pemilihan

warna yang beragam dan cerah,

sehingga

Visual buku ini sangat menarik karena memiliki warna yang beragam

dan cerah. Gaya ilustrasi yang

(22)

30 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

bold dan tidak terlalu banyak, namun kesan warna biru

yang dipilih menimbulkan kesan

gelap dan dalam.

Gradasi warna juga sangat halus dan terblend dengan rapi.

Pemilihan typeface mudah dibaca dan sederhana tapi tidak

standar. Visual digunakan sebagai media pendukung, sehingga visual

dibuat untuk menjelaskan teks agar lebih mudah

dipahami.

memberikan kesan yang ceria. Ilustrasi

buku ini juga dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memberi

kesan imut (tidak terlalu nyata) dan lebih sederhana, namun tetap jelas.

Pemilihan typeface juga mudah tidak biasa, namun tetap terbaca dengan baik.

Pemilihan warna typeface juga tidak

bentrok dengan warna latar belakang gambar.

Buku ini juga memiliki fitur interaktif flip-flap

(ada pesan tersembunyi yang bisa dibuka dibalik

gambar)

digunakan juga sesuai dengan anak-anak karena hewan-hewan tersebut digambarkan

dengan bentuk sederhana dan imut.

Gradasi warna yang digunakan juga tidak

terlalu kontras sehingga terlihat halus. Buku ini juga memiliki fitur pop-up

yang muncul ketika halaman buku

dibalik.

Content Message

Dari segi pesan, buku ini ingin menjelaskan tentang pengetahuan seputar

gurita dari segi

Pesan buku ini adalah agar pembaca memahami

berbagai kehidupan dan kegiatan

Buku ini ingin mengenalkan pembaca pada karakteristik ramah hewan-hewan laut.

(23)

31 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

morfologi, habitat, dan lain-lain.

disekitar maupun di dalam laut sesuai lokasi habitatnya.

Tidak hanya biota- biota laut saja, buku

ini juga menyertakan keterangan soal nelayan dan juga

kapal.

Pesan dari buku ini adalah agar anak merasa mengenal dan

tidak takut pada hewan-hewan laut, sehingga diharapkan

akan bertumbuh menjadi anak yang

cinta hewan.

Strength Buku ini memiliki harga yang terjangkau, serta informasi dasar yang

tergolong lengkap.

Bentuknya seperti ensiklopedia, namun

dibawakan dengan metode bercerita

(namun bukan dongeng), sehingga membaca informasi yang “berat” terasa lebih santai. Buku ini

tipis sehingga memudahkan dibawa

kemana-mana.

Ilustrasi dan warna menarik terutama untuk pembaca yang

mayoritasnya anak- anak, sehingga dapat meningkatkan

minat dan antusiasme untuk membaca. Selain itu

fitur interaktif flip- flap juga menjadi poin tambahan, karena menjadi

media yang menarik, menimbulkan rasa

penasaran, dan challenging. Buku ini juga secara tidak

langsung melatih

Ilustrasi dan warna buku ini menarik terutama untuk anak-

anak. Fitur pop-up pada buku ini juga menghibur bagi pembaca karena seakan-seakan membawa sosok hewan-hewan laut ini lebih dekat dan nyata

dalam bentuk 3D.

Bahasa yang digunakan juga

sangat santai sehingga akan mudah

dipahami oleh pembaca yang mayoritas adalah anak-anak. Selain itu,

buku ini memiliki

(24)

32 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

anak agar teliti dan kritis.

edisi yang menyertakan fitur suara hewan yang akan berbunyi ketika

ditekan.

Weakness Informasi yang disajikan bersifat

sangat ilmiah, sehingga mungkin susah dicerna oleh beberapa pembaca yang masih kecil.

Pemilihan warna typeface di beberapa

halaman cenderung tidak nyaman untuk dibaca (warna tulisan

hitam dengan background biru tua). Gaya gambar

yang cukup nyata (tidak dimodifikasi

menjadi lucu atau imut), serta warna yang menciptakan

suasana gelap, cenderung kurang menarik perhatian dan antusiasme anak.

Ukuran buku yang cukup besar kurang

praktis bila dibawa bepergian. Selain itu

media utama yaitu flip-flap terasa agak

kaku dan sulit dibuka (saat buku

masih baru dan pertama kali dibuka). Beberapa letak flip-flap agak sulit dilihat karena

sangat samar dengan latar gambar. Informasi yang diberikan oleh buku ini juga sangat minim, serta tidak mengandung narasi

cerita apapun.

Tidak ada informasi atau alur cerita berkesinambungan

yang dibawakan, sehingga kurang mengajak anak untuk

berfantasi. Narasi cerita tiap halamannya berubah

sesuai hewan yang sedang diceritakan.

Selain itu, konten cenderung monoton

karena hanya menampilkan pop-up

3D hewan yang berbeda-beda tanpa variasi, sehingga tiap

halamannya mudah tertebak. Selain itu jumlah halaman tergolong sedikit dan

memiliki harga yang mahal.

Opportunity • Tidak banyak buku bacaan anak di

• Tidak banyak buku cerita anak

• Di Indonesia, tidak banyak

(25)

33 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Indonesia yang membahas spesifik

mengenai spesies laut.

• Kebanyakan buku anak yang membahas tentang

spesies laut berbentuk ensiklopedia yang

cukup tebal dengan sedikit ilustrasi (biasanya

hanya menampilkan

foto).

yang memiliki fitur interaktif.

• Kebanyakan buku hanya

spesifik membahas satu

spesies saja, ketimbang lingkungan

hidup dan kegiatan sekitar dari suatu lokasi.

• Anak cenderung lebih tertarik dengan hal-hal

berbau permainan, dibandingkan dengan bacaan

saja.

• Penggunaan bahasa Indonesia

dan bahasa Inggris bisa menjadi sarana belajar bahasa.

buku cerita anak tentang

hewan laut yang menggunakan

Bahasa Inggris, sehingga memenuhi demand pasar bagi pembaca yang mencari

buku berbahasa

Inggris (sekaligus sebagai sarana

belajar bahasa).

• Tidak banyak buku yang menawarkan

fitur suara.

• Anak cenderung tertarik dengan hal-hal baru yang jarang dijumpai, salah

satunya adalah fitur pop-up.

(26)

34 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Threat • Beberapa buku impor yang

masuk ke Indonesia memiliki visual

yang lebih menarik, dan lebih interaktif.

• Banyak buku fiktif (mengandung

lebih banyak narasi cerita dibanding informasi) anak

yang dianggap lebih menarik.

• Maraknya konten digital edukatif untuk anak dari

yang mahal hingga yang

gratis.

• Beberapa buku lain menyajikan narasi

cerita dan atau informasi yang lebih banyak.

• Banyak paket permainan edukatif

anak yang lebih interaktif dan

bervariasi.

• Maraknya konten digital edukatif untuk anak dari yang mahal hingga

yang gratis.

• Sudah banyak buku pop-up yang lebih variatif dan tidak monoton.

• Banyak buku pop-up dengan

harga yang lebih terjangkau.

• Banyak paket permainan edukatif anak

yang lebih interaktif dan

bervariasi.

• Maraknya konten digital edukatif untuk

anak dari yang mahal hingga yang

gratis.

Tabel 2.1 Analisa Data Buku Cerita Bergambar Pesaing

(27)

35 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

2.5.1. Data Visual

Gambar 2.1 Cover dan isi buku Gurita si Makhluk Cerdas Sumber: Anastasia Vania

Gambar 2.2 Cover dan isi buku The Sea Sumber: Anastasia Vania

Gambar 2.3 Cover buku The Very Silly Shark

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=0O7V8SodrRk

(28)

36 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Gambar 2.4 Isi buku The Very Silly Shark

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=o20y64FNVtg&t=31s

2.6. Analisis Data Lapangan 2.6.1. Analisis Profil Pembaca

Pada usia 6-10 tahun, anak sedang belajar membaca dan juga ada yang sudah mulai fasih membaca. Pada usia ini, anak sedang dalam fase eksplorasi.

Anak cenderung ingin tahu tentang sekitarnya, ataupun tentang hal-hal yang pernah mereka jumpai. Karena rasa ingin tahu yang tinggi, anak menjadi cepat belajar dan menangkap informasi. Pada usia daya imajinasi anak masih tergolong tinggi, sehingga anak masih menyukai cerita dongeng fiksi, namun juga sudah mulai mencari nilai dalam dongeng tersebut. Selain itu anak juga sudah mampu berpikir logis dan menghubungkan sebab akibat dari suatu kejadian.

