• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan di rumah sakit umum pusat H. Adam Malik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan di rumah sakit umum pusat H. Adam Malik"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Anderson, Foster. 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Ariani, ssSofi, S.ked. 2015. Stop Kanker. Yogyakarta : Istana Media.

Asmara, Fiung.2014. Pengalaman pasien yang menderita kanker leher rahim di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah, program D-IV Bidan Pendidik FKEP : Universitas Sumatera Utara.

Dewi, 2008. Keterlambatan Penderita Kanker Serviks dalam Memeriksakan Diri ke Pelayanan Kesehatan. Buletin Penelitian RSU. Dr. Soetomo 10(3):97-100

Elizabeth, 2001. Cegah Kanker Pada Wanita. Jakarta: EGC

Ember, Carol L, Melvin Ember, Peter N. Peregrine.

2007. Anthropology twelfth edtion. Pearson : Prentice Hall.

Landro, Laura. 1998. Survivor (taking control of your fight against cancer). United States of America.

Mahesa, 2009. Bersahabat dengan kanker; Panduan Mengelola dan Mengobati

(2)

Mead, Margaret. 1988.Taruna Samoa; Remaja dan Kehidupan Seks dalam Kebudayaan Primitif Suatu Penelitian Antropologi-Budaya.Jakarta:

Bhratara.

Moule, Terry. 2000. Cancer the healthy option. London : Parliamentary press.

Muzaham, Fauzi. 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: UI Press.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sarwono, Solita. 2012. Sosiologi Kesehatan (Beberapa Konsep beserta Aplikasinya).Yogyakarta : Gadjah Mada University press.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogykarta : Tiara Wicara.

Situmorang, Ester Farida. 2015. Faktor-faktor resiko terjadinya kanker serviks di RSUP H. Adam Malik. Skripsi, prodi S1 Ilmu Kedokteran, Medan : Universitas Sumatera Utara.

Sumber-sumber dari Internet:

http://alodokter.com/kanker-serviks/diagnosis

(Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:06 WIB).

https://id.m.wikipedia.org/wiki/antiseptik.

(3)

(Diakses tanggal 23 maret 2016, pukul 11:16 WIB)

http://id.m.wikipedia.org/wiki/virus_papiloma_manusia. (Diakses pada 23 maret 2016, pukul 11:08 WIB)

http://kbbi.web.id/figur.

(Diakses tanggal 22 maret 2016, pukul 10:23 WIB)

http://kbbi.web.id/diagnosis.

(Diakses tanggal 22 maret 2016, pukul 10:39 WIB)

https://id.m.wiktionary.org/wiki/kuratif.

(Diakses 20 Maret 2016, pukul 07:57 WIB)

http://meongnoque.blogspot.co.id/2011/12/antropologi-kesehatan.html?m=1

(Diakses tanggal 16 Maret 2016, pukul 19:20 WIB)

https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/makalah-kanker-serviks/

(Diakses tanggal 19 Maret 2016, pukul 20:40 WIB)

https://sayedmuddasir.wordpress.com/2014/05/01/pandangan-ahli-antropologi-terhadap-penyakit/ (Diakses pada 14 Maret 2016, pukul 20:58 WIB)

http://www.ilmudokter.com/2014/05/pengertian-ovarium.html?m=1, Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:09 WIB.

http://samoke2012.wordpress.com/2012/10/13/kateterisasi-urine/, Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:18 WIB.

http://www.pengeartianologi.com/2014/12/Pengertian-Rektum-Adalah.html?m=1, Diakses pada 27 Juni 2016, Pukul 21:06 WIB.

(4)

(5)

BAB III

Penderita Kanker Serviks

3.1 Riwayat singkat Penderita Kanker Serviks 3.1.1 Sulasmi (Informan I)

(6)

kecil-kecilan yang berada di depan rumahnya, sedangkan anak laki-lakinya sedang menempuh kuliah di medan, dan pergi dan pulang kuliah menempuh serdang dan medan.

(7)

3.1.2 Junariah (Informan II)

(8)

”kalo kita sakit dek, kita diam aja dirumah jangan pigi ke rumah orang,nanti diceritain, sakit tapi pigi pigi, sakit tapi kerja, sakit tapi ini itu, kadang kita dengarnya sakit hati juga dek, kita ada disitu orang lain yang diceritakan, kalo kita ngga ada kita yang diceritain, mamak mamak sekarang gitulah dek,,cerita ibu Junariah” tapi pas baru baru sakit itu, ibu Tanya juga si sama orang itu berobat kemana, manatau ada yang tau kan…tambahnya”

Ibu Junariah selalu mencari pengobatan pra kanker serviks dengan usahanya sendiri, karena suaminya sibuk bekerja dan beliau mencoba pengobatan karena keinginannya sendiri. Tetapi setelah didiagnosa kanker serviks pada awal Januari 2016 maka beliau memutuskan untuk pengobatan rumah sakit. Karena menurut beliau bahwa pengobatan Rumah sakit adalah jalan satu-satunya untuk menyembuhkan kanker serviks yang dideritanya.

3.1.3 Asmah Hayati (Informan III)

(9)

ketiga adalah perempuan berumur 23 tahun dan belum menikah yang beralamat di Kisaran. Anak keempat yang berumur 18 tahun adalah laki-laki yang baru saja menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di salah satu SMA di Kisaran dan masih tinggal dengan orang tuanya. Anak yang bungsu adalah perempuan yang berumur 8 tahun yang sedang duduk di kelas II SD di sekolah Negeri di Kisaran. Kegiatan ibu Asmah adalah keseharian adalah ibu rumah tangga dimana setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya, beliau terkadang menerima cucian dari tetangga untuk menambah keuangan keluarga. Dan yang mengerjakan semua pekerjaan rumah adalah ibu Asmah baik itu memasak, membersihkan rumah, dan merapikan semua isi rumah. Yang mencari nafkah adalah suami ibu Asmah sebagai petani dimana mereka sudah memiliki tanah untuk dikelola sendiri sehingga mereka tidak harus membayar sewa kepada siapapun hanya fokus untuk belanja untuk biaya penanaman dan pemupukan padi. Dengan bekerja di ladang bapak Muklis menghidupi istri dan anak-anaknya sampai anak-anaknya menyelesaikan pendidikan. Sedangkan ibu Asmah selalu mengantar bekal untuk suaminya di ladang dan terkadang menemani suaminya ketika tidak ada cucian yang harus diselesaikannya.

3.1.4 Jamilah (Informan IV)

(10)

semua anak-anaknya dan sudah menamatkan pendidikan anak-ankanya sampai ke jenjang perkuliahan. Anak ibu Jamilah adalah 4 perempuan dan 2 laki-laki, dimana 5 dari mereka adalah bertempat tinggal di luar sumatera. Anak ketiga dari ibu Jamilah, yaitu ibu Aida yang berumur 54 tahun tinggal bersama ibunya di Kodam bersama suami dan anaknya untuk menjaga dan merawat ibunya. Dikarenakan anak-anaknya yang lain jauh sehingga yang menjadi penanggung jawab ibu Jamilah adalah ibu Aida. Suami dari ibu Jamilah meninggal dunia ketika berumur 56 tahun, yaitu 17 tahun lalu dimana beliau terkena sakit paru-paru dan sempat dirawat dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pekerjaan ibu Jamilah adalah penjahit pakaian wanita yang dibuka di rumahnya dan juga mereka memiliki sebuah toko kecil yang menjadi tempat ibu Jamilah untuk menjahit. Dimana tempat jahitan dan pekerjaan tersebut diturunkan kepada anaknya yang tinggal bersama dia dan untuk menjalankan bisnis jahit tersebut.

3.1.5 Sri Syariana (Informan V)

(11)

pelanggan yang sering membeli baksonya. Ibu Sri tipe orang yang bekerja keras dan rajin membantu suami untuk mengembangkan usaha mereka. Anak-anak mereka masih bergantung terhadap orang tua mereka, sehingga kehadiran orang tua mereka masih sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak mereka. Usaha bakso yang dikelola oleh keluarga ibu Sri ini sangatpraktis dan dekat dengan sekolah sehingga mereka tidak pernah kehabisan pelanggan. Usaha dagang bakso sudah berdiri sekitar 5 tahun sehingga sudah banyak yang mengetahui bakso mereka.

Ibu Sri selalu memperhatikan kesehatannya, sehingga ketika sesuatu yang terjadi pada keadaan ibu Sri, beliau langsung memeriksakan ke dokter dan mendapatkan pengobatan. Pekerjaan yang banyak tidak membuat ibu Sri untuk lupa memperhatikan kesehatan, terutama saat makan. Makan adalah hal yang tidak boleh terlewatkan oleh keluarga ibu Sri, tidak boleh lupa atau sengaja melupakan.Sehingga anak-anak dan suami beliau juga termasuk keluarga yang berbadan besar dan terlihat sangat sehat. Kemungkinan sangat kecil jika penyakit yang dialami oleh keluarga ibu Sri dikarenakan kekurangan makanan.

3.2 mengenal tahapan sakit yang dialaminya

(12)

penyakit yang mereka alami sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Di bawah ini ada beberapa tahapan sakit yang diketahui oleh informan saya sehingga mereka memutuskan untuk ke rumah sakit.

3.2.1 Tahap pengalaman gejala-gejala

Informan saya mengalami gejala-gejala yang berbeda dan juga da yang sama, dari kelima informan saya yang membuat saya tertarik untuk membahasnya di bagian ini, yaitu ibu Sri dikarenakan beliau tidak menyadari bahwa gejala yang yang dialaminya adalah berbahaya bahkan memicu terjadinya kanker serviks. Ibu Sri masih saja mengkomsumsi jus timun dengan alasan dapat mengurangi keputihan yang dialaminya, sedangkan sebaliknya bahwa mentimun dapat memicu keputihan berlebihan. Dengan kejadian tersebut membuktikan bahwa yang diketahui oleh ibu Sri bahwa buah apa saja dapat membuat tubuh kita sehat, sehingga beliau mengkomsumsi buah tersebut seperti obat untuk menyembuhkan keputihannya.

(13)

sehingga saat dia melakukan pemeriksaan, yang menjadi prioritas dari informan saya adalah menghentikan keputihan yang berlebihan yang dilaminya.

3.2.2 Sadar butuh pengobatan

Setelah menginterpretasikan gejala-gejala yang dialaminya sebuah penyakit dan memutuskan untuk melakukan pengobatan terhadap dirinya dan harus sembuh, upaya yang sangat maksimal yang dilakukan oleh informan saya yang ke-dua yaitu ibu Junariah. Setelah mengetahui ada yang tidak beres di dalam dirinya dan memriksakan ke rumah sakit bahwa itu adalah penyakit berbahaya, informan saya memutuskan untuk menjalani pengobatan apapun itu asalkan beliau sembuh. Informan saya tersebut sempat menjalani pengobatan tradisional dan hasilnya nihil sehingga membuatnya semakin tidak berdaya dan memutuskan untuk tidak melanjutkannya. Mencari sumber pengobatan untuk penyakit yang berbahaya sangatlah sulit didapatkan oleh informan saya tersebut. semua kerabat menyarankan untuk ke rumah sakit sedangkan informan ke-dua saya tidak ingin pergi ke rumah sakit dengan alasan banyak peranan yang tidak berjalalan saat beliau harus di rumah sakit. Di bawah ini ada keterangan dari informan saya yang menjelaskan peranan sehat dan sakit sehingga harus membuat keputusan untuk melakukan pengobatan kanker serviks.

a. Peran ketika sehat

(14)

rumah dan mengurus rumah tangga mereka. Informan ke-dua saya memiliki peranan yang sangat penting di dalam keluarganya yaitu mengurus suami dan anak-anaknya yang masih kecil sehingga membutuhkan kehadiran seorang ibu. Tanpa seorang ibu di keluarganya, tidak ada kehidupan lagi di dalam keluarga tersebut. anaknya akan terlantar dan tidak akan bersekolah karena anak-anaknya sangat tergantung terhadap ibunya. Dan suaminya juga yang ttidak dapat melakukan pekerjaan rumah dan hanya bisa mencari nafkah membuat informan ke-dua saya yakin bahwa keluarganya akan berantakan apabila tidak ada dirinya. Sehingga dia harus sembuh supaya beliau dapat mengurus rumah tangganya kembali dan membuat anak-anaknya mandiri.

b. Peran ketika sakit

Ketika sedang sehat, peranan ibu adalah mengurus rumah tangganya masing-masing sama dengansemua informan saya. Peran informan saya sangat penting didalam keluarganya masing-masing, tetapi saat sakit, semua peran yang dilakukannya saat sembuh tidak dapat dilakukannya lagi karena fisik yang lemah. Di saat seseorang terkena sakit dan memaksakan dirinya harus mendapatkan pengobatan segala peranannya di saat sehat akan berhenti sementara. Meskipun orang yang membutuhkan peran kita dalam kehidupannya harus bisa mandiri karena apabila tidak, kita tidak dapat meneruskan segala aktvitas yang biasa kita lakukan.

(15)

Berbeda pendapat yang saya dapat dari innforman-informan saya mengenai arti kanker serviks dan juga penyebabnya. Mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai apa itu kanker serviks dan juga penyebabnya, berikut ini pendapat dari informan –informan saya mengenai kanker serviks :

1. Ibu Sulasmi

Ibu Sulasmi sama sekali tidak mengetahui apa itu kanker serviks sebelum terkena kanker serviks. Beliau hanya mengetahui bahwa kanker itu adalah penyakit yang mematikan dan tidak dapat disembuhkan. Tidak pernah terpikirkan oleh ibu Sulasmi bahwa beliau akan terkena kanker serviks karena beliau hanya seorang ibu rumah tangga dan selalu menjaga kesehatannya. Dan tidak ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit kanker serviks sehingga meyakinkan ibu Sulasmi tidak akan terkena kanker serviks. Tetapi yang terjadi adalah ibu Sulasmi didiagnosa kanker serviks stadium II B oleh dokter di RSUP H.Adam Malik dan harus mendapat pengobatan dari rumah sakit. Setelah memeriksakan dirinya ke rumah sakit, beliau mengetahui bahwa kanker serviks yang dialami oleh ibu Sulasmi dikarenakan jumlah kelahiran anak sampai dengan 6, sehingga membuat vagina luka dan belum mendapatkan pengobatan, tetapi terpaksa harus melakukan hubungan seksual,hamil dan melahirkan lagi. Kegiatan sehari-hari beliau memang hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu aktivitas sebagai istri yaitu mengurus rumah, melayani suami dan mengurus anak.

(16)

Ibu Sulasmi tidak setuju bahwa banyak anak dapat mengakibatkan kanker serviks dan mebuat dirinya harus terbaring lemah di rumah sakit dan tidak dapat berjalan walaupun untuk ke kamar mandi. Dan beliau merasa tidak ada yang sakit di dalam tubuhnya tapi seakan bisa melumpuhkan kaki beliau untuk bergerak.

Semua jenis penyakit pastinya memiliki penyebab kenapa terjadi kepada kita, dan menurut ibu Sulasmi bahwa beliau terkena kanker serviks karena mengalami keguguran. Karena beliau pernah mengalami keguguran dan ditangani bidan desa dan kemungkinan karena kurang bersihnya sewaktu mengeluarkan bayi tersebut.

“pas diperiksa dokter, ditanya sih pernah keguguran atau enggak, jadi ibu jawab,,,,”pernah”,,,trus dokternya bilang, itu salah satunya kenapa ibu sakit kanker, katanya gitu,,,,,,”

Ibu Sulasmi mengetahui bahwa itu adalah penyebab mengapa dia terkena kanker serviks karena sewaktu keguguran, beliau hanya ditangani bidan desa tanpa dibawa ke rumah sakit.

2. Ibu Junariah

Ibu Junariah sering mendengar kanker serviks, tetapi beliau tidak pernah memiliki pikiran bahwasanya dia akan menjadi salah satu penderita kanker serviks tersebut. Sepengetahuan ibu Junariah bahwa kanker adalah penyakit menular, dan beliau percaya bahwa kanker yang sedang dialaminya adalah penyakit menular yang kemungkinan didapat dari orang lain yang disekitarnya.

(17)

Rupanya saya juga korban padahal orang tua saya nggak ada yang pernah sakit kanker,tapi ini saya sakit kanker. Saya juga bingung ini sakit kok bisa datang sama saya, ya tapi gimana ya kita kan ngga tau juga kapan sakitnya datang, kalo tau datang ya uda berobat dari dulu”

Sesuai dengan hasil wawancara di atas, ibu Junariah tidak pernah menyebutkan kanker serviks tetapi beliau selalu menyebut kanker. Karena menurut ibu Junariah kanker yang dialaminya sama dengan kanker kanker yang sering beliau dengar selama ini yang dialami oleh orang lain juga. Dan si penderita tidak menyadari bahwa dia akan menjadi salah satu petarung kanker serviks dan harus menjalani pengobatan.

(18)

3. Ibu Asmah

Ibu Asmah berpendapat bahwa kanker serviks adalah penyakit berbahaya yang bisa saja mengenai semua wanita, tetapi melihat bagaiamana kehidupan sehari-hari seperti pekerjaannya dan juga makanannya.

”penyakit itu kan dikasih sama yang atas ya jadi terima aja”.

ibuAsmah tidak takut saat beliau didiagnosa oleh dokter bahwa ibu tersebut terkena kanker serviks. Dan menurut ibu Asmah bahwa kanker serviks tersebut bisa diobati apabila mengikuti arahan dari dokter.

ikuti kata dokter ajalah nak, kalo dibilang operasi ya operasi, ikutin ajalah asal sembuh aja”.

Akibat kanker serviks yang dialami oleh ibu Asmah yaitu tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan tidak dapat melakukan pekerjaan berat. Dan ibu tersebut tidak dapat membantu suami untuk mencari nafkah di ladang. Semua aktivitas yang dilakukan oleh ibu Asmah menjadi terganggu setelah terkena kanker serviks sehingga beliau hanya mengikuti arahan dari dokter untuk dirawat inap di rumah sakit.

(19)

“sakit itu kan cobaan ya diterima ajalah, nanti kan ada waktunya disembuhkan sama Allah, katanya dengan mengelus infus yang sedang terpasang di tangn kanannya. Iya bu, tapi menurut ibu itu ada pengaruh dari makanan atau dari pekerjaan ibu gak?.. lanjut pertanyaan saya, “y Pasti adalah nak, sekarang kan banyak itu formalin-formalin di makanan, belum lagi pake borax-borax kek yang ada di tv itu, iyakan pak’e,,jawab ibu Asmah dan bapak Muklis hanya mengangguk mengiyakan jawaban istrinya.

4. Ibu Jamilah

Kanker serviks menurut ibu Jamilah adalah penyakit yang sama dengan kanker lainnya dimana akan membuat fisik semakin lemah dan menggerogoti tubuhnya sehingga mengakibatkan kematian. kanker serviks adalah penyakit yang ada di sekitar kelamin wanita yang membuat ibu Jamilah sampai kehabisan darah.

“kanker itukan ada tumbuh di anu kita tapi itulah gak bisa sembuh itu,,, menjawab pertanyaan saya tanpa ada keraguan dari nenek tersebut...

Semua penyakit ada penyebabnya, menurut ibu Jamilah bahwa penyakit kankerr serviks yang dialaminya adalah dikarenakan jumlah paritas yang banyak dan juga dikarenakan stress berlebihan.

”nek, kok bisa sakit kanker serviks,..tanya saya,,, yabisalah, kata dokter sih karna nenek banyak anak jadi luka trus karena neneknya dulu melahirkan gak di rumah sakit tapi sama itulah mbah-mabah yang bantu melahirkan ituloh, kalo nggak ya sama bidan,,bisa juga sakit dari itu,,jawab nenek panjang kata,”

5. Ibu Sri

(20)

serviks adalah adanya benjolan di leher rahim dimana benjolan tersebut tumbuh dengan cepat bahkan dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Kanker serviks itu tumbuh tidak terdeteksi dan tidak ada rasa sakit yang berat sehingga pederita tahu kapan mencegah dan juga mengobati, sesuai dengan penjelasan ibu Sri.

“mana ada yang sakit, jadi gimana mau berobat atau gimana, lain

cerita kian kalo sakitnya parah sampe ngga bisa jalan, kita pun tau berobat,,tapi karna ngga ada sakit yamana terpikir kita bisa sakit kanker serviks”.

3.4 Cara Mengatasi Kanker Serviks Pra rumah sakit

Menyadari bahwa suatu yang tidak beres terjadi dalam diri sendiri akan membuat berbagai orang untuk mengambil kebijakan sendiri untuk menangani masalah yang dihadapinya. Melakukan segala tindakan sesuai dengan pengetahuan sendiri atau pengalaman orang lain akan mempengaruhi cara mengambil keputusan. Demikian yang terjadi kepada informan saya bahwa sebelum didiagnosa kanker serviks banyak segala saran dari keluarga dan juga kerabat. Di bawah ini adalah cara-cara penderita kanker serviks dalam mengatasi kanker pra rumah sakit. Informan saya yang pertma yaitu ibu Sulasmi.

(21)

mengalami pendarahan yang cukup lama. Dan keluarga juga khawatir sehingga menyarankan untuk memeriksakan ke dokter kandungan, karena takut ibu Sulasmi terkena penyakit berbahaya. Setelah memeriksakan ke dokter kandungan yang berada di Tebing, ibu Sulasmi sangat shock karena dia terkena kanker serviks dan dokter menyarankan untuk pergi ke rumah sakit. Sehingga rumah sakit dapat mengambil tindakan untuk pengobatan kanker serviks ibu Sulasmi.

Di saat sebuah penyakit belum menandakan gejala yang cukup besar, maka tindakan yang dilakuakan juga adalah tindakan yang ringan. Dan pastinya sesuai dengan yang diketahuinya, ssama dengan ibu Sulasmi yang tidak akan memeriksalan dirinya ke rumah sakit apabila bukan anaknya yang meminta dan juga karena pendarahan yang dialami sudah cukup banyak.

Menurut informan saya yang kedua yaitu ibu Junariah bahwa Sebelum mengetahui penyakit kanker serviks, ketika mengalami sakit di bagian pinggul, ibu Junariah pergi berkusuk, karena beliau beranggapan bahwa sakit pinggulnya adalah karena masuk angin, salah tidur atau dikarenakan kurang minum. Tidak pernah terlintas dalam pikiran ibu Junariah bahwa sakit pinggul dan keputihannya akan mengakibatkan kanker serviks sehingga ia hanya mengatasi dengan pengobatan biasa. Dan ibu Junariah juga mengkompres perutnya dengan air hangat agar ngilu pada pinggulnya berkurang dan rasa mati pada perutnya dapat berkurang. Dengan berbagai cara untuk mengembalikan keadaan badan kita, kita akan mencari pengobatan yang sesuai dengan yang kita alami.

(22)

kena kanker trus berobat. Ya dulu masih tetap kerja di rumah, ini itu masih dikerjain karna pikiran pasti sembuh gitu, cobalah adek kalo masuk angin kan berkusuk malam,bangun pagi kan uda segar, ya ibu pikir kekgitu rupanya sampek keputihan itupun warna kuning, amit ya dek, anu kita itu rasanya bau kali”

Mengatasi kanker serviks sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pasien kanker serviks tersebut. Sebelum mengetahui penyakit adalah kanker serviks, ibu Asmah memilih untuk pergi ke rumah tukang urut yang ada di Kisaran. Di sana ibu Asmah diurut sesuai dengan posisi sakit yang ada di perut, meskipun tidak ada perubahan yang dialami oleh beliau tetapi ibu tersebut rajin datang untuk diurut. Tetapi setelah mengalami pendarahan yang cukup banyak dan sakit pada perut sudah tidak bisa ditahan lagi, ibu Asmah pergi ke Puskesmas untuk mendapat pertolongan, dan sesampai di puskesmas ibu Asmah disarankan untuk ke rumah sakit umum Kisaran.

(23)

mendapat kartu atas nama istrinya dan juga keluarganya. Tetapi beliau harus menunggu kartu BPJS dapat digunakan sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan. Banyak hal yang mencoba menggagalkan BPJS yang sedang diurus terutama dalam masalah pembayaran, tetapi pada akhirnya selesai juga. Menunggu kartu tersebut aktif, keluarga membayar biaya perawatan di rumah sakit dengan harga umum, dan menghabiskan biaya yang cukup banyak. Dan setelah satu minggu dirawat di rumah sakit umum Kisaran, ibu Asmah hanya mendapat pengobatan dengan terapi lanjut, yaitu obat dan juga opname. Dan hampir dua minggu beliau dirawat di rumah sakit tersebut tetapi tidak ada perubahan pada perut, tetapi pendarahan yang dialami telah berhenti.Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kanker serviks atau penyakit kronis lainnya adalah dengan dioperasi atau di opname di rumah sakit.

”ya kalo sakit kanker-kanker dioperasilah, di suntik

itulah..menjawab pertanyaan saya dengan menunjukkan infus yang ada di tangan ibu tersebut.

Rajin aja minum obat dan check-up adalah tindakan yang akan dilakukan saat terlintas pertanyaan penyakit kanker serviks di dalam pikiran ibu Jamilah.

(24)

berjualan. Jus yang sering diminum oleh ibu Sri adalah jus terong belanda, timun dan jeruk, dimana ibu Sri tidak menyadari bahwasanya timun adalah makanan yang dapat memicu keputihan. Hal tersebut yang memebuat keputihan yang dialami oleh ibu Sri tidak berkurang tetapi semakin bertambah. Keputihan yang sudah berlebihan bahkan berbau membuat ibu Sri bukanlah memeriksakan ke dokter tetapi beliau menggunakan alat pembersih kewanitaan yang dijual di supermarket, teradang ibu Sri membeli daun sirih ketika ia sedang berbelanja ke pasar dan mencoba untuk merebus daun sirih tersebut dan mencuci organ kewanitaan dengan air rebusan daun sirih tersebut.

3.5 Tanggapan Terhadap Kanker Serviks a. Ibu Sulasmi menolak kanker serviks

Setelah didiagnosa kanker serviks oleh dokter kandungan yang berada di Tebing, ibu Sulasmi sangat shock atau kaget karena tidak menyangka akan terkena kanker serviks dan harus mendapat pengobatan di rumah sakit. Dan ibu Sulasmi sangat takut karena menurut beliau bahwa kanker sangat berbahaya dan dapat mematikan seseorang.

“kalo dibilang sakit kanker ya takutlah, namanya kanker ya mana ada sembuh ya, di tipi-tipi pun meninggal juga kalo uda kanker,,ya takutlah kalo gak sembuh, masih banyak keluarga,anak pun masih ada yang belum nikah. Saya kan mau liat cucu-cucu juga,,,jawab ibu Sulasmi dengan nada yang berat,,,,”

(25)

kanker serviks menurut ibu Sulasmi dipengaruhi oleh siaran sinetron yang ada di Tv yang menayangkan bahwasanya penyakit kanker serviks tidak bisa sembuh dan berakhir dengan kematian. Dengan tayangan yang seperti itu membuat ibu Sulasmi juga kekurangan motivasi untuk sembuh dan serius untuk mencari pengobatan kanker serviks.

b. Berjuang untuk selamat

Ibu Junariah memang terkejut saat didiagnosa oleh dokter bahwa sakit pinggul dan keputihan yang dialaminya adalah kanker serviks. Tetapi dengan semua penjelasan yang diberikan oleh dokter beliau menerima dengan sabar bahwa ia akan bertarung dengan kanker serviks. Dan beliau juga menerima apapun resiko dari kanker serviks dan akan berusaha untuk mendapat pengobatan karena ibu Junariah yakin bahwa akan ada cara pengobatan untuk penyakitnya. Dan bagaimana pun keluarga ibu Junariah berusaha untuk berupaya mencari pengobatan untuk beliau. Walaupun terlihat sangat pasrah dan menerima kanker yang dideritanya, beliau masih sangat bersikeras untuk sembuh demi anak-anaknya dan juga suaminya.

c. Serviks adalah ujian hidup

(26)

menghadapinya. Ketika pasien dalam keadaan sakit, dan sakit yang dialaminya mempengaruhi seluruh kesehatan fisiknya, maka akan mmepengaruhi semangat didalam dirinya untuk bertahan hidup. Untuk itu penting bagi penderita untuk memperjuangkan kesehatannya.

Manusia selalu berusaha untuk menyembuhkan penyakit. Karena keharusan, manusia tidak mau senantiasa memberikan perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta usaha mempertahankan kelangsungan hidup sejauh batas pengetahuannya mencari penyelesaian terhadap masalah penyakit. Layaknya seorang ibu Asmah yang terkena kanker serviks dan berusaha untuk menyembuhkan penyakit yang dialami.

Sejak mengalami sakit perut pada bagian bawah, ibu Asmah hanya mengeluh pada suami dan berusaha untuk mengatasi sendiri. Rasa sakit yang dirasakan oleh ibu Asmah sudah dirasakan sejak dua tahun terakhir, yaitu ngilu dan keram bagian bawah perut. Setelah sebulan dari ngilu dan keram, beliau merasakan sakit di bagian leher rahim menuju vagina, sakit akan bertambah ketika ingin buang air kecil dan sampai mengeluarkan darah. Terkadang pendarahan yang dialami oleh beliau sampai dengan bleeding. Awalnya beliau menduga bahwa darah yang keluar adalah darah menstruasi atau datang bulan yang datang setiap bulannya.

(27)

Suami dari ibu Asmah tersebut tidak menduga akan menjadi penyakit berbahaya seperti kanker. Karena ibu Asmah sudah sering mengeluh sakit perut kepada suaminya, dan setelah istirahat sakit perut hilang dengan sendirinya. Kejadian itu terjadi pada awal tahun 2014 dan ibu tersebut tidak memeriksakan kesehatannya ke dokter dengan alasan hanya sakit biasa. Sama dengan kejadian sebelumnya sekitar beberapa bulan sebelum pendarahan, ibu tersebut juga mengalami sakit di bawah perut ibu tersebut mencoba untuk mengatasi dengan yaitu memijat dan hampir tiap hari walaupun tidak ada perubahan, karena ibu Asmah menduga bahwa sakit tersebut adalah masuk angin atau angin duduk. Sehingga hanya meminum air hangat, mengoleskan balsem dan beristirahat.

(28)

Tetapi karena tidak menyadari bahwa itu adalah penyakit berbahaya, beliau rajin memijat perut yang sedang sakit dan berharap akan sembuh pada waktunya.

Penyakit dan kematian adalah hal yang dihadapi oleh setiap manusia, tidak ada satu orang pun yang tidak mengalaminya. Tetapi penting bagi manusia untuk mengetahui penyebab dari sebuah penyakit dan kematian sehingga manusia mengetahui bagaimana untuk mengatasi dan mencegah itu terjadi. Mengurangi penderitaan yang sedang sakit adalah tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah kematian. Ketika ibu Asmah terkena kanker serviks, beliau tidak mengetahui apa penyebab dari penyakit tersebut. Jadi beliau hanya merasa bahwa penyakit tersebut adalah sebuah cobaan dari Tuhan yang harus dilalui. Tetapi suami dari ibu Asmah ingin mengetahui apa penyebab dari penyakit yang dialami oleh istrinya, sehingga bapak tersebut menanyakannya kepada dokter dengan jawaban yang beliau peroleh adalah penyakit tersebut disebabkan oleh :  Pernah mengalami keguguran

 Pasangan pernah melakukan hubungan dengan lebih dari satu pasangan  Jumlah kelahiran anak lebih dari tiga

(29)

tidak menjadi penghalang untuk keluarga mereka untuk memiliki anak kembali. Setelah kejadian keguguran hampir delapan tahun, keluarga ibu Asmah dan bapak Muklis memiliki anak kelima yaitu perempuan. Keluarga mereka tidak menyangka bahwa mereka akan memiliki anak lagi karena anak dari keempat dengan yang terakhir jarak usianya adalah delapan tahun. Tetapi ibu Asmah mengatakan bahwa anak yang paling kecil yang sedang duduk di kelas 2 SD adalah rezeki dari Tuhan. Jadi mereka sangat bahagia dengan kehadiran anak tersebut. dua dari anak keluarga ibu Asmah dan bapak Muklis sudah menikah dan mereka tinggal di luar dari kisaran. Jadi yang tinggal bersama dengan keluarga ibu Asmah adalah hanya dua anaknya yang belum menikah. Anak keempat dari keluarga tersebut sudah berumur 18 tahun dan sudah menyelesaikan pendidikan sampai dengan sekolah menengah atas. Dikarenakan keterbatasan biaya pendidikan, maka anak keempat tidak melanjutkan ke perguruan tinggi sehingga ia membantu ayahnya di ladang untuk mencari nafkah.

d. Kanker serviks adalah jalan

(30)

dalam keadaan sakit pun ibu Jamilah harus menyembunyikan ekspresi kesakitan yang ada diwajahnya.Tetapi dikarenakan sait pada vagina pada ibu Jamilah sudah tidak bisa ditahankan lagi dan disertai dengan pendarahan yang sangat banyak membuat ibu Jamilah menyerah pada anaknya dan mengikuti pemeriksaan dan juga pengobatan. Ibu Jamilah tidak takut terhadap kanker serviks karena penyakit adalah jalan Tuhan untuk manusia sehingga tidak ada pilihan jalan lain selain mengikutinya.

e. Menolak diagnosa kanker serviks

Diagnosa kanker serviks dari rumah sakit Murni Teguh membuat ibu Sri terkejut dan merasa tidak terima dengan keputusan yang diberikan dokter tersebut karena menurut ibu Sri beliau tidak pernah kesakitan pada rahim atau pada organ kewanitaannya. Setelah diagnosa kanker serviks, ibu Sri tidak mau melakukan pengobatan di rumah sakit karena menurut beliau tidak ada rasa sakit dan rencana awal ia ke rumah sakit hanya memeriksakan keadaannya kenapa ia mengalami keputihan yang berlebihan. Karena tidak kepuasan terhadap jawaban dokter tersebut, ibu Sri dan juga suaminya kembali pulang dan berusaha mencari pengobatan yang tidak harus ke rumah sakit.

(31)
(32)

BAB IV

SUDUT PANDANG PASIEN DAN KELUARGA

Pada bab ini akan menjelaskan bagaimana sudut pandang pasien dengan keluarga pasien mengenai penyakit dan bagaimana usaha masing-masing untuk menjalani pengobatan yang dilakukan oleh pasien kanker serviks.

4.1 Pendapat Pasien tentang tingkat stadium penyakit

Banyak pendapat menurut pasien mengenai ciri-ciri sakit yang dialmi mereka dan menggolongkan penyakit tersebut ke spesifikasi jenis sakit. contoh:  Stadium 1

Dari semua informan yang penulis teliti bahwa ciri-ciri stadium 1 tidak ada dirasakan mereka, karena semua informan saya setuju bahwa kanker itu awalnya tidak sakit sehingga mereka tidak bisa mendefenisikan bagaimana stadium 1 dan bagaimana tahapan stadium awal dari kanker serviks.  Stadium 2

Menurut ibu Sulasmi beliau sudah stadium 2 karena diberitahu oleh dokter dan gejala yang dialaminya adalah pendarahan yang berlebih sehingga sewaktu di rumah sakit, pemeriksaan terhadap kanker hasilnya stadium 2  Stadium 3 dan Stadium 4

(33)

sudah menyebar ke ke seluruh bagian tubuh. Dan informan saya mengatakan bahwa kanker yang sudah stadium 3 dan 4 mungkin suah perawatan maksimal dan kemungkinan juga sudah di ruangan ICU.

 Tidak mengenal stadium penyakit

Dari semua informan saya memiliki masalah dalam memutuskan penyakitnya ke dalan stadium kanker serviks, karena mereka tidak mengetahui perbandingan bagaimana ciri-ciri bagaimana stadium prakanker sampai stadium 4. Pasien tidak mengetahui karena :

Pendidikan

(34)

sudah parah dan menimbulkan kerugian terhadap penderita. Dan ketika penyakit masih bisa ditahan, maka pengobatan tidak diperlukan.Dan menurut dari informan saya, yaitu ibu Sulasmi, tamat Sekolah menengah pertama belumlah cukup untuknya karena beliau merasa kurangnya pengetahuannya sehingga tidak dapat mencegah penyakit yang akan terjadi di dalam tubuh.

“kurang ngertinya ibu sama sakit ini karena ibu kan cuman tamat smp mya, jadi nggak pintar kalo masalah-masalah penyakit. Ya paling si sundari lah karna dia kan uda tamat sma, uda lebih pintar dari ibu, biar dia bisa jaga-jaga biar nggak sakit kek ibu”

Pola hidup

Stadium kanker serviks yang dialami oleh informan-informan saya dikarenakan keterlambatan dalam pemeriksaan penyakit atau kurangnya kesadaran untuk memahami gejala-gejala perubahan fisik yang terjadi di dalam dirinya. Masing-masing informan yang diteliti mengakui bahwa tidak ada gejala yang memang khusus sehingga mengambil tindakan pengobatan, karena itu mereka tetap melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan tanpa ada kuatir atau takut akan terjadi penyakit kanker. Informan yang diteliti mengakui bahwa kehidupan yang dialami sama dengan manusia lainnya, dimana makan tiga kali sehari, tidur, bekerja. Kebutuhan makan sehari-hari dari hasil sawah sendiri dialami oleh ibu Asmah dan ibu Sulasmi, sehingga untuk beras mereka tidak perlu membeli ke luar, hanya saja untuk lauk dan sayuran mereka membeli ke pasar.

(35)

suami adalah pekerjaan terkahir yang dilakukan setiap harinya. Masakan yang dimasak oleh ibu rumah tangga adalah masakan yang sederhana, dimana tersedia nasi, lauk dan sayur sudah cukup.

Asal bisa makan aja uda sukur nak, ada nasi, ikan, sayur uda jago itu. Kalo tiap hari makan rajin sehatnya itu. Mana tau-tau darimana kanker itu, jarangnya makan-makan misop di rumah, cerita ibu Asmah.”

Jawaban dari ibu Asmah merupakan jawaban spontan bahwa makan adalah hal terpenting tetapi dalam soal vitamin untuk makanan tersebut adalah nnomor terakhir. Makan rajin dan kenyang dapat melakukan pekerjaan sehari-hari baik itu di sawah atau di rumah. Dan mereka tidak menyadari dengan segala pekerjaan yang mereka jalani tiap harinya membuat mereka sakit kanker serviks. Ibu Sulasmi, ibu Asmah mengakui bahwa ketika mereka menstruasi mereka menggunakan lapisan yaitu dari kain-kain tidak menggunakan pembalut yang diperjual-belikan di warung atau supermarket dengan alasan karena tidak nyaman menggunakan pembalut sehingga memilih untuk memakai kain-kain saja. Beda dengan ketiga informan yang lain yaitu menggunakan pembalut biasa yang dijual. Sedangkan ibu Jamilah pada saat menderita kanker serviks sudah mengalami menopause, tetapi sebelum menopause beliau menggunakan pembalut biasa karena disarankan oleh anak-anaknya yang sudang berumah tangga.

4.2 Pendapat Pasien tentang pengobatan a. Sulasmi

(36)

mencoba pengobatan di rumah sakit yaitu bermula di RS Tebing dan dirujuk ke RSUP H. Adam Malik. Setelah berada di rumah sakit, beliau belum mendapat pemeriksaan karena harus mengisi data dan juga menyelesaikan masalah pembayaran yang akan dilakukan selama pengobatan. Ibu Sulasmi adalah pasien yang menggunakan kartu BPJS sehingga semua biaya pengobatan di rumah sakit adalah gratis. Tetapi anaknya harus memastikan ke kantor BPJS yang ada di rumah sakit sehingga rumah sakit memberikan gratis pengobatan untuk ibunya. Banyak berkas yang harus diselesaikan oleh Sundari agar ibunya diperiksa dan dirawat di rumah sakit. setelah satu jam mengurus semua administrasi, ibu Sulasmi mendapat ruangan di Ruang Rindu B no II2 dan belum mendapat perawatan atau pemeriksaan. Besoknya ibu Sulasmi mendapat pemeriksaan dari dokter dan meminta perawat untuk memberikan infus.

“ibu diopname dulu ya,isi tenaga dulu untuk tindakan selanjutnya, kita gambar dulu penyakitnya baru kita obati,, “kata ibu sulasmi saat menceritakan hasil pemeriksaan dari dokter”,,dokternya cerita sama sri aja semuanya,,tanya aja sama srik dek..lanjutnya,,”

(37)

Tindakan yang dilakukan rumah sakit terhadap serviks ibu Sulasmi adalah tindakan yang benar pada saat ini karena ketakutan jika tidak segera melaksanakan operasi, sel kanker akan berkembang dengan cepat.

(38)

dengan terong belanda. Makanan yang terdapat pengawet ada baiknya dihindari sampai keadaan pulih.

b. Junariah

Sakit kanker serviks yang diderita oleh ibu Junariah adalah stadium IIB dan menurut dokter sel-sel kanker akan menyebar dan memakan sel lainnya yang ada di dalam tubuh. Ketika mengalami sakit pinggul dan keram perut, ibu Junariah hanya berkusuk dan tidak berpikir bahwa beliau akan terkena kanker serviks. Tetapi dikarenakan beliau sudah mengalami keputihan hampir satu tahun dan belum pernah diperiksakan ke dokter, menyebabkan vagina dari ibu Junariah luka karena jamur yang tumbuh dan menggerogoti vaginanya sampai ke liang senggama. Dan tidak beberapa lama kesakitan semakin menjadi di daerah V yang membuat ibu Junariah khawatir dan memaksakan untuk pergi ke dokter kandungan. Dan dokter kandungan yang ditemuinya di langkat memberikan obat yang sangat mahal tetapi keputihan semakin bertambah dan bergumpal bewarna hampir kecoklatan.

(39)

rumah sakit ibu Junariah dibantu oleh anaknya yang pertama dan memapah di ruang tunggu.

“sampe di rumah sakit ya digendong sama si peri karena ibu kan goyang goyang jalam karna jauh dari langkat ke adam malik. Yah pas di ruang tunggu yang ngurus semua si peri, suami yang jagain tas dan semua barang-barang.

c. Asmah Hayati

(40)

Asmah harus menahan kesakitan pada perut bagian bawahnya karena belum mendapatkan perawatan.

Pengobatan yang harus diterima oleh ibu Asmah adalah tambahan cairan infus dan juga obat.Dan dikarenakan ketidaksanggupan beliau untuk berjalan ke kamar mandi, maka beliau menggunakan kateter11 sehingga tidak harus ke kamar mandi untuk buang air kecil.Awalnya beliau merasa malu dan risih ketika harus buang air kecil di tempat tidur dan dikarenakan semua anggota keluarga yang melihatnya harus buang kecil di tempat tidur. Dan kateter hanya bertahan sampai seminggu karena ibu Asmah merasa tidak nyaman karena harus buang air kecil di tempat tidur, jadi beliau meminta untuk menggunakan pampers saja.

”kalo pake kateter itu, saya jadi jarang buang air kecil, mungkin jadi malu-malu juga karena kadang dokternya nanyain, uda buang air kecil atau belum”.

Suatu keanehan bagi ibu Asmah ketika dokter menanyakan hal-hal yangsepele, yang membuat pasien menjadi merasa tidak nyaman.Dan kadang dokter membuat lelucon dari penyakit yang diderita oleh ibu Asmah. Contoh:

“nanti kalo ibu sembuh, bapak jangan ngajak ibu berhubungan dulu ya, ditahan dulu.

Menurut dari ibu Asmah, menyampaikan hal tersebut di depan semua pasien dan juga keluarganya adalah memalukan, karena mengatakan hal seperti itu ada baiknya saat ruangan sepi atau saat pemeriksaan.

11

Kateter adalah pipa memasukkan atau mengeluarkan cairan.

(41)

Setelah beberapa minggu di rumah sakit, pengobatan yang akan dilakukan terhadap ibu Asmah adalah operasi pengangkatan sel kanker yang ada pada leher rahim.Dan kemungkinan operasi berhasil dilaksanakan, tetapi bukan menyembuhkan ibu Asmah tetapi menjaga kanker serviks tidak menyebar secara cepat dan menyeluh ke dalam tubuh beliau.Ibu Asmah rela mengikuti pilihan operasi dimana kesuksesan hanya untuk memperpanjang hidupnya bukan untuk menyembuhkannya, tetapi ibu Asmah berharap bahwa pilihan itu akan berhasil.

Saat di rumah sakit sesama pasien terkadang saling bercerita mengenai pengobatan yang mereka lakukan selama di rumah sakit.Salah satu pasien yang ada di ruangan itu adalah seorang ibu yang sedang sakit tumor rahim dan sudah melakukan operasi pengangkatan rahim.Dan pada saat ini menerima perawatan kemoterapi, dan bercerita kepada ibu Asmah supaya mengikuti operasi dan mengikuti kemoterapi sehingga ibu Asmah dapat melakukan rawat jalan dan kembali ke rumah.

(42)

Kanker serviks yang dialami oleh ibu Asmah sudah stadium II B, dan sekarang ibu tersebut menjalani terapi lanjut selama 2 (dua) minggu di RSUP Adam Malik. Menurut beliau bahwa penyakitnya semakin parah saat berada di rumah sakit tetapi setidaknya ada pengobatan yang didapatkan ketika sedang kumat. Dikarenakan saat sedang kumat, maka ners atau perawat akan memberikan pertolongan dan memberikan suntikan agar sakit perut yang dirasakan berkurang. Selama di rumah sakit perut ibu tersebut semakin kecil dan berat badan semakin kurus dikarenakan nafsu makan juga berkurang.

(43)

Dokter yang menangani ibu Asmah adalah Dr. Citra AA, Sp.OG. Yang mana seorang dokter yang wanita yang masih muda berusia 32 tahun dan cantik, dokter tersebut spesialis kandungan yang akan menangani pasien dari ibu Asmah tersebut. Ruangan ibu Asmah yaitu ruangan Instalasi Rindu B lantai 1 dimana pada lantai tersebut adalah penyakit khusus untuk wanita, tetapi penyakit dalam terutama penyakit kelamin, rahim, ginjal dan bagian dalam lainnya.

Setiap pengobatan dari penyakit kronis memiliki resiko masing-masing. Sama dengannya pengobatan yang dilakukan oleh ibu Asmah adalah pengobatan medis dimana ibu Asmah akan melaksanakan operasi untuk pengangkatan kanker serviks tersebut. Kanker serviks sudah stadium II B dimana tindakan yang masih dilanjutkan adalah terapi lanjut yaitu dengan obat pengurang rasa sakit dan juga cairan infus yang menambah energi. Dikarenakan ibu Asmah dalam kondisi yang lemah dan berat badan yang menurun drastis, maka ibu Asmah harus menjaga kestabilan dari fisik agar dapat melaksanakan operasi. Dikarenakan kanker serviks sudah menyebar ke leher rahim bagian luar, maka kemungkinan sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jadi selain daripada operasi, ibu Asmah harus mengikuti kemoterapi setelah selesai pelaksanaan operasi. Dikarenakan sel kanker akan mengenai anggota sel baru yang akan tumbuh, maka ada baiknya dilakukan kemoterapi untuk memperlambat menyebarnya pertumbuhan kanker.

d. Jamilah

(44)

setelah cukup energi akan dioperasi dan melaksanakan operasi. Tetapi pengobatan yang dilakukan oleh ibu Jamilah tidak teratur dan tidak berjalan dengan jadwal rumah sakit karena ibu Jamilah tidak betah di rumah sakit dan selalu menekan anaknya dan menuntut pulang.Sewaktu tiga tahun setelah suaminya meninggal ibu Jamilah sudah mengalami sakit kanker serviks dan sempat mendapat perawatan di rumah sakit Columbia Asia tetapi karena ketidaksabaran dari ibu Jamilah, pengobatan diberhentikan. Ibu Jamilah hanya mengkonsumsi obat yang diberikan dokter dan membeli obat yang sama di apotik tanpa resep dokter.

Satu tahun tidak mendapat perawatan khusus untuk kanker serviks, ibu Jamilah drop dan maengalami pendarahan yang cukup banyak sehingga ibu Jamilah dibawa ke rumah sakit Columbia Asia, dan mendapat infuse selama dua hari, ibu Jamilah mendapat pemeriksaan dari laboratorium yang mengatakan bahwa penyakit yang diderita oleh ibu Jamilah sudah menyebar ke sel lainnyadan harus segera melaksanakan operasi. Berhubung karena kurangnya peralatan, ibu Jamilah di transfer ke rumah sakit Adam Malik dan diharapkan untuk mendapat penanganan segera, tetapi sepulangnya dari Columbia Asia, ibu Jamilah tidak ingin pergi ke rumah sakit Adam Malik dikarenakan trauma suaminya yang meninggal di rumah sakit tersebut. Sehingga ibu Jamilah tidak mendapat pengobatan dan hanya mengkonsumsi obat dari rumah sakit yang sebelumnya.

(45)

dari Ibu Jamilah tidak tahan terhadap keluhan ibunya tetapi tidak ingin mendapat pengobatan, mereka memaksa ibunya untuk dibawa ke rumah sakit Adam Malik dan ibu Aida bersikeras untuk membawa ibunya ke rumah sakit, dan ibu Jamilah hanya mengikuti saran dari anak-anaknya.Dan karena sudah stadium III, ibu Jamilah membutuhkan waktu yang cukup lama di rumah sakit.Seharusnya ibu Jamilah sudah mendapatkan operasi tetapi beliau menolak keras dan tidak ingin dioperasi.Pengobatan di rumah sakit terbilang gagal karena ketidakteraturan oleh ibu Jamilah.

“saya bingung nak, ibu ngga mau diobati tapi kalo di rumah banyak keluhannya, saya juga ngga tau gimana ngga mungkinlah mama kita sakit dibiarin aja gitu.,,padahal saya banyak pesanan baju mau dijait tapi gimana mana mungkin ditinggal,, bisik ibu Aida takut didengar oaleh ibunya.”

“dokter pun ketawa aja kalo uda ngomong sama nenek, karna kalo dokter uda datang pasti dikira suntik atau mau pasang infus jadi langsung takut duluan.”

(46)

serviks.Dan sayangnya, bahwa rekan dari ibu Jamilah sudah meninggal dunia dan tidak selamat dari kanker payudara. Hal itu membuat ibu Jamilah menolak segala pengobatan karena beliau tidak ingin merasakan apa yang dirasakan oleh rekannya. Dan selama peneliti melaksanakan penelitian, pengobatan yang didapat oleh ibu Jamilah adalah obat pil karena beliau tidak bisa menerima infus karena tangannya bengkak.Beliau tertidur di ranjang karena pendarahan masih dialami oleh ibu Jamilah walaupun sudah dirawat di rumah sakit.Dokter juga tidak tau harus bagaimana, terkadang mereka memberikan suntikan antibiotik karena ibu Jamilah juga bisa menerima infus. Pengobatan apapun itu apabila si penderita tidak memiliki motivasi untuk sembuh sama saja hasilnya kosong.

e. Sri Syariana

Pengobatan di rumah sakit yang dilakukan oleh ibu Sri adalah keputusan yang tepat menurut keluarga ibu Sri karena hemat biaya karena ditanggung oleh BPJS.

“ibu kan pake bpjs kelas satu de, jadi gratis, ruangannya pun bagus juga, lain loh de kelas satu sama kelas dua, tiga. Kalo orangtu mungkin jarang diperiksa dokter kalo ibu seringnya, trus ibu langsung dioperasi ari itu, padahal itu yang di depan ibu itu (menunjuk ke pasien yang di depannya) udah dua bulan ngga dioperasi, kasian kekgitu kan nak, uda sakit tapi nunggu nunggu lagi.”

(47)

dialaminya, dan beliau juga membandingkan dengan penderita tumor rahim yang sedang dirawat di samping ranjangnya bahwa penderita tumor rahim tersebut selalu mengeluh dan ribut di ruangan tersebut, sedangkan ibu Sri tidak pernah mengeluh pada suaminya dan tidak pernah merepotkan suaminya.

Pengobatan rumah sakit yang sedang dijalani oleh ibu Sri adalah kemoterapi yang ke 23 dan ia sudah tinggal di rumah sakit hampir 4 bulan dan sempat juga untuk rawat jalan selama dua minggu. Ibu Sri sudah menjalani operasi pengangkatan kanker dan rahimnya juga sudah diangkat menjaga agar sel kanker tidak tumbuh lagi. Ibu Sri sudah terlihat sangat sehat setelah menjalani kemoterapi 23 dan beliau sudah sangat banyak berbicara tentang semua pengalaman sakitnya di rumah sakit. Di saat menjalani kemoterapi yang sebelumnya ibu Sri sangat drop dan muntah bahkan selera makan pun tidak ada dikarenakan tubuh ibu menolak semua makanan yang dikonsumsinya. Tetapi ibu Sri mengkonsumsi sirup penafsu makan sehingga kemoterapi yang selanjutnya berjalan dengan lancar bahkan sekarang ibu Sri tidak pernah mengeuh tidak nafsu makan. Dan menurut ibu Sri dia memang membutuhkan istirahat karena hampir setiap hari dia harus berjualan tanpa istirahat, sehingga pada saat di rumah sakit ibu Sri semangat dalam menjalani pengobatan agar beliau dapat sembuh dan dapat kembali menjual baksonya.

(48)

yang menjaga anak-anak dari ibu Sri karena anak-anak mereka tinggak bertiga di rumah dan mereka harus sekolah dan tetangganya lah yang menjaga mereka untuk mengingatkan mereka makan dan juga sekolah. Pada saat sakit ini ibu Sri mengetahui kerabat yang benar-benar peduli dengannya dan ibu Sri akan membalas semua orang telah menjenguknya dan memperdulikan keuarga ibu Sri.

Setelah kemoterapi yang ke 23, ibu Sri akan kembali pulang ke rumah dan berstirahat di rumah. Karena menurut dokter, ibu Sri telah menjalani operasi dan operasinya berjalan dengan lancar sehingga dapat mengikuti kemoterapi sampai dengan 23. Dan sesuai dengan pemeriksaan dokter ibu Sri dapat kembali ke rumah dan menjalani rawat jalan untuk mengkonsumsi obat agar kemungkinan sel kanker tidak tumbuh lagi. Menurut dokter, sel kanker sudah diangkat dan sebagian sel lainnya sudah di kemoterapi sehingga kemungkinan sel kanker akan melambat untuk berkembang, tetapi ibu Sri harus memeriksakan keadaanya dan jangan berhenti untuk mengkonsumsi obat.

4.3 Pandangan pasien terhadap penyakit

Berbahayanya sebuah penyakit, penderita kanker serviks memiliki konsep tersendiri bagaimana penilaian mereka terhadap tingkat keparahan dari penyakit yang mereka alami. Dari informan yang diteliti beberapa pernyataan dari mereka mengenai tingkat keparahan dari penyakit mereka dengan berbagai alasan, yaitu:  Banyak dokter penyakit parah

(49)

keparahan dari sebuah penyakit, contoh ibu Sri menyatakan bahwa banyak dokter muda yang mengunjungi beliau sebelum operasi dan juga setelah operasi, baik itu dari dokter senior dan juga dokter muda. Beliau menyatakan bahwa penyakitnya semakin parah karena semakin banyak dokter yang ingin tahu mengenai penyakitnya. Karena di ruangannya ada 6 orang, tetapi hanya beliau yang sering didatangi oleh dokter-dokter dari rumah sakit tersebut sehingga beliau membuat kesimpulan bahwa tingkat keparahan dari sebuah penyakit ketika banyak dokter yang berpartisipasi dalam penyembuhan penyakitnya.

Banyak obat sakit parah

(50)

Jamilah tidak dapat diinfus karena tangannya membengkak, sehingga obat yang seharusnya di suntik menjadi obat bentuk pil, dan karena ibu Jamilah tidak ingin di kemoterapi membuat obat generik yang disarankan oleh dokter harus dikonsumsi oleh ibu Jamilah.

Banyak infus (air garam) semakin parah

Banyak infus yang telah masuk ke dalam tubuh pasien menjadi kesimpulan bahwa penyakit yang dideritanya sudah semakin parah, pendapat ibu Asmah. Karena beliau belum dioperasi dan pengobatan yang didapatkan dari rumah sakit adalah infus dan obat pil lainnya. Ibu Asmah tidak dapat dioperasi karena lemahnya dari kondisi fisik ibu Asmah, sehingga membutuhkan banyak cairan sebelum dioperasi. Tetapi ibu Asmah berpendapat bahwa penyakitnya sangat parah karena infus yang diterimanya sangat banyak.

Lama pulang semakin parah

Semakin lama pulang di rumah sakit menjadi alasan juga bagi ibu Jamilah untuk berpendapat bahwa penyakitnya semakin parah, karena beliau sudah menghabiskan setengah tahun untuk pergi pulang dari rumah sakit. sehingga beliau menyatakan bahwa penyakitnya parah karena beliau membutuhkan waktu yang cukup lama di rumah sakit dibanding dengan pasien yang diruangannya.

(51)

Dirawat cukup lama di rumah sakit membuat para informan yang diteliti bosan dan ingin kembali ke rumah masing-masing. Karena menurut informan saya bahwa keluarga yang menjaga mereka sudah tampak lelah dan juga bosan karena menjaga mereka dalam proses pengobatan. Mereka memutuskan sendiri mengapa keluarganya tampak lelah karena dari cara anggota keluarganya memperlakukan mereka saaat sakit. Beberapa pandangan dari pasien terhadap penyakit yang dideritanya terhadap keluarganya yang cukup berpengaruh, contoh:

1. Tidak dapat melayani diri sendiri

Dikarenakan penyakit yang sudah parah ataupun dirawat dengan waktu yang cukup lama di rumah sakit membuat informan saya kehilngan fungsi dari anggota badannya, seperti kaki sehingga membuat mereka tidak dapat berjalan ke kamar mandi, dan karena fisik yang sedang lemah sehingga mengganti baju atau menggantikan pampers harus dilakukan oleh anggota keluarga yang menjaga. Hal tersebut membuat informan yang saya teliti merasa iba terhadap diri sendiri karena untuk melayani diri sendiri tidak dapat dilakukan sehingga menjadi beban bagi keluarga yang menjaganya.

2. Malu terhadap anak

(52)

Sehingga ada rasa malu terhadap anak pertamanya itu karena harus melakukan pekerjaan tersebut.

4.4 Pendapat Keluarga tentang pengobatan a. Keluarga ibu Sulasmi

Keluarga ibu Sulasmi yang sering menjaga beliau adalah anaknya, Sundari dan juga suaminya yaitu Suharjo. Mereka berdua bersama-sama merawat ibu Sulasmi, pada saat siang anaknya yang menjaga dan pada saat malam hari, suaminya lah yang menjaga dan memberikan minum saat malam hari ibu Sulasmi haus. Mereka berjaga bergantian dan selalu memperhatikan keadaan ibu Sulasmi. Suami ibu Sulasmi terlihat sangat sabar dan juga berharap tinggi bahwa istrinya akan sembuh setelah mengikuti pengobatan di rumah sakit.

”sedih liat istri sakit, kerjaan dikampung jadi nganggur gadak ngerjain, uang pun gadak juga. Jadi mudah-mudahan ibu sembuh biar bisa ke ladang lagi. Karna gak mungkin bapak di ladang ibu di rumah sakit sama si adek di medan,,”

“Makin kurus ibu, dibotak lagi. Kemarin jalan-jalan pagi ke luar dikira laki-laki ibu karna gadak rambutnya, tapi berdoa aja lah gak papa dibotak yang penting sembuh,,”

Suaminya sangat berharap agar istrinya sembuh dan dapat kembali ke kampung agar aktivitas yang sempat tertunda dapat dilanjutkan, dan suaminya mengatakan pada peneliti bahwa istrinya tidak boleh kerja berat saat sudah sembuh nanti.

(53)

menjemput ibunya setelah pulang kuliah. Sundari lah yang bertanggung jawab pada ibunya dalam mendengar keluh kesah dari ibunya. Sundari sangat berharap ibunya sembuh, tetapi melihat semangat dari ibu Sulasmi loyo, Sundari juga tidak berharap banyak apabila ibunya memang tidak sembuh. Karena Sundari membaca banyak artikel bahwa umur dari seorang yang telah terkena kanker serviks hanya 5 tahun dan pengobatan yang dilakukan adalah memperpanjang agar 5 tahun itu dapat dilewati. Jadi, Sundari terlihat sangat memahami ibunya dan juga penyakit yang dialami oleh ibunya.

b. Keluarga ibu Junariah

Peri adalah anak tertua di keluarga yang belum mendapat pekerjaan dan aktivitas yang selalu dilakukannya adalah main warnet (warung internet) dan pulang ke rumah ketika waktu makan.Tetapi saat ibunya sakit, dia harus menjaga ibunya dan mengurus segala administrasi di rumah sakit, bahkan tidak pernah ada niat di dalam pikirannya untuk bermain internet ketika menjaga ibunya.

(54)

Rumah sakit adalah wadah untuk orang yang sakit dengan segala penyakit, peri merasa ibunya yang masih sakit stadium IIB digabung dengan orang yang sudah sakit stadium tinggi membuat kepercayaan diri dari ibunya menjadi berkurang. Pengobatan rumah sakit adalah jalan terakhir bagi keluarga ibu Junariah karena yang selalu mencari pengobatan adalah ibu Junariah sendiri karena suaminya yang sibuk bekerja dan anak-anaknya yang masih kecil tidak mengerti akan penyakit ibunya. Anak yang pertama sibuk dengan dunianya sendiri main internet di luar rumah yang membuat ibunya sendiri di rumah dan tidak mementingkan kesehatannya sendiri. Sedangkan anak-anaknya yang masih kecil tidak mengerti apa itu kanker dan bagaimana penyembuhannya. Anak kedua ibu Junariah yang bernama Syahfan adalah kelas tiga SMP dan kebetulah setelah melakukan penelitian beberapa kali, peneliti sempat bertemu dan melakukan wawancara.Syahfan yang dipanggil Akbar di rumah anak yang sesuai dengan usianya dimana sangat aktif dan emosi yang tidak stabil.

(55)

Keluarga dari ibu Junariah sangat pasrah terhadap pengobatan yang sedang dijalani oleh ibunya. Ibu Junariah belum mendapatkan operasi karena beliau masih kekurangan darah karena ditakutkan dokter beliau akan kekurangan banyak darah saat terjadi operasi. Ibu Junariah harus mendapatkan tambahan darah sebanyak empat kantong, dan pada saat ini darah yang sudah masuk masih dua kantung dan selebihnya masih dalam proses karena tangan dari ibu Junariah bengkak dan penambahan darah ditunda. Berat badan ibu Junariah turun drastis dan wawancara yang peneliti lakukan harus berulang-ulang dan secara perlahan karena keadaan dari ibu Junariah yang sangat lemah.Keluarga dari ibu Junariah tidak memiliki ide untuk mencari pengobatan di luar rumah sakit, karena mereka tidak memiliki kenalan atau pengalaman dengan sakit seperti yang dialami ibunya.Karna ketika ibu Junariah mencari pengobatan anak-anaknya tidak pernah ikut dan bahkan suaminya karna harus bekerja.

c. Keluarga ibu Asmah

(56)

Keluarga dari ibu Asmah mencoba untuk menanyakan kepada dokter mengenai keadaan dari penderita kanker serviks tersebut tetapi dokter memeriksa dan mengatakan bahwasanya itu dikarenakan pencernaan yang tidak lancar dan cairan yang menumpuk karena banyak sel yang sudah tidak berfungsi lagi. Ibu Asmah sudah menggunakan oksigen sebagai alat bantu pernafasan karena cairan juga sudah mencapai paru-paru sehingga membuat ibu Asmah sesak dan tidak dapat bernafas dengan baik.

Adik daripada ibu Asmah mengatakan kepada peneliti sepertinya operasi tidak akan pernah terjadi pada kakaknya, karena melihat kondisi pada saat ini sudah sangat lemah. Dan belum lagi bahwa nafsu makan tidaklah ada dikarenakan sesak dan juga banyaknya cairan air garam yang sudah masuk ke dalam tubuh pasien tersebut.

(57)

saya nyesal juga, dia uda bilang sakit perut tapi saya biarin gitu aja, inilah engga tau lagi gimana, Gusti Allah ajalah, berdoa aja.”

Tampak penyesalan didalam diri bapak Muklis karena selalu membiarkan istrinya sakit tanpa mencari pengobatan, bahkan ia membiarkan istrinya dikarenakan menurut bapak Muklis istrinya kuat dan menduga hanya sakit perut biasa saja. Dan karena persepsi bapak tersebut, ia sangat berusaha untuk mencari cara agar istrinya bisa selamat dari kanker serviks. Dengan cara dioperasi bapak Muklis percaya bahwa istrinya dapat diselamatkan dan setelah itu akan mendapatkan kemoterapi secara rajin.

Banyak hal-hal yang terjadi disaat ibu Asmah sakit, ketika beliau sehat banyak orang di kampung yang tidak kenal dekat, tetapi saat beliau sakit dan diharus dirawat di rumah sakit banyak orang di kampung yang menganjurkan diri untuk membantu mengerjakan ladang mereka.Dan selain itu juga mereka rajin menghubungi ibu Asmah menanyakan kondisi beliau, dan banyak juga yang menyarankan untuk tinggal di tempat keluarga mereka yang ada di Medan.Terkadang kerabat yang di kampung menghubungi untuk memberi informasi mengenai pengobatan- pengobatan di luar rumah sakit dan mereka menawarkan apakah mereka tertarik untuk mencobanya.Mertua dari ibu Asmah juga turut serta memberikan informasi pengobatan untuk beliau, dan menyarankan juga untuk pergi ke Perdagangan untuk mencoba pengobatan herbal untuk kanker serviks.

(58)

Keluarga dari ibu Jamilah berharap besar terhadap pengobatan modern yang dijalani oleh ibu Jamilah, tetapi pengobatan rumah sakit selalu ditolak oleh ibu Jamilah tanpa alasan yang jelas.Pengobatan yang seharusnya dijalani oleh ibu mereka dapat memperpanjang hidup dari ibunya, tetapi ibunya bersikeras tidak ingin mendapat pengobatan.

“kami anak-anaknya maunya panjang umur lah nak, walaupun kami udah kawin semua kami kan anaknya juga, sedih jugalah mama kita sakit yakan nak?

“nenek ini nak, kalo diminta berobat mana mau tapi kalo dibilang jalan-jalan semangat kali, tahun lalu aja kami ke bali semua senang kali nenek kek ngga sakit dia,,senang kali jalan-jalan nak, maunya nenek gitulah. Tapi di medan ampun ibu nak,bilang sakit lah,ibu pun pening,yang iyanya jalan-jalan ga sakit katanya,,,cerita ibu Aida.”

Ibu Aida mengatakan bahwa ibunya tidak terlihat sakit saat berjalan-jalan, bahkan nenek masih bercanda dengan cucu-cucunya.

“jujur nak, ibu uda pasrahnya kalo memang gak sembuh, nenek bandel kali karna kawannya yang sakit dulu itu jangan berobat jangan operasi jangan kemo, ya inilah nenek susah kali diaja berobat, uda stadium tiga nak, kan kalo uda stadium gitu jarang selamat,,bisiknya. Tapi namanya kita anak-anaknya usaha demi mamanya ya dibawa ke rumah sakit juga lah.

e. Keluarga ibu Sri

(59)

yang lain menjaga di rumah sakit, karena keuarga yang lain cukup menjenguk saja dan memberikan saran untuk pengobatan kedepannya.

“istri sakit ya dibawa ke rumah sakit lah dek, buktinya dibawa ke rumah sakit langsung operasi kok, di kemo langsungnya ngga keputihanlagi ibunya. ikuti apa kata dokter, rawat inap ya rawat inap jangan berenti, itu (menunjuk ke pasien yang lain) ibu yang sana juga servik itu de,kamu Tanya aja nanti, uda stadium tiga dia tapi berenti berenti berobat, sempat katanya siap operasi dikemo tapi abis kemo ngga tahan lagi pulang karna muntah muntah, trus sakit masuk rumah sakit lagi langsung stadium tiga, kasian kek gitu kan, ngga kek ibu langsung ku beli itu obat nafsu makan mahal kali memang,,sampe tiga ratusan juga,,namanya kita mau total biar sembuh harus gitu ya de,,mahal yang penting sembuh, orang biaya rumah sakit dan operasi gratisnya dari bpjs, jadi kalo makanan atau vitamin kalo yg mahal ngga papa lah mahal de,,jawab suami ibu Sri dengan tegas”.

Semua dilakukan demi istri asalkan demi penyembuhan istrinya, karena dalam penyembuhan jangan separuh niat, karena penyakit akan tumbuh lagi jika pengobatan yang dilakukan tidak sampai tuntas dan bersih. Suami ibu Sri tidak masalah jika uang obat istrinya mahal dikarenakan biaya rumah sakit sudah gratis sehingga sangat memudahkan kita untuk mencari pengobatan lainnya.

4.5 Keluhan Keluarga terhadap pasien 1. Pasien bertingkah kekanak-kanakan

(60)

rumah sakit. Contohnya, anak ibu Sulasmi yang rela menjaga ibunya hampir tiga bulan di rumah sakit dan meninggalkan pekerjaannya di Tebing. Begitu juga anggota keluarga yang menjaga pasien di rumah sakit, tidak pernah meninggalkan pasien karena banyak permintaan pasien yang tiba-tiba.

(61)

“saya memuji ibu Aida, wah ibu Sabar juga ya jagain nenek, walaupun nenek minta pulang terus,,ibu Aida menjawab, aduh nak, udah nggak terbilang lagi lah kalo masalah sabar, bandel kali ibu ini (dengan suara pelan) minta pulang aja, kita kan anaknya maunya ibu mau diobati, tapi nenek mana mau, langsung dia diam aja kalo ibu suruh tidur, makan. Tengoklah tadi kan pas ibu suruh tidur aja, pengen cerita terus dia samamu. Kadang kesel ibu nak, tapi istifar lah ibu kan nenek yaa ibu kita masa disumpain yang bukan-bukan. Tapi memang uda nggak bisa lagi ibu sembuh, pasrah ajalah yang penting kan kita uda berusaha dan menjaga. Kita bwa berobat, kita bawa kesana kesini, kalo nenek nggak mau yauda, itukan permintaan dia. Kalo memang uda tua gitulah nak, jadi kek anak-anak lagi dia.

Tidak berharap sembuh untuk ibunya, tetapi Aida sudah berusaha untuk membawa ibunya ke rumah sakit dan mendapat pengobatan. Jika memang ibunya tidak sembuh, ia sudah pasrah dan tidak menyesal karena memang ibunya sudah tua. Keluhan yang dialami oleh anggota keluarga yang menjaga pasien dikarenakan permintaan dan keluhan dari pasien itu juga, contoh:

Pasien merengek

Pasien yang merengek meminta anggota keluarga yang menjaganya untuk melakukan sesuatu untuknya, contoh untuk mengipas dan mengusuk kakinya, meminta pada anaknya untuk membuatkan air panas di dalam botol dan menaruhnya di atas perut ibunya. Banyak permintaan dari pasien yang membuat keluarga merasa jengkel, mengeluh sakit pada perutnya, sedangkan anaknya atau keluarga yang menjaga tidak tahu harus berbuat apa. Merengek dan mengeluarkan suara seperti menangis terkadang membuat keluarga kebingungan dan berdiam diri karena tidak tahu apa yang akan dilakukan

(62)

Pasien yang sedang kepanasan adalah masalah bagi keluarga yang menjaga, meminta di kipas tapi setelah di kipas, pasien meminta berhenti dengan cara “menepiskan tangan yang sedang mengipas” dan di saat si

pengipas berhenti, dua menit kemudian si pasien meminta si penjaga untuk mengipasnya dengan cara “mencolek”si pengipas, dan si pengipas sudah mengerti dan akan mengipasnya kembali. Seperti itulah seterusnya membuat si penjaga pasien sangat kelelahan tapi mereka tidak bisa berkata apa-apa. Pasien mengeluh kepanasan, sehingga meminta kepada suster untuk memindahkan pasien tempat tidur yang dekat dengan AC (air conditioner) tetapi pasien mengeluh karena terlalu dingin, keluarga sangat mengeluh karena permintaan dari pasien.

2. Pengeluaran biaya hidup sehari-hari

(63)

sekali seminggu untuk melihat anak-anaknya dan memberikan uang untuk anaknya. Sedangkan transportasi yang dikeluarkan cukup banyak.

Yang membuat ekonomi semakin lemah adalah pengeluaran kecil-kecilan tetapi berlangsung setiapa harinya. Sedangkan pemasukan tidak ada karena harus menjaga pasien di rumah sakit. Terkadang makan di rumah sakit membuat si penjaga pasien juga kehilangan selera makan, sehingga mencoba untuk makan di luar rumah sakit yang harganya cukup mahal. Tetapi dengan makan seperti itu, membuat penjaga psien menjadi nafsu makan. Sama halnya dengan kebutuhan sehari-hari yaitu kebutuhan mandi, seperti sabun, odol, rinso dan lain-lain membuat pengeluaran semakin bertambah, karena si penjaga pasien harus memncuci pakaiannya di rumah sakit, dan untuk mencuci di kamar mandi rumah sakit, si penjaga harus bangun pagi-pagi atau subuh untuk mencuci pakaian, karena pada saat siang, kamar mandi akan lebih banyak digunakan. Dan untuk menjemur pakaian, keluarga harus pintar melihat situasi, karena jika tidak memeilki jemuran kain harus menjemur di tembok ruangan rumah sakit dan itu dilarang oleh petugas rumah sakit, dan untuk itu segala kegiatan apapun yang dilakukan oleh keluarga untuk menjaga pasien adalah karena mereka berharap untuk kesembuhan dari pasien tersebut.

Dan dokter juga menyarankan untuk pasien mengkonsumsi buah bit12 tiap harinya karena buah bit bisa mematikan sel kanker yang akan berkembang. Dan buat bit tersebut sangat mahal yaitu seharga Rp. 15.000,00 dan harus dikonsumsi

12

Bit bermanfaat untuk menghancurkan sel tumor dan sel kanker.

(64)

setiap harinya, lain halnya bila pasien yang merengkek bosan dan tidak mau untuk meminumnya. Dan pengeluaran lainnya juga adalah buah yang harus dikonsumsi untuk pasien, dan paket internet juga dibutuhkan oleh anak dari pasien untuk mengatasi kejenuhan yang dialami oleh penjaga pasien.

4.6 Hal positif dirawat di rumah sakit

Sakit dan dirawat di rumah sakit membutuhkan waktu yang sangat lama membuat pasien atau keluarga mendapatkan banyak pengalaman dari masing-masing pasien atau juga sama-sama keluarga yang bertugas sebagai penjaga pasien. Contoh kejadian-kejadian yang terjadi dan menjadi pengalaman bagi pasien adalah:

 Sakit menjadi terkenal

(65)

karo dan ibu Jamilah sangat suka untuk bercerita dengan sesama penyakit kanker karena dapat berbagi pengalaman. Dan seorang

Referensi

Dokumen terkait

3.3 Mengenal teks buku harian tentang kegiatan anggota keluarga dan dokumen milik keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat

[r]

EFEKTIVITAS TENDANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PROTECTO R SCORING SYSTEM (PSS) PADA KEJUARAAN NASIONAL TAEKWONDO KATEGORI KYORUGI. Awan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.Apabila dikemudian hari terdapat keterangan yang tidak benar

8.1 Form :9 LEMBAR HASIL PENTLAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAUc. PEER REVIEW KARYA ILMIAH

1 FISIK Pensertifikatan tanah warga Desa Trimulyo B 50 bidang Mengamankan aset desa Rp100.000.000 BPN dan BPPTR.. 2 FISIK Pathok Batas antar desa dan

Dengan berlakunya Peraturan ini ketentuan mengenai besaran honorarium pada Lampiran I dan II Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 034/U/2003, Surat

curriculum; teaching methods used; teaching experiences for student teachers; and the experiences of civic education in international perspective.. A descriptive study was