• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB XII. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

PEKERJAAN BETON BERTULANG

A. MATERIAL 1. Semen

a. Semen-semen yang digunakan adalah jenis portlad semen sesuai dengan persyaratan Standar Indonesia NI – 8 / 1972 atau Britis Standard No. 12 1965

b. Pelaksana harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type dan kualitas dari semen yang digunakan dan ― Manufacture’s test certificate ― yang menyatakan memenuhi semua persyaratan tersebut dalam huruf ―a‖ diatas. c. Pelaksana harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk

mencegah terjadinya kerusakan semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari .

d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.

2. Agregat ( Pasir, Kerikil atau Batu Pecah )

a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM C – 33 dan mempunyai ukuran terbesar 2.5 cm

b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasan, keras tidak berpori dan berbentuk kubus, Bila ada butir yang ipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari Value

dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50.5 kehilangan berat menutur test mesin los angeles.

c. Bahan harus bersih dari zat –zat organic, zat-zat reaktif alkali atau subtansi yang merusak beton dan mempunyai gradasi seperti berikut :

SARINGAN UKURAN % LEWAT SARINGAN

1‖ 3/8 ― 3/8 ― No. 4 25.00 mm 20.00 mm 95.00 mm 4.76 100 90 – 100 20 – 55 0 – 1 3. Agregat Halus

a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus bersih dari bahan organic, Lumpur, zat—zat alkali an tidak mengandung lebih dari 150% subtansi – subtansi yang merusak beton.

b. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dank eras serta mempunyai gradari seperti tabel berikut :

SARINGAN UKURAN % LEWAT SARINGAN

3/8 ― No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 20 9.50 mm 4.76 mm 2.38 mm 1.19 mm 0.19 mm 0.297 mm 0.149 mm 0.074 mm 100 91 – 100 80 – 100 50 – 85 25 – 65 10 – 30 5 – 10 0 – 5 4. Air.

Air yang digunakan harus bersih dan jernih, tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan, dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum.

5. Baja Tulangan.

Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI – 2. 1991 dengan tegangan lelah karakteristik tau = 2.400 kg/cm 2 atau baja u 24.

Pemberi tugas atau pengawas akan melakukan pengujian test tarik putus dan bending untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya pelaksanaan.

6. Bahan Pencampur

a. Penggunaan Bahan pencampur ( admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari pengawas dan perencana.

b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pelaksana harus mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dan CW ratio dari penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut, Hasil Crussing test dari laboratorium yang berwenang, terhadap kubus-kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

7. Cetakan Beton

Dapat menggunakan kayu kelas II, Multipleks dengan tebal minimal 9 mm atau palat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI NI -2 1971

B. MUTU BETON

a. Mutu beton harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik, Nilai

Faktor air semen (Cement Water Ratio ) maksimum 0.52 dalam berat.

b. Slump ( Kekuatan Beton ) untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan standar ASTM C – 143 adalah sebagai berikut :

JENIS KONSTRUKSI SLUMP MAKS. ( MM ) SLUMP MIN. ( MM )

Kaki dan dinding pondasi Plat Balok dan Dinding Kolom

Plat diatas Tanah

75 100 100 100 25 25 25 50

c. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka harga tersebut diatas dapat dinaikan sebesar 50% dengan catatan tidak boleh melebihi 150 mm.

C. PENGADUKAN DAN PERALATAN

1. Pelaksanaan harus menyediakan peralatan dan perlengkapan uang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari pengawas.

2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-material harus dengan persetujuan pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspector yang berpengalaman dan bertanggung jawab.

3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesing pengaduk beton ( Batch Mixer Pertable Continous Mixer ), Mesin Pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.

4. Bahan – bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1.5 menit sesudah semua bahan ada dalam mixer.

5. Mesin pengaduk tidak boleh dobebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air harus dituang dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. 6. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang

membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

7. Pelaksana boleh menempatkan satu ―Mixing Plant‖ atau memperoleh beton dari satu ― Ready Mixed Plant‖ asal dapat membuktikan bahwa mutu beton tersebut sesuai dengan semua ketentuan dalam persyaratan ini.

Pelaksana harus menyerahkan spesifikasi beton Ready Mixed yang akan digunakan sesuai dengan mutu beton yang diinginkan sebelum memulai

D. PERSIAPAN PENGECORAN

1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton lepas, Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang ( pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing, dan perlengkapan-perlengkapan lain).

2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik.

Sambungan pada diusahakan lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal terutama untuk permukaan beton yang tidak di finish (exposed concrete)

3. Tiang-Tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya Overstress atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani, struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya selama pelaksanaannya.

4. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituangi permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran diberi form oil untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan, pelaksanaannya harus berhati-hari agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Bagian sisi balok : 48 Jam

Balok tanpa beban konstruksi : 7 Hari

Balok dengan beban konstruksi : 21 Hari

Pelat Lantai /Dag : 21 Hari

6. Dengan persetujuan pengawas, cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75 % dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab pelaksana terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.

7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton.

Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, pelaksana wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.

8. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi yang terpencam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan.

E. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN

1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dangan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan pegecoran tidak lebih dari 1 ( satu ) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.

2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (Retarder) dengan persetujuan pengawas.

3. Pelaksana harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (dua ) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan.

4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah melampaui 1.5 jam dan waktu ini dapat berkurang, bila pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.

5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material (Segregation) dan perubahan letak tulangan.

Cara Penuangan dengan alat-alat pembentu seperti talang, pipa, chute, dan sebagainya harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang megeras.

6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.5 meter, bila memungkinkan sebaiknya digunakakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami initial set atau yang telah mengeras dalam batas dimana yang baru dituang.

8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar setebeal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah.

9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjadi keras dan tidak berunbah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (Laitance ) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat, Segera setelah penghentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan. Kecuali atas persetujuan pengawas dapat dilaksanakan pada malam hari sengan ketentuan bahwa system penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.

F. PEMADATAN BETON

1. Pelaksanaan bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebihan.

2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan dioperasikan oleh orang yang berpengalaman.

3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetaran yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik, alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras

G. CONSTRUCTION JOINTS ( SAMBUNGAN KONSTRUKSI)

1. Rencana atau Schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak Construction Joint Dalam keadaan tertentu dan mendesak, pengawas dapat merubah letak Construction Joint tersebut.

2. Permukaan Construction Joint harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.

3. Construction Joints harus diusahakan berbentuk garis tegak atau horizontal sedapat mungkin dihindarkan adanya Construction Joinst tegak kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari pengawas.

4. Sebelum Pengecoran dilanjutkan permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan grout segera sebelum beton dituang.

H. BAJA TULANGAN

1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan polos, Tulangan harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton

2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus sesuai persyaratan dalam PBI NI – 2 1971

3. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :

Beton tanpa cetakan, berhubungan langsung dengan tanah 40 mm

Beton dengan cetakan, berhubungan langsung denga tanah 50 mm

Balok dan Kolom tidak berhubungan langsung dengan tanah 40 mm

Plat dan dinding, tidak berhubungan langsung dengan tanah 25 mm

I. BENDA-BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON

1. Semua Angker, Baut, Pipa dan Benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam beton, harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran. 2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan

kotoran-kotoran lain pada saat mengecor.

J. PENYELESAIAN BETON

1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian yang keropos, melendut atau bagian-bagian-bagian-bagian yang membekas pada permukaan, ujung-ujung atau sudur-sudut harus berbentuk penuh dan tajam. 2. Bagian- bagian yang rapuh, kasar, berlubang dan tidak memenuhi persyaratan

harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan, bila diperlukan seluruh permukaan beton diharuskan dengan ampelas, caborandum atau gurinda.

3. Permukaan lantai beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1 cm dalam jarak 10 m, tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air.

K. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON.

1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh pengawas setelah pengecoran dan penyelesaian, permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus menerus selama 7 ( tujuh ) hari.

2. Permukaan-permukaan beton yang dbongkar cetakannya sedang masa perawatan beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1).

3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-celah pada sambungan.

4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut diatas, harus dirawat dengan jalan membasahi atau menutupi dengan membrane yang basah.

L. PENGUJIAN BETON

1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI NI – 2 1971 dan minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.

2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu hari dengan volume sampai sejumlah 5 m3

3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 ( empat ) buah benda uji berbentuk kubus 15x15 1 15 cm, satu benda uji akan dites pada umum 7 hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya akan dites pada umur 28 hari, hasil tes merupakan hasil rata-rata dari ketiga specimen tersebut.

4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya.

M. SUHU

1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32º C. Bila suhu dari beton yang berasa antara 27 º dan 32 º C, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan dan langsung di cor.

2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu beton melebihi dari 32 º C. Maka pelaksana harus mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu malam hari.

Pasal 10

PEKERJAAN PASANGAN DAN DINDING

a. Dinding pasangan batu bata dilaksanakan dengan adukan 1pc : 4ps b. Dinding dipasang sesuai dengan ukuran pada gambar dan gambar kerja c. Pasangan batu bata untuk bak mandi dan septictank dengan adukan 1pc : 2ps d. Pasangan harus dengan rapi, siku dan tegak lurus sesuai ukuran pada gambar kerja.

e. Untuk pasangan yang menyentuh kolom/beton lain maka kolom/beton tersebut dibuat kasar terlebih dahulu atau diolesi dengan sengan semen basah untuk mendapatkan daya rekat yang baik.

f. Pekerjaan kisi-kisi beton untuk bangunan panggung, jenis kisi-kisi disesuaikan dengan gambar kerja dan ditempatkan kolom dengan jarak tertentu dan balok ikat.

Pasal 11

PEKERJAAN PLESTERAN

Dinding diplesteran dengan baik sehingga menghasilkan bidang yang rata, halus dan tegak lurus serta siku pada setiap sudut. Plesteran dilaksanakan dengan ketebalan 1,5 cm dan menggunakan adukan 1pc : 4 ps untuk plesteran dinding dan adukan 1pc : 2 ps untuk plesteran bak mandi, saluran air/got dan septictank.

Pasal 12

PEKERJAAN LANTAI, LANTAI KERJA / RABAT BETON

a. Lantai kerja menggunakan beton rabat adukan 1pc : 3ps : 5krl termasuk pada selasar. Untuk selasar harus dimiringkan min. 1%.

b. Diatas lantai rabat diberi acian adukan 1pc : 3ps, dikerjakan dengan rapi, teliti, datar serta sesuai dengan petunjuk dan gambar kerja.

c. Lantai kerja dibuat dengan ketebalan sesuai dengan gambar kerja dan sebelumnya dihampar pasir urug dengan ketebalan sesuai gambar.

d. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus memperhatikan semua pasangan pipa-pipa dan saluran agar dipastikan sudah terpasang dengan baik.

e. Pas. Lantai Keramik 30x30 polos digunakan Kualitas Baik dan tidak cacat mutu, sementara untuk Lantai KM/WC digunakan Keramik 20x20.

Pasal 13

PEKERJAAN KUZEN DAN DAUN PINTU / JENDELA

mengganti dengan yang baik dan bahan yang cacat harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan dan tidak boleh digunakan lagi.

b. Permukaan kozen harus rata pada sisi yang nampak sedangkan pada bagian yang menyentuh pasangan atau kolom / beton harus diberi angker.

c. Daun pintu terbuat dari almunium bingkai kaca berkualitas baik dengan ukuran dan bentuk sesuai dengan gambar kerja.

d. Pemasangan / penyetelan konsen dan daun pintu / jendela harus baik, sempurna, siku dan waterpas.

Pasal 14 PEKERJAAN KACA

a. Pekerjaan kaca menggunakan ketebalan 5 mm dan kaca bening, kualitas bahan yang baik dan kuat sesuai dengan petunjuk pengawas.

b. Kaca yang dipasang harus terjepit kuat, sehingga terhindar dari goyang / geser yang menyebabkan jatuh atau pecah.

c. Setelah pemasangan selesai, kaca harus dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat/tergores, Kontraktor harus menggantinya dengan kaca yang baru dengan dimensi yang sama.

Pasal 15

Dokumen terkait