• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Hidup Masyarakat Sekitar Komplek Candi Brahu

BAB IV RESPON MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP TRADIS

C. Pedoman Hidup Masyarakat Sekitar Komplek Candi Brahu

Diantara sekian banyak tradisi dan budaya yang ada di Trowulan

yang menarik dicermati adalah Tradisi Ruwatan Bulan Purnama. Tradisi

ini merupakan salah satu yang lahir dan berkembang sejak jaman kerajaan Majapahit. Dimana pada masa kerajaan Majapahit bulan purnama digunakan sebagai ritual penobatan suatu jabatan dan acara adat lainnya. Masyarakat Jawa dari jaman dulu hingga sekarang sedikit banyak masih mempercayai adat-istiadat dan tradisi yang sudah ada pada jaman dulu.

Dalam menyikapi suatu tradisi masyarakat komplek candi Brahu tidak membedakan siapapun dan apapun bentuk dari sudut pandang apapun. Menurut pandangan mereka suatu budaya atau tradisi itu tidak membutuhkan suatu bendera atau merk, karena dalam hal spiritual itu harus dilakukan dengan ikhlas dan tanpa naungan apapun yang dapat menjadikan kesombongan pada diri mereka. Dan yang paling penting adalah melestarikan suatu budaya adalah upaya wajib bagi mereka untuk menyelamatkan budaya itu sendiri dari modernisasi pada saat ini.

Asas Bhineka Tunggal Ika telah melekat pada pribadi para aktivis kebudayaan Trowulan. Bukan agama yang mereka utamakan melainkan suatu kesatuan dari beragam keberagamaanlah yang mereka cari demi keutuhan kembali suatu kebudayaan yang sudah tercipta sejak dahulu.

61

Tidak bisa dipungkiri bahwa kita pernah jaya pada masa kerajaan Majapahit, dan hal itu tidak bisa dianggap sebagai perjalanan singkat yang bisa suatu saat akan terlupakan.

Terdapat suatu pelajaran berharga pada saat melakukan penelitian yang patut di teladani bagi penulis (khususnya) dan masyarakat lain, yaitu suatu tradisi atau budaya dapat meleburkan suatu perbedaan dan keegoisan dalam diri manusia. Dimana dari semua agama, semua genre, dan semua umur dapat guyub atau menyatu dalam satu pemikiran ketika membaur dalam suatu tradisi. Tidak ada perbedaan antara yang tua dan yang muda, tidak ada guru dan murid, semua bisa saling mengisi satu sama lain dan sama-sama belajar. Menurut mereka guru yang abadi adalah alam semesta karena alam semesta tidak akan pernah bohong dalam mengajarkan kita tentang suatu kebenaran dan juga mengajarkan kita agar bisa lebih waspada terhadap rambu-rambu yang disampaikan oleh alam semesta.

62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari beberapa uraian diatas, dengan tetap mengacu pada rumusan masalah maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tradisi ruwatan bulan purnama merupakan ritual turun-temurun dan

sudah ada semenjak masa kerajaan Majapahit, yang mengalami akulturasi budaya Islam dengan Hindu-Buddha. Yakni dalam hal etika berpakaian yang pada jaman dahulu jauh dari nilai Islam. Tujuannya untuk pensucian diri dan pengahapusan dosa, ritual yang dilakukan ketika bulan purnama muncul. Masyarakat percaya bahwa bulan purnama dapat menjadi media perantara ritual karena pada saat itu bulan gravitasi yang besar yang dapat menarik energi negatif dari alam.

2. Dalam prosesi ritual seperti etika berpakaian yang dipakai saat ritual,

dulu pakaian laki-laki hanya memakai cawat dan pakaian perempuan harus telanjang bulat namun setelah disisipi ajaran Islam semua pakaian baik laki-laki maupun perempuan harus menutupi aurat. Perlengkapan yang dipakai dalam ritual antara lain; kinangan, dupa, kembang tujuh rupa, air dan bejana, kain kuning, dan pakaian serba berwarna hitam.

3. Mayoritas masyarakat komplek candi Brahu menganut agama Islam

63

Trowulan adalah bekas Ibukota kerajaan Majapahit. Namun Islam sudah berkembang pada waktu itu, dan yang paling penting perbedaan agama dari dulu hingga saat ini kerukunan masih terjaga. Meskipun terdapat masyarakat yang mengikuti organisasi Islam seperti Nahdlotul ‘Ulama dan Muhammadiyah di komplek Candi Brahu, perbedaan pendapat mereka tidak sampai menimbulkan konflik. Hanya saja ketidaksetujuan terhadap tradisi ini mereka tidak mereka tunjukan. Dalam tradisi ruwatan bulan purnama semua umur, semua genre, semua agama dan kepercayaan diperbolehkan mengikuti jalannya ritual. Karena suatu kebudayaan lahir dan berkembang secara universal bukan perorangan. Mayoritas masyarakat komplek candi Brahu beranggapan tidak ada yang menyimpang dari ajaran Islam di dalam ruwatan bulan purnama, sehingga perlu untuk dilestarikan sebagai kekayaan budaya lokal dengan dasar kebesaran kerajaan Majapahit.

B. Saran

1. Sebagai generasi muda Bangsa Indonesia yang berkepribadian muslim

yang juga cinta akan sejarah dan kebudayaan Bangsa ini, sudah menjadi keharusan untuk melestarikan suatu tradisi agar menjadi suatu kenangan manis atas peradaban sebelumya. Asas Bhineka Tunggal Ika adalah kunci dasar suatu tradisi masih ada hingga sekarang. Berbeda bukan berarti tak bisa sama, akan tetapi berbeda ada untuk saling melengkapi satu sama lain.

64

2. Terhadap Fakultas Adab dan Humaniora, tertuju pada Jurusan Sejarah

dan Kebudayaan Islam, penulis mengharapkan studi tentang tradisi ruwatan bulan purnama dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lanjut dan mendalam teehadap skripsi ini. Sehingga dapat memberikan gambaran secara lengkap pada tradisi ruwatan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Pendekatan, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Anshari, Endang Saifudin, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang

Islam dan Umatnya, Jakarta: Rajawali, 1986.

Anonim, Profil Desa Bejijong Tahun 2015

Anonim, Badan Pusat Statistik Kota Mojokerto, Kota Mojokerto Dalam Angka

2015, Mojokerto: BPS Kota Mojokerto, 2011.

Ahmad Fatoni, “Trowulan Jawa Timur Indonesia dalam http://trowulan – mojokerto.blogspot.com

Darmika, Ida Baus, Psikologi Persepsi Masyarakat, Jakarta: T.P. 1982.

Hamalik, Oemar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2008.

Ihromi, T.O., Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Gramedia, 1990. ___________, Pokok-Pokok Antropologi, Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1996.

Isyanti, Tradisi Merti Bumi Suatu Refleksi Masyarakat Agraris (Dalam Jurnal Sejarah Dan Budaya, Jantra Volume II Nomer 3, Juni 2007. ISBN 1907-9605)

Kaplan, David, Teori Budaya, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. ______________, Pengantar Antropologi II, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. ______________, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. ______________, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: UI Press, 1987.

______________, Metode-Metode Antropologi Dan Penyelidikan Masayrakat

Dan Kebudayaan Di Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia,

1980.

Mundardjito, Hakikat Local Genius Dan Hakikat Data Arkeologi: Dalam

Ayatrohaedi, Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius), Jakarta:

Pustaka Jaya,1986.

Poerwadarminta. W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

_____________, Baoesastra Djawa, Batavia: J.B. Wolters Uitgevers-

Rochman, Ibnu, Simbolisme Agama Dan Politik Islam, Dalam Jurnal Filsafat, UGM Yogyakarta, 2003.

Ritzer, Goerge, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakata: Raja Grafindo Persada, 2011.

Sinaringrum, Ninda Ayu “Studi Tentang Candi Brahu: Kajian Terhadap

Fungsi Candi” dalam e-Jurnal Universitas Nusantara PGRI Kediri,

2015.

Sutrisno, Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi Offset, 1989.

Soekmono, Candi Fungsi Dan Pengertian, Semarang: IKIP Semaranng Press, 1977.

Soekanto, Soerjono, Budaya Dan Pengetahuan Jakarta: T.P.1990.

Soejono, Tjokro, Trowulan Bekas Ibukota Majapahit (Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran Dari Koleksi Deposit-Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Jawa Timur), Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1987/1988.

Sofyan, Ridi et al, Merumuskan Kembali Interelasi Islam Jawa, Dalam Islam

Dan Budaya Jawa Yogyakarta: Gama Media,.

Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003.

Suryanegara, Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan

Islam Di Indonesia, Bandung: Mizan,1996.

Wattimena, Rumah Adat Pesisir Laut Pulau Seram: Tinjauan Awal

Etnoarkeologi, Dalam Jurnal Humaniora Volume 6, Yogyakarta:

FIB UGM, 2014.

http://myscienceblogs.com/kids/2007/09/28/Gravitasi-Bulan/ http://sabdadewi.wordpress.com/2013/12/27/Sistem-Kalender-Jawa/

Dokumen terkait