• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3. PKS 4. PDIP

5. Golkar 6. Gerindra

7. Partai Demokrat 8. PAN

9. PPP

10. Partai Hanura.

Perbedaan UU No 2 Tahun 2008 dengan UU No 2 Tahun 2011 ternyata juga terletak pada penyelesaian perselisihan Partai Politik, Pasal 32 ayat (2) UU No 2 Tahun 2008 menyebutkan “ Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan Partai Politik ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan” jadi partai politik mengalami kebuntuan menyelesaikan permasalahan, maka koridor pengadilan yang akan memutuskan perkara tersebut. Hal ini berbeda dengan UU No. 2 Tahun

89 Mukthie Fadjar, Op.Cit, hlm 79

90 Miftah Thoha, Op.Cit, hlm 55

2011, bahwa sistem penyelesaian perselisihan internal Partai Politik di masukkan dalam Anggaran Dasar Partai Politik, sesuai pasal 2 ayat (4), bahwa AD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat paling sedikit: huruf m) mekanisme penyelesaian perselisihan internal Partai Politik. Pasal 2 ayat (4) huruf m) dapat dihubungkan dengan Pasal 32 ayat (1) Perselisihan Partai Politik diselesaikan oleh internal Partai Politik sebagaimana diatur di dalam AD dan ART. dan ayat (2) Penyelesaian perselisihan internal Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik. bahwa peranan Mahkamah Partai Politik sangat diperlukan oleh Partai Politik, Mahkamah partai politik merupakan lembaga mediasi yang digunakan oleh Partai Politik untuk menyelesaikan kasus-kasus internal Partai Politik. Apabila kasus internal Partai Politik tidak dapat diselesaikan oleh Mahkamah Partai politik dalam jangka 60 (enam puluh) hari, maka dapat diselesaikan melalui jalur pengadilan negeri, sesuai Pasal 33 ayat (1). Dan Putusan Pengadilan Negeri merupakan putusan pertama dan terakhir dan dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

Perubahan UU Partai Politik, pasca orde baru tidak dapat di pungkiri lagi.

Partai Politik sebagai salah satu elemen bangsa, sepantasnya membawa jati diri bangsa indonesia. Pergantian UU Partai Politik sepantasnya di jadikan teladan bagi kehidupan berpolitik bangsa Indonesia. Hadirnya UU No 2 Tahun 2011 sepantasnya dijadikan momentum terakhir bangsa Indonesia membangun suatu sistem kepartaian. Sistem presidensial dijalankan oleh bangsa Indonesia, ternyata masih dalam proses jati diri politik bangsa. Perpaduan sistem parlementer dan

sistem presidensial yang dikembangkan oleh republik ini, ternyata masih jauh dari kenyataan. Pemikiran penulis mengenai keunggulan partai politik terletak pada keunggulan para kader partai politik. Sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat paling sedikit: ...huruf h, sistem kaderisasi. bahwa sistem kaderisasi Partai Politik harus menjadi jembatan karier politik seorang kader, tentunya kader yang militan dan memiliki etos kerja memajukan partai politik. Mereka dapat menduduki jabatan publik kunci legislatif dan eksekutif (misalnya : Calon anggota DPR, Calon anggota DPRD, Calon Menteri, Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala daerah atau calon pejabat negara lainnya).

Mengenai pilar demokrasi, menjadi tanggung jawab partai politik. Karena pada saat ini pilar kebangsaan telah hilang oleh arus globalisasi. Pancasila sebagai ideologi bangsa secara serta merta telah ditinggalkan oleh generasi muda, Partai politik sebagai agen bangsa sepantasnya juga memberikan pendidikan politik berupa pendalaman empat pilar bangsa yaitu: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun etika politik, harus menjadi tanggung jawab partai politik. Untuk itu pasal 34 ayat (3b) huruf b UU No 2 Tahun 2011 memberikan ketegasan kepada partai politik untuk melakukan pendidikan kepada setiap warga negara Indonesia dalam membangun etik politik.

pasal 34 ayat (3b) huruf c UU No 2 Tahun 2011, juga memberikan ketegasan kepada partai politik membuat mekanisme sistem pengkaderan politik yang jelas.

Selama ini partai politik tidak pernah melakukan pengkaderan partai politik secara terbuka, bahkan terkesan ekskulsif. Pengkaderan partai politik terkadang melihat

segi finansial seseorang tidak melihat intelektual kader partai politik. Sehingga kepengurusan partai politik selalu mementingkan sikap kekerabatan kader, ketimbang memasukkan kader-kader yang profesional di bidang politik. Untuk mencari kader profesional tentunya sulit, wacanapun berkembang memasukkan kembali unsur birokrat kedalam kader partai politik, hal ini kemudian ditentang oleh elite politik di senayan.91

Salah satu contoh Perubahan tersebut terjadi pada perundangan yang mengatur partai politik yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel

Pasal-pasal yang mengalami perubahan pada UU Partai Politik

Pasal UU No.2 Tahun 2008 UU No.2 Tahun 2011 Penjelasan

Pasal 1

Partai Politik didirikan dan dibentuk olah paling sedikit 50 (lima puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dengan akta notaris.

o Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu)

ayat 4 a. asas dan ciri Partai Politik;

b. visi dan misi Partai Politik;

c. nama, lambang dan tanda

a. asas dan ciri Partai Politik;

b. visi dan misi Partai Politik;

c. nama, lambang, dan tanda

l. keuangan Partai Politik;

m. mekanisme penyelesaian

d. kepengurusan paling

2) Pendaftaran perubahan menyertakan akta notaris

4) Pendaftaran perubahan menyertakan akta notaris keanggotaan Partai Politik diatur dalam peraturan Partai Politik.

Tata cara pemberhentian keanggotaan Partai Politik diatur di dalam AD dan ART.

Memperkuat organisasi parpol

Pasal 19 ayat 3a

(-) Kepengurusan Partai Politik

tingkat kecamatan

berkedudukan di ibu kota

Memperkuat organisasi parpol sampe pada level

kecamatan. kecamatan Pasal 32 1) Perselisihan Partai Politik

diselesaikan dengan cara

1) Perselisihan Partai Politik diselesaikan oleh internal Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal

Pasal 34 politik bagi anggota Partai Politik dan masyarakat.

Bantuan keuangan dan laporan penggunaan bantuan keuangan kepada Partai Politik diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

anggaran berakhir. usaha, paling banyak senilai Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) per perusahaan dan/ atau badan usaha dalam waktu 1 (satu) tahun anggaran.

Perusahaan dan/atau badan usaha, paling banyak senilai Rp 7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus juta rupiah) per perusahaan dan/atau badan usaha dalam waktu 1 (satu) tahun anggaran.

rawan dagang sapi

Pasal 39 Pengelolaan keuangan Partai Politik diatur lebih lanjut dalam Partai Politik diaudit oleh akuntan public setiap 1

Pasal 45 Pembubaran Partai Politik Diumumkan dalam Berita

Politik tetap diakui

4) Penyelesaian perkara Partai Politik yang sedang dalam

4) Penyelesaian perkara Partai Politik yang sedang dalam proses pemeriksaan di pengadilan dan belum

diputus sebelum

Undang‐Undang ini diundangkan,

penyelesaiannya diputus berdasarkan

Undang‐Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

5) Perkara Partai Politik yang telah didaftarkan ke pengadilan sebelum Undang‐Undang ini diundangkan dan belum diproses, perkara dimaksud diperiksa dan diputus berdasarkan Undang

‐Undang ini.

B. Fungsi, Hak dan Kewajiban Partai Politik

Munculnya partai-partai dengan berbagai ideologi yang melatarbelakangi tak lepas dari karakteristik masyarakat Indonesia yang majemuk. Masyarakat Indonesia atau Hindia-Belanda ketika itu merupakan masyarakat plural (plural society)92 yang banyak memberi kontribusi tidak kecil bagi lahirnya partai-partai politik dalam sistem multi partai.

Partai politik dalam melaksanakan fungsi-fungsi nya senantiasa mempertimbangkan kelompok-kelompok yang ada di dalamnya dan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya. Suatu partai revolusioner cenderung berjuang untuk merubah secara menyeluruh organisasi pemerintahan yang ada kebudayaan, struktur masyarakat dan perekonomian negara; dan jika partai tersebut berhasil

92 http://pkslampung.com/?p=3915 diakses tanggal 20 November 2019

maka ia mungkin mengendalikan setiap kegiatan yang penting dalam masyarakat.

Lain halnya, suatu partai konservatif yang cenderung melaksanakan kegiatankegiatannya untuk berusaha mempertahankan keadaan sebagaimana adanya yang sedang berlangsung.

