• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan dalam Rangka Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh FRANS WARDANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun dan Diajukan dalam Rangka Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh FRANS WARDANA"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PARTAI POLITIK SEBAGAI PILAR DEMOKRASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG

NOMOR 2 TAHUN 20

UNDANG-UNDANG NOMOR 2

Disusun dan Diajukan dalam Rangka Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DEPARTEMEN HUKUM TATA NEGARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PARTAI POLITIK SEBAGAI PILAR DEMOKRASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

PARTAI POLITIK

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan dalam Rangka Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

FRANS WARDANA 120200131

DEPARTEMEN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

PARTAI POLITIK SEBAGAI PILAR DEMOKRASI DI UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS

TENTANG

Disusun dan Diajukan dalam Rangka Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas anugerah, hikmat, kasih setia dan penyertaan dan pertolongan-Nya lah penulis memiliki kekuatan serta kemampuan untuk dapat melewati seluruh proses perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus kepada orangtua penulis, Bapak dan Mama tersayang. Ungkapan cinta tulus dan hormat serta terima kasih yang sebesar-besarnya dari penulis kepada kedua orangtua penulis, Robert Sitinjak., dan Risma Nainggolan atas seluruh cinta dan kasih sayang yang tulus, seluruh nasehat dan didikan yang sangat berharga dan tak ternilai bagi penulis, seluruh pengorbanan serta doa yang tak ada henti-hentinya untuk mendukung penulis yang menjadi motivasi terbesar penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis selalu berdoa agar Tuhan selalu memberkati Bapak dan Mama dengan dengan limpahan anugerah, kasih, sukacita dan kesehatan.

Adapun topik penelitian yang menjadi judul skripsi ini menyangkut tentang Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Skripsi ini dibuat dan diselesaikan sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sejalan dengan penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan

(4)

begitu banyak pengalaman berharga terutama pengembangan diri dalam hal disiplin, ketekunan, kemampuan menulis karya ilmiah serta berpikir dengan daya nalar dan terakhir adalah penyerahan diri kepada Tuhan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan ilmiah yang dimiliki oleh penulis, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk melengkapi dan menyempurnakan karya ilmiah ini.

Penulis sendiri dalam proses pengerjaan skripsi ini menyadari telah mendapatkan banyak sekali bantuan, dukungan, saran serta doa yang tulus dari berbagai pihak untuk merampungkan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Budiman Ginting, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, S.H., M. Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M. Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M. Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Faisal Akbar Nasution, S.H., M. Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(5)

6. Bapak Drs. Nazarudin, SH., MA., selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan dan meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Yusrin, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan bimbingan, memberi waktu, sumbangan pikiran, kritik dan saran yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Bapak/Ibu Dosen Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

9. Seluruh Staf dan pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 10. Orangtua penulis, Robert Sitinjak dan Risma Nainggolan untuk semua hal

yg telah diberikan sejak lahir hingga sekarang.

11. Adik dan kakak Fanny Veronica Sitinjak dan Feggy Yustika Sitinjak, untuk semua dukungan doa dan kasih sayang kepada penulis.

12. Keluarga Besar penulis, Opunng, Tulang Nantulang, Uda nanguda, Uda tante, Amangboru Bou. Terimakasih untuk harapan dan doa kepada penulis.

13. Keluarga Kecil “Etrog” Ka Dessy Saida Simbolon, Ester Josephin Hutagaol, Rika Ambarita, Bobby Hanriadi Sitompul, Ka Dyna Hasibuan.

Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini.

(6)

14. Sahabat-sahabat Fredrik Girsang, Trioktober Sinaga, Yeremia Panomban, Mazmur Sinulingga. Terimakasih sudah bersedia menampung penulis di Kos Bolang selama ini.

15. Sahabat Bolang Ka Naomi, Ka Sonya, Ka Evelyn, Sarah, Meilinda, Ander.

Terimakasih untuk segalanya. Sukses buat semuanya, dan semoga Tuhan Yesus memberkati

16. Seluruh Civitas GMKI Komisariat FH-USU yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. UOUS!

17. Seluruh teman-teman satu jurusan Hukum Tata Negara. Semoga kedepannya semakin sukses dan maju..

Semoga kedepannya penulisan skripsi ini dapat menjadi bahan referensi serta koleksi karya ilmiah yang memberikan kontribusi pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum terutama dalam bidang yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

Akhir kata, Tinggilah Iman, Tinggilah Ilmu, dan Tinggilah Pengabdian. Ut Omnes Unum Sint, Syalom!

Medan, November 2019 Penulis ,

Frans Wardana Sitinjak NIM: 120 200 131

(7)

ABSTRAK Frans Wardana Sitinjak *

Nazarudin **

Yusrin ***

Partai politik pada awalnya dibentuk atas dasar keinginan untuk menyatukan berbagai kelompok masyarakat yang mempunyai visi dan misi yang sama, sehingga pikiran dan orientasi mereka dapat dikonsolidasikan. Partai politik berperan atau tidaknya sangat bergantung pada bagaimana menjalankan fungsi- fungsi partai politik baik sebagai sarana komunikasi politik, sarana sosialisasi politik, sarana recruitment politik dan sarana pengatur konflik. Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimanakah peran politik dalam tatanan demokrasi, bagaimanakah regulasi partai politik di Indonesia dan bagaimanakah partai politik di dalam pilar demokrasi berdasarkan undang-undang partai politik.

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian normatif. Sumber data digunakan data primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka (library research). Analisis data dlakukan secara normatif, kemudian dilakukan analisa terhadap permasalahan yang dibahas.

Peran politik dalam tatanan demokrasi untuk mewujudkan sistem politik yang demokratis guna mendukung sistem presidensial yang efektif. Penataan dan penyempurnaan Partai Politik diarahkan pada dua hal utama, yaitu Pertama, membentuk sikap dan perilaku Partai Politik yang berpola atau sistemik sehingga terbentuk budaya politik yang mendukung prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi.

Kedua, memasimalkan fungsi Partai Politik trerhadap rakyat melalui pendidikan politik dengan pengkaderan serta rekrutmen politik yang efektif untuk menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memilikikemampuan di bidang politik. Regulasi Partai Politik sudah diatur berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Substansi Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 serta sistematikanya dilandasi oleh ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjamin kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat sebagai hak asasi manusia yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, demokratis, dan berdasarkan hukum. Partai politik di dalam pilar demokrasi berdasarkan undang-undang partai politik diantaranya meningkatkan akuntabilitas politik dan publik melalui reformasi peraturan perundangan dan penegakan hukum, memperkuat kapasitas dan kredibilitas lembaga-lembaga penyelenggaraan negara pusat maupun daerah.

Kata kunci : partai politik, pilar demokrasi

* Penulis, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 8

F. Metode Penelitian... 13

1. Jenis dan sifat Penelitian ... 13

2. Data dan Sumber Bahan ... 14

3. Teknik Pengumpulan Data ... 15

4. Analisis Data ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II : PERAN POLITIK DALAM TATANAN DEMOKRASI A. Arti Penting Partai Politik Dalam Demokrasi di Indonesia ... 18

B. Eksistensi Partai Politik dalam Hukum dan Demokrasi ... 24

C. Peran Partai Politik dalam Demokrasi di Indonesia ... 34

BAB III : REGULASI PARTAI POLITIK DI INDONESIA A. Perkembangan Sejarah Undang-Undang Partai Politik di Indonesia ... 42

B. Fungsi, Hak dan Kewajiban Partai Politik ... 61

(9)

C. Pembentukan Partai Politik ... 67 BAB IV: PARTAI POLITIK DI DALAM PILAR DEMOKRASI

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK A. Unsur-Unsur Atau Pilar Demokrasi ... 77 B. Problem dan Tantangan dalam Penguatan Partai Politik ... 86 C. Kebijakan Partai Politik Terhadap Penguatan Pelembagaan

Politik ... 93 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, peran warga negara terhadap Negara sangat dibutuhkan terutama bagi Negara yang menganut Demokrasi seperti halnya Indonesia.

Harapan akan adanya kontribusi aktif dari warga negara akan keberlangsungan pembangunan di segala bidang baik politik, ekonomi, dan sosial budaya sangat diinginkan agar berjalan dengan baik.1 Hak Politik Warga Negara merupakan bagian dari hak-hak yang dimiliki oleh warga negara dimana asas kenegaraannya menganut asas demokrasi. Hak turut serta dalam pemerintahan dapat dikatakan sebagai bagian yang amat penting dari demokrasi. Hak ini bahkan dapat dikatakan sebagai pengejawantahan dari demokrasi, sehingga jika hak ini tidak ada dalam suatu negara, maka negara tersebut tidak semestinya mengakui diri sebagai negara demokratis. Negara-negara yang menganut demokrasi, pada umumnya mengakomodir hak politik warga negaranya dalam suatu penyelenggaraan pemilihan umum, baik itu bersifat langsung maupun tidak langsung.2

Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi semua masyarakat menjadi terbuka. Dengan munculnya partai politik, jabatan-jabatan politik yang diperebutkan untuk memperoleh struktur kekuasaan dapat diakses dari semua kelas masyarakat tanpa terkecuali melalui

1 Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia : Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm 10

2 Djauhari, Politik Hukum Negara Kesejahteraan Indonesia, Penerbit Unissula Press.

Semarang, 2008, hlm 2

(11)

saluran partai politik. Saluran politik tersebut bisa dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang diselenggarakan oleh negara.3

Partai politik dimaknai sebagai suatu sarana bagi warga negara untuk turut serta dalam proses pengelolaan negara. Proses kemunculan partai politik berbanding lurus dengan proses tumbuh kembang demokrasi, khususnya yang berkaitan dengan kesamaan hak antar warga negara.4 Partai politik merupakan salah satu pilar demokrasi yang harus ada dalam suatu negara modern.5 Sistem demokrasi hanya bisa bekerja apabila partai politik juga bekerja dalam kerangka suatu sistem kepartaian yang mendukung dan memungkinkan demokrasi positif.

Tidak semua partai politik bisa memberikan kontribusi positif bagi perkembangan demokrasi. Demokrasi tidak semata-mata identik dengan jumlah partai politik, seolah-olah semakin banyak jumlah partai politik maka suatu negara semakin demokratis.6

Partai politik menjadikan pilar utama dalam mewujudkan negara ke arah yang lebih demokratis sebagai tolok ukur warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memperjuangkan kepentingan publik yang mengarah kepada negara kuat dan rakyat sejahtera dengan menumbuhkan orientasi-orientasi politik pada masyarakat. Hal tersebut

3 Ibid, hlm 3

4 A. Sakti Ramadhon Syah R. Dasar-Dasar Hukum Tata Negara : Suatu Kajian Pengantar Hukum Tata Negara dalam Perspektif Teoritis-Filosofis, CV. Sosial Politic Genius (SIGn), Makassar, 2019, hlm 149

5 Kacung Marijan, Op.Cit, hlm 59

6 Syamsuddin Haris, Partai, Pemilu dan Parlemen : Era Reformasi, Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2014, hlm 45

(12)

merupakan proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.7

Partai politik sebagai pilar demokrasi diarahkan pada dua hal utama, yaitu pertama, membentuk sikap dan perilaku partai politik yang terpola atau sistemik sehingga terbentuk budaya politik yang mendukung prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi. Hal ini ditunjukkan dengan sikap dan perilaku partai politik yang memiliki sistem seleksi dan rekrutmen keanggotaan yang memadai serta mengembangkan sistem pengkaderan dan kepemimpinan politik yang kuat.

Kedua, memaksimalkan fungsi partai politik baik fungsi partai politik terhadap negara maupun fungsi partai politik terhadap rakyat melalui sosialisasi politik dan pengkaderan serta rekrutmen politik yang efektif untuk menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang politik.8

Partai politik yang dimaksud pada saat itu tentu sangat jauh berbeda dengan partai politik yang dikenal dalam era demokrasi seperti saat ini.

Demokrasi dan partai politik dua hal yang saling terkait, jika merujuk demokrasi pasti didalamnya ada partai politik karena partai politik merupakan satu pilar demokrasi. Namun dalam prosesnya partai politik dapat dikatakan tidak dapat mengembangkan demokrasi (partisipasi politik) apabila pertama, nilai-nilai yang dominan dianut oleh elit partai/politisi berupa keyakinan bahwa partisipasi dianggap sebagai acaman bagi kelanjutannya. Kedua, gagasan prioritas pemerintah sistem perwakilan dinilai rendah. Ketiga ada elit baru yang bekerja

7 M. Anwar Rachman, Hukum Perselisihan Partai Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2016, hlm 68

8 Muhammad Akbal dan Abdul Rauf, Peran Mahkamah Konstitusi dalam Pembubaran Partai Politik, Penerbit Media Sahabat Cendekia, Surabaya, 2018, hal 94

(13)

dalam sistem kepartaian membagi kekuasaan dengan kaum penuntut baru. Melihat tiga hal yang menjadikan partai politik tidak dapat mengembangakan demokrasi maka asumsi yang diperoleh terkait fenomena partai politik di Indonesia saat ini yaitu bahwa aktor-aktor politik lebih mementingkan akan sebuah kekuasaan dan kepentigan akan posisi atau jabatan bahkan dalam satu partai politik. Mereka bahkan saling jatuh menjatuhan untuk bisa mendapatakan posisi yang tinggi dalam partai tersebut tanpa mengingat bahwa pembentukan partai politik berfungsi sebagai salah satu sarana partisipasi politik dan penyambung aspirasi dan kepentingan rakyat bukan untuk merebut atau memiliki sebuah jabatan tertentu. Maka pemahaman akan demokrasi dan partisipasi warga negara terhadap negara sangat dibutuhkan agar tidak terjadi penyimpangan dan menimbulkan sebuah masalah bagi bangsa ini.9

Eksistensi partai politik dalam sebuah negara demokrasi pada dasarnya merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini disebabkan karena negara-negara demokrasi modern, termasuk juga Indonesia, cenderung memiliki tingkat populasi masyarakat yang tinggi dan luasnya teritorial pemerintahan.10 Di tengah kondisi yang demikian, tanpa adanya instrumen yang dapat dijadikan sebagai jembatan, negara akan kesulitan dalam mengakomodir banyaknya kepentingan yang disalurkan rakyatnya terhadap negara.11Sehingga dengan begitu, partai politik

9 Syamsuddin Haris, Moch. Nurhasim, Sri Nuryanti, Sri Yanuarti, Ridho Imawan Hanafi, Devi Darmawan, Sistem Integritas Partai Politik, Penerbit Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Bekerja sama dengan Pusat penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2Politik LIPI), Jakarta, 2017, hlm 5

10 Mac Iver, Negara Modern, Alih Bahasa: Moertono, Penerbit Bina Aksara, Jakarta, 1988, hlm. 313

11 Teguh Imansyah, Regulasi Partai Politik dalam Mewujudkan Penguatan Partai dan Fungsi Partai Politik, Jurnal Recht Vinding, Vol. 1, No. 3, Desember 2012, hlm. 376

(14)

kemudian menjadi penting untuk dihadirkan, dilembagakan, dan diperkuat lagi derajat pelembagaannya sebagai instrumen politik demokratis yang keberadaannya diharapkan mampu menjadi jembatan antara kepentingan rakyat dan negara.12

Di Indonesia, pelembagaan partai politik ke dalam undang-undang, setelah mengalami beberapa kali perubahan, saat ini dilembagakan melalui Undang- undang Nomor 2 Tahun 2008 yang telah dirubah oleh Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008.13

Penjelasan Umum alinea ke-4 Undang-Undang No.2 Tahun 2011 mengemukakan bahwa mengakomodasikan beberapa paradigma baru seiring dengan menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, melalui sejumlah pembaharuan yang mengarah pada penguatan sistem dan kelembagaan partai politik yang menyangkut demokratisasi internal partai politik, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan partai politik, peningkatan kesetaraan gender dan kepemimpinan partai politik dalam sistem nasional berbangsa dan bernegara.

Melihat begitu pentingnya peran partai politik, maka sudah selayaknya jika partai politik diharapkan mampu menjamin demokratisasi yang sehat dan efektif. Keberadaan partai politik dalam menumbuhkan demokrasi harus dicerminkan dalam bentuk pelaksanaan peran dan fungsinya.

12 Thomas Meyer, Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi, Cetakan Ketiga (Kantor Perwakilan Indonesia Penerbit Friedrich-Ebert-Stiftung (FES), Jakarta, 2012, hlm. 30

13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

(15)

Berdasarkan realitas tersebut diperlukannya suatu penelitian tentang Partai Politik sebagai bagian dari pilar-pilar demokrasi. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut dan mengangkat permasalahan ini dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul: Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

A. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimanakah peran politik dalam tatanan demokrasi?

2. Bagaimanakah regulasi partai politik di Indonesia?

3. Bagaimanakah partai politik di dalam pilar demokrasi berdasarkan undang-undang partai politik?

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Bertitik tolak pada rumusan masalah yang hendak dikaji tersebut, maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui politik dalam tatanan demokrasi.

2. Mengetahui regulasi partai politik di Indonesia.

3. Mengetahui partai politik di dalam pilar demokrasi berdasarkan undang- undang partai politik.

Selain dari pada tujuan yang hendak dicapai tersebut, penulis juga berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

(16)

1. Secara Teoritik

Manfaat penelitian ini secara teoritik adalah untuk memperkaya referensi dan sebagai sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, menambah dan melengkapi perbendaharaan dan koleksi karya ilmiah serta memberikan kontribusi pemikiran yang terkhusus berfokus pada kedudukan lembaga kejaksaan dalam sistem hukum ketatanegaraan Indonesia.

2. Secara Praktis

Hasil Penulisan ini semoga bermanfaat bagi semua orang, terutama untuk peminat perkuliahan di Fakultas Hukum khususnya Departemen Hukum Tata Negara dan memberikan sumbangan pemikiran terhadap pelaksanaan fungsi lembaga kejaksaan di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari penempatan hukum tata negara sebagai unsur terpentung dalam sistem hukum Indonesia, dimana salah satu ciri dari negara yang demokratis yang menjunjung tinggi supremasi hukum (supremacy of law). Penulisan ini diharapkan dapat menggambarkan kedudukan lembaga kejaksaan.

C. Keaslian Penulisan

Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.

Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Sebagaimana Telah Dirubah Oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian,

(17)

jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

D. Tinjauan Kepustakaan

Adapun tinjauan pustaka yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Partai Politik

Menurut Giovanni Sartori, keberadaan istilah partai adalah untuk menggantikan istilah faksi yang memiliki konotasi buruk. Ide dasar dari partai adalah keberadaan partai tidak serta merta seperti faksi yang berkonotasi buruk, tidak selalu jahat, dan tidak selalu mengganggu kepentingan umum. Transisi dari faksi menjadi partai melalui proses yang lambat dan berliku, dalam ide maupun kenyataannya. Dengan mengutip Voltaire, Sartori mengatakan bahwa faksi adalah “kelompok yang durhaka dalam negara”. Sehingga istilah partai digunakan untuk menggantikan istilah faksi yang terlanjur berkonotasi negatif.

Istilah partai sendiri merupakan turunan dari kata partire, bahasa Latin yang berarti “membagi”.14

Partai politik adalah organisasi manusia dimana di dalamnya terdapat pembagian tugas dan petugas untuk mencapai suatu tujuan, mempunyai ideologi (political doctrine, political ideal, political thesis, ideal objective), dan mempunyai program politik (political platform, material objective) sebagai rencana pelaksanaan atau cara pencapaian tujuan secara lebih pragmatis

14 Giovanni Sartori, Parties and Party Systems: A Framework for Analysis. Cambridge:

Cambridge University Press, 1986, hlm 12

(18)

menurut pentahapan jangka dekat sampai yang jangka panjang serta mempunyai ciri berupa keinginan berkuasa.15

Menurut Miriam Budiarjo, Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama, tujuannya untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional.16

Dari pengertian partai politik menurut beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa Partai Politik adalah sebuah organisasi yang terbentuk atas tujuan yang sama untuk mencapai sesuatu kedudukan dalam sebuah pemerintahan.

Sehingga munculnya Partai Politik ini bukan suatu hal yang dipaksakan sebab dengan adanya partai politik berarti seseorang mendapatkan kemudahan mencapai sebuah kedudukan dalam pemerintahan, dengan kata lain partai politik adalah alat untuk individu memperoleh dukungan dalam menduduki jabatan pemerintah.

2. Pilar Demokrasi

Pilar adalah pondasi atau dasar yang membentuk suatu hal baik itu yang sifatnya berwujud ataupun tidak berwujud.17 Pilar demokrasi adalah pilar yang membentuk kekuasaan politik dalam suatu negara yaitu lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif dimana satu sama lainnya saling independen dan mempunyai level sejajar antara satu dan lainnya.18

15 Ahmad Farhan Hamid, Partai Politik Lokal di Aceh Desentralisasi Politik dalam Negara Kebangsaan, Kemitraan, Jakarta, 2008, hlm. 7

16 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, hlm. 16

17 Aidul Fitriciada Azhari,, Menemukan Demokrasi, Penerbit UMS Press, Surakarta, 2005, hlm 17

18 Thomas Meyer, Op.Cit, hlm. 37

(19)

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica. Prinsip ini membagi ketiga kekuasaan politik negara untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara. Tiga jenis lembaga tersebut adalah eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Ketiga lembaga saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip keseimbangan.19

3. Konsep Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang

Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik serta Undang- Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, merupakan hukum positif yang mengatur kepartaian di Indonesia yang merupakan satu kesatuan. Dengan demikian, pembahasan terhadap Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tidak dapat dipisahkan dari pembahasan terhadap Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang partai Politik.

Substansi Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 serta sistematikanya dilandasi oleh ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjamin kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat sebagai hak asasi manusia yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, demokratis, dan berdasarkan hukum. Substansi perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai

19 Angga Sopiana, ‘Pilar Demokrasi”, diakses melalui https://www.sridianti.com/pilar- demokrasi.html pada tanggal 19 November 2019

(20)

Politik dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002, adalah mengakomodasikan beberapa paradigma baru seiring dengan menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, melalui sejumlah pembaruan yang mengarah pada penguatan sistem dan kelembagaan Partai Politik, yang menyangkut demokratisasi internal Partai Politik, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Partai Politik, peningkatan kesetaraan gender dan kepemimpinan Partai Politik dalam sistem nasional berbangsa dan bernegara.20

Partai politik sebagai pilar demokrasi perlu ditata dan disempurnakan untuk mewujudkan sistem politik yang demokratis guna mendukung sistem presidensial yang efektif. Penataan dan penyempurnaan Partai Politik diarahkan pada dua hal utama, yaitu Pertama, membentuk sikap dan perilaku Partai Politik yang berpola atau sistemik sehingga terbentuk budaya politik yang mendukung prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi. Hal ini ditunjukkan dengan sikap dan perilaku Partai Politik yang memiliki sistem seleksi dan rekrutmen keanggoataan yang memadai serta mengembangkan sistem pengkaderan dan kepemimpinan politik yang kuat. Kedua, memasimalkan fungsi Partai Politik trerhadap rakyat melalui pendidikan politik dengan pengkaderan serta rekrutmen politik yang efektif untuk menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang politik.21

Pengaturan kepartaian di Indonesia tentu saja bertumpu pada ketentuan Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 yang kehadirannya tidak merubah keseluruhan substansi Undang-Undang tersebut, karena yang dilakukan

20 Thomas Meyer, Op.Cit, hlm 26

21 Syamsuddin Haris, Op.Cit, hlm 37

(21)

perubahannya hanya pada Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 16, Pasal 19, Pasal 23, Pasal 29, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, PASal 35, Pasal 39, Pasal 45, Pasal 47, Pasal 51 maupun Pasal II, baik dengan melakukan perubahan pada ayat-ayatnya maupun menghapuskan beberapa ayat, sehingga terjadi perubahan pada redaksi ketentuan yang dilakukan perubahan dari yang diatur oleh sebagian ketentuan di dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 oleh Undang- Undang No. 2 Tahun 2011.

Perubahan pada Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 yang dalam Angka 7 disebutkan “Departemen adalah Departemen yang membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia” menjadi pada Pasal 1 Angka 7 dengan redaksinya bahwa “Kementerian adalah kementerian yang membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia.” Perubahan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 oleh Undang-Undang No. 2 Tahun 2011, juga tampak pada ketentuan yang mengatur tentang Perselisihan Partai Politik pada Pasal 33 ayat (1) yang semula yaitu pada Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 berbunyi “Perkara Partai Politik berkenaan dengan ketentuan undang-undang ini diajukan melalui pengadilan negeri”, dengan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 menjadi “Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui pengadilan negeri.”22

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik memberikan pengertian Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk

22 M. Anwar Rachman, Op.Cit, 58

(22)

oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karena konteks tujuan dari partai politik adalah mewujudkan tujuan negara maka pembentukan partai politik didasarkan bersifat nasional. Jika dibentuk dengan kedaerahan maka tujuan bernegara sulit terwujud dan terbentuknya partai politik dalam skala nasional untuk menjaga persatuan bangsa, dibentuk dengan sekelompok orang agar partai politik merupakan representasi dari kesamaan kehendak dan cita-cita, bukan cita- cita dan kehendak individu. Sehingga pembentukan partai politk adalah kehendak kolektif bukan kehendak individu. Partai politik merupakan hak politik masyarakat Indonesia yang dijamin dalam UUD. Pembentukan partai politik didasarkan atas hak hak masyarakat dan digunakan sebagai sarana politik masyarakat. Namun tujuan dari partai politik tetap untuk menjaga keutuhan dan persatuan bangsa dan Negara.23

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang ditempuh dalam memperoleh data-data atau bahan-bahan meliputi:

1. Jenis Penelitian

Metode dapat diartikan sebagai suatu jalan atau cara untuk mencapai sesuatu tujuan untuk menunjang penyusunan dan pembahasan skripsi ini. Jenis

23 Djauhari, Op.Cit, hal 4

(23)

pembahasan yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekamto dan Sri Mamuji24, penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder belaka. Penelitian hukum normatif atau kepustakaan tersebut mencakup asas-asas hukum, taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum.

2. Data dan Sumber Data

Oleh karena metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Penelitian Hukum Normatif di mana data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan hukum tersier.

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penilitian ini adalah peraturan perundang-undang yang mengikat, contohnya adalah: Undang-Undang No.2 tahun 2011 tentang partai politik, segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini, Konstitusi beberapa negara serta peraturan lainnya.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang merupakan bahan hukum yang membantu memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti literatur, hasil penelitian, jurnal hukum, makalah yang memiliki relevansi dalam penelitian ini.

24 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Konstitusi Press, 2005, hlm.87

(24)

c. Bahan hukum tertier

Bahan hukum tertier yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus besar bahasa Indonesia, ensiklopedi dan sebagainya yang memiliki korelasi dengan penelitian ini.

Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder yang berasal dari sumber yang sudah ada.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, maka dalam penulisan skripsi ini metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah metode penelitian kepustakaan (Library Research), yang menjadikan bahan kepustakaan sebagai tumpuan utamanya, dengan memakai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Metode studi pustaka dengan mempelajari sumber dan bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan ini. Beberapa rujukan berupa buku dan wacana yang dikemukakan oleh sarjana hukum.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini termasuk ke dalam penelitian hukum normatif, maka pengolahan data merupakan kegiatan melakukan analisa terhadap permasalahan yang dibahas. Analisa dilakukan dengan25:

a. Mengumpulkan bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Memilih kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.

21Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hal 41

(25)

c. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada.

d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif yang diawali dengan mengemukakan hal yang bersifat umum kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat khusus.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya.

Keseluruan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini pembahasannya adalah dasar-dasar pemikiran penulis dan gambaran umum tentang tujuan tulisan ilmiah serta berisi hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan penyelesaian skripsi ini yang dimulai dengan mengemkakan latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, sistematika .

BAB II PERAN POLITIK DALAM TATANAN DEMOKRASI

Pada pada bab kedua ini akan menguraikan arti penting partai politik dalam demokrasi di Indonesia, eksistensi partai politik dalam hukum dan demokrasi dan peran partai politik dalam demokrasi di Indonesia

(26)

BAB III REGULASI PARTAI POLITIK DI INDONESIA

Selanjutnya pada bab ketiga ini akan menguraikan pembahasan tentang perkembangan sejarah undang-undang partai politik di Indonesia, fungsi, hak dan kewajiban partai politik, dan pembentukan partai politik.

BAB IV PARTAI POLITIK DI DALAM PILAR DEMOKRASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK

Pada bab keempat akan diuraikan pembahasan unsur-unsur atau pilar demokrasi, problem dan tantangan dalam penguatan partai politik dan kebijakan partai politik terhadap penguatan pelembagaan politik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya yang berisikan kesimpulan dan uraian-uraian sebelumnya dan dilengkapi dengan saran penulisan.

(27)

BAB II

PERAN POLITIK DALAM TATANAN DEMOKRASI

A. Arti Penting Partai Politik Dalam Demokrasi di Indonesia

Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintah dengan warga negara.

Bahkan, banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi. Oleh karena itu, partai politik merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat derajat pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem politik yang demokratis.26 Partai politik secara langsung terkait dengan kekuatan demokratisasi dalam masyarakat. Partai Politik adalah agen demokrasi yang penting untuk setiap sistem yang ingin melembagakan dan mewakili aturan massa.

Meskipun demokrasi Athena jelas mendahului penemuan partai politik dalam pengertian modern, yakni organisasi formal yang mempromosikan calon untuk merebut kekuasaan di bawah label identifikasi umum, dan terlepas dari kegigihan beberapa negara demokrasi kecil di mana partai belum berakar dan fenomena yang lebih umum yakni pemerintahan-pemerintahan lokal non-partisan dalam sistem yang memilik partai di tingkat nasional, sudah diterima secara luas

“bahwa partai politik menciptakan demokrasi dan bahwa demokrasi modern tidak terbayangkan tanpa partai”. Namun di balik konsensus ini, ada berbagai

26 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Cetakan Kedelapan, Edisi Pertama, Rajawali Pers, Jakarta, 2016, hlm.401

(28)

pandangan tentang apa arti demokrasi, dan bagaimana sifat dan fungsi sebenarnya partai politik dan sistem partai dalam demokrasi.27

Aktor utama dalam demokrasi yang menghubungkan kepentingan rakyat dengan negara dan pemerintah adalah partai politik (parpol), terutama dalam level demokrasi elektoral (electoral democracy) dan demokrasi politik (political democracy). Keduanya mencerminkan demokrasi perwakilan (representation democracy).28 Dalam hal ini, negara harus menjamin bahwa setiap partai politik mempunyai kesempatan yang sama dalam rangka penyelenggaraan demokrasi dan melaksanakan fungsinya.

Partai politik sebagai pilar demokrasi, memang sudah seharusnya ditata dan disempurnakan untuk mewujudkan sistem politik yang demokratis, trasnparan dan akuntabel serta mempunyai manfaat bagi masyarakat dan bangsa. Sebuah parpol yang dibentuk tentu bertujuan untuk membentuk budaya politik yang tertib, santun dan bermartabat, karena parpol merupakan pintu utama bagi pengembangan sistem pengkaderan yang memadai untuk menghasilkan pemimpin yang mempunyai kehormatan, keadaban dan kemampuan yang baik.29

Partai politik memiliki peran fundamental dalam masyarakat demokrasi.

Menurut Neumann, partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga

27Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook Partai Politik, Cetakan I, Nusa Media, Bandung, 2014. hlm.52

28 Agus Riwanto, Hukum Partai Politik dan Hukum Pemilu Di Indonesia, Thafa Media, Yogyakarta, 2016, hlm. 34

29 Mukthie Fadjar, Partai Politik Dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia, Edisi Revisi, Setara Press, Malang, 2013, hlm.60

(29)

pemerintahan yang resmi.30 Dengan hal tersebut, partai politik dapat di maknai sebagai jembatan penghubung antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.31

Peranan partai politik yang secara sederhana dapat diartikan sebagai representation of idea, yaitu bertindak untuk mewakili kepentingan-kepentingan warga, memberikan jalan kompromi bagi pendapat atau tuntutan yang saling bersaing, serta menyediakan sarana kompromi bagi suksesi kepemimpinan politik secara damai dan legitimate. Dalam konteks parpol sebagai “jembatan”

komunikasi antara rakyat dan pemerintah (yang berkuasa), maka partai politik melalui jajaran struktural partai pada berbagai tingkatan administratif harus secara menjadi bagian dalam kehidupan sosial dan politik dalam suatu entitas masyarakat tertentu.32

Dalam suatu negara demokrasi, kedudukan dan peranan setiap lembaga negara haruslah sama-sama kuat dan bersifat saling mengendalikan dalam hubungan checks and balances. Akan tetapi, jika lembaga-lembaga negara tersebut tidak berfungsi dengan baik, kinerjanya tidak efektif, atau lemah wibawanya dalam menjalankan fungsinya masing-masing, yang sering terjadi adalah partai-partai politik yang rakus atau ekstrimlah yang merajarela menguasai dan mengendalikan segala proses-proses penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintah.33

Oleh karena itu, sistem kepartaian yang baik sangat menentukan bekerjanya sistem ketatanegaraan berdasarkan prinsip checks and balances dalam

30 Miriam Budiardjo,Op.Cit. hlm.404

31 Agus Riwanto, Op.Cit, hlm 36

32 Ibid

33 Jimly Asshiddiqie, Op.Cit. hlm. 402

(30)

arti yang luas. Sebaliknya, efektif bekerjanya fungsi-fungsi kelembagaan negara itu sesuai prinsip checks and balances berdasarkan konstitusi juga sangat menentukan kualitas sistem kepartaian dan mekanisme demokrasi yang dikembangkan di suatu negara. Semua ini tentu berkaitan erat dengan dinamika pertumbuhan tradisi dan kultur berpikir bebas dalam kehidupan bermasyarakat.

