• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Panitia dan Pemilihan Nama Universitas

Dalam dokumen HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (Halaman 30-34)

PERSIAPAN PERESMIAN BERDIRINYA UNIVERSITAS

3.1. Pekerjaan Panitia dan Pemilihan Nama Universitas

Mendirikan Universitas milik gereja, sebagaimana disebutkan di atas, telah diputuskan pada Sinode Godang HKBP tahun 1952. Untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan Universitas adalah satu pekerjaan yang sulit namun mulia. Dalam Sinode Godang tahun 1953 kembali dibicarakan rencana tersebut. Setelah dipikirkan secara matang, maka Sinode Godang memberikan kuasa kepada Parhalado Pusat HKBP untuk membentuk satu panitia yang memikirkan dan mempersiapkan rencana itu. Ketika itulah ditetapkan panitia yang dinamakanPanitia Persiapan Universiteit H.K.B.P.yang diketuai oleh Ephorus HKBP Dr. Justin Sihombing (lihat Lampiran 1). Panitia tersebut diresmikan pada awal tahun 1954 dan mereka pertama kali mengadakan rapat pada Pebruari tahun itu. Mengingat banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dan waktu yang sudah begitu singkat, maka panitia membentuk seksi-seksi supaya pekerjaan mereka menjadi efektif. Kepanitian dibagi atas: (1) pengurus harian, (2) seksi keuangan, (3) seksi bangunan, (4) seksi teknik, (5) seksi ojahan (statuten), (6) seksi penerangan, (7) seksi humas, dan lain-lain yang dianggap perlu (Brosure, 1954).

Salah satu hal yang dibicarakan Panitia Persiapan Pendirian Universitas dalam rapatnya yang pertama Pebruari 1954 adalah masalah kepemilikan Universitas, yaitu siapa yang menjadi pemilik Universitas yang akan didirikan itu. Kesimpulan Panitia Persiapan Pendirian Universitas ketika itu ialah bahwa pada dasarnya HKBP adalah pendiri walaupun juga memilikinya. Akan tetapi apabila ada gereja lain, yang seiman dan yang mempunyai konfesi yang sama dengan HKBP, dapat juga menjadi pemilik di kemudian hari jika mereka ikut memikirkan dan turut membiayai kebutuhan Universitas (Angka Hatorangan…, 1954). Kepemilikan tersebut

ditentukan berdasarkan besarnya kontribusi mereka terhadap Universitas. Peserta rapat menyepakati juga bahwa yang akan menjalankan Universitas itu akan diputuskan dalam Sinode Godang tahun 1954.

Sebelum Universitas resmi berdiri, Panitia Persiapan Pendirian Universitas harus menetapkan nama bagi Universitas. Apabila dipikirkan sepintas lalu, memang tidak sulit untuk menentukan namanya. Akan tetapi pemilihan dan penentuan nama tersebut menjadi satu pergumulan tersendiri juga bagi panitia karena sesungguhnya dalam nama tersebut harus terangkum berbagai maksud atau cita-cita. Dari nama yang akan dipilih dan ditetapkan dikehendaki dan diharapkan suatu identitas, yaitu kekristenan yang bukan hanya berjangka pendek akan tetapi sekaligus menjadi cita-cita untuk mewujudkan semakin kokohnya kekristenan serta memungkinkan Injil semakin menyebar. Selain itu, nama yang akan dipilih tidak mengandung unsur yang dapat menimbulkan pengelompokan bagi sesama jemaat Kristen. Oleh karena pertimbangan sedemikian, panitia merenungkannya dengan sungguh-sungguh (mangaririt) nama Universitas yang akan diresmikan itu. Panitia menyadari bahwa bila nama Universitas adalah “Universitas HKBP” berarti nama tersebut akan menjadi batasan bagi sesama. Sehubungan dengan itulah diadakan rapat khusus untuk menentukan nama Universitas dengan tetap berpedoman pada pandangan dan cita-cita yang telah disebut di atas.

Terdapat sejumlah nama yang diusulkan oleh peserta rapat ketika itu. Masing-masing peserta memberikan alasan dan tafsiran terhadap nama yang mereka ajukan. Dilihat dari usulan nama-nama yang diajukan, masing-masing nama mempunyai corak tertentu. Ada yang bercorak kekristenan, kemisionaran, kenasionalan, kedaerahan, dan bahkan kesukuan. Nama-nama yang diajukan antara lain adalah (Siagian, 1973; Kenang-kenangan…, 1979):

1. Universitas Merdeka. Nama ini diusulkan karena mengandung pengertian dan cita-cita kenasionalan. Akan

tetapi jika ditafsirkan secara sempit maka kata “merdeka” dapat ditafsirkan sebagai kemerdekaan bagi orang Kristen. 2. Universitas Si Singamangaraja. Nama ini diusulkan

untuk mengingat dan menghormati kepahlawanan Raja Si Singamangaraja XII yang rela mengorbankan jiwa raganya untuk mengusir penjajah Belanda dari Tanah Batak demi bangsa dan negara Indonesia.

3. Universitas Toba. Nama ini diusulkan untuk mengingatkan bahwa daerah Toba adalah pusat dan asal-usul suku Batak. Selain itu, kata “Toba” akan mengingatkan kita akan nama salah satu suku dan sekaligus geografisnya.

4. Universitas Horas. Pengajuan nama ini mengingatkan kita akan maksud yang terkandung dalam kata “horas”, yakni sejahtera, damai, makmur, sehat, kuat, dan bahagia. Walaupun kata “horas” semakin lama semakin populer di kalangan masyarakat, namun kata itu adalah bahasa daerah (Batak Toba), sehingga dianggap juga sebagai pembatas. 5. Universitas Sumatera. Usulan nama ini timbul sebagai

lampiasan kemarahan kepada pihak penjajah yang tidak mendirikan perguruan tinggi di pulau Sumatera pada masa yang lalu.

6. Universitas Paulus. Nama ini diajukan untuk mengingatkan kita akan nama seorang rasul yakni Paulus dengan maksud agar sifat ke-misionar-annya dapat berkembang terus dan mempunyai sifat lebih universal. 7. Universitas Kristen Batak. Nama ini diajukan untuk

mengingatkan kita akan keberhasilan RMG menyebarkan Injil bagi orang Batak dan yang telah berhasil mengristenkan sebagian besar orang Batak. Namun nama ini juga mengandung ketidakjelasan apabila dilihat dari segi kepemilikan Universitas.

8. Universitas Nommensen. Pengusulan nama ini adalah untuk memberi penghormatan kepada Dr. I.L. Nommensen atas jasa-jasa beliau yang berhasil meningkatkan sosial ekonomi masyarakat Batak melalui penginjilan, pendidikan, dan kesehatan. Nommensen melalui

metode-metodenya telah berhasil meningkatkan bidang sosial dan ekonomi masyarakat Batak umumnya dan Batak Toba khususnya.

Dari antara nama-nama yang diajukan tersebut dipilih dan ditetapkanlah satu nama yang dianggap sangat tepat, yang dapat merangkum maksud dan cita-cita yang disebutkan di atas, yaitu “Universiteit Nommensen”. Sesungguhnya pilihan terhadap nama tersebut didasari fakta bahwa Dr. I.L. Nommensen adalah hamba Tuhan (parhitean ni Debata) yang menyebarkan Injil di Tanah Batak. Nommensen bekerja di Tanah Batak untuk memberitakan berita keselamatan dan telah berhasil mengristenkan masyarakat Batak. Keberhasilan tersebut sudah melahirkan satu organisasi gereja, yakni Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan merupakan salah satu organisasi gereja terbesar di Indonesia. Dengan demikian, semua orang yang mengetahui sejarah, apabila mendengar nama Nommensen, maka akan teringat dengan “Kristen” dan sekaligus dengan “Batak”. Berdasarkan latar belakang pemikiran sedemikianlah, peserta rapat memutuskan nama yang indah bagi Universitas dan mereka sangat mengharapkan bahwa perguruan tinggi yang akan didirikan itu kelak akan mengalami kemajuan baik dalam jumlah fakultas, mahasiswa dan tetap menjaga kualitas, yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia.

Demikianlah pengharapan para peserta rapat ketika itu sehingga menimbulkan kebulatan tekad untuk memilih dan memberi nama Universitas sebagaimana telah disebutkan di atas. Selain itu, dengan melekatnya “Nommensen” dalam nama Universitas tersebut diharapkan : (1) akan menjadi suatu pertanda yang abadi bagi sivitas akademika sehingga dapat menjadi dan memberi teladan hidup kristiani bagi masyarakat banyak, dan (2) supaya para donator semakin menyadari bahwa sumbangan yang diberikan kepada Universitas adalah analog dengan usaha-usaha mengembangkan dan menyebarkan ajaran Kristen yang penuh kasih di tengah-tengah masyarakat yang pluralis (Hariandja, 1954).

Kendatipun panitia sudah memilih satu nama bagi Universitas yang segera akan didirikan itu, namun harus diajukan kepada peserta Sinode Godang HKBP tahun 1954 supaya diputuskan. Setelah memperhatikan usulan dari Ephorus HKBP dan pengajuan dari Parhalado Pusat, maka Sinode Godang menetapkan nama Universitas sebagaimana yang diajukan kepada sinodisten. Nama yang ditetapkan dalam Sinode adalah:Universitas Huria Kristen Batak Protestan Nommensen. Nama inilah yang tetap bertahan pada Perguruan Tinggi milik HKBP itu yang telah mencapai usia lebih dari setengah abad pada saat ini.

Dalam dokumen HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (Halaman 30-34)

Dokumen terkait