Mengembangkan sistem politik demokratis, maka partai politik melaksanakan berbagai fungsi yakni; sebagai sarana komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik dan pengatur konflik. 93 Selanjutnya, dijelaskan bahwa fungsi sebagai sarana komunikasi politik, seyogianya partai politik melakukan komunikasi dua arah yaitu dari bawah ke atas merumuskan dan menyampaikan ber bagai kepentingan,aspirasi dan tuntutan masyarakat kepada pemerintah dalam bentuk usul kebijakan umum (public policy). Di sini partai potitik tidak hanya memperjuangkan kepentingan, aspirasi dan tuntutan anggotanya saja tetapi kepentingan masyarakat. Juga partai politik melakukan arus komunikasi dari atas ke bawah, di sini partaipolitik turut membahas dan mensosialisasikan rencana dan kebijakan pemerintah sehingga terjadi dialog yang memungkinkan terbangunnya saling pengertian antara pemerintah dengan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi ini partai politik dapat disebut sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (“Clearing house of ideas“).

Partai politik juga mempunyai fungsi sebagai sarana sosialisasi/

pendidikan politik. Sosialisasi/ pendidikan politik adalah proses dimana seseorang memperoleh pandangan orientasi dan nilai-nilai dari masyarakat di mana ia berada, proses itu juga mencakup proses di mana masyarakat mewariskan

93 Miriam Budiardjo, Op.Cit, hlm 48

norma dan nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Proses sosialisasi/pendidikan politik sudah mulai dari masa kecil dan diselenggarakan melalui berbagai lembaga dankegiatan, seperti pendidikan formal dan informal, media massa seperti radio dantelevisi, serta partai politik. Disini dituntut partai politik untuk lebih mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan partai. Seyogianya loyalitas yang ditanamkan adalah loyalitas kepada bangsa dan negara bukan hanya loyalitas kepada partai, karena sesungguhnya partai politik salah satu sarana dalam membangun bangsa dan negara yang demokratis.94

Selain itu, partai politik berfungsi pula sebagai sarana rekrutmen politik.

Rekrutmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik. Dengan didirikannya organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan buruh,petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya, kesem patan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus ia merupakan salah satu cara untuk menyeleksi caloncalon pemimpin yang akan ditampilkan dalam pemilu baik sebagai calon presiden, wakil presiden maupun sebagai anggota legislatif.

Partai politik juga berfungsi sebagai sarana pengatur konflik. Dalam negara demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka adanya perbedaan dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar. Akan tetapi dalam masyarakat yang sangat heterogen sifatnya seperti Indonesia, maka perbedaan pendapat ini, apakah ia berdasarkan perbedaan etnis, status, sosial ekonomi dan

94 Thomas Meyer, Op.Cit, hlm 41

agama mudah sekali mengundang konflik. Pertikaian-pertikaian semacam ini dapat diatasi dengan bantuan partai politik, sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikim rupa sehingga akibat-akibat negatifnya seminimal mungkin. Di pihak lain dilihat bahwa kadang-kadang partai politik malahan mempertajam pertentangan yang ada. Jika hal ini terjadi dalam suatu masyarakat di mana kadar konsensus nasional adalah rendah, peranan semacam ini dapat membahayakan stabilitas politik dan pemerintahan.95

Partai politik sebagai pilar demokrasi perlu ditata dan disempurnakan untuk mewujudkan sistem politik yang demokratis guna mendukung sitem presindentil yang efektif. Penataan dan penyempurnaan partai politik diarahkan pada dua hal utama, yaitu, pertama, membentuk sikap dan perilaku partai politik yang terpola atau sistematis sehingga terbentuk budaya politik yang mendukung prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi demi terciptanya pemerintahan yang check and balance. Hal ini ditunjukkan dengan sikap dan perilaku partai politik yang memiliki sistem seleksi dan rekrutmen keangotaan yang memadai serta mengembangkan sistem pengkaderan dan kepemimpinan politik yang kuat.

Kedua, memaksimalkan fungsi partai politik terhadap rakyat melalui pendidikan politik dan pengkaderan serta rekrutmen politik yang efektif untuk menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang politik.96

Dalam negara demokrasi, Partai Politik menyelenggarakan beberapa fungsi, yaitu :

95 A. Gau Kadir, Dinamika Partai Politik di Indonesia, Jurnal Sosiohumaniora, Volume 16 No. 2 Juli 2014

96 Miriam Budiardjo, Op.Cit, hlm 50

(1) Partai Politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Dalam hal ini, partai politik merumuskan kebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah kebijakan. Proses ini menunjukkan bahwa komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat dapat dijembatani oleh partai politik. Dan bagi partai politik dapat mengartikulasikan aspirasi rakyat merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat diletakkan, terutama bila partai politik tersebut ingin tetap eksis dalam kancah politik nasional.

(2) Partai Politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan partai politik berkewajiban untuk mensosialisasikan wacana politiknya kepada masyarakat. Wacana politik dari sebuah partai politik dapat dilihat melelui visi, misi, platform, dan program partai tersebut. Dengan sosialisasi wacana politik ini diharapkan masyarakat akan menjadi semakin dewasa dan terdidik dalam politik. Sosialisasi dan pendidikan politik ini memposisikan masyarakat sebagai subyek, tidak lagi sebagai obyek.

(3) Partai Politik berfungsi sebagai sarana rekruitmen politik Partai politik berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekruitmen dalam rangka megisi posisi dan jabatan politik tertentu. Dengan adanya rekruitmen politik maka dimungkinkan terjadinya rotasi clan mobilitas politik. Tanpa rotasi dan mobilitas politik pada sebuah sistem politik maka akan muncul ditaktor dan stagnasi politik dalam sistem tersebut.

(4) Partai Politik sebagai sarana peredam dan pengatur konflik. Dalam negara demokrasi yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya perbedaan dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar.

Akan tetapi pada masyarakat yang heterogensifatnya, perbedaan pendapat baik yang berdasarkan etnis,status sosial ekonomi atau agama mudah sekali mengundang konflik. Pertikaian-pertikaian yang ada dapat diatasi dengan bantuan partai politik, sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-akibat negatifnya seminimal mungkin.97

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, pada Pasal 12 dan Pasal 13 telah menggariskan hak dan kewajiban Partai Politik, sebagai berikut ;

1. Partai Politik berhak:

a. memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan adil dari negara b. mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri

c. memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar Partai Politik sesuai dengan peraturan perundang-undangan

d. ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

e. membentuk fraksi di tingkat Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan

f. mengajukan calon untuk mengisi keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

g. mengusulkan pergantian antarwaktu anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

97 Abd. Muid, Op.Cit, hlm 11

h. mengusulkan pemberhentian anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

i. mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, calon Gubernur dan Wakil Gubernur, calon Bupati dan Wakil Bupati, serta calon Walikota dan Wakil Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan

j. membentuk dan memiliki organisasi sayap Partai Politik; dan

k. memperoleh bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Partai Politik berkewajiban:

a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan peraturan perundang – undangan b. memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia

c. berpartisipasi dalam pembangunan nasional

d. menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi, dan hak asasi manusia e. melakukan pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi politik

anggotanya

f. menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum

g. melakukan pendaftaran dan memelihara ketertiban data anggota

h. membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat;

i. menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara berkala 1 (satu) tahun sekali kepada Pemerintah setelah Politik menentukan bahwa “Partai politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) orang warga negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dengan akte notaris”. Dari ketentuan itu terlihat bahwa pendirian atau pembentukan partai politik mudah dilakukan karena cukup

mengumpulkan 50 (lima puluh) orang, sehingga mendorong setiap orang atau kelompok untuk mendirikan partai politik.98

Pembentukan partai politik merupakan implementasi atas hak kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Hal ini di atur secara jelsa dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28E ayat (3) yang berbunyi bahwa “setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat” .

Ketentuan ini mengandung substansi yang jauh lebih tegas dibandingkan ketentuna pada Pasal 28 yang berasal dari rumusan asli sebelum Perubahan Kedua pada tahun 2000 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang undang”.

Hak atas kemerdekaan berserikat dan berkupul seperti yang dimaksud oleh Pasal 28E ayat (3) juncto Pasal 28 UUD 1945 tersebut diatas, terkait erat dengan hak kemerdekaan berserikat atau freedom of association itu sendiri merupakan satu bentuk ekspresi pendapat dan aspirasi atas ide-ide yang dislurkan dengan cara kerja sama dengan orang lain yang seide dan seaspirasi. Oleh karena itu, jaminan atas kemerdekaan berserikat , berkumpul, dan mengeluarkan pendapat lebih lanjut diatur secara konstitusional dalam Undang –Undang Nomor 2 Tahun 2011 tantang Partai Politik. Undang-Undang ini menggantikan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 yang berlaku sebelumnya, yang pada faktanya dianggap dapat memicu

98 Syamsudin Haris, Op.Cit, hlm 30

timbulnya warga masyrakat yang merasa hak untuk berserikat dan berkumpul mereka masih di batasi.99

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik, anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.100

Landasan kontitusional terhadap pembentukan Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang partai politik terdapat dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan : Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.

