• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 METODE PENELITIAN

PDAM Pelanggan PDAM

Penyerahan dana Retribusi rekening air melalui Dinas

Kehutanan dan BLH Mekanisme Pembayaran Biaya penanaman dan pemeliharaan Mekanisme Pembiayaan melalui Retribusi rekening air Penyedia (provider) Pemerintah Desa Gamlamo Kelompok Masyarakat rehabilitasi mangrove

Gambar 11 merupakan skema PJL untuk jasa air di Kecamatan Jailolo sebagai hasil yang dihasilkan dari analisis deskriptif dengan studi kasus dari skema PJL yang pernah dilakukan di tempat yang telah menerapkan skema PJL untuk jasa air. Pemanfaat jasa air adalah PDAM Kabupaten Halmahera Barat melalui pelanggan PDAM yang telah memanfaatkan air yang bersumber dari mata air sekitar mangrove (mata air gurango) diantara masyarakat desa Desa Bobanehena, Desa Galala, Desa Guamaadu, Desa Gufasa, Desa Jalan Baru, dan Desa Gamalamo, jumlah pelanggan dari sumber mata air gurango berjumlah 1.697 Kepala Keluarga (KK). Mekanisme pembiayaan dilakukan secara langsung melalui retribusi rekening air dari pelanggan PDAM kepada penyedia jasa lingkungan dalam hal ini kelompok masyarakat rehabilitasi mangrove, kelompok masyarakat ini ditentukan oleh Pemerintah Desa Gamlamo yang merupakan tempat dimana kegiatan rehabilitasi dilakukan. Dana dari retribusi air merupakan biaya yang digunakan sebagai pembayaran penanaman dan pemeliharaan mangrove. Pada tahap selanjutnya dilakukan penyediaan bibit mangrove untuk ditanam pada kawasan yang menjadi zona resapan sumber mata air untuk peningkatan kualitas dan kuantitas air baku dari mata air gurango. untuk lebih memudahkan proses koordinasi antara pihak PDAM dengan kelompok masyarakat dalam hal penyediaan bibit, maka diperlukan keterlibatan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup. Sedangkan untuk memediasi dan memfasilitasi semua kegiatan PJL yang nantinya diterapkan dan dijalankan diperlukan kepastian hukum dari pemerintah daerah dalam hal ini DPRD Kabupaten maupun perencanaan dari BAPPEDA, BPDAS Ake Malamo dan Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang independen dalam merumuskan kebijakan maupun sebagai pendamping masyarakat, seperti yang dikemukakan dalam Perda Kabupaten Halmahera Barat No 4 Tahun 2012 dalam pasal 16.

a. Skema pembayaran dan pendanaan PJL untuk jasa wisata mangrove Potensi implementasi PJL dalam wisata hutan mangrove didukung oleh UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dan Permenhut No 22 tahun 2012 tentang pedoman kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam pada hutan lindung. Dari kedua landasan hukum tersebut menjelaskan bahwa setiap penyelenggaraan kepariwisataan dan pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung harus memelihara kelestarian alam dan lingkungan, dengan tidak merusak lingkungan maupun fungsi utamanya. Pembayaran jasa lingkungan berupa pengembangan wisata alam dapat menjadi solusi trade off antara kepentingan ekologi dan ekonomi (Ekayani 2014). Pembayaran jasa lingkungan untuk wisata mangrove di Kecamatan Jailolo dinilai potensial bila dilihat dari adanya pengelolaan yang telah dilakukan saat ini, dimana pengelolaan wisata mangrove telah dikelolah pemerintah melalui Kanporabudpar Kabupaten Halmahera Barat maupun masyarakat yaitu dengan membentuk kelompok masyarakat yang dinamakan kelompok masyarakat sadar wisata (POKDARWIS). Pemanfaat yaitu dari jasa wisata mangrove adalah wisatawan. Mekanisme PES yang rencananya dilakukan yaitu melalui kelompok masyarakat sadar lingkungan (POKDARWIS) yang memanfaatkan pendapatan dari sebagian tiket masuk yang dibayar oleh wisatawan untuk kegiatan trecking di hutan mangrove sebagai mekanisme

pembayaran langsung. mekanisme pembiayaan diperoleh dari sebagian pendapatan dari tiket masuk merupakan biaya penanaman dan pemeliharaan mangrove yang dikelola bersama-sama dengan pemerintah daerah melalui Kanporabudpar Kabupaten Halmahera Barat. Selanjutnya ditetapkan berapa pembayaran biaya konservasi yang nantinya diberikan kepada masyarakat rehabilitasi mangrove (provider) di Desa Gamtala untuk menyediakan bibit yang ditanam agar keanekaragaman hayati tetap terjaga, hal ini dilakukan bersama- sama melalui Pemerintah Desa Gamtala, Dinas Kehutanan dan Badan Lingkugan Hidup. Sama halnya dengan skema PJL untuk jasa air, yang dapat memediasi dan memfasilitasi semua kegiatan PJL diterapkan dan dijalankan diperlukan kepastian hukum dari pemerintah daerah dalam hal ini DPRD Kabupaten maupun perencanaan dari BAPPEDA, BPDAS Ake Malamo dan Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang independen dalam merumuskan kebijakan maupun sebagai pendamping masyarakat, hal ini yang telah diatur dalam Perda Kabupaten Halmahera Barat No 4 Tahun 2012 dalam pasal 16 (Gambar 12).

Sumber: modifikasi dari Pagiola & Platais (2002) ; Herbert et al.(2010)

Gambar 12. Skema penerapan PJL untuk jasa wisata mangrove di Kecamatan Jailolo

b. Monitoring dan evaluasi

Menurut Pagiola dan Palatai (2008) monitoring terhadap program pembayaran jasa lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu monitoring apakah penyedia jasa lingkungan menjalankan perjanjian yang disepakati dan monitoring kegiatan yang dilakukan apakah telah meningkatkan jasa lingkungan yang diinginkan. Untuk monitoring PJL di Kecamatan Jailolo dilakukan apakah penyedia jasa lingkungan menjalankan perjanjian yang disepakati seperti jumlah

Keterangan :

Alur Pembayaran Garis Service Alur koordinasi

Jasa Lingkungan

Jasa wisata mangrove (keanekaragaman hayati mangrove) Pemanfaat (buyer) POKDARWIS Wisatawan Perguruan Tinggi Pemerintah Daerah DPRD BAPPEDA BPDAS Ake Malamo

Penyerahan Dana Tiket masuk melalui Kanporabudpar Mekanisme Pembayaran penanaman dan pemeliharaan emeliharaan Mekanisme Pembiayaan langsung dari tiket masuk Dinas Kehutanan dan BLH Penyedia (provider) Pemerintah Desa Gamtala Kelompok Masyarakat rehabilitasi mangrove

pohon yang ditanam dan monitoring apakah dari penanaman pohon dapat meningkatkan jasa lingkungan yang diinginkan. Untuk jasa wisata monitoring dilakukan untuk menentukan apakah pola tanam sudah sesuai dengan jenis yang diinginkan atau belum hal ini demi menjaga keanekaragaman mangrove. Sedangkan untuk jasa air monitoring dilakukan untuk menentukan apakah penanaman pohon dapat memperluas kawasan lindung demi menjaga kualitas dan kuantitas air. Kegiatan PJL baik kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun dan merupakan tanggung jawab dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Hamahera Barat, hal ini seperti yang dikemukakan dalam Perda Kabupaten Halmahera Barat No 4 Tahun 2012 dalam pasal 14 ayat 1 dan pasal 33.

Dokumen terkait