2.6.2. Analisis Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan pada 3 narasumber di wilayah Surabaya.

1. Paulina Raras R.,S.Psi.,

Ibu Raras merupakan seorang ibu yang bekerja sebagai psikolog di Universitas Kristen Petra dan memiliki dua orang anak, satu perempuan dan salah satunya laki-laki berusia 7 tahun. Anak dari Bu Raras sendiri memiliki hobi membaca, dan mayoritas buku yang digemari adalah ensiklopedi dan buku kartun anak-anak. Karena si anak memiliki hobi

(29)

37 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

membaca, Bu Raras rutin membeli buku bacaan. Tidak ada jumlah tertentu dan jumlah pasti berapa buku yang dibeli setiap bulannya, tergantung permintaan sang anak dan tergantung apakah buku yang terdahulu sudah selesai dibaca atau belum. Untuk budget buku bacaan, Bu Raras mematok maksimal harga buku yang akan dikeluarkan adalah Rp 150.000.

Dalam proses mendidik anak, Bu Raras lebih memilih buku sebagai media pembelajaran ketimbang aplikasi atau Youtube. Anak dari Bu Raras hampir tidak pernah membuka Youtube sendiri, dan aplikasi yang dulu sempat digunakan hanya satu macam yaitu untuk belajar bahasa Inggris. Namun Bu Raras masih memberi jatah waktu anak untuk bermain gawai di hari libur dengan jangka waktu yang ditentukan. Hal ini dikarenakan Bu Raras berpendapat bahwa buku merupakan media belajar anak yang bisa dibaca setiap saat, dan lebih baik untuk kesehatan.

Menurut Bu Raras, penggunaan gawai dapat menyebabkan anak menjadi ketergantungan, susah bersosialiasasi (karena kecanduan bermain), dan ketika menjalin relasi dengan orang lain menjadi kurang peka, karena terbiasa fokus pada diri sendiri. Fungsi otak juga menjadi tidak optimal karena mayoritas digunakan untuk bermain gawai.

Bu Raras dan suami memiliki kebiasaan membacakan anaknya buku sejak kecil (hingga kisaran umur 6 tahun), namun semenjak sang anak mulai bisa membaca sendiri, Bu Raras dan suami sudah tidak pernah membacakan buku untuk anaknya. Dalam memilih buku, Bu Raras juga cukup memperhatikan konten dari buku tersebut. Menurut Bu Raras, konten buku yang baik dan menarik baginya dan anak adalah buku yang memiliki segi edukasi, dan apabila tujuannya untuk hiburan tetap memiliki konten yang sesuai dengan anak (bukan konten dewasa, atau konflik drama). Selain konten, Bu Raras juga memperhatikan penggunaan layout, huruf, dan juga gambar. Apabila output buku kurang menarik, Bu Raras beranggapan bahwa hal tersebut dapat menyebabkan si pembaca jadi malas untuk membaca. Rata-rata bacaan yang dipilih memiliki gambar yang banyak dan menarik, namun tidak terlalu padat,

(30)

38 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

dan juga menggunakan ukuran font yang besar dan berjenis agak lebar.

Selain itu, Bu Raras lebih menyukai buku yang memiliki banyak gambar dan interaktif, salah satu contoh yang sering dibaca adalah Ensiklopedi Anak Hebat dan Komik Keluarga Super Irit.

Ketika ditanya seputar terumbu karang, Bu Raras mengaku mengetahui terumbu karang adalah “sesuatu” yang berada di bawah laut dan biasa digunakan untuk hiasan aquarium air laut. Menurutnya, terumbu karang memiliki manfaat untuk tempat hidup hewan-hewan laut, terutama ikan-ikan kecil. Ketika ditanya apakah si anak mengetahui tentang terumbu karang, jawabannya adalah kemungkinan tahu melalui film Nemo dan Finding Dory.

Gambar 2.5. Foto diri narasumber-Paulina Raras (Sumber: Dokumentasi Paulina Raras) 2. Riezka

Ibu Riezka merupakan seorang ibu yang bekerja sebagai Sekretaris BOD di PT. Indomarine Surabaya, dan memiliki seorang anak perempuan berusia 4 tahun, dan seorang anak laki-laki berusia 7 tahun.

Kedua anak dari Bu Riezka memiliki hobi membaca. Anak perempuannya memiliki kesukaan membaca buku kartun seperti My Little Pony, sedangkan anaknya yang laki-laki memiliki hobi dan kecintaan pada dinosaurus, sehingga mayoritas buku dan permainan yang dimiliki adalah tentang dinosaurus. Bu Riezka tidak memiliki

(31)

39 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

batasan tertentu berapa buku yang dibeli setiap bulannya, namun Bu Riezka memastikan paling tidak sebulan sekali membeli buku bacaan baru untuk anaknya. Tidak ada pertimbangan khusus bagi Bu Riezka dalam membeli buku, selama anak suka dan harganya sesuai dengan kualitas buku yang diperoleh. Bu Riezka juga tidak mematok budget maksimal untuk membeli buku, karena Bu Riezka percaya tidak ada yang percuma dan sia-sia untuk sebuah ilmu. Namun, rata-rata harga buku yang selama ini berkisar antara Rp 10.000-100.000 (tidak termasuk buku edisi satu set).

Dalam mendidik anaknya, Bu Riezka masih menggunakan kedua media yaitu analog (buku dan permainan) dan digital (aplikasi dan Youtube). Alasan Bu Riezka menggunakan gawai adalah karena tidak ingin anaknya gagap teknologi atau ketinggalan jaman, mengingat bahwa sekarang ini merupakan era teknologi yang tidak bisa dihindari ataupun ditolak, namun tetap harus diarahkan. Selain itu, Bu Riezka tidak ingin melarang anaknya karena tidak ingin si anak melakukan hal- hal yang dilarang secara sembunyi-sembunyi. Bu Riezka menegaskan bahwa hal terpenting yang perlu dijelaskan pada sang anak adalah alasan atas segala sesuatu yang diperbolehkan ataupun dilarang. Hal ini dimaksudkan agar sang anak mengerti dengan jelas mengapa ia boleh atau tidak boleh melakukan suatu hal, sehingga menghindarkan anak dari berbohong. Bu Riezka mengijinkan anaknya untuk bermain gawai pada hari libur dan akhir pekan selama 5x30 menit dalam sehari.

Pembatasan waktu dilakukan untuk menghindarkan anak dari kecanduan.

Bu Riezka dan suami masih mendongeng untuk anaknya sebelum tidur, namun tidak rutin. Dongeng yang sering diceritakan adalah cerita fabel seperti Si Kancil dan juga salah satu dongeng nusantara seperti Ande-ande Lumut. Selain mendongeng untuk anaknya, anak-anak Bu Riezka sendiri (terutama yang kedua) gemar bercerita pada saudara atau orangtuanya. Biasanya si anak mendongeng tentang Si Kancil, T-rex, dan juga tentang keseharian mereka. Menurut Kak Riezka, dongeng

(32)

40 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

memiliki manfaat sebagai media yang menyenangkan bagi anak untuk menanamkan pesan moral, bercerita, dan melatih kreativitas serta imajinasi melalui proses membayangkan atau memvisualisasikan alur cerita serta menceritakan kembali dongeng yang pernah didengar menurut versi sang anak.

Menurut Bu Riezka sendiri, tipe buku dongeng yang ideal untuk anak adalah buku yang memiliki warna-warna cerah dan mudah dipahami (warna primer dan sekunder), serta bentuk-bentuk sederhana maupun yang sudah memiliki detail. Baginya, akan lebih baik lagi apabila buku tersebut dikemas secara menarik dengan menambahkan unsur interaktif pada buku seperti pop-up, flip-flap, dan augmented reality. Hal ini disebabkan karena anak akan lebih tertarik apabila diberi suatu tantangan ketimbang hanya membaca.

Ketika ditanya tentang terumbu karang, Bu Riezka mengaku mengetahui sedikit informasi tentang terumbu karang. Menurutnya terumbu karang merupakan suatu ekosistem laut dan memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan laut salah satunya sebagai tempat tinggal beberapa hewan karang. Menurut Bu Riezka, pelatihan tentang lingkungan hidup sejak dini itu perlu, agar menanamkan sikap disiplin dan kepekaan pada anak. Saat ditanya apakah sang anak mengetahui tentang terumbu karang, Bu Riezka menjawab bahwa si anak tahu sedikit tentang terumbu karang melalui salah satu buku ensiklopedia laut, dan juga melalui cerita dari sang tante yang sering bepergian ke pantai. Menurut Bu Riezka, anak pertamanya memiliki sifat suka berpetualang, rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan untuk menjelajahi hal-hal baru. Hal ini ditunjukkan melalui salah satu keinginan anaknya untuk ikut pergi ke pantai bersama sang tante.

(33)

41 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Gambar 2.6. Lokasi Kantor Narasumber Sumber: Google earth

3. Farida Kurniawati, S.Psi

Bu Farida merupakan ketua yayasan dari Baby Smile School. Menurutnya, dongeng dapat diceritakan kepada segala usia, dengan topik dan pendekatan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, untuk batita topik yang sering diangkat adalah seputar toilet learning, dan cara makan sendiri. Sedangkan untuk balita kebanyakan topik yang diajarkan adalah seputar tanggung jawab dan kemandirian. Menurut Bu Farida sendiri, topik tentang pengenalan terumbu karang lebih sesuai untuk target anak usia 6- 12 tahun. Anak usia 6-12 tahun berada di tahap abstraksi, sehingga mereka lebih bisa mencerna informasi yang sifatnya tidak terlalu realistis (tidak digambarkan secara gamblang dan detail). Selain itu, pada usia ini rasa ingin tahu anak sedang tinggi- tingginya. Mereka meniru sekitarnya (modelling), dan memproyeksikan hal yang ditirunya pada diri sendiri dan sekitarnya. Pendampingan pada masa ini juga sangat penting, agar anak tidak salah meniru role model.

(34)

42 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Menurut Bu Farida, dongeng merupakan salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan dan melatih kreativitas anak. Melalui dongeng, anak diajak untuk berkonstentrasi pada suatu peristiwa, kritis dalam memahami alur, dan memproyeksikan suatu cerita menjadi konsep visual dalam benaknya melalui imajinasi. Namun sebaiknya dongeng yang dibawakan tidak bersifat menggurui, namun lebih ke mengajak anak untuk merasakan berada di situasi tertentu dan memahami pesan dari cerita. Apabila dongeng bersifat menggurui, anak akan cenderung merasa tidak nyaman, dan tidak tertarik lagi untuk mendengarkan cerita tersebut. Konsep yang terpenting agar anak tertarik mendengarkan atau membaca dongeng (selain output visual) adalah memancing rasa ingin tahu anak, salah satunya dengan mengajak anak untuk berpikir dan memberi kejutan di setiap akhir halaman. Bahasa yang digunakan juga harus sederhana dan bahasa bercerita (bukan bahasa kaku atau menggunakan pemilihan diksi yang tidak umum dan sulit dipahami).

Bu Farida lebih menyarankan penggunaan media analog untuk pendidikan anak, terutama usia dibawah 12 tahun.

Alasannya adalah karena terlalu banyak menggunakan media digital dapat menyebabkan anak menjadi kecanduan, susah bersosialisasi dengan sekitarnya, dan juga menurunkan kreativitas dalam imajinasi dan problem solving (karena komunikasi hanya berjalan satu arah, yaitu anak melihat gadget), dan juga menghambat keterampilan motorik anak. Banyak manfaat dari buku yang tidak dimiliki oleh gawai, salah satunya adalah tampilan fisik, dan sensasi yang bisa dirasakan oleh pembaca (bentuk, ketebalan, tekstur). Sehingga bagaimanapun juga posisi buku, terutama pada pendidikan anak tidak dapat digantikan oleh gawai.

(35)

43 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Gambar 2.7. Lokasi Baby Smile School Manyar

Sumber: https://foursquare.com/v/baby-smile-school-manyar-kertoadi-by- bhinnekastudiomusik/5359ce30498eca2a051fea73/photos

2.6.3. Analisis Kelemahan dan Kelebihan

Buku ini menceritakan tentang proses terbentuknya terumbu karang hingga kerusakannya melalui metode dongeng, sehingga lebih mudah dimengerti anak. Ilustrasi yang diberikan juga didesain sedemikian rupa agar menarik minat anak. Minimnya informasi atau cerita yang membahas terumbu karang bagi anak juga merupakan salah satu opportunity dari buku ini. Kelemahan dari buku ini adalah, buku ini belum membawa terumbu karang “sepenuhnya” pada anak karena keterbatasan media, dan juga harga buku yang tergolong mahal. Ancaman buku ini adalah media belajar anak melalui platform digital, yang mampu menyajikan audio dan visual yang lebih kompleks dan memiliki harga terjangkau dibanding buku.

2.6.4. Analisis Prediksi Dampak Positif

Melalui perancangan buku dongeng ini diharapkan dapat membantu anak untuk mengenal lebih dekat dan memiliki pengetahuan dasar seputar terumbu karang dengan cara yang menyenangkan. Melalui ilmu pengetahuan yang dimiliki anak terhadap terumbu karang, diharapkan anak dapat menumbuhkan kepedulian, dan juga ikut serta menjaga terumbu karang, terutama ketika sedang berwisata, hingga ketika dewasa nanti. Sehingga, dalam jangka panjangnya kelestarian terumbu karang dapat terjaga. Selain itu diharapkan anak juga dapat mengedukasi

(36)

44 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

orangtua dan sekitarnya tentang terumbu karang melalui hal yang telah mereka pelajari.

2.7. Simpulan

Minimnya pengetahuan, mispersepsi, dan juga rendahnya kepedulian masyarakat terhadap terumbu karang menyebabkan banyaknya kerusakan yang terjadi pada ekosistem yang memiliki manfaat besar bagi laut ini. Salah satu alasan dasar adalah karena kebanyakan masyarakat merasa terumbu karang tidak memiliki dampak langsung bagi kehidupan mereka (merasa tidak dekat dengan terumbu karang) karena keberadaan terumbu karang yang jauh dari wilayah pemukiman masyarakat kota. Sedikitnya buku atau media pembelajaran tentang terumbu karang juga menyebabkan informasi ini menjadi tidak awam. Hal ini akan berdampak pada ketidaktahuan anak tentang terumbu karang, karena tidak pernah menerima edukasi dari orangtua ataupun lingkungan mereka. Dampak jangka panjangnya adalah, anak akan tumbuh tanpa pengetahuan tentang terumbu karang atau mispersepsi, sehingga tidak memiliki kepedulian terhadap ekosistem laut tersebut dan juga tidak akan mengedukasi generasi bawahnya, menyebabkan siklus negatif ini akan terus berputar. Oleh karena itu diperlukan perancangan yang dapat membantu mengenalkan sejak awal dan membuat proses pengenalan terumbu karang pada anak-anak menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

2.8. Usulan Pemecahan Masalah

Dari permasalahan mengenai kurangnya edukasi anak tentang terumbu karang karena tidak pernah dikenalkan dan merasa tidak dekat, salah satu usulan pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat membawa terumbu karang lebih dekat pada anak, melalui perancangan buku dongeng Upaya Pelestarian Terumbu Karang, yang ditujukan bagi anak usia 6-10 tahun sebagai media pembelajaran.

Gambar

Ilustrasi dan warna  buku ini menarik  terutama untuk
Tabel 2.1 Analisa Data Buku Cerita Bergambar  Pesaing
Gambar 2.1 Cover dan isi buku Gurita si Makhluk Cerdas  Sumber: Anastasia Vania
Gambar 2.4 Isi buku The Very Silly Shark
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Putra, dkk (2014) dengan judul pengaruh persepsi guru tentang gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan iklim kerja terhadap kinerja

3 Studi Perencanaan Jaringan Pipa Air Bersih dengan Menggunakan Sistem Zoning pada Daerah Pelayanan Buring Bawah 2 Kota Malang.. Skripsi 2002 T Sipil, FT,

Memberikan masukan kepada menteri mengenai penilaian MWA atas kinerja rektor yang menyangkut bidang akademik; 21. Mengusulkan pengangkatan anggota MWA kepada

Kepercayaan kepada Allah oleh masyarakat pedesaan kecamatan Jerowaru karena menganut agama Islam tidak serta merta meninggalkan kepercayaan nenek moyang mereka akan

GURAME (Osphronemus gouramy) YANG SAKIT PADA KOLAM POLIKULTUR MILIK PETANI IKAN DI DESA AJIBARANG KULON KECAMATAN AJIBARANG. KABUPATEN BANYUMAS ” adalah sebagai syarat

Mereka mendesak para guru untuk (1) mencari tahu siapa teman sejati mereka dalam perjuangan untuk menguasai sekolah; (2) mempelajari siapa siswa mereka dengan

Tujuan pengelolaan WS Dolok-Penggaron mengacu pada sasaran pengembangan dari Propinsi Jawa Tengah yang digambarkan pada rencana tata ruang yang ditekankan pada pertumbuhan

Untuk masalah diagnosa yang muncul pada pasien dengan congestive heart failure (CHF) antara lain pola nafas yang tidak efektif sudah teratasi dengan memberikan