Penjelasan Umum UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No.

2 Tahun 2008 tentang Partai Politik mempertajam hakikat politik hukum dalam rangka pengaturan tentang partai politik di Indonesia sebagai berikut: Partai Politik sebagai pilar demokrasi perlu ditata dan disempurnakan untuk mewujudkan sistem politik yang demokratis guna mendukung sistem presidensiil yang efektif. Penataan dan penyempurnaan Partai Politik diarahkan pada dua hal utama, yaitu, pertama, membentuk sikap dan perilaku Partai Politik yang terpola

99 Jimly Asshiddiqie, Op.Cit, hlm 77

100 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, pasal 1 ayat (1).

atau sistemik sehingga terbentuk budaya politik yang mendukung prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi.

Hal ini ditunjukkan dengan sikap dan perilaku Partai Politik yang memiliki sistem seleksi dan rekrutmen keanggotaan yang memadai serta mengembangkan sistem pengkaderan dan kepemimpinan politik yang kuat. Kedua, memaksimalkan fungsi Partai Politik baik fungsi Partai Politik terhadap negara maupun fungsi Partai Politik terhadap rakyat melalui pendidikan politik dan pengkaderan serta rekrutmen politik yang efektif untuk menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang politik. Upaya untuk memperkuat dan mengefektifkan sistem presidensil, paling tidak dilakukan pada empat hal yaitu pertama, mengkondisikan terbentuknya sistem multipartai sederhana, kedua, mendorong terciptanya pelembagaan partai yang demokratis dan akuntabel, ketiga, mengkondisikan terbentuknya kepemimpinan partai yang demokratis dan akuntabel dan keempat mendorong penguatan basis dan struktur kepartaian pada tingkat masyarakat.101

Berdasarkan UU No. 2/2011. Pasal 1 angka 2 UU No. 2/2011 menentukan perubahan tersebut sebagai berikut. Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi. Selanjutnya ditambahkan ketentuan bahwa partai politik didaftarkan oleh paling sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri partai politik dengan

101 Mukthie Fadjar, Op.Cit, hlm 69

akta notaris. Pada pendiri dan pengurus partai politik berlaku ketentuan larangan merangkap sebagai anggota partai politik lain.

Berdasarkan UU No. 2/2011 dilakukan perubahan terhadap syarat di atas dengan menaikkan ambang batas kepengurusan tingkat kabupaten/kota pada tiap provinsi: “kepengurusan pada setiap provinsi dan paling sedikit 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah kabupaten/kota pada provinsi yang bersangkutan dan paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah kecamatan pada kabupaten/kota yang bersangkutan.” Pengaturan ini ditujukan pada perluasan ketersebaran kepengurusan partai politik di tingkat kabupaten/kota dalam satu provinsi. Perubahan lain adalah pada keberadaan kantor tetap yang lebih dirinci yaitu: “kantor tetap pada tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir pemilihan umum.”102

Pengaturan pada tahap pendirian/pembentukan partai politik sampai dengan proses memperoleh status badan hukum ini sangat penting karena merupakan awal dari eksistensi partai politik untuk dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan mengikuti pemilu dan menduduki jabatan sebagai anggota lembaga perwakilan rakyat. Berdasarkan pengaturan yang ada sebagaimana nampak di atas, pembentuk undang-undang telah melakukan langkah progresif dengan lebih mempersulit proses pendirian/pembentukan partai politik.

Pengaturan pada tahap pendirian/pembentukan partai politik sampai dengan proses memperoleh status badan hukum ini sangat penting karena merupakan awal dari eksistensi partai politik untuk dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan mengikuti pemilu dan menduduki jabatan sebagai anggota lembaga perwakilan rakyat. Berdasarkan pengaturan yang ada sebagaimana nampak di atas, pembentuk undang-undang telah melakukan langkah progresif dengan lebih mempersulit proses pendirian/pembentukan partai politik.

Dokumen terkait