Tradisi berfikir atau kebebasan berfikir itu pada giliranya memengaruhi tumbuh- berkembangnya prinsip-prinsip kemerdekaan berserikat dan berkumpul dalam dinamika kehidupan masyarakat demokratis yang bersangkutan.34

Demokrasi merupakan istilah yang kini menjadi sangat populer. Menurut Ramlan Subekti, Demokrasi dilihat dari sudut structural secara ideal adalah sistem politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsensus. 35 Demokrasi dapat diartikan memungkinkan adanya perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan diberbagai kelompok di antara perorangan, di antara perorangan dan kelompok, perorangan dan pemerintah, kelompok dan pemerintah, bahkan diantara berbagai lembaga-lembaga pemerintahan negara. Dalam negara hukum yang demokratis, partai politik mempunyai posisi dan peran yang sangat penting. Partai menjadi peranan penghubung yang strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga Negara.36

Fungsi yang mendasar dari partai politik adalah mengarah pada formulasi dan implementasi kebijakan publik yang akan mengatur masyarakat.

Dikatakannya bahwa partai politik juga merupakan pengorganisasian warga

34 Ibid

35 Sirajuddin, dan Winardi, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit Setara Press, Malang, 2015, hlm.278

36 Ibid., hlm.283

(31)

Negara yang menjadi anggotanya untuk bersama-sama memperjuangkan dan mewujudkan Negara dan masyarakat yang di cita-citakan.37

Proses pelembagaan demokrasi itu pada pokoknya sangat ditentukan oleh pelembagaan organisasi partai politik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem demokrasi itu sendiri. Oleh karena itu, menurut Yves Meny and Andrew Knapp, “A democratic system without political parties or with a single party is impossible or at any rate hard to imagine”. Suatu politik dengan hanya satu partai politik, sulit sekali dibayangkan untuk disebut demokratis, apalagi jika tanpa partai politik sama sekali. Derajat pelembagaan partai politik itu sendiri dalam sistem demokrasi, tergantung pada tiga parameter, yaitu (i) its age; (ii) the depersonalization of organization; dan (iii) organizational differentiation.38

Namun demikian, banyak juga pandangan kritis dan bahkan skeptis terhadap partai politik. Pandangan yang paling serius diantaranya menyatakan bahwa partai politik itu sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elit yang berkuasa atau berniat memuaskan “nafsu birahi”

kekuasaannya sendiri. Partai politik hanyalah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan beruntung yang berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik tertentu at the expense of the general will atau kepentingan umum.39

Partai politik yang baik memerlukan lahan sosial untuk tumbuh, yaitu adanya kemerdekaan berfikir di antara sesame warga negara yang akan menyalurkan aspirasi politiknya melalui salah satu saluran yang utama, yaitu

37 Ibid

38 Jimly Asshiddiqie, Op., Cit. hlm.403-404

39 Ibid., hlm.401

(32)

partai politik.40 Dalam sistem representative democracy, biasa dimengerti bahwa partisipasi rakyat yang berdaulat terutama disalurkan melalui pemungutan suara rakyat untuk membentuk lembaga perwakilan. Mekanisme perwakilan ini dianggap dengan sendirinya efektif untuk maksud menjamin keterwakilan aspirasi atau kepentingan rakyat. Oleh karena itu, dalam sistem perwakilan, kedudukan dan peranan partai politik dianggap sangat dominan.41

Partai politik tentu saja dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ketika ada jaminan kebebasan berserikat, berkumpul dan berorganisasi. Jaminan tersebut secara universal diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).

Artikel 20 (1) DUHAM menentukan, “Everyone has the right to freedom of peaceful assembly and association”. Sementara dalam konteks nasional diatur dalam UUD Negara RI Tahun 1945 yang memberikan jaminan yang sangat tegas pada Pasal 28 ayat (3) bahwa “setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.42

Dengan adanya landasan norma-norma hukum yang melandasi tumbuh dan berkembangnya sebuah Partai Politik untuk melakukan kebebasan berserikat, berkumpul dan berorganisasi tersebut. Menjadikan Partai Politik untuk menunjang kembali kualitas dan kuantitas setiap kelompoknya untuk berperan aktif ke jenjang yang lebih baik dalam negara demokrasi yang menuju ke demokratis. Jadi dapat dikatakan bahwa peranan partai politik adalah sebagai sarana untuk menghimpun aspirasi, artikulasi dan agregasi kepentingan yang dilakukan kepada masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu untuk mempengaruhi

40 Ibid., hlm.413

41 Ibid

42 Sirajuddin, dan Winardi, Op.Cit. hlm.283.

(33)

pembuatan kebijakan publik. Selain memiliki fungsi, partai politik juga mempunyai tujuan, dimana tujuan partai politik adalah mewujudkan cita-cita bangsa, mengembangkan kehidupan demokrasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya partai politik ini masyarakat Indonesia semakin mengenal pendidikan politik yang diberikan partai politik kepada masyarakat.43

B. Eksistensi Partai Politik dalam Hukum dan Demokrasi

Menurut Munir Fuady44 sendiri menyatakan negara hukum adalah suatu sistem kenegaraan yang diatur berdasarkan hukum yang berlaku dan berkeadilan yang tersusun dalam suatu konstitusi, dimana semua orang dalam negara tersebut, baik yang diperintah maupun yang memerintah harus tunduk pada hukum yang sama, sehingga setiap orang yang sama diperlakukan sama dan setiap orang berbeda diperlakukan berbeda dengan pembedaan yang rasional, tanpa memandang perbedaan warna kulit, ras, gender, agama, daerah dan kepercayaan, dan kewenangan pemerintah dibatasi berdasarkan undang-undang.

Sedangkan Krabe menyatakan bahwa yang dimaksud dengan negara hukum adalah45

Negara sebagai pencipta dan penegak hukum di dalam segala kegiatannya harus tunduk pada hukum yang berlaku. Dalam arti ini hukum membawakan negara. Berdasarkan pengertian hukum itu bersumber dari kesadaran hukum rakyat, maka hukum mempunyai wibawa yang tidak berkaitan dengan seseorang (impersonal).

43 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm 42

44 Munir Fuadi, Teori Negara Hukum Modern, Penerbit Reflika Aditama, Jakarta, 2011, hlm. 3

45 Krabe dalam B.Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit Atmajaya, Yogyakarta, 2009, hlm.17

(34)

Mengenai konsep negara hukum tersebut diatas, maka dapat kita uraikan unsur-unsur negara hukum yaitu:

1. Adanya jaminan HAM

2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan;

3. Pembatasan kekuasaan;

4. Asas legalitas atau hukum sebagai pusat kekuasaan tertinggi;

5. Penerapan hukum yang tidak pandang bulu.

Unsur-unsur yang terdapat di dalam konsep negara hukum ini, menyebabkan negara mempunyai peran yang utama sebagai pencipta dan penegak hukum dalam rangka menciptakan rasa aman dan tertib dalam kehidupan di masyarakat. Namun hukum yang telah menjadi kesepakatan antara rakyat dan pemerintah dalam penerapannya tidak boleh pandang bulu. Sehingga suatu negara hukum dapat dikatakan sebagai negara hukum jika hukum menjadi kedaulatan tertinggi dalam suatu negara bukan penguasa (raja) ataupun rakyat yang memegang kedaulatan tertingginya.

Dalam negara hukum yang demikian, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi.

Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum sendiri pada pokoknya berasal dari kedaulatan rakyat.Oleh sebab itu, prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische rechtsstaat).46

46 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Penerbit Sekretariat Jenderal M.K, Jakarta, 2006, hlm.69-70

(35)

Demokrasi itu sendiri dapat diartikan sebagai pemerintah bagi rakyat. Hal ini karena kata “ demokrasi” berasal dari Negara Yunani yang terdiri dari 2 (dua) kata yaitu demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti kekuasaan. Hertz (Sukarna) menyatakan bahwa

Demokrasi adalah semacam pemerintahan dimana tidak ada seorang anggota masyarakat atau kelompok yang mempunyai hak pererogratif politik yaitu hak yang tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun juga atas orang lain.47

Oleh karena itu, dalam Negara demokrasi menghendaki atau menuntut pertanggung jawaban dari pada yang memerintah untuk di perintah. Sehingga dalam pelaksanaanya, pemerintah yang berjalan secara demokratis tidak boleh melanggar hak-hak asasi perorangan atau kelompok atau hak-hak asasi manusia, melainkanj harus melindungi hak asasi tersebut.

Dalam suatu Negara demokrasi, kedudukan dan kewenagan partai politik merupakan salah satu bentuk pelembagaan sebagai wujud ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyrakat. Sehingga, sistem kepartaian yang baik sangat menentukan bekerjanya sistem ketatanegaraan berdasarkan prinsip cek and balances dalam arti luas.

Partai politiklah yang bertindak sebagai perantara dalam proses-proses pengambilan keputusan bernegara, yang menghubungkan antara warga Negara dan institusi-institusi kenegaraan. Dengan demikian peran partai politik sangat penting dalam rangka dinamika pelembagaan demokrasi karena dengan adanya partai politik maka perjuangan kepentingan bersama menjadi kuat kedudukanya dalam mengahadapi pihak lawan atau saingan (Karena kekuatan-kekuatan kecil

47 Sukarna. Sistem Politik 1. PT. Citra Aditya Bakri, Bandung, 1990, hlm 37

(36)

dan terpecah-pecah dapat di konsilidasikan dalam satu front). Oleh karena itu, proses pelembagaan demokrasi itu pada pokoknya sangat ditentukanoleh pelembagaan organisasi partai politik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem demokrasi itu sendiri.48

Partai Politik sebagai sarana bagi warga negara dalam rangka untuk ikut serta dalam pengelolaan negara merupakan suatu organisasi yang baru di dalam kehidupan manusia di bandingkan dengan organisasi negara, akan tetapi sejarah kelahiran partai politik cukup panjang. Partai politik pada pertama kali lahir di negara-negara Eropa barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain.49

Partai politik di Indonesia pertama–tama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Berbagai organisasi modern muncul sebagai wadah pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan.

Walaupun pada awalnya berbagai organisasi tidak secara tegas menamakan diri sebagai partai politik, namun memiliki program – program serta aktivitas politik.

Kelahiran Budi Utomo merupakan contoh dari terbentuknya organisasi nasional pada masa colonial tersebut dan juga cikal bakal lahirnya organisasi modern di Indonesia, maka dari itu tidak heran apabila kelahiran Budi Utomo diidentikan sebagai tonggak kebangkitan nasional. Lahirnya Budi Utomo pada awalnya disebabkan oleh kondisi bangsa Indonesia yang saat itu berada dalam

48 Abdul Bari, Pemilu & Partai Politik Di Indonesia. Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 72

49 Miriam Budiardjo, Op.Cit, hlm. 397

(37)

jajahan Belanda. Dimana rakyat berada dalam kondisi menderita dan disiksa.

Hanya sebagian pemuda dan pelajarlah yang menikmati pendidikan, akan tetapi hanya sebagian kecil pemuda yang menikmati pendidikan tersebut yang sadar akan kondisi kesengsaraan bangsa Indonesia. Sehingga atas dasar itu pemuda- pemuda tersebut mendirikan perkumpulan Budi Utomo dengan tujuan untuk memajukan rakyat dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kebudayaan.50

Keberadaan organisasi tersebut di ikuti dengan munculnya berbagai organisasi partai politik. Partai – partai tersebut diantaranya adalah Indische Partij (IP) , Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Indonesia Raya (Perindra), Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindro), Partai Indonesia (Pertindo), dan Partai Rakyat Indonesia (PRI). Indische partij merupakan partai politik pertama di Indonesia yang menjadi pelopor timbulnya organisasi-organisasi politik di zaman pra kemerdekaan, baik organisasi politik yang bersifat ilegal maupun legal.

Mengingat ekstrimnya pemikiran partai ini kala itu, Indische Partij hanya bertahan 8 bulan saja, hal itu disebabkan karena ketiga pemimpin mereka masing-masing dibuang ke Kupang, Banda dan Bangka, dan kemudian diasingkan ke Nederland.

Setelah beberapa tahun diasingkan, Ki Hajar Dewantara dan Dr. Setyabudi kembali ke Indonesia untuk mendirikan partai politik yang dinamakan sebagai National Indische Partij (NIP) pada tahun 1919 yang kemudian secara langsung mempelopori lahirnya beberapa partai politik lain yakni Indische Social

50 Slamet Muljana, Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan, Balai Pustaka, Jakarta, 1998, hlm.114.

(38)

Democratische Verening (ISDV), Partai Nasional Indonesia, Partai Indonesia dan Partai Indonesia Raya.51

Partai-partai politik yang ada sebelum kemerdekaan tersebut, tidak semuanya mendapatkan status badan hukum dari kolonial Belanda. Bahkan, partai-partai tersebut tidak dapat beraktivitas secara damai dan lancar di zaman penjajahan Belanda. Maka dari itu, partai yang bergerak atau menentang tegas pemerintahan belanda akan dilarang, dimana pemimpinnya akan ditangkap, dipenjarakan atau diasingkan.

Pada masa kependudukan Jepang, eksistensi partai politik sebagai suatu organisasi tidak diakui, namun tokoh – tokoh politik masih berperanpenting dalam proses mencapai kemerdekaan. Hal tersebut dapat dilihat, pada saat terbentuknya BPUPK dan PPKI oleh pemerintahan Jepang, yang keanggotaannya diisi oleh tokoh-tokoh nasional yang sebelumnya merupakan pimpinan partai politik. Partai- partai politik yang ada sebelum kemerdekaan pada umumnya bersifat iedeologis serta memiliki fungsi dan program utama untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Partai-partai tersebut menjalankan fungsi mengagresikan dan mengartikulasikan aspirasi dan ideologi masyarakat untuk mencapai kemerdekaan, serta menjalakan fungsi rekruitmen politik yang memunculkan tokoh nasional dan wakil rakyat yang menjadi anggota Volksraad.

Kemerdekaan Indonesia di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, pada saat itu para tokoh nasional telah menyadari pentingnya keberadaan partai politik dalam kehidupan bernegara. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI

51Ibid, hlm. 97

(39)

melaksanakan siding yang salah satu keputusannya adalah mengesahkan UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia. Pada UUD 1945 tidak terdapat pengaturan mengenai partai politik, ketentuan yang terkait terdapat dalam Pasal 28 yang menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang – Undang.

Pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI kembali mengadakan rapat yang salah satu keputusannya adalah membentuk Partai Nasional Indonesia. PNI nantinya diharapkan menjadi partai tunggal yang mempelopori kehidupan bernegara Indonesia. Partai politik kemudian dipertegas kembali dalam Maklumat Pemerintah 14 November 1945 yang menyatakan bahwa partai politik ada untuk mendorong dan memajukan tumbuhnya pikiran-pikiran politik. Akibat dikeluarkannya maklumat tersebut mempengaruhi tokoh – tokoh lainnya, hal itu dilihat dari mulai bangkit kembali partai-partai politik yang sudah ada sebelum kemerdekaan.

Indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi. Dalam paham ini, rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyatakan bahwa

“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang- Undang Dasar”.

Kusnardi dan Harmaily Ibrahim mengemukakan, rakyatlah yang dianggap sebagai pemilik dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu

(40)

negara.52 Sebagai pemilik dan pemegang kekuasaan, rakyat menentukan corak dan cara pemerintahan diselenggarakan, serta menentukan tujuan yang hendak dicapai negara.53 Dalam UUD Tahun 1945, kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui sistem perwakilan (representation)54. Jimly Asshidiqie menyatakan bahwa kedaulatan rakyat dengan sistem perwakilan atau demokrasi biasa juga disebut sistem demokrasi perwakilan (representative democracy) atau demokrasi tidak langsung (indirect democracy).55

Partai politik saat ini mengalami beberapa pasang surut pergolakan, ketika zaman orde baru ditandai cikal bakal partai politik dengan munculnya Boedi Oetomo dan banyak terbentuknya perkumpulan pemuda-pemuda dalam berbagai etnis. Partai-partai politik Indonesia adalah wakil dari “kelompok- kelompok solidaritas budaya”56. Kemudian sesudah kemerdekaan, dengan maklumat Wakil Presiden No. X, 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah 3 November 1945, Indonesia menganut sistem multi partai, yang ditandai munculnya 25 parpol57.

Perkembangan berikutnya partai politik di Indonesia semakin berkembang dengan meningkatnya jumlah partai, menjadi 26 partai politik ditambah 3 calon perseorangan pada pemilu tahun 1955. Pergolakan politik pasca penetapan Presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup dalam

52 Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, PSHTN FHUI, Jakarta, 1983, hlm. 328.

53Jimly Asshidiqie, Op.Cit, hlm. 168

54 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

55 Jimly Asshidiqie, Pengantar, Op.Cit, hlm. 328.

56 Leo Suryadinata, Golkar dan Militer Studi Tentang Budaya Politik, PT Pustaka LP3ES, Jakarta, 1992, hlm. 7

57 Abdul Bari Azed dan Makmur Amir, Pemilu dan Partai Politik di Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Depok, 2013, hlm. 75

(41)

Ketetapan MPRS No. III/1963 telah mengubah peta partai politik, dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Penpres No. 7 Tahun 1959 58 dan Perpres (Peraturan Presiden) No. 13 Tahun 1960 mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran partai-partai59. Reformasi kepartaian di Indonesia kembali berubah pada tahun 1970 ketika terjadinya pengelompokan Partai Politik menjadi 3 golongan (golongan nasional, golongan spiritual dan golongan karya). Golongan nasional terdiri 5 fusi partai diantaranya PNI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Murba dan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) yang Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Sedangkan golongan spiritual mengabungkan diri menjadi Partai Persatuan Pembangunan, yang terdiri dari Nahdatul Ulama, Partai Muslim Indonesia, Partai Sarekat Islam Indonesia, dan Partai Tarbiyah Islamiyah. Dengan demikian maka hanya terdapat dua partai dan satu golongan (orsospol) yaitu, PPP, PDI dan Golkar60. Kondisi tripartai demikian bertahan hingga terjadinya pemilihan umum tahun 1997. Kondisi Negara yang mengalami transisi politik menuju reformasi memaksa agar pintu demokrasi dibuka sebesar-besarnya.

Desakan berbagai pihak akhirnya memaksa Presiden B. J. Habibie dan parlemen mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik. Kondisi yang berubah demikian jauh tidak disia-siakan untuk mendirikan partai politik, sehingga banyak bermunculan partai politik baru maupun muncul karena konflik internal.

58 Oka Mahendra, Prospek Partai Politik Pasca 2004. Jayasan Pancur Siwah, Yogyakarta, 2004, hlm 69

59 Ibid., hlm. 76

60 Miriam Budiharjo, Op.Cit, hlm. 446.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh usia pada kreativitas dengan job resource sebagai variabel moderasi dengan objek penelitian pada rumah

Melakukan penelitian dengan cara meneliti bahan pustaka, yaitu undang-undang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini, maupun literatur yang berkaitan

Dari uraian di atas dapatlah ditarik kesimpul- an, bahwa keragaan reproduksi kerbau di Indone- sia menunjukkan hasil yang masih rendah yaitu umur berahi pertama, umur beranak

Selain karena tidak pernah menyumbang PAD, PT Ratax Armada tidak bisa menepati janji untuk membeli taksi baru sebanyak 50 unit.. “Di Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Perumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimana pengawasan sebagai sarana penegakan hukum dalam Hukum Administrasi Negara, Bagaimana tugas pokok dan

73 Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi Revisi , Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004, hal 77.. regulasi-regulasi yang relevan untuk

Dalam doktrin/ilmu pengetahuan hukum pidana, berdasarkan sejarah pembentukan dari pasal yang bersangkutan, penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan

Dapat pula dipahami bahwa rumusan defenisi tersebut juga menyiratkan tentang sifat kesementaraan dari hukum tata negara darurat (mengenai ini akan