• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Pedagang Kaki Lima

Untuk memberikan gambaran mengenai pedagang kaki lima, berikut ini akan disajikan mengenai pengertian PKL, karakteristik PKL, penggolongan PKL, sumbangan PKL terhadap pendapatan keluarga.

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

P e d a g a n g k a k i lim a a d a la h p e d a g a n g y a n g m e la k u k a n u sa h a a ta u k e g ia ta n n y a , y a itu b e rju a la n d i k a k i lim a a ta u tro to a r y a n g d a h u lu b e ru k u ra n le b a r k u ra n g d a ri lim a k a k i, d a n b ia sa n y a m e n g a m b il te m p a t

a ta u lo k a si d i d a e ra h -d a e ra h k e ra m a ia n u m u m se p e rti d i d e p a n p e rto k o a n , p a sa r, se k o la h a n , g e d u n g b io sk o p , d a n la in -la in (N u rh a n a fia n sy a h , 1 9 9 4 : 6 ). Sedangkan Alma (2004 :120) memberikan pengertian lain tentang pedagang kaki lima, yaitu setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memliki izin usaha;

D e f in is i lain tentang pengertian pedagang kaki lima menurut Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 11 tahun 2000 yang tertera pada pasal 1 tentang pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima adalah pedagang yang didalam usahanya mempergunakan sarana yang mudah dibongkar pasang/dipindahkan serta mempergunakan bagian jalan/trotoar, dan tempat-tempat untuk kepentingan umum yang bukan diperuntukkan tempat usaha atau tempat lain yang bukan miliknya.

M e n u r u t Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998, Pedagang Kaki Lima adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang dengan menggunakan bagian jalan/trotoar dan tempat-tempat untuk kepentingan umum serta tempat lain yang bukan miliknya.

P e d a g a n g kaki lima sangat popular di Negara kita. Kepopuleran pedagang kaki lima ini bisa berdampak positif maupun negatif. Dampak positifnya secara pasti di sektor ini pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan dari sekian banyak penganggur. Para penganggur ini

mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa modal. Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah mendapat barang, harga yang murah, servis cepat, sambil lewat di kaki lima, dapat membeli oleh-oleh buat keluarganya di rumah. Sedang dampak negatifnya adalah pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib, keamanan, kebersihan, dan kebisingan. Dimana ada pedagang kaki lima, disana pasti timbul kesemrawutan, bising dan banyak sampah (Alma, 2004 : 119).

2. Karakteristik dan Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima bermula tumbuh dan berkembang dari adanya krisis moneter yang melanda secara berkepanjangan yang menimpa Indonesia pada tahun sekitar 1998 dimana salah satunya mengakibatkan terpuruknya kegiatan ekonomi. Kebutuhan untuk tetap bertahan hidup, serta sulitnya menembus sektor formal, menuntut masyarakat dengan modal dan kemampuan terbatas untuk menjadi pedagang kaki lima (Surya, 2006 : 33).

Salah satu karakteristik sektor informal adalah cenderung menggunakan sumber daya lokal dan tidak memiliki ijin resmi sehingga keberadaan usaha sektor informal sangat beraneka ragam dan berkembang karena untuk memasuki usaha ini relatif mudah dan sederhana. Adapun usaha-usaha sektor informal adalah seperti pedagang kaki lima, pedagang eceran, pedagang keliling dan lain-lain (Herlianto, 1986 : 133).

Menurut Simanjuntak (1989 : 44) karakteristik pedagang kaki lima dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Aktivitas usaha yang relatif sederhana dan tidak memiliki sistem kerja sama yang rumit dan pembagian kerja yang fleksibel.

2. Skala usaha relatif kecil dengan modal usaha, modal kerja dan pendapatan yang umumnya relatif kecil.

3. Aktivitasnya tidak memiliki ijin usaha.

Pedagang kaki lima mempunyai ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dari sektor informal. Ciri-ciri pedagang kaki lima menurut Alma (2004:121) adalah: (1) kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, (2) tidak memiliki surat ijin usaha, (3) tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja, (4) bergerombol di trotoar, atau tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat di mana banyak orang ramai, (5) menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari mendekati konsumen. Sedangkan m e n u ru t Abidin (1989 : 57) p e d a g a n g k a k i lim a m e m p u n y a i c iri-c iri y a itu se b a g a i b e rik u t.

1. Kelompok ini merupakan pedagang yang terkadang juga menjadi produsen sekaligus, misalnya pedagang makanan dan minuman yang dimasak sendiri.

2. Perkataan pedagang kaki lima memberikan konotasi bahwa mereka umumnya menjajakan barang-barang dagangannya pada gelaran tikar atau pinggir-pinggir jalan, atau di muka toko yang dianggap strategis. 3. Pedagang kaki lima biasanya menjual barang eceran.

4. Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil bahkan tidak jarang mereka merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi sebagai imbalan jerih payah.

5. Pada umumnya pedagang kaki lima merupakan kelompok marginal bahkan adapula yang tergolong kelompok submarginal.

6. Pada umumnya kualitas barang yang diperdagangkan oleh para pedagang kaki lima mengkhususkan diri dalam penjualan barang-barang cacat sedikit dengan harga yang lebih murah.

7. Omset penjualan pedagang kaki lima ini umumnya tidak besar.

8. Para pembeli umumnya merupakan pembeli yang berdaya beli rendah. 9. Kasus dimana pedagang kaki lima berhasil secara ekonomis sehingga akhirnya dapat menaiki tangga dalam jenjang hirarki pedagang sukses agak langka atau jarang terjadi.

10. Barang yang ditawarkan pedagang kaki lima biasanya tidak standar

dan “shifting” jenis barang yang diperdagangkan seringkali terjadi. 11. Tawar menawar antara penjual dan pembeli merupakan relasi diri

yang khusus usaha perdagangan para pedagang kaki lima. 12. Terdapat jiwa kewiraswastaan yang kuat.

3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima

Menurut McGee dan Yeung dalam Surya (2006:34) mengatakan bahwa pedagang kaki lima dapat dibedakan berdasar jenis dagangan yang mereka jual. Jenis dagangan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang ada disekitar kawasan dimana pedagang kaki lima tersebut

beraktivitas. Sebagai contoh di kawasan perdagangan, maka jenis dagangannya beranekaragam seperti makanan atau minuman, kelontong, pakaian dan lain-lain. Adapun jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima secara umum oleh McGee dan Yeung dapat dibagi menjadi: 1. B a h a n m e n ta h m a k a n a n d a n m a k a n a n se te n g a h ja d i (Unprocessed

and semiprocessed foods) T e rm a s u k p a d a je n is d a g a n g a n in i a d a la h b a h a n m e n ta h m a k a n a n se p e rti d a g in g , b u a h d a n sa y u ra n . S e la in itu ju g a d a p a t b e ru p a b a ra n g -b a ra n g se te n g a h ja d i se p e rti b e ra s.

2 . M a k a n a n sia p sa ji (Prepared food)

T e rm a s u k d a la m je n is d a g a n g a n in i b e ru p a m a k a n a n a ta u m in u m a n y a n g te la h d im a sa k d a n la n g su n g d isa ji k a n d ite m p a t m a u p u n d ib a w a p u la n g . P e n y e b a ra n fisik P K L in i b ia sa n y a c e n d e ru n g m e n g e lo m p o k d a n h o m o g e n d e n g a n k e lo m p o k m e re k a . 3. N o n m a k a n a n (Non foods) Je n is b a ra n g d a g a n g a n y a n g tid a k b e ru p a m a k a n a n . C o n to h n y a a d a la h m u la i d a ri te k stil sa m p a i d e n g a n o b a t -o b a ta n . 4. Ja sa p e la y a n a n (Services) Ja sa p e la y a n a n y a n g d ip e rd a g a n g k a n a d a la h ja sa p e ro ra n g a n , se p e rti tu k a n g m e m b u a t k u n c i, tu k a n g m e m b u a t p ig u ra , re p a ra si ja m d a n lain -la in .

4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga

Sumbangan merupakan persamaan dari kontribusi, yaitu mempunyai andil atau mempunyai sumbangan (D e p d ik n a s, 2 0 0 8 : 8 0 6 ).

S u m b a n g a n y a itu se su a tu y a n g b e ru p a p ik ira n , id e , te n a g a , m a te ria l, d a n k e u a n g a n y a n g d ib e rik a n k e p a d a p ih a k la in d e n g a n tu ju a n u n tu k m e rin g a n k a n b e b a n y a n g d ita n g g u n g (D e p d ik n a s, 2 0 0 8 : 1 1 0 1 ). S u m b a n g a n p e d a g a n g k a k i lim a te rh a d a p p e n d a p a ta n k e lu a rg a d a p a t d ia rtik a n , se b e ra p a b e sa rk a h a n d il p e n d a p a ta n p e d a g a n g k a k i lim a te rh a d a p p e n d a p a ta n k e lu a rg a d e n g a n tu ju a n m e rin g a n k a n b e b a n y a n g d ita n g g u n g k e lu a rg a .

K e m a k m u ra n masyarakat sangat ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan dan konsumsi dari masyarakat itu sendiri. Biasanya pendapatan yang rendah dapat menyebabkan orang atau masyarakat tersebut berada dalam garis kemiskinan. Dalam keluarga yang makmur dapat ditentukan dengan pendapatan keluarga yang lebih tinggi. Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya.

P e ra n a n pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga diwujudkan dalam presentase yaitu dengan membagi pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan jumlah keseluruhan pendapatan keluarga pedagang kaki lima dikalikan 100% , sehingga ditemukan hasil sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga dalam presentase. Cara untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan keluarga adalah sebagai berikut.

a. Mencari terlebih dahulu pendapatan pedagang kaki lima dengan cara menjumlahkan pendapatan pokok dari berdagang kaki lima dan pendapatan sampingan selain menjadi pedagang kaki lima.

b. Setelah diketahui pendapatan pedagang kaki lima seperti diatas, kemudian mencari pendapatan keluarga dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan. Setelah itu, membagi pendapatan pedagang kaki lima dengan seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan, Maka ditemukan besar sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga.

c. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rumus Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (SPKL), sebagai berikut.

Dimana SPKL adalah Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Sari, 2008:33)

5. Hasil Penelitian Pedagang Kaki Lima Yang Pernah Dilakukan

Penelitian tentang pedagang kaki lima yang pernah dilakukan sebelumnya, yang di lihat mulai dari judul penelitian, tujuan, metode dan hasil penelitian digunakan peneliti untuk memperluas kajian pustaka. Mengenai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di sajikan pada Tabel 1.

Penelitian yang dilakukan (Surya, 2006:76) di Semarang untuk menemukenali karakteristik berlokasi di kawasan sekitar rumah sakit dr.Karyadi. Peneliti membagi pedagang kaki lima berdasar jenis dagangan yaitu pedagang kaki lima dengan jenis buah-buahan, pedagang kaki lima

dengan jenis makanan, pedagang kaki lima dengan jenis non makanan, pedagang kaki lima dengan jenis jasa pelayanan melalui pengamatan lapangan wawancara dan persebaran angket. Dari analisa data dapat diperoleh hasil bahwa lokasi yang paling diminati pedagang kaki lima adalah di jalan dr.Karyadi dan didominasi oleh jenis makanan.

Joko Prajanto melakukan penelitian pada tahun 2009 tentang faktor yang mempengaruhi pendapatan dan profil pedagang kaki lima di Kecamatan Sukoharjo. Dari analisa data dapat diperoleh bahwa status pedagang kaki lima sebagian besar sudah berumah tangga dan sebagian besar berpendidikan SLTA. Adapun pendapatan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja (Prajanto, 2009:87).

Penelitian yang dilakukan oleh (Astriyanto, 2010:72) di Sekaran Kecamatan Gunungpati Kabupaten Semarang adalah mengetahui dan menganalisis kondisi infrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kondisi infrastruktur menuju lokasi usaha adalah bagus, tingkat keamanan 75 persen sudah aman, dan pemakaian tenaga kerja sudah tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Joko Prajanto Tugas Akhir (2009)

Analisis profil dan persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan Sukoharjo

1. Analisis profil demografi sosial ekonomi

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan

Populasi: pedagang kaki lima di alun-alun sukoharjo Sampel:

menggunakan total sampling area, 68 sampel

Variabel: sosial demografi, sosial ekonomi, jenis kegiatan usaha. Analisis data: tabulasi silang dan statistik

1. Sosial demografi dan ekonomi: sebagian besar berstatus kawin dan berpendidikan SLTA, modal rata-rata

Rp.466.435,-2. Pendapatan pedagang kaki lima dipengaruhi oleh modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja

Octora Lintang Surya Skripsi (2006)

Kajian karakteristik berlokasi pedagang kaki lima di kawasan sekitar fasilitas kesehatan (studi kasus di rumah sakit dr.Karyadi Semarang)

Menemukenali karakteristik berlokasi di kawasan sekitar rumah sakit dr.Karyadi

Populasi: pedagang kaki lima di sekitar RS dr.Karyadi. Sampel menggunakan proportional stratified random sampling, 48 sampel. Variabel:sosial demografi, sosial ekonomi, pola penyebaran pkl, jenis barang dagangan. Analisis data: deskripsi dan kuantitatif

1. Lokasi yang diminati pkl adalah di jalan dr.Karyadi dan tempat yang diminati adalah trotoar.

2. Jenis dagangan di dominasi oleh jenis makanan

Teguh Astriyanto skripsi (2010)

Analisis lokasi usaha pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

1. Mengetahui profil usaha pedagang kaki lima di desa sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

2. Mengetahui dan menganalisis kondisi tnfrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja

Populasi: pkl yang ada di desa sekaran, 1453. Sampel: proporsional area random sampling,94 sampel. Variabel: kondisi tnfrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja. . Analisis data: deskripsi dan deskriptif presentatif

1. Menjadi pkl 0-5 th 67.2 % 2. Status kepemilikan milik

sendiri 71,28% 3. Kondisi jalan ke lokasi

usaha bagus

4. Tingkat keamanan 75% aman

D. Pendapatan Keluarga

Dalam bekerja, pendapatan merupakan hal yang sangat penting. Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya. Peneliti mencari pentingnya kontribusi pendapatan untuk keluarga. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai pengertian pendapatan, penggolongan pendapatan dan sumbangan pendapatan keluarga.

1. Pengertian pendapatan

Setiap orang bekerja mengharapkan adanya imbalan atau upah dari orang yang memberikan pekerjaan tersebut, upah kerja yang diterima oleh seorang pekerja ditentukan beberapa faktor seperti status pekerjaan, tingkat keahlian, ketrampilan dan jumlah jam kerja. Pendapatan seseorang individu dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara (Sukirno dalam Ine, 2004: 13).

Pendapatan adalah uang yang diterima oleh segenap orang yang merupakan balas jasa faktor-faktor produksi (Kaslan, 1990 : 236). Sedangkan menurut Saedah (1990 : 3) pendapatan adalah segala penerimaan keluarga baik berupa uang maupun barang dari pihak atau dari hasil penjualan yang dapat dinilai dengan sejumlah uang.

2. Penggolongan Pendapatan

Berdasarkan penggolongannya, pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga, diantarannya yaitu: 1) golongan pendapatan tinggi adalah jika

pendapatan rata-rata lebih dari Rp 950.000,00 per bulan, 2) golongan pendapatan menengah adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp 550.000,00-Rp 950.000,00 per bulan, 3) golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan kurang dari Rp 550.000,00 per bulan (BPS, 2003: 25).

Menurut Biro Pusat Statistik (1999: 10), pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa uang tapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerja bebas, dan pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiunan dan jaminan sosial. Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian barang dengan harga subsidi ataupun reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.

Kebutuhan hidup yang besar memungkinkan membutuhkan penghasilan/ pendapatan yang tinggi. Menurut Soegiman dalam Suratmi (1999: 28) tingkat pendapatan rendah senilai 240 kg beras per orang setahun, dan tingkat pendapatan tinggi senilai 360 kg beras perorang pertahun. Pendapatan keluarga diwujudkan dalam bentuk uang atau barang yang dihitung dengan rupiah.

Penduduk melakukan mobilitas karena pendapatan yang diperoleh di daerah tujuan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di daerah asal. Tekanan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan di daerah asal akan menjadi pendorong penduduk untuk mencari pekerjaan di tempat lain yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di daerah asal (Mantra dalam Giyarsih, 1999: 143).

3. Pendapatan Keluarga

Biro Pusat Statistik (2002 : 3) pendapatan adalah hasil yang berupa uang atau barang yang diterimakan sebagai balas jasa atau kontraprestasi. Keluarga adalah ibu, bapak dengan anak anaknya, seisi rumah (Depdiknas, 2008:721). Pendapatan keluarga adalah pendapatan semua keluarga dan kepala keluarga, atau pendapatan suami dan istri. Dalam penelitian Hardati (2001:24) untuk mengetahui pendapatan keluarga yaitu dengan menambahkan pendapatan pokok keluarga baik dari suami maupun istri dengan pendapatan sampingan baik dari suami maupun istri. Untuk lebih jelasnya menggunakan rumus pendapatan keluarga yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

= Pendapatan Keluarga = Pendapatan sampingan = Pendapatan Pokok